Chapter II
Act 10
UP IN THE AIR
By : Marucil
Kereta Gondola sudah berjalan dan pemandangan indah Pantai Ancol langsung memanjakan mata kami. Mbak Icha berpindah kesisiku untuk berfoto, mengabadikan
moment ini. Tak kusangka ia langsung mengirim foto kami di dalam kereta Gondola kepada Tante Ocha. Aku tak tahu maksudnya, yang pasti ia pasti ingin melihat reaksi Tante Ocha setelah melihat foto tersebut.
"Bas Tante pasti iri deh ngelihat kita foto disini, dia kan dari dulu ke pengen naik kereta gantung tapi gak pernah kesampean" hahaha" ujarnya sambil tertawa.
"Ah Mba ini, jahat Ih sama Tante..." Sahutku.
"Biarin, sekali kali bikin Tante iri kan gak apa-apa" Katanya sambil sibuk dengan layar HPnya.
"Poto-poto lagi yuk.?" Ajak mba Icha.
"Ayooo." Jawabku mengiyakan
Lalu kamipun kembali berfoto
selfie dengan latar belakang pemandangan teluk Jakarta. Beragam pose kami lakukan, berpelukan, saling menjulurkan lidah, membuat muka sejelek jeleknya. Bahkan kami juga berfoto sembari mba Icha mencium pipiku. Kami mengabadikan semua
moment ini layaknya sepasang kekasih. Tetapi sepasang kekasih apa? Mba Icha saja sudah jelas jelas menyatakan bahwa ia belum bisa menerima cinta dari seorang laki laki, termasuk diriku. Sejenak kuteringat akan kata-kata mba Icha tadi pagi ketika dirumah.
Kereta gondola terus berjalan. Mungkin sudah seperempat dari panjang jalur yang ada. Entah kenapa kereta gondola ini berjalan lebih lambat dari biasanya. Aku tidak berfikir macam-macam. Aku pikir pihak pengelola sengaja menurunkan kecepatan karena kulihat para pengunjung jarang yang menggunakan wahana ini. Tetapi hal itu justru memberikan waktu untuk kami menikmati pemandangan yang begitu indah ini jauh lebih lama.
Tidak hanya memotret diri sendiri. Naluri photographer mba Icha langsung terpanggil ketika menemukan objek menarik diatas sini. Dari ketinggian ini semua objek yang ada dibawah dapat kita lihat semuanya. Garis pantai Ancol dengan jejeran pohon kelapa yang menghiasi. Lalu pemandangan wahana dunia fantasy, terlihat begitu indah dari atas sini. Sungguh luar biasa, itulah yang hanya bisa kuucapkan dalam hati.
Tak lama kereta gondola pepohonan yang rimbun yang terlihat seperti hutan buatan. Sejenak. Suasana menjadi lebih sejuk namun juga menjadi sedikit gelap. Kami tidak menyia-nyiakan pemandangan ini. Kami kembali berfoto dengan latar belakang pepohonan yang menghijau begitu Indahnya. Kami sempat kaget ketika kereta sedikit bergoyang setiap kali melewati tiang penyambung. Getaran itu memang sedikit menakutkan, tetapi kami lalui saja dengan tawa.
Sudah cukup lama kami menaiki Kereta Gondola ini hingga akhirnya kereta telah sampai pada pos C namun ternyata Kereta hanya berputar saja untuk kemudian kembali lagi menuju Pos A tempat kerta berangkat. Akhirnya kami akan melewati pemandangan yang sama. Beberapa saat yang lalu kami berdua memang telihat begitu girang tetapi, ketika tahu Kereta akan berputar lagi maka akan lebih lama lagi waktu yang harus ditempuh.
"Kok Muter Lagi sih Bas?" Tanya Mba Icha.
"Yah emang gitu kan sekali Jalan bakal muterin rute yang ada. Udah Nikmatin aja, tadi siapa coba yang kepengen naik iniaan? Kan udah aku aku bilang bakalan lama, Mba gak percaya sih" Jawabku.
"Iya sih, aku tahu. Tapi aku juga kepengen naik ini."
"Ahhhh Beteee." Seru Mba Icha sambil membuka ventilasi kecil disamping kereta.
Angin pun langsung berhembus melalui ventilasi itu. Dan sejenak udara menjadi sejuk. Lalu Mba Icha mengambil bungkus rokok di dalam Tas Jinjingnya lalu segera ia bakar dan menikmati hasil pembakaran tembakau itu. Ia mengepulkan asapnya sembari ia menyandarkan kepalanya dibahuku. Asap langsung menuju ke atap dan kemudian terhisap keluar oleh lubang ventilasi di atasnya.
"Eh mba, mba sih di Bandung berapa hari? Tanyaku
"Paling Jumat atau Sabtu depan aku dah balik ke Jogja lagi, gak lama sih ... orang cuma ketemu temenku yang disana..." Jawabnya.
