Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT TETANGGA PERKASA

Lihat kebun lagii, eh masih di pukpuk ternyata 😄
 
Tanjakan Cinta
-------------------------





Kembali ke desa kecil nan asri di lereng gunung Semeru.

Sudah tiga hari sejak Asty pingsan di kebun kentang. Amin dan Bu Ratih hanya tau kalau Asty pingsan gara gara disengat tawon. Mereka berdua sama sekali tidak tahu apa yang sesungguhnya telah terjadi.

Tiga hari pula Asty hanya tergolek ditempat tidur. Tubuhnya benar benar lemah. Fisiknya drop. Bengkak bekas sengatan tawon sudah mulai mengempis. Tapi entah kenapa tubuh Asty justru semakin lemah tak bertenaga. Pandangan matanya kabur, bahkan bersuara pun lirih sekali.

Tak ada sebutir nasi pun yang masuk ke perut Asty selama tiga hari ini. Setiap dipaksakan untuk menelan makanan, dia selalu muntah muntah. Minum pun hanya sekedar saja, hanya untuk Menghindari dehidrasi.

Siang hari wanita ini selalu tertidur, tapi jika malam menjelang, matanya nyalang tak bisa dipejamkan. Sekali waktu tubuhnya terserang panas tinggi dan Asty mengigau, meracau tiada henti. Bibirnya memanggil manggil nama kedua anaknya, kedua orang tuanya, dan juga nama Deni suami nya.

Bu Ratih sempat kaget ketika mendengar Asty menyebut nama Deni dalam igauan. Tapi Amin begitu pandai menjelaskan sehingga sampai saat ini kebohongan mereka tentang pernikahan itu tak terbongkar.

Seperti malam ini, suhu badan Asty kembali naik tinggi. Wanita cantik ini tak henti mengerang lirih. Dengan telaten Bu Ratih mengambil Sebaskom air dan mengompres kening Asty.

"Istighfar Nduk... ". Bisik Bu Ratih ditelinga Asty ketika pada suatu momen tiba tiba mata Asty melotot nyalang menatap langit langit kamar.

"ANAKKU.. JANGAN PERGIIIII.... NAKK !!! ". Asty berteriak histeris. Tubuhnya meronta ronta, tapi dengan cekatan Bu Ratih menahan tubuh mungil itu agar tidak jatuh dari ranjang.

"Bu... Tolong... Tolong anakku Bu... ". Asty berucap lirih memelas. Dia menangis. Tangannya mencengkeram erat tangan Bu Ratih,membuat wanita tua ini sedikit merasa kesakitan. Tapi naluri seorang ibu membuat Bu Ratih bisa menahan segala macam rasa sakit,matanya menatap Asty sendu.

"Anakmu baik baik saja Nduk.. Sekarang kamu istirahat ya..... ".

Amin berdiri mematung dipojok kamar. Wajahnya kaku dengan mata yang berkaca kaca. Sedih sekali dia melihat kondis sangi wanita pujaan. Hati kecilnya diliputi penyesalan, kenapa dia begitu egois, memanfaatkan kesempatan untuk bersama dengan wanita ini, tanpa memperdulikan perasaan sang wanita.

Seharusnya setelah kejadian di Jakarta kemarin, dia langsung saja mengantarkan Asty berkumpul kembali dengan kedua anak dan juga orang tuanya, bukannya malah membawa Asty ke Semeru segala, hanya demi memuaskan hasrat ke lelakian nya.

Bu Ratih melangkah keluar kamar.

"Jaga istrimu.. Jangan biarkan fikirannya kosong... ". Amin yang mendengar sang Ibu berucap hanya menganggukan kepala pelan. Setelah Bu Ratih keluar, Amin kemudian mendekati ranjang dan duduk di tepinya, disamping kepala Asty yang kembali memejamkan mata.

Amin benar benar terenyuh memandangi wajah Asty yang pucat pias. Wajah manis yang kuyu, menampakan gurat penderitaan bathin yang hanya pemilik wajah yang tau pasti sedalam apa.

"Maafkan Aku Dek... ". Pelupuk mata sang wanita sedikit bergerak. Kemudian membuka berlahan. Ada segores senyum yang tak sempurna terkembang. Senyum yang seharusnya manis, tapi saat ini pedih dirasakan Amin.

" Aku egois... Aku..... ". Amin tak kuasa melanjutkan kata saat melihat ada lelehan air mata dipipi Asty yang meleleh.

Bibir itu seperti ingin berucap, tapi sampai beberapa saat tak ada suara yang terdengar. Hanya sepasang bibir pucat dan pecah pecah yang bergerak. Bibir wanita yang sedang menahan lara.

Amin jelas mengira Asty menjadi seperti ini karena tertekan bathin akibat perbuatan nya. Lelaki ini smaa sekali tak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Berfikir seperti itu duda muda ini semakin sedih.

"Kamu marah Dek....? ". Asty hanya diam.

" Setelah kondisimu membaik, kita akan segera pulang. Kamu akan berkumpul kembali dengan keluarga mu... ". Amin kembali berucap. Ada sedikit binar dimata Asty, tapi kemudian binar itu kembali redup.

Asty berusaha menggerakkan tangan kanannya, berusaha menyentuh tangan Amin yang bersitekan di kasur. Seperti sangat ingin wanita ini mencurahkan perasaannya tapi tak bisa. Fisik dan bathin wanita ini jelas terlihat sangat lemah.

"Ya sudah.. Kamu istirahat aja Dek. Nanti kalau belum ada perkembangan, biar aku suruh Aisyah menjemput bidan di puskesmas.. ".




_____________________




"Gak usah khawatir... ". Bidan cantik yang baru saja datang dijemput oleh Aisyah sore itu berkata seraya tersenyum tipis kepada Amin.

"Istri sampeyan gak apa apa kok, cuma kelelahan. Mungkin iklim dan suhu disini membuat tubuhnya kaget dan belum bisa menyesuaikan diri.. ".

"Syukurlah kalau benar demikian Bu bidan.. Terus terang saya takut kalau Asty diganggu makhluk halus... ". Amin menunjukan kekhawatiran yang mendalam membuat sangat bidan tertawa.

" Usahakan dia menghabiskan obat ini bagaimanapun caranya. Mudah mudahan esok lusa kondisinya membaik.. ". Sang bidan menyodorkan sebungkus obat obatan.

"Terimakasih, Bu... ".

"Oh ya, Aisyah bisa ngantar Ibu lagi kan...? ".

"Bisa Bu.. Mau pulang sekarang...? ".Aisyah yang sedari tadi berdiri disisi ranjang menjawab cepat.

"Iya,.. Toh Asty juga cuma kelelahan kok. Gak ada gejala yang membahayakan.. ".

"Kalau begitu, Ayo Bu..... ". Aisyah kemudian beranjak keluar kamar.

"Saya pamit dulu Mas Amin.. Kalau ada apa apa telpon saja, Aisyah sudah saya beri nomor kontak saya... ". Bu Bidan pun pamit. Amin cuma menganggukan kepala membalas ucapan Bu Bidan barusan. Dia sangat tidak ingin suaranya membangunkan Asty yang sedang tertidur.

Sesampainya di depan pintu Bu Bidan berbalik sejenak,

"Nanti kalau isterimu sudah baikan, sesekali ajaklah jalan jalan melihat pemandangan Semeru, siapa tau hatinya bisa sedikit terhibur... ". Amin tertawa kecil melihat Bu Bidan cantik itu berkata dengan senyum terkembang lebar.



________________




Dua hari kemudian.......

Kondisi fisik Asty sudah hampir pulih sempurna. Tak ada lagi wajah yang pucat pasi dan kuyu. Pembawaannya pun kembali ceria. Hanya ketika berada di dekat Pak Dibyo saja Asty jadi pendiam tak banyak bicara. Lelaki tua itupun terlihat canggung, dan selalu menghindar jauh jauh dari "menantu" nya itu. Jika tak sengaja akan berpapasan, Pak Dibyo langsung berbalik berputar arah. Atau ketika Pak Dibyo masuk ke dapur dan disitu ternyata ada Asty, dia pasti mengurungkan niatnya dam berbalik keluar.

"Asty sebenarnya tak enak hati dicueki oleh Pak Dibyo. Dia makan disini, tidur disini dan bahkan dirawat dirumah ini, tapi sang tuan rumah bersikap menghindar. Tapi mengingat apa yang telah dilakukan lelaki tua itu padanya, Asty berusaha untuk tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang berarti.

Meski Pak Dibyo jelas jelas seperti menunjukan penyesalan, tapi hati sang wanita masih sakit, masih belum bisa menerima peristiwa tragis dikebun kentang itu. Maka itu Asty tak ambil pusing dengan ke cuekan dan sikap acuh Pak Dibyo, bodo amat, bahkan umpama bapaknya Amin itu mengusir nya dari rumah ini pun, Asty tak akan berberat hati untuk pergi.

Lagi pula, mana berani Pak tua itu mengusirnya, Pak Dibyo saat ini pasti sangat tegang sekali, takut Asty melaporkan kelakuan nya kepada Amin. Jadi secara tidak langsung Asty sekarang adalah ratu di rumah ini. Dia bebas mau melakukan apa saja, Amin sangat mencintainya dan bersedia tunduk padanya, Bu Ratih sangat menyayanginya, Aisyah pun tampak jelas begitu menghormati dirinya sebagai "kakak ipar". Sedangkan Pak Dibyo sendiri sekarang ibarat ular yang dipegang ekornya. Tak akan bisa berbuat apa apa kalau tak mau kebejatan nya terbongkar.



_______________




Tidak begitu jauh dari desa tempat sekarang Asty berada, terdapat satu titik yang selalu menjadi tujuan para wisatawan yang mendaki Gunung Semeru. Namanya Ranu Kumbolo. Dan kesana lah tujuan Amin dan Asty pagi ini.

Dengan berjalan kaki mereka menyusuri jalan yang memang sudah biasa dilewati para pendaki. Amin dan Asty sepakat untuk hanya mendaki sampai ke Ranu Kumbolo saja, tidak akan mendaki sampai ke puncak.

Mereka berdua hanya ingin menikmati momen matahari terbit di tepian danau itu, dan sembari menunggu malam, rencana nya mereka akan mencoba menaklukan curamnya Tanjakan Cinta dan menikmati Oro Oro Ombo dari puncak bukit nya.

Amin menggendong sebuah tas ransel cukup besar yang berisi sebuah tenda dan beberapa perlengkapan lain seperti odol dan sikat gigi, obat pengusir serangga dan beberapa bungkus makanan instan. Tak lupa kompor gas kecil dan tabung gas ukuran mini dimuat kedalam ransel itu. Sementara Asty sendiri berjalan lenggang kangkung tanpa ada bawaan sama sekali. Memang enak jadi wanita... Amin sedikit bersungut sungut lucu.

Setelah melapor dan meninggalkan indentitas di Pos pendakian awal, kedua insan berlainan jenis itu lantas memulai petualangan kecil mereka. Hari ini cukup sepi dari para pendaki. Padahal cuaca sangat mendukung, langit sangat cerah dan angin pun bertiup sepoi sepoi tidak terlalu kencang.

Jalan setapak yang mereka lalui sampai saat ini tidak terlalu panas dan melelahkan, Asty masih melangkah dengan penuh semangat dan sesekali tertawa tawa bercanda ria. Keringat kecil yang mulai membasahi leher dan dahinya tidak dihiraukan. Keindahan alam lereng Semeru benar benar luar biasa, membuat sejenak sang wanita lupa dengan segala macam penat dan rupa rupa masalah dalam hidup.

Telah lebih dari satu Jam Amin dan Asty menyusuri jalan setapak yang kiri kanannya ditumbuhi pohon Cemara Gunung. Langkah kaki yang santai membuat perjalanan mereka sedikit lebih lama dari umumnya waktu tempuh para pendaki.

Tak lama kemudian mereka mencapai lokasi pas peristirahatan yang disebut Landengan Dowo. Asty nampak mulai lelah, perjalanan yang mendaki membuat betis mungil nya terasa linu. Begitu sampai dibawah batang pohon yang cukup rindang, Asty lantas saja mennggeletak ditanah melepas penat.

"Capek dek....? ". Amin tersenyum melihat kondisi wanitanya. Kaos lengan panjang yang dipakai sebagian terlihat basah kuyup oleh keringat, terlebih dibagian dada dan punggung. Membuatnya terlihat sangat seksi dimata Amin.

"Capek sekali Mas.... Huuffft..... ". Asty menghembuskan nafas kuat.