"Emang ngapain Mba disana?" Tanyaku lagi.
"Ada dehhh mau tahu ajaa kamu." Jawabnya sambil menoel hidungku.
"Yah elah mba pengen tahu aja gak boleh."
"Kalau Mau Tahu ikut dong?" Ajaknya
"Gak ah aku dah ada Janji soalnya sama teman-temen SMAku, dah lama aku gak kumpul bareng mereka." Jawabku.
"Emang mau pada kemana?"
"Yah kemana aja nanti, Kita ketemuan dulu baru deh nentuin mau ngapain dan mau kemana.. Yaaa ketemu sama mereka aja dah seneng aku. Soalnya sekarang dah pada sibuk masing-masing mba, ketemu yah bisanya kalau libur panjang aja kaya sekarang."
"Halah anak-anak macem kamu mah paling mentok juga dugem" Sahutnya.
"Yah gak lah, mba tahu sendiri aku gak begitu suka dugem."Gumamku sambil melangkah kesisi lain karena ada sesuatu yang tiba tiba menarik perhatianku.
"Iya juga sih, di Jogja juga aku gak pernah lihat kamu dugem-dugem gitu." Sahut mba Icha.
Lalu ketika kereta Gondola sudah mau melewati garis Pantai Ancol lagi. mba Icha kembali tertarik akan sesuatu. Cahaya langit yang sore itu mulai berwarna biru oranye menarik perhatiannya. Kini ia mulai tidak merasa bosan. Matanya terus tertuju pada hamparan laut yang luas ciptaan sang maha kuasa. Dari kejauhan terlihat bayangan kapal-kapal yang semakin lama semakin jauh dan memudar. Kulihat dari atas sini orang-orang sudah mulai berkurang dari bibir pantai. Begitu juga dengan wahana - wahana permainan di bawah sana. Sudah semakin sedikit orang yang bermain.
Aku dan Mba Icha sama-sama memandang kesisi kanan kereta Gondola, sama - sama memandang hempasan laut yang indah. Beberapa burung terbang lalu segera menghilang bagai ditelan awan. Pantulan sinar matahari sore menyilaukan mata kami. Entah mengapa suasana di dalam sini berubah menjadi sedikit romantis. Belum lagi suara bising dari hiruk pikuk para pengunjung Dunia Fantasy sudah semakin berkurang.
Kupandang wajah Mba Icha yang terang akibat paparan sinar matahari. Sinar itu juga membuat rambut
silver brown Mba Icha semakin terlihat Indah. Aku terus memandangi wajahnya, tetapi matanya tetap tertuju kepada cakrawala. Tak lama ia sadar bahwa aku terus memandanginya. Lalu perlahan ia mulai memalingkan wajahnya kearahku, tetapi cahaya matahari membuat matanya sedikit menyipit. Kemudian ia mulai membuka matanya lagi, dan ia memberikan sebuah senyuman kepadaku.
Kini kami saling memandang satu sama lain. Tetapi tak ada satupun suara keluar dari kedua mulut kami. Hanya keheningan yang kami rasakan. Keheningan ini seolah membuat kami menjadi sedikit lebih tenang. Kedua Mata mba Icha mulai sedikit menutup dan bibirnya mulai sedikit merekah, perlahan ia mendekatkan wajahnya kearahku. Begitu juga denganku, bagai kedua hati kami yang saling berinteraksi, aku juga melakukan hal yang sama. Aku juga mendekatkan wajahku kearahnya dan bersiap mengarahkan bibirku pada bibirnya.
Bibir kami hampir saling bersentuhan dan tangan kami sudah saling menggenggam sedari tadi. Mba Icha mulai memiringkan kepalanya, agar mudah menempelkan bibirnya yang indah pada bibirku. Kini hanya tinggal satu inchi jarak antara bibir kami, ujung lidah Mba Icha sudah mulai ia julurkan. Namun....
JEGRENG........
"AAAAAACHHHHHH" Kaget, kami berdua berteriak karena sama-sama terkejut akan apa yang baru saja terjadi.
Kereta gondola yang kami naiki ini tiba-tiba saja berhenti. Kereta kemudian menjadi sedikit bergoyang karena berhenti secara tiba-tiba. Aku tidak tahu kenapa kereta ini bisa berhenti, yang kutahu kereta ini tidak akan berhenti sebelum sampai di stasiun pemberhentian di Pos A. Kami sedikit panik akan hal itu.
"Baaaaasssss... Ini kok jadi berhentii giniii sihhhh" Kata Mba Icha dengan nada yang sedikit panik.
"Aku juga gak tahu Mba.. Aduhh gimana nihh Mbaaa." Tanyaku
"Yah Mana aku tahu, wong ini tiba-tiba berhenti"
Lalu aku mencoba melihat sekitar. Dan kulihat kereta didepan kami juga terlihat berhenti. Begitu juga dengan satu kereta dibelakang dan di jalur lainya juga ikut behenti. Berarti mesin pengendali kereta gantung ini benar-benar berhenti. Aku cukup panik karena kereta ini berhenti tepat diatas Pantai. Tapi aku terus berusaha tenang, dalam kondisi seperti ini salah satu diantara kami harus ada yang bisa mengendalikan diri.