"Klo gak sanggup, kita sampai sini aja Dek. Gak usah keatas lagi... ". Kasihan juga lelaki ini melihat Asty yang kepayahan.

"Eh,... Lanjut lah... Aku masih sanggup kok... ". Sergah Asty cepat.

"Cuma butuh waktu sebentar buat istirahat... ". Lanjutnya lagi sambil masih tetap berbaring terlentang berbantal akar pohon.

Amin beringsut mendekati Asty kemudian tangannya memijit betis putih mulus itu dengan lembut.

Asty tersenyum melihat Amin yang begitu perhatian padanya. Wanita ini memejamkan mata meresapi pijitan di betisnya.

"Nah,.. Gitu dong dari tadi. Linunya kan bisa cepat hilang... ". Kekeh Asty manja..

"Nanti gantian... ". Amin merengut.

"Iya, tenang saja. Nanti Asty pijitan seluruh badan Mas Amin... ".

"Pijit plus plus ya.... ".

"Iya, plus tabok... ". Asty tertawa berderai melihat wajah Amin semakin tertekuk keki.

" Heh.. Klo gak niat mijit mending gak usah... ". Asty merasakan pijitan Amin semakin keras seperti sengaja karena jengkel..

" Mijit kok kayak mau matahin kaki orang.. ". Sang wanita bersungut-sungut lucu. Amin tertawa puas..

" Rasain.. Nih... Nih.... ". Tangannya semakin keras meremas betis Asty dan naik juga memijit keatas kearah paha membuat Asty Blingsatan dan menarik kakinya menjauh.

"Udah... Udah.. Geli tau... ". Matanya mendelik pura pura marah sedangkan Amin tertawa terbahak bahak kesenangan.

Kemesraan yang ditunjukan pasangan itu benar benar membuat iri seekor burung kutilang yang sedang bertengger sendirian diranting pohon. Tak tahan, sang burung kemudian mengepakkan sayap terbang menjauh..

Asty kini duduk bersandar di dalam pelukan Amin. Jari jari tangannya iseng mencabut dan memainkan sebatang rumput kecil yang tumbuh liar disekitar tempat duduk mereka.

"Mas,.. ".

" Kenapa Dek...? ".

" Gak Ah.... He.. He... ".

" Hmmmmmm.... ".



________________




Nirmala menangis tersedu. Dia stres, frustasi dan seperti kehilangan gairah hidup. Pagi ini sang gadis masih tak beranjak dari pembaringan yang acak acakan. Menjelang subuh tadi Jarot sudah pergi keluar dari kamar setelah empat kali menyemprotkan cairan kenikmatan didalam tubuh Nirmala.

Cairan yang meluber luber itu masih terasa sangat lengket diselangkangan. Tapi Nirmala tak menghiraukan. Dia merasa dirinya telah menjadi seonggok sampah tak berguna. Jadi, buat apa membersihkan sampah...?

Jarot memang sempat ditahan di Polsek. Tapi itu cuma tak sampai sebulan lamanya. Dan sekarang lelaki durjana itu telah bebas dan mengulangi lagi memperkosa nya tanpa sedikitpun Nirmala bisa melawan. Gadis itu benar benar terpuruk sekarang. Ingin sekali dia bunuh diri saja, biar tak lagi menanggung rasa malu dan juga penderitaan.

Gadis cantik beranjak mekar tapi layu sebelum berkembang ini sadar, ini bukanlah yang terakhir. Jika dibiarkan, bisa bisa tiap malam dia harus melayani nafsu bejat si Jarot.

Sementara sang Bapak dengan segala keterbatasan nya tak mungkin bisa berbuat banyak. Kemarin saja meski Jarot sudah ditangkap, tapi dengan kekuatan pengaruh Pak Kades Jarot bisa lepas dengan mudahnya. Jadi mau bagaimana lagi.... ?

Pak Mardikun yang menghabiskan hidup di desa kecil dan terpencil, tentu tidak paham dengan segala KPAI, LPSK dan komnas komnas an lainnya.
Sementara setiap hari orang orang suruhan Pak Kades terus saja menakutkan nakuti.. Membuat nyali Pak Mardikun semakin ciut, dan akhirnya seperti pasrah begitu saja.

Andai saja ada pihak yang perduli dan membantu urun rembuk dengan keluarga, mungkin Pak Mardikun tidak akan se pasrah ini. Tapi penduduk desa Rahayu kebanyakan memang tidak melek hukum. Bukan karena mereka bodoh, tapi memang selama ini mereka tidak pernah berurusan dengan hukum. Sehingga kebanyakan warga desa bisa dengan mudah dibodohi oleh mereka yang lebih berkuasa.

Ditambah lagi dalam kasus Nirmala ini, Jarot adalah keponakan kepala desa, sedangkan kepala Desa sendiri sangat berpengaruh di sini, jangankan warga biasa, bahkan anggota kepolisian pun seperti patuh dan tunduk. Tak mampu melawan kehendak sang Kades.

Pak Wijoyo adalah kepala desa yang arogan. Tapi tidak ada satu wargapun yang berani menentang, semua seperti telah dicocok hidungnya oleh Pak Wijoyo. Bahkan lembaga sekelas BPD pun seperti tak berkutik meski ada kebijakan-kebijakan Kepala Desa yang menyimpang.

Selain Kepala Desa, Pak Wijoyo memiliki bisnis yang luar biasa, terlihat dari jumlah lahan sawah yang sampai puluhan hektar, belum lagi kendaraan berupa mobil mobil mewah yang berjejer tak muat lagi didalam Garasi, sampai beberapa rumah mewah yang ada dimana mana. Jika hanya mengandalkan gajinya sebagai Kepala Desa, tidak mungkin Pak Wijoyo akan sekaya itu.

Kekayaan yang dimiliki nya itulah yang membuat Pak Wijoyo laksana Dewa yang sangat berkuasa. Sekelas Pak Mardikun bisa apa.....?

Nirmala sendiri adalah Putri Tunggal, jika saja Nirmala memiliki kakak laki-laki, mungkin akan ada yang melindungi, sehingga tidak terlalu gampang pemuda pemuda brengsek semacam Jarot mengganggunya.


_______________



Beberapa hari yang lalu..