"Oke oke, tenang dulu mba jangan panik. Mungkin mesinnya mati atau apa lah. Yang penting kita tenang dulu. Kalau panik keretanya jadi makin goyang-goyang" Kataku menenangkan Mba Icha.
"Oke okee." Jawabnya sambil mengatur nafasnya.
"Kita tunggu aja siapa tahu nanti keretanya Jalan lagi" imbuhku.
"Iya - iya, ini kok goyang-goyang terus sereeem ih" sahutnya sambil mulai duduk lagi.
Akhirnya kami mencoba menenangkan diri, dan terus menunggu siapa tahu kereta ini mulai jalan kembali. Aku melihat didalam kereta ini tidak ada semacam alat komunikasi atau bahkan sekedar pengeras suara. Yang bisa kami lakukan adalah menunggu, menunggu kereta ini jalan kembali. Tetapi 5 menit sudah kami menunggu tak ada tanda-tanda kereta gantung ini bergerak. Terlalu jauh untuk meminta bantuan dari sini. Jarak kereta ini dari bibir pantai cukup jauh, jangankan lambaian tangan kami. Orang-orang dibawah sana mungkin tidak bisa melihat keberadaan kami didalam sini. Akhirnya kami benar benar menunggu nasib saja.
"Aduh Mba kalau keretanya berhenti terus gimana? Bisa sampe malem dong kita disini. Mana dah mulai gelap nih." Kataku.
"Yah udah sih gak apa apa. Itung itung kita jadi bisa melihat pemandangan lebih lama. Tuh lihat langitnya lagi bagus Bas." Kata mba icha sambil menunju matahari yang mulai bergerak kearah barat.
"Iya siih Mbaa. Tapi apa yang harus kita lakuin nih Mba sambil nunggu. Kayaknya perbaikannya agak lama deh. Dah lama nih kita nunggu tapi gak jalan-jalan juga. " Gumamku sambil menyenderkan punggungku dikebelakang.
Kami duduk saling berhadapan. Mencoba untuk bertindak tenang. Karena kalau kami terus bergerak kereta ini juga semakin bergerak. Dan itu sedikit menyeramkan memang.
"Aduh haus lagi, tadi botol aqua aku masukin ke tas gak yah?" Gumamnya sambil membongkar isi Tasnya yang ia letakkan dibawah.
"Ahhhh ada ternyata” Serunya sambil mengambil Botol itu dari dalam tasnya
Glek Glek Glek
Mba Icha langsung menengguk air mineral itu untuk membasahi tenggorokannya yang basah. Lehernya terus bergerak saat air melewatinya. Lepas itu ia menghembuskan nafas panjang, karena dahaga yang ia rasakan kini telah sirna. Kemudian ia memberikan sisa minumnya kepadaku. Aku lekas mengambilnya karena memang aku juga cukup haus dari tadi. Disamping itu lama kelaman kabin kereta ini memang cukup panas dan pengap. Apalagi sejak kereta gantung ini berhenti tiba-tiba udara didalam semakin menjadi panas. Kulihat didahi Mba Icha mulai terlihat keringat yang mengalir. Terlihat bersinar oleh terpaan sinar matahari sore yang berwarna oranye.
“Aduuu Panaas yah Mba....?” tanyaku sambil mengibas kerah kaos yang kukenakan.
“Bangeet, badanku dah penuh keringet,lengket banget lagi” Serunya sambil melakukan hal yang sama denganku.
“Heehhhh panaaasnya bikini sange ajaa nihhh” gumamnya tanpa sadar
“Hmm, Mba Icha ini dari tadi di studio lihat cewek cakep sange, sekarang kepanasan Sange” Seruku.
“Berisiiik ahhh kamu....” balas Mba Icha
Hampir 15 menit kami terjebak di dalam kereta gantung itu. Dan selama itu tak ada tanda tanda bala bantuan dari pihak pengelola. Di samping itu kereta gantung yang kami tumpangi ini berhenti di tengah-tengah kabel antara tiang penyangga, jadi tidak mungkin juga kita turun. Jalan satu-satunya adalah menunggu kereta Gondola ini kembali beroperasi. Kalau saja kami tidak foto foto tadi mungkin masih ada sisa baterai di
handphone Mba Icha hingga kita bisa menghubungi pihak pengelola untuk memberitahukan kalau kita terjebak. Disini. Dan kebetulan sejak siang HPku memang mati jadi lengkaplah sudah liburan pertama dihari pertama liburanku. Diakhiri dengan insiden seperti ini,
“Ahhhh lamaaaaaaaa”Keluh Mba Icha yang terlhat semakin jenuh
“Aahh aku bilang juga apa Mba, aku kan dah
feeling tadi makanya aku sebenernya gak mau kan naik ini. Eh sekarang kejadian kayak gini kan”Gumamku..