Hari ini Pak Hermanto kembali membesuk Deni. Lama sekali petugas kepolisian dari polda ini berada diruang besuk. Pembicaraan antara mereka terlihat sangat serius. Bahkan Pak Hermanto kemudian meminta ruang khusus pada sipir lapas, dia takut apa yang dibicarakan akan bocor kemana mana.

"Hari ini kamu bebas, aku yang menjadi penjaminmu... ". Deni hanya menunduk. Bukan dia tak suka, tapi tugas yang diberikan oleh Pak Hermanto yang membuat lelaki muda ini gelisah.

Sesuai dengan kesepakatan, setelah bebas, Deni akan kembali ke desa Rahayu, tapi bukan sebagai dirinya yang sekarang, tapi dengan Identitas lain. Dia akan menjadi informan bagi Pak Hermanto dalam penyamaran nanti.

Pak Hermanto sudah menjelaskan panjang lebar tujuan pembebasan nya. Kepolisian daerah Lampung sudah lama mencium ada yang janggal di wilayah sekitar Desa Rahayu. Sehingga Kapolda sendiri yang menugaskan Pak Hermanto untuk turun menyelidiki.

Beberapa bocoran dari masyarakat yang tidak mau menunjukkan identitas mengatakan bahwa Desa Rahayu dan beberapa desa tetangga telah menjadi basis pengedaran Narkotika. Tapi anehnya dari laporan kepolisian sektor di wilayah itu aman aman saja, tidak pernah ada kasus Narkotika yang muncul kepermukaan. Adem ayem begitu saja.

Ini yang menjadi tugas Pak Hermanto, yang kemudian setelah beberapa kali melakukan survey diam diam akhirnya memutuskan mengajak Deni berkerja sama. Dari mana Pak Hermanto kenal Deni...?.Itu akan diketahui di akhir cerita nanti...

Setelah membereskan segala keperluan administrasi, sore itu juga Deni langsung keluar dari Lapas dan mengikuti Pak Hermanto pulang. Nanti dirumah segala sesuatu nya akan dijelaskan lebih detail lagi, yang terpenting sekarang adalah keluar dulu, setengah tahun lebih di penjara membuat Deni sedikit gugup dengan keadaan di luar.

Tak ada bawaan apa pun ketika Deni melangkah melewati gerbang Lembaga Pemasyarakatan itu, hanya baju dan celana yang melekat dibadan, bahkan kembali ke sel nya pun Deni tak sempat. Biarlah.... Tak ada yang penting juga.. Deni membathin..


Pak Hermanto adalah anggota kepolisian senior di wilayah Lampung. Beliau berpangkat AKBP. Bidang yang menjadi tanggung jawabnya sekarang adalah pemberantasan Narkoba. Sudah beberapa Bandar besar yang berhasil digulung oleh Polisi berusia 45 tahun ini. Tentu saja laporan mengenai adanya wilayah pelosok yang menjadi sentra peredaran narkoba membuat amarahnya bangkit. Setelah beberapa kali menugaskan anak buahnya untuk turun menyelidiki, akhirnya dia sendiri memutuskan untuk turun tangan. Beliau menduga pasti ada kongkalikong antara bandar dan petugas kepolisian di daerah itu. Dan untuk menghadapi hal seperti itu, harus dengan cara yang cermat dan hati hati. Tidak boleh sembarangan karena sedikit saja sembrono, maka segala macam rencana akan bocor.

Pak Hermanto ingin langsung menangkap bos terbesar, kepalanya, karena menangkap ekor atau para pengedar pengedar kecil tidak akan menyelesaikan masalah. Justru malah membuat pemain utama menjadi tau arah pergerakan polisi.

Beliau sengaja tidak memberitahu tentang operasi nya ini kepada Kapolres dan Kapolsek wilayah itu, karena Pak Hermanto curiga jangan jangan ada keterlibatan kepolisian dalam kasus ini.

Ini tugas khusus, dan AKBP Hermanto Djalil diberi kebebasan menentukan bagaimana caranya.




______________

Kembali ke saat ini di Lereng Semeru, pukul 11.30 siang hari.

Setelah puas beristirahat, Amin mengajak Asty untuk melanjutkan pendakian. Mereka tidak terlalu terburu buru karena tujuan mereka hanya sampai ke Ranu Kumbolo, kalaupun masih ada kesempatan, paling paling mereka akan mengeksplor Tanjakan Cinta yang terkenal itu dan kemudian menikmati pemandangan Oro Oro Ombo dari puncak bukit nya.

Jadi sampai siang hari ini mereka melangkah sangat santai sekali. Sesekali berhenti dan mengedarkan pandang ke segala penjuru menikmati keindahan alam lereng Gunung.

Tak jarang pula mereka memutuskan untuk foto foto dulu jika menemukan spot yang menarik. Kamera HP milik Amin sudah cukup bagus untuk mengabadikan momen momen berharga di sepanjang perjalanan mereka.

Tepat pukul 2 sore akhirnya mereka sampai ke tujuan. Setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan dan beberapa kali berhenti di pos peristirahatan, lelah dan penat sepasang anak manusia itu terbayar lunas dengan keindahan pemandangan didepan mereka saat ini.

Amin dengan cekatan mendirikan tenda, kemudian menyiapkan segala sesuatunya sehingga jika pun malam menjelang, mereka tak akan repot repot lagi.

Hanya ada 5 tenda yang berdiri disekitar mereka. Dan Amin sengaja memilih lokasi tenda agak sedikit menjauh dari kelompok tenda lain.

Seperti nya dia ingin privasi lebih. Amin tentu tak ingin melewatkan momen berdua dengan wanita pujaan di tempat yang indah ini. Dia ingin suasana yang romantis, dan Asty bukan tak menyadarinya.
Tapi wanita cantik ini cuma tersenyum sekilas ketika Amin ngeyel dengan lokasi pilihannya.

Tenda telah berdiri, semua hal juga telah siap. Kini mereka masih punya waktu untuk jalan jalan lagi.

"Dek, kita coba kesana yuk... ". Amin menunjuk kearah tebing tinggi berupa lereng bukit. Disitu terlihat sebuah tanjakan curam yang terlihat ada beberapa orang pendaki sedang mencoba menaiki bukit lewat jalan yang terlihat cukup sering dilewati.

" Jika kita berhasil naik ke bukit itu, dari puncak bukit kita akan menemukan pemandangan yang luar biasa... ".

" Sepertinya menarik. Ayo....!! ". Asty nampak bersemangat dan melangkah mendahului Amin.

Apa yang disebut tanjakan cinta ternyata tidaklah terlalu curam. Medan yang dilalui pun cukup leluasa untuk dilewati.

"Segini doang....? ". Asty berucap dalam hati.

"Dek,.. Nanti pas naik, sebelum melangkah kamu sebut nama orang yang kamu sayang dalam hati, trus naiklah sampai atas tanpa menoleh.. ".

"Emang kenapa..? ". Asty heran dengan kata kata Amin barusan.

" Coba aja deh... ".

" Oke.... ". Asty menjawab ringan dan mulai mendaki menuju keatas. Tebing memang tak curam, tapi jalan menuju puncak bukit yang cukup panjang tak urung membuat kaki asty terasa lelah dan pegal.

Setengah perjalanan menuju puncak, Asty merasakan kedua kakinya sedikit kesemutan. Wanita ini pun memutuskan berhenti mendaki dan menuju ke sebuah baru kecil lantas duduk beristirahat disitu.

Matanya membelalak membulat dengan mulut ternganga ketika pandangannya membentur lanskap yang luar biasa indah. Maha karya yang luar biasa dari sang Maha Pencipta. Ini syurga... Bathinnya.

Asty lantas berdiri begitu saja menikmati pemandangan indah Ranu Kumbolo dilihat dari ketinggian lereng tebing. Meski belum sampai puncak, tapi keindahan itu sudah sangat menghipnotis.

"Heii... Kenapa berhenti....? ". Amin kaget dan sedikit panik melihat Asty justru berhenti ditengah jalan dan malah memutar pandangan kesegala arah, bukan hanya menoleh kebelakang..

Sang wanita hanya tertawa kecil. Kemudian melanjutkan naik mendaki. Tak lama sang wanita cantik jelita akhirnya tiba di puncak bukit. Dipuncak ada beberapa pendaki yang sudah lebih dahulu naik. Terlihat para pendaki itu telah memilih posisi paling strategis untuk menikmati keindahan Ranu Kumbolo di sisi belakang, keanggunan padang rumput Oro Oro Ombo di depan. Beberapa kali mereka berpose didepan kamera hape, ada yang selfie sendiri, ada pula yang berpasangan.

Tak lama kemudian Amin pun sampai.. Matanya langsung mendelik melihat Asty yang senyum senyum kecil menyambut nya.

"Kenapa kamu menoleh tadi...? ". Tanya sang pria tak sabaran.

" Mas Amin percaya mitos...? ". Amin lantas terdiam.

" Bukan begitu. Tapi itukan sudah jadi pantangan ketika mendaki tanjakan ini... ".

" Hmmm..pantangan to... ". Asty menjawab santai dan masih senyum senyum kecil.

"Eh.. Kamu gak nyebut namaku kan....? ". Tanya Amin cepat.

" Emang kenapa, Mas... ? ".

" Ketika kamu mulai naik dan menyebutkan nama orang yang kamu cintai, kemudian ditengah jalan kamu menoleh kebelakang, maka hubungan kamu akan kandas... ". Amin menerangkan pantangan yang berlaku di tanjakan ini.

" Oh... Begitu... Bagus lah.... ".

"Eh,... Kok bagus..?. Kamu menyebut nama siapa dek...? ".

"Ada deh... ". Sang wanita tertawa misterius dan kemudian berdiri berkacak pinggang mengedarkan pandangan ke penjuru bukit.

Amin jelas gelisah.. Dia khawatir namanya lah yang disebut oleh Asty, dan ditengah jalan wanita itu sengaja menoleh kebelakang supaya hubungan mereka yang tanpa kejelasan ini kandas..

Berfikir sampai disitu, Amin merasa sedih, dan separuh jiwanya seperti melayang hilang.

"Turun yuk, dek... ". Tak ada semangat di suara itu. Lesu sekali Amin akhirnya melangkah turun mendahului.

"Duluan aja, Mas.. Aku masih betah disini... ".

" Ya udah.. Hati hati... ".

Amin kemudian menuruni bukit dengan semangat yang sudah padam. Langkahnya gontai, sesampainya di Tenda lelaki ini kemudian masuk dan menggeletak dengan mata terpejam..

Bahkan diajak turun pun Sang wanita pujaan tidak mau. Seperti nya Asty memang tak terlalu perduli dengan ku... Pikir Amin kemudian. Dia tak perduli dengan perasaan ku.. Dia justru terlihat begitu bahagia dipuncak bukit sana. Tak perduli dengan segala pantangan, bahkan seperti sengaja menantang.

Amin semakin yakin memang nama nya yang disebut Asty sebelum mendaki Tanjakan Cinta tadi.

Sakit sekali terasa di relung hati Sang lelaki. Sakit yang tak bisa di lawan, karena pada kenyataannya Asty memanglah berstatus istri orang. Dirinya lah yang tak tau malu berharap pada Asty, berharap mendapatkan cinta Sang wanita hanya karena tempo hari telah menyelamatkan nya.

Kehangatan... Asty memang bisa memberikan, tapi cinta... Sepertinya tak semudah itu.. Amin mendesah.....
Dia seperti berada di persimpangan. Terus saja menikmati kehangatan tubuh Asty meski tanpa cinta dari si wanita, atau mengalah, mengubur segala harapan dan impian dan membiarkan Asty kembali ke kehidupannya semula.

Amin bingung sekali saat ini. Diremas kuat kuat rambut kepalanya.. Dia tak ingin egois, Amin tentu tak ingin jadi pagar makan tanaman, tapi Asty begitu unik sehingga membuat Amin telah benar benar jatuh cinta.

Tak ada sedetikpun waktu berlalu tanpa keinginan untuk berada di dekat wanita itu, memeluknya, mencumbu nya, dan berkeringat bersamanya.


"Asty.. Kenapa kau semenarik itu sayang..". Amin mengeluh. Dalam resahnya, air mata meleleh di pipi Sang pria..



____________________


Lima hari sebelum hari ini... Di desa Rahayu...


Menjelang sore... Selepas mengimami shalat Ashar di Masjid Al-Ikhlas yang menjadi Masjid terbesar di Desa Rahayu, Kyai Thoriq sedikit bersantai diteras rumahnya yang cukup besar tapi sederhana. Kyai yang menjadi panutan warga Desa itu memelihara seekor ikan Arwana merah didalam aqurium besar yang diletakkan di teras depan. Dengan telaten Sang Kyai memberi makan ikan itu. Seekor Lipan cukup besar cukuplah mengganjal perut Sang Ikan sampai besok pagi.