“Ahh kamu mah bisanya nyalahin aku doang deh, orang lagi bête juga” Keluh Mba Icha makin sedikit emosi.
Lalu mba Icha mengambil tasnya dari Bawah dan ia letakan di pahanya. Kemudian ia merogoh isi tasnya entah mencari apa. Ia terlihat emosi ketika benda yang ia cari - tak kunjung ia temukan
Errrghhhh
"Manaaa sihhhh" Geramnya.
"Nyari apaan sih Mba sampe sewot gitu" Tanyaku
"Nyarii rokok, perasaan aku taruh disini tadii." Serunya.
"Ohhhhh rokook toh, Nah itu apaaan disebelah Mbaa" kataku sambil menunjuk ke bungkus rokok yang ada disamping pahanya.
"Ohh iyaaa..." Hehehehe" katanya sedikit malu.
"Makanya kalau apa - apa tuh jangan sewot dulu, rokok yang naro sendirinya lupa" Kataku.
"Iyaaa iyaaa, eh ini apaan" Kata Mba Icha terlihat terkejut melihat sesuatu didalam Tasnya.
Lalu ia mengangkat benda itu dari dalam Tasnya. Lalu setelah tanganya ia keluarkan, kulihat diantara jarinya yang lentik kulihat sebungkus kondom yang masih utuh. Raut wajah Mba Icha berubah seketika setelah menemukan kondom tersebut.
"Baaass, inii apaaaan yaaah" Tanya dia dengan nada bicara yang tiba tiba berubah sedikit meliuk liuk.
"Kondom, memang kenapa?" Tanyaku heran akan pertanyaan Mba Icha barusan.
"Tau gak kon doom ituu fungsinya buaaat apaa?" Tanya dia semakin aneh.
"Yah, yaaah, fungsinya kan buat menjarangkan kehamilan." Jawabku masih agak bingung dari situasi ini.
"Teruussss,....." Lanutnya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Ooooo...yayaya." Jawabku sedikit mengerti apa maksud semua ini.
Bodohnya aku ini sedari tadi kan Mba Icha selalu memberi kode, sejak dia merasa kepanasan dan mengatakan bahwa ia sange-sampe sekarang ia menunjukan sebuah kondom dan melontarkan pertanyaan aneh,dengan menanyakan fungsi sebuah kondom. Sudah jelas jelas dia pasti tahu fungsinya untuk apa. Tapi, ternyata itu sebuah pancingan, kenapa aku segitu bodohnya sampe tidak bisa mengartikannya.
"Hmm, seruuu kalii yah Bassss." Kata dia sedikit merayu.
"Seruuu? Yakin nihh Mba?" Tanyaku memastikan.
"Hmmm kenapa gak? Kan bakal seru Bas ngewe diatas udara kaya gini.., gimana berani gaak?" Ajak Mba Icha melakukan suatu yang sedikit memancing adrenalin.
Lalu kami terdiam sejenak dan saling memandang. Kami berusaha menerjemahkan semua ini. Alisnya berkali kali naik turun dan bibirnya tak hentinya ia gigit dengan ujung giginya. Akupun membalas senyum penuh gairah darinya dan langsung kuterima tantangan itu. Kuraih bungkus Kondom yang ia pegang dengan jarinya. Lalu aku bergegas melepas kancing celanaku dan menurunkan reseletingnya. Lalau perlahan kupelorotkan celanaku. Begitu juga dengan Mba Icha, saat aku merebut kondom dari tanganya ia juga bergegas melepas kait celananya yang bermotif garis hitam putih. Kemudian ia melorotkan celana berbahan lentur itu sebatas lututnya. Tak ketinggalan Celana dalam hitam bermotif renda ikut ia singsingkan sebatas pahanya.
"Udahhh siap belum kamu Basss?" Tanya Mba Icha dengan nafas sedikit memburu.
"Bentar dulu Mba, aku belum ngaceng nih" jawabku sambil membuka bungkus kondom.
"Ahhh lamaa, dah sini biar aku yang bikin bediri." Kata Mba Icha bersemangat lalu ia mulai membungkukkan tubuhnya kedepan dan meraih penisku dengan tanganya.
Setelah itu ia segera memasukkan penisku yang masih belum tegang kedalam mulutnya. Sentuhan hangat lidahnya langsung merangsang penisku hingga akhirnya penisku mengeras dengan sempurna. Lalu mba Icha melepas kulumannya dan segera mengambil kondom yang kupegang lalu segera memakaikannya dipenisku. Mba Icha melakukan itu sedikit terburu-buru sehingga membuat kereta gantung ini sedikit bergoyang.