"Assalamu'alaikum Pak Kyai.... ". Sebuah suara membuat aktifitas Kyai Thoriq terhenti.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh. "... Pak Kyai sedikit heran. Dia belum pernah melihat orang ini sebelumnya.

"Mari... Silahkan masuk.... ".

"Terimakasih Pak Kyai.... ". Orang itu lantas melangkah masuk kedalam teras rumah yang dikelilingi Pagar bambu setinggi setengah meter dan duduk di kursi kayu yang disediakan.

"Maaf, ada keperluan apa ya...? ". Kyai Thoriq bertanya.

"Begini Pak Kyai.. Nama saya Zaid. Saya berasal dari Jawa. Saya sudah tiga tahun ini mengembara kemana kaki melangkah. Dan akhirnya angin membawa saya kesini... ". Pria 30an tahun bernama Zaid mulai menerangkan asal usulnya.

Kyai Thoriq menatap lelaki didepan nya Lekat lekat. Sekilas tidak ada kesan mencurigakan dari wajah Sang lelaki muda yang terlihat kaku dan putih pucat itu.

"Ooh... Kalau begitu.. Maaf, ada yang bisa saya bantu....?". Sang Kyai kemudian bertanya.

" Maaf Pak Kyai, kalau boleh, saya mohon izin untuk mengabdi di Masjid Desa ini.. ".

"Maksudnya....? ".

"Yah... Jadi tukang bersih bersih Masjid, begitu Pak Kyai.... ".

"Ooh... Jadi Marbot... ". Kyai Thoriq mulai paham.

"Betul Pak Kyai... Tidak digaji tidak apa opa.. Yang penting bisa makan dan ada tempat untuk beristirahat.. ".

" Bisa... Bisa.... ". Kyai Thoriq manggut manggut sembari menggaruk garuk dagunya yang berjenggot panjang.

"Terimakasih Pak Kyai... ". Sang lelaki bernama Zaid terlihat sangat senang sekali.

"Tapi saya tetap harus memusyawarahkan dulu dengan anggota pengurus lain Nak.. Nanti kamu ikut bapak ke masjid, sekalian shalat maghrib disana... ".

"Iya Pak Kyai... ".

" Sekarang kamu mandi dulu dibelakang.... ". Kyai Thoriq bersikap ramah sekali kali ini. Dan tentu saja Zaid menjadi sangat lega hatinya.



______________




Lima hari sudah Zaid menjadi tukang bersih bersih di Masjid Al-Ikhlas. Perkerjaan yang rapih dan teliti membuat para pengurus Masjid yang lain menjadi sangat senang. Bahkan mereka tidak ragu ragu untuk memberikan sekedar beras beberapa kilo untuk kebutuhan Zaid sehari hari. Sebuah rumah kecil di samping Masjid yang tadinya kosong dan hampir roboh sengaja di perbaiki untuk tempat tinggal Sang Marbot baru.

Sang Marbot ini ternyata cukup bisa diandalkan. Sesekali Zaid lah yang mengumandangkan Adzan, suara lantunan yang merdu membuat Zaid semakin disukai.

Hari ini Zaid meminta izin pada Kyai Thoriq untuk berkeliling desa. Dengan mengendari motor milik Sang Kyai, Zaid kemudian berputar putar seperti sengaja untuk mengenal keadaan desa lebih dekat.

Sesaat kemudian Zaid tampak memasuki sebuah gang di RT 5. Motor yang dikendarai melaju berlahan dan kemudian berhenti ketika mata Zaid menatap dua orang bocah sedang bermain dihalaman sebuah rumah. Seorang bocah perempuan berusia sekitar 8 tahun, dan seorang lagi bocah lelaki kecil berusia sekitar 4 tahun.

Melihat tidak ada orang dewasa yang mengawasi kedua bocah itu, Zaid kemudian turun dari motor danmelangkah memasuki halaman rumah.

"Adek kecil lagi maen apa...? ". Zaid menyapa kedua bocah itu dengan lembut.

Sang bocah perempuan hanya tersenyum. Sedikit malu dan takut menatap orang asing didepannya.

"Jangan takut. Om gak jahat kok... ". Zaid tertawa ramah membuat Sang bocah ikut tertawa.

" Ada perlu apa Om....? ". Sang bocah perempuan akhirnya berani bersuara..

"Cuma main main saja kok.. Oh ya. Nama kamu siapa...?. Zaid berjongkok didepan kedua bocah manis itu.

" Nama saya Jihan Om.. Dan ini adik saya.. Ipin... Hehehe... ". Sang bocah malah bercanda. Membuat Zaid tertawa tergelak gelak.

" Saya Idan Om.. Bukan ipin... ". Sang adik merengut marah...

"Eh.. Ada Nak Zaid.. Mari masuk.. ".

"Iya Pak Dahlan.. Terimakasih... ". Zaid yang sudah mengenal pemilik rumah kemudian menggendong Sang bocah lelaki dan melangkah masuk kedalam rumah.

" Sepi sekali Pak.... ". Ucap Zaid setelah duduk di kursi tamu sambil masih memangku Sang bocah lucu.

"Iya Nak. Dirumah ini cuma saya sama istri dan kedua cucu saya ini. Jadi ya sepi... ". Pak Dahlan tertawa terkekeh.

"Jihan.. Bikinin Om Zaid kopi ya.... ".

"Iya Mbah.... ". Bocah perempuan berparas manis itu kemudian melangkah kedapur.

" Orang tua nya kemana Pak...? " Tanya Zaid sambil menunjuk bocah dipangkuan.

"Ibunya Merantau... Bapaknya kena musibah... ". Jawab Pak Dahlan sedih.

" Musibah....? ".

"Iya... ". Bu Utari muncul dari belakang dan ikut duduk diruang tamu.

" Bapaknya Wildan di penjara.... ". Terang Bu Utari.

Zaid cuma menggangguk. Dia tak mau terlalu banyak bertanya. Seperti wartawan saja, pikirnya.

" Kopinya Om.... ". Jihan keluar dapur membawa nampan berisi dua gelas kopi dan menyuguhkan nya di meja.