"Aaadaaahhhh. Mbaa Mbaa.. Pelan pelaan mbaaa, nanti kalao keretanya jatoh gimaanaa" kataku sedikit terkejut karena Kereta semakin bergoyang goyang.
"Bas Bas Bas kok goyang sih keretanya" katanya dengan wajah sedikit memucat.
"Makannya pelan pelan ajaa." Pintaku.
"Iya iya aku pelan deh, ya udah badan kamu kebawahan dikit biar pas" seru Mba Icha sambil sedikir berdiri diantara kedua kakiku.
Akupun menurunkan sedikit pantatku. Hingga posisi pantatku kini menggantung diantara dua tempat duduk didalam Kabin Gondala ini. Aku menggunakan kedua sikutku untuk menopang tubuhku. Lalu mba Icha mulai memposisikan selangkangannya menuju batang penisku yang kini sudah semakin mengacung. Tak membuang waktu Mba Icha segera menduduki pahaku penisku yang sudah tegang langsung masuk kedalam lubang memeknya dengan begitu mudahnya. Kemudian mba Icha mulai menggoyang pinggulnya. Dengan sangat perlahan ia menggoyangkan pinggul serta pantatnya. Ia melakukannya perlahan karena tak mau membuat kereta Gondola ikut bergoyang.
"Ahhhhhhhhhhh"
"Mbaaaaa, njepiitnya jangan kenceng-kenceng Kontol aku sakit niiih" kataku menerima jepitan dinding memeknya yang semakin mencengkeram.
"Aaaucchhhhhhh"
"Hmmmmmm"
"Udaaah nikmatin ajaaa"
"Aahhhhhhh"
"Ahhhhhhh
"Aahhhhhhchhh"
Stttttttttttt
"Goyang sedikit bas pantat kamu" pintanya
"Aahhh, iyaaa mbaaaa" jawabku sambil mencoba menggoyang pantatku
Lalu aku menarik tubuhnya agar semakin menempel dengan dadaku. Lalu kumundurkan lagi posisi dudukku. Kini aku kembali pada posisi duduk yang normal, lalu Mba Icha kembali menggoyang pantatnya.
Sleekk
Sleeekkk
Begitulah suara peraduan pantatnya dengan pahaku. Suara itu membuatku semakin bergairah. Lalu aku mulai meremas payudaranya dari balik baju yang ia kenakan. Ia meringis keenakan, lengannya ia bentangkan dan ia letakan pada jendela kaca berukuran lebar itu. Posisi tubuhnya yang diatas pahaku membuatku hanya bisa mencium punggungnya dari belakang. Tak apa wangi dari rambutnya cukup membuatku sedikit melayang.
"Achhhhhh"
"Aahhhhhh"
"Teruuusssss "
"Aaaajjjjj"
Aannnn"
Mba Icha semakin kencang mengulek penisku, ia juga semakin kencang mencengkram Penisku dengan dinding Memeknya. Ohhh bukan main rasanya. Bukan hanya kenikmatan yang aku rasakan saat ini. Tetapi warna Jingga di ujung horizon semakin menambah kenikmatan permainan kami. Lima menit sudah kami saling menggoyang dan memberikan kenikmatan satu sama lain.
JEGREEGGK
TUiiiinggggg.....
"Ehhhh, keretanya jalan lagi Mbaa." Kataku
"Aahhhh Yaudah Bas tanggung, tuntasiin aja duluuu"
"Achhhhhhh" jawabnya semakin kencang menggoyang pantatnya.
Mesin Kereta gantung kembali beroperasi dan kembali berjalan menuju Pos A pos pemberangkatan dan juga pos pemberhentian. Kereta terlihat lebih cepat berjalanya ketimbang sebelumnya. Tak lama Kereta Gantung ini semakin berbelok dan mendekat kearah daratan. Tetapi kami tak sedikit pun menghentikan pergumulan kami. Mba Icha justru semakin kencang menggoyang pinggul dan pantatnya. Penisku serasa mau copot ketika dinding memeknya terus memijat dan mencengkeram batangku dengan kencang.
"Achhhhhh"
"Aku bentar lagi Baaassss"
"Iyaaaa mbaaaa Akuu juga samaaaaa"
"Opuchhhhhh," jawabku yang juga mengimbangi gerakan pantatnya.
"Aahhh, Barengin yah Bas"
"Iyaaa mbaaaa."
Kami berdua semakin menggeliat semakin kencang . Tangan kananku meremas payudaranya dengan penuh nafsu liar, sedangkan tangan kiriku menekan Klitorisnya serta sedikit kuremas jembut mba Icha yang cukup lebat dan hitam. Pos Pemberhentian sudah mulai terlihat, namun kami berdua belum juga mendapat Orgasme. Namun akhirnya sekitar 20 meter dari Pos Pemberhentian kami berdua telah mencapai puncak tertinggi kenikmatan. Kutumpahkan spermaku dalam memeknya walau masih terhalang Kondom, kuyakin Mba Icha dapat merasakan kehangatan dari air Maniku di dalam sana. mba Icha juga semakin mengejang, ia menyemburkan cairan orgasmenya dan dapat kurasakan ujung penisku terasa begitu hangat.
"Oouuchhhhhhhh"
"Hmmm"
Enaaaaaakkkk baaassss aaahhhhhh"
"Iyaaaa Mbaaaaa, Puaaaas banget aku mbaaaaa."
"Aahhhhhhh"
Cukup lama kami mencoba menikmati Orgasme kami yang datang hampir bersamaan. Namun dengan cepat kami segera mengontrol diri kami masing-masing . Mba Icha segera naik dari pangkuanku, dan bergegas merapihkan celananya. Aku melepas Kondom yang sudah penuh oleh Spermaku sendiri dan dengan sigap aku melemparnya keluar jendela. Lalu segera kutarik celana serta celana dalamku dan merapihkan penampilanku.
Mba Icha sedikit merapihkan Bajunya yang acak-acakan karena remasanku tadi. Segera kami beresi barang bawaan kami dan mencoba duduk tenang seperti tak terjadi apa apa. Kereta gondolapun akhirnya masuk kedalam Pos Pemberhentian. Kulihat banyak orang berdiri menanti kami. Mereka adalah para teknisi dan pengelola Wahana ini. Mereka terlihat sedikit panik, namun kemudian mereka lega ketika kami berdua keluar dengan selamat.
Pihak Pengelola meminta maaf atas kejadian ini. Mereka beralasan ada kerusakan motor pada penggerak utama. Mereka juga menawarkan ganti Rugi atas semua insiden ini. Namun Kami dengan halus menolaknya,
"Sekali lagi kami selaku pengelola wahana ini minta maaf atas Insiden ini, ini baru pertama kali terjadi" kata seorang berpakaian rapi kepada kami.
"Sudah lah Pak tidak apa Toh kami masih selamat. Selain itu tadi kami juga menikmati pemandangan lebih lama kok." Jawab mba Icha.
Setelah cukup lama kami berbicara dengan pihak pengelola kami memutuskan pulang. Dan kami janji tidak membicarakan Insiden ini ke media massa. Namun berkali-kali mereka meminta maaf, dan kami jelas memaafkan atas insiden yang baru saka kami alami. Malah seharusnya kami mengucapkan terima kasih karena dengan insiden ini, kami telah mendapat pengalaman yang cukup menegangkan namun tidak akan pernah terlupakan sampai kapan pun.
Kami segera turun dari wahana itu dan bergegas menuju Tempat parkir. Saat ini hari sudah gelap. Saat aku dan mba Icha berjalan, kulihat ada seorang lelaki tengah mengumpat, ia terlihat begitu emosi.
"Brengsek, ini orang buang kondom sembarangaaan, anjing" kata seseorang Laki laki berperawakan sedang.
"Emang siapa Bro?" Tanya teman lelakinya tersebut.
"Kaga ngarti gua, tau tau jatih dari atas, mana banyak pejuhnya lagui, ngehee nihhh" Umpat lelaki tersebut.
Mendengar itu aku dan mba Icha segera berjalan dengan cepat meninggalkan kerumunan itu. Segera kami berjalan menuju Tempat Parkir. Berjalan cukup lama akhirnya kami sampai ke tempat Parkir. Mba Icha memberikan Kunci Mobil Mamah kepadaku lalu kubuka pintu mobil dan segera masuk. Kunyalakan blower dan kumasukan kunci kelubangnya. Segera kustarter Mesin dan pendingin Udara segera menyebar udara sejuk keseluruh bagian mobil. Mba Icha duduk dan menyandarkan punggungnya kebelakang lalu ia mengenakan sabuk pengaman.
"Eh, tadi kamu parah ih, kasihan tuh kepala tuh orang kena sperma kamu, hihihi" ujar Mba Icha sambil tertawa.
"Yah Habis mana aku tahu Mba, kan gak sengaja juga, Untung tadi dia gak tahu ya kalau yang buang kondom dari atas itu aku., Hahahahaha" Sahutku sambil tertawa terbahak-bahak.
"Eh ini alamat rumah temen mba daerah mana?". Tanyaku.
"Daerah kuningan, nih alamat lengkapnya" jawab dia sambil memperlihatkan alamat temannya yang ia tulis di kertas.
Setelah mengetahui tujuannya aku segera tancap gas untuk menuju rumah Teman Mba Icha itu. Cukup lama kami sampai disana, sekitar 1 jam lebih waktu kami tempuh dari Ancol tadi. Aku memarkir mobil dipinggiran jalan dan kulihat mba Icha sudah tertidur dengan pulas. Lalu perlahan aku membangunkannya.
"Mba Mba, udah sampai nihh, rumah temen mba Icha yang mana?" Seruku membangunkannya.