"Lha... Mbah gak dibikinin... ". Bu Utari cemberut lucu. Dia memang suka sekali bercanda dengan Jihan cucunya.

" Mbah gak ngomong kok... ". Sang cucu berkilah yang kemudian disambut tawa seisi ruang tamu. Sementara Wildan Sang adik tampak nyaman dalam pangkuan Zaid. Kerinduan pada sosok ayah mungkin yang membuat Sang bocah tampak betah sekali dipangku.

"Nak Zaid sudah berkeluarga...? ". Bu Utari bertanya setelah suasana hening sejenak.

"Belum, Bu.. Belum ketemu jodoh.... ". Zaid menjawab seraya tertawa.

"Disini banyak gadis cantik, siapa tau Nak Zaid tertarik... ". Ucap bu Utari lagi membuat Zaid tersenyum malu kemudian tertawa lebar ketika terdengar Pak Dahlan berucap menggoda.

" Apa mau yang janda....? ".

" Ha.. Ha.. Ha.. Ha.... ".

Suasana rumah Pak Dahlan yang biasanya sepi, menjadi ramai oleh gelak tawa..



______________



Malam telah menyelimuti Seantero Ranu Kumbolo.
Jejeran tenda para pendaki yang bermalam di tepian danau terlihat menambah indah dan syahdu suasana.

Amin duduk termangu didepan tenda dengan segelas kopi ditangan. Suasana hatinya masih tersaput mendung kelabu. Sedikit rasa sesal, sedikit pula rasa seperti mencari pembenaran, tapi tak kunjung bertemu alasan untuk merasa benar, semua kesimpulan yang dia dapat ujung ujungnya membuat si lelaki semakin terpojok oleh pemikirannya sendiri.

"Gak ngantuk Mas... ?". Asty bertanya dari dalam tenda.

"Gak.... ".. Sahut Amin singkat. Lelaki ini merutuki suasana yang berubah canggung sejak siang tadi. Seharusnya malam ini dia bisa memadu kasih didalam tenda, tapi lelaki ini menjadi ragu sendiri akibat pemikiran yang bermain di benaknya tentang kemungkinan kemungkinan siapa yang disebut Asty di tanjakan cinta tadi.

Tak mungkin dia bisa menikmati hangatnya bercinta dengan Asty jika benar didalam hati Sang wanita menginginkan untuk berpisah dan menghentikan segala kegilaan ini dengannya.

Amin serba salah.. Sementara di dalam tenda Asty malah senyum senyum sendiri sambil tangannya memainkan hape milik Amin yang dipegangnya.

Wanita ini bukan tak tau apa yang sekarang berkecamuk dalam pikiran Amin, tapi dia sengaja membiarkan. Asty ingin melihat sampai dimana kenekatan Amin memperjuangkan cinta nya.

Kalaupun nanti Amin menyerah, itu berarti keputusan Sang lelaki sendiri, dan Asty terbebas dari dua hal yang mengganjal pikiran. Rasa bersalah karena selingkuh dari suami, dan juga rasa bersalah karena tidak melayani keinginan Sang penyelamatnya.

Sekotor apapun Asty sekarang, fikiran wanita ini sebenarnya masih berjalan normal. Hanya kerena rasa Terima kasih yang besar dan keinginan untuk balas jasa lah yang membuat Asty rela menjerembabkan diri dalam jurang perselingkuhan.

Baginya Amin bagaikan Dewa penolong. Jadi apapun keinginan Sang Dewa pasti akan dituruti asalkan Sang Dewa bersenang hati. Tapi itu karena balas jasa, bukan karena cinta.

Tentu saja ini adalah kenyataan yang menyakitkan bagi Amin, tapi mau bagaimana..?

Asty sejenak menatap keluar tenda. Api unggun besar yang dinyalakan oleh petugas di sana mulai menyala terang. Asty yang kebelet pipis kemudian keluar tenda dan meraih sebuah ember hitam.

"Biar aku ambilkan air.... ". Amin bergerak cepat meraih ember ditangan Asty.

"Gak usah repot repot.. ". Asty terus melangkah, dia sengaja mempertahankan kekakuan diantara mereka, sedikit senyum tersungging, tapi dalam kegelapan,mana Amin tahu.

" Ya sudah.... ". Lelaki muda itu kemudian menyerah dengan keras kepalanya Asty. Atau keras kepalanya sendiri...?.

Setelah menciduk air didanau, Asty melangkah menuju toilet yang dibangun disitu. Tapi toilet itu tidak ada airnya, jadi harus membawa air sendiri seperti asty sekarang ini. Tapi setidaknya sekarang jadi lebih gampang jika ingin BAB, karena menurut cerita para pendaki di puncak bukit siang tadi, sebelum dibangun toilet, kita harus menggali tanah kemudian menutup nya lagi setelah setiap kali selesai BAB.

Asty tersenyum geli membayangkan harus menggali tanah malam malam kemudian bertelor di lubang. Seperti penyu... Pikirnya....


Selesai dari toilet, Asty duduk disamping Amin. Kasihan juga dia melihat Amin yang terhanyut dalam diam.

"Mikirin apa Mas...? ". Tanya nya lembut. Senyum termanis dia kembangkan, mencoba meluluhkan hati pria yang sedang merajuk. Dan ternyata sangat manjur.. Amin yang berusaha bersikap dingin langsung meleleh melihat senyum itu.

"Aku sayang kamu dek... ". Amin berkata setengah terisak.

" Cup.. Cup.. Cup... Anak manis jangan menangis... Sini aku peluk... ". Asty malah semakin menggoda. Yang membuat Amin tak lagi bisa menahan hasrat kelelakian nya.

Serta merta lelaki ini menubruk tubuh mungil Asty yang hanya terpekik kecil dan kemudian membiarkan Sang lelaki melahap habis tubuhnya seraya berbaring di rerumputan.

Liar sekali.. Ganas sekali lidah dan bibir Amin melumat, menggigit dan mengecup seluruh wajah Sang wanita. Seperti ada berjuta dendam asmara yang harus dituntaskan segera. Atau seperti malam ini adalah kali yang terakhir mereka berkesempatan untuk melampiaskan rasa ingin bercinta.