"Ehhhhh, udah nyampee yaaah.." Jawab mba Icha celingak celinguk.
"Nahh itu yang ada mobil
jazz didepannya."
Akupun segera menuju rumah yang dimaksud. Aku turun dari mobil. Kukeluarkan barang barang Mba Icha dari bagasi belakang. Tak lama Teman Mba Icha keluar menghampiri kami.
"Beeeb, lama amaat sih jam segini baru nyampe, gue dah tunggu dari tadi tahu.." Seru wanita berperawakan tinggi langsing
"Sori sori,Tadi kita baru aja dapet Insiden tahu lagian tadi dijalan juga macet banget Beb, Eh kenalin nih temen gue..". Kata Mba Icha sekaligus memperkenalkanku kepada temannya.
"Bastian" kataku sambil menjulurkan tanganku.
"Nela..." Sahut wanita itu sambil menjabat tanganku.
"Yah udah masuk dulu aja yuk, kalian kayaknya cape banget gituu." Ajak Nela kepada kami.
Akhirnya kami masuk kedalam. Di dalam Neyla membuatkan minuman kepada kami. Nela cukup ramah kepadaku terlebih kepada mba Icha. Mereka asyik mengobrol sendiri tanpa aku tahu topik pembicaraan yang mereka obrolkan. Tak lama aku pamit kepada mba Icha, ia mengantarkanku ke depan. Ia memberikanku sebuah ciuman di pipi sebelum aku pulang. Dari sini perjalananku ke rumah tidak terlalu jauh, tak sampai satu jam aku sudah sampai kerumah.
Sesampainya dirumah aku langsung memasukkan mobil milik mama ke dalam garasi. Setelah itu aku langsung masuk kedalam rumah. Rupanya mama dan papa masih menonton TV di ruang keluarga.
"Malaam Mah Paah," sapaku kemudian aku mengecup pipi mereka masing masing.
"Kamu malam sekali baru pulang, gak ngabarin mamah lagi, mama dari tadi khawatir tahu.." Sahut mama.
"Iya mah maaap, tadi siang kan kita main ke Dufan, terus naik Gondola, gak taunya ditengah jalan gondolanya berhenti, untung bisa jalan lagi kalau enggak bisa semalaman kita kejebak." Jelasku.
"Tuh kan bener, mamah tuh dari tadi sore dah firasat gak enak, terus kalian gak kenapa - kenapa kan?" Tanya mama terlihat sedikit khawatir.
"Gak apa apa sih mah, cuma yah sejam kejebak diatas kereta gantung lemes juga sihh" jawabku.
"Yah udah kamu sudah makan?" Tanya papa menimpali.
"Beluum..." Jawabku memanja.
"Yah sudah kamu minta Habibah sana dibelakang." Sahut mama,
"Ahh makan disini aja ahhh Tian kepengen ditemenin nih"
"Hmmm, ni anak kalau lagi cape manjanya mulai keluar"
"Heheheee" cengirku.
Kemudian mama menyuruh Mba Habibah mengambilkan makanan kepadaku. Tak lama Mba Habibah mengantar makanan kesini. Aku langsung menikmati semuanya karena memang perutku sangat lapar. Aku lupa sejak siang aku belum makan. Ketika sedang asik makan papa menanyakan sesuatu yang agak sedikit mengagetkan.
"Bas, papa boleh tanya sesuatu?" Tanya papa tiba tiba.
"Hmmm boleh mauuu, ehh bentar pah" aku menelan makanan terakhirku lalu segera kuminum air putih dari gelas.
"Mau tanya apa Pah memangnya?" Sahutku lagi.
"Tapi kamu jawab jujur!" Sambung mama.
"Kapan sih Bastian pernah bohong..."
"Kamu sekarang sudah mulai ngerokok yah?" Tanya papa membuatku terkejut.
"Ehhhhhhh"
"Ehhhhhhhhh"
"Jawaaab, katanya gak pernah boong?" Pancing Mamah.
Mereka berdua tersenyum sini menunggu jawaban dariku. Aku terdiam sejenak dan berfikir siapa sih yang ngasih tahu. Pasti Mba Habibah deh, dia kan kemaren ngelihat aku ngrokok di Ruang Keluarga.
"Iya Pah, Mah. Sekarang Bastian ngerokok"
"Tapi gak sering kok mah, kalau lagi kepengen ajaa ssiiiiihh"
"Hmmmmm, ya sudah kalau begitu, yang penting kamu udah bilang."
"Papa gak bakal ngelarang kamu buat ngerokok, karena seusia kamu papa juga perokok. Tapi perlu kamu ingat, itu pilihan kamu, efek yang nanti ditimbulkan itu tanggung jawab kamu sendiri, yaah"
"Ehh.. Iyaaa Pah aku ngerti"
"Satu lagi, Mama gak mau seisi rumah ini Bau asep rokok, kalau kamu mau ngerokok boleh tapi jangan didalam rumah, diluar saja." Perintah mama.
"Iya Mah Bastian akan ngelakuin itu."
"Berarti sekarang Bastian dibolehin ngerokok?" Tanyaku memastikan
Papa hanya mengangguk sebagai jawaban iya.
"Yah sudah kalau gitu, papa mau masuk kamar duluan, papa ada meeting besok pagi. Eh Bas besok kamu gak kemana mana Kan?"
"Gak sih Pah, memang kenapa" tanyaku.
"Enggak cuma tanya saja, yah Udah papa masuk kamar yah, Mama masih mau disini?"
"Papa duluan saja, Mama mau bilang sesuatu sama Habibah takut besok pagi kelupaan."
"Yah sudah Papa duluan yah." Lanjut papa sambil melangkah masuk kedalam kamar.
Lalu mamapun meninggalkanku juga . Ia menuju kedapur untuk berbicara pada Mba Habibah. Ia hendak menyuruh Mba Habibah agar besok tidak lupa untuk belanja mingguan dipasar. Selepas makan akupun menuju dapur dan menaruh piring kedalam wastafel. Kulihat mama masih memberikan
list list yang bakal dibeli oleh Mba Habibah besok. Aku sengaja menunggu, kubuka kulkas dan kuambil sebotol air dingin dan menuangkan kedalam gelas. Lalu tak lama....
"Bas, mamau duluan yah, mama juga sudah ngantuk,"
“Kmu jangan begadang lagi yah, jangan Main Game sampe pagi, awas kamu..!!" Ancam mama.
"Iya maaah, ini Tian juga udah ngantuk banget kok.
Setelah mamah menuju kamarnya, aku duduk dimeja makan. Lalu kupanggil Mba Habibah.
"Mba, Mbaa... Aku mau tanya.."
"Tanya apa Mas?"
"Mba yang ngasih tahu ke mama kalau aku ngerokok yah?"
"Gara - gara mba papa mama jadi tahu kan sekarang." Grutuku.
"Loh Mba pikir, papa Mama Mas Bastian sudah tahu kalau Mas ngerokok."
"Yah kalau gitu Mba Minta Maaf yah" ucapnya sambil sedikit membungkukan tubuhnya.
"Iya iya gak apa, lagian sekarang malah aku dah diiziin kok." Jelasku sambil menghabiskan sisa air dingin didalam gelas.
"Oh iya Mas, tadi waktu saya cuci baju, ada kaosnya Mas Bastian yang lengket - lengket, itu bekas ngelap air mani yah?" Tanya Mba Habibah dengan Lugunya.
"Mampus, aku lupa memisahkan kaos yang kupakai melap spermaku di dada Mba Icha tadi Pagi., Aduuhh" gumamku dalam Hati.
Akupun bingung hendak bilang apa kepada Mba Habibah. Akhirnya aku jujur saja.
"Aduhh Maaf yah Mba, iya itu memang bekas ngelap air mani. Tapi kali ini aku mohon jangan bilang ke papa mama yah, pleasee.. Yah yah" rajuku.
"Iya saya gak akan bilang ke Ibu sama Bapak kok Mas, lagian kan wajar anak seusia Mas bastian suka kaya gitu" sahutnya.
"Eehh heee, Tapi janji jangan di kasih tahu, awas loh mba sampe papa mama Tahu. " Kataku sedikit mengancam.
Setelah itu aku langsung menuju kamarku. Didalam kamar aku bergumam. Sial betul ini si mba Habibah, baru kenal sehari sudah berkali-kali bikin aku apes. Lalu aku menanggalkan pakaianku dan bergegas masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah segar, kupakai pakaian tidur dan kujatuhkan tubuhku diatas kasur dan bergegas kupejamkan mata. Badanku sudah sangat lelah Hari ini. Aku ingin tidur nyang nyenyak.
Mudah mudahan mimpiku nanti, aku mengulang kembali kejadian indah sore tadi diatas Kereta Gondola.....
Dengan ini liburanku dihari pertama ini berakhir.
Waau sempat diakhiri dengan sebuah insiden yang menegangkan,
tetapi aku nikmati insiden itu dengan sebuah permainan yang jauh lebih menegangkan
Aku tak sempat mengirim sms kepada Mba Icha karena mataku sudah tidak bersahabat.
Aku harap dia selamat sampai ke Bandung entah apa yang akan dia lakukan bersama teman temannya disana
Selamat Malam
Dengan ini liburanku dihari pertama ini berakhir.
Waau sempat diakhiri dengan sebuah insiden yang menegangkan,
tetapi aku nikmati insiden itu dengan sebuah permainan yang jauh lebih menegangkan
Aku tak sempat mengirim sms kepada Mba Icha karena mataku sudah tidak bersahabat.
Aku harap dia selamat sampai ke Bandung entah apa yang akan dia lakukan bersama teman temannya disana
Selamat Malam