Asty kelabakan melayani keganasan Sang pria Pecintanya. Wanita ini hanya mampu melenguh dan mengerang tanpa banyak perlawanan. Posisi tenda yang agak dibelakang dan cukup jauh terpisah dari kelompok tenda lain membuat Amin leluasa berbuat apa saja diatas tubuh mungil Asty. Sesuka hati pria ini menjamah, mencari titik titik nikmat kemudian menenggelamkan Asty dalam gelora birahi yang menerjang tiada henti. Sang wanita menggelepar menghentak dan menggelinjang di atas rerumputan. Tak perduli setelah ini badan Gatal gatal, yang penting gatal yang itu bisa terpuaskan.





Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Tanjakan Cinta
-------------------------





Kembali ke desa kecil nan asri di lereng gunung Semeru.

Sudah tiga hari sejak Asty pingsan di kebun kentang. Amin dan Bu Ratih hanya tau kalau Asty pingsan gara gara disengat tawon. Mereka berdua sama sekali tidak tahu apa yang sesungguhnya telah terjadi.

Tiga hari pula Asty hanya tergolek ditempat tidur. Tubuhnya benar benar lemah. Fisiknya drop. Bengkak bekas sengatan tawon sudah mulai mengempis. Tapi entah kenapa tubuh Asty justru semakin lemah tak bertenaga. Pandangan matanya kabur, bahkan bersuara pun lirih sekali.

Tak ada sebutir nasi pun yang masuk ke perut Asty selama tiga hari ini. Setiap dipaksakan untuk menelan makanan, dia selalu muntah muntah. Minum pun hanya sekedar saja, hanya untuk Menghindari dehidrasi.

Siang hari wanita ini selalu tertidur, tapi jika malam menjelang, matanya nyalang tak bisa dipejamkan. Sekali waktu tubuhnya terserang panas tinggi dan Asty mengigau, meracau tiada henti. Bibirnya memanggil manggil nama kedua anaknya, kedua orang tuanya, dan juga nama Deni suami nya.

Bu Ratih sempat kaget ketika mendengar Asty menyebut nama Deni dalam igauan. Tapi Amin begitu pandai menjelaskan sehingga sampai saat ini kebohongan mereka tentang pernikahan itu tak terbongkar.

Seperti malam ini, suhu badan Asty kembali naik tinggi. Wanita cantik ini tak henti mengerang lirih. Dengan telaten Bu Ratih mengambil Sebaskom air dan mengompres kening Asty.

"Istighfar Nduk... ". Bisik Bu Ratih ditelinga Asty ketika pada suatu momen tiba tiba mata Asty melotot nyalang menatap langit langit kamar.

"ANAKKU.. JANGAN PERGIIIII.... NAKK !!! ". Asty berteriak histeris. Tubuhnya meronta ronta, tapi dengan cekatan Bu Ratih menahan tubuh mungil itu agar tidak jatuh dari ranjang.

"Bu... Tolong... Tolong anakku Bu... ". Asty berucap lirih memelas. Dia menangis. Tangannya mencengkeram erat tangan Bu Ratih,membuat wanita tua ini sedikit merasa kesakitan. Tapi naluri seorang ibu membuat Bu Ratih bisa menahan segala macam rasa sakit,matanya menatap Asty sendu.

"Anakmu baik baik saja Nduk.. Sekarang kamu istirahat ya..... ".

Amin berdiri mematung dipojok kamar. Wajahnya kaku dengan mata yang berkaca kaca. Sedih sekali dia melihat kondis sangi wanita pujaan. Hati kecilnya diliputi penyesalan, kenapa dia begitu egois, memanfaatkan kesempatan untuk bersama dengan wanita ini, tanpa memperdulikan perasaan sang wanita.

Seharusnya setelah kejadian di Jakarta kemarin, dia langsung saja mengantarkan Asty berkumpul kembali dengan kedua anak dan juga orang tuanya, bukannya malah membawa Asty ke Semeru segala, hanya demi memuaskan hasrat ke lelakian nya.

Bu Ratih melangkah keluar kamar.

"Jaga istrimu.. Jangan biarkan fikirannya kosong... ". Amin yang mendengar sang Ibu berucap hanya menganggukan kepala pelan. Setelah Bu Ratih keluar, Amin kemudian mendekati ranjang dan duduk di tepinya, disamping kepala Asty yang kembali memejamkan mata.

Amin benar benar terenyuh memandangi wajah Asty yang pucat pias. Wajah manis yang kuyu, menampakan gurat penderitaan bathin yang hanya pemilik wajah yang tau pasti sedalam apa.

"Maafkan Aku Dek... ". Pelupuk mata sang wanita sedikit bergerak. Kemudian membuka berlahan. Ada segores senyum yang tak sempurna terkembang. Senyum yang seharusnya manis, tapi saat ini pedih dirasakan Amin.

" Aku egois... Aku..... ". Amin tak kuasa melanjutkan kata saat melihat ada lelehan air mata dipipi Asty yang meleleh.

Bibir itu seperti ingin berucap, tapi sampai beberapa saat tak ada suara yang terdengar. Hanya sepasang bibir pucat dan pecah pecah yang bergerak. Bibir wanita yang sedang menahan lara.

Amin jelas mengira Asty menjadi seperti ini karena tertekan bathin akibat perbuatan nya. Lelaki ini smaa sekali tak mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Berfikir seperti itu duda muda ini semakin sedih.

"Kamu marah Dek....? ". Asty hanya diam.

" Setelah kondisimu membaik, kita akan segera pulang. Kamu akan berkumpul kembali dengan keluarga mu... ". Amin kembali berucap. Ada sedikit binar dimata Asty, tapi kemudian binar itu kembali redup.

Asty berusaha menggerakkan tangan kanannya, berusaha menyentuh tangan Amin yang bersitekan di kasur. Seperti sangat ingin wanita ini mencurahkan perasaannya tapi tak bisa. Fisik dan bathin wanita ini jelas terlihat sangat lemah.

"Ya sudah.. Kamu istirahat aja Dek. Nanti kalau belum ada perkembangan, biar aku suruh Aisyah menjemput bidan di puskesmas.. ".




_____________________




"Gak usah khawatir... ". Bidan cantik yang baru saja datang dijemput oleh Aisyah sore itu berkata seraya tersenyum tipis kepada Amin.

"Istri sampeyan gak apa apa kok, cuma kelelahan. Mungkin iklim dan suhu disini membuat tubuhnya kaget dan belum bisa menyesuaikan diri.. ".

"Syukurlah kalau benar demikian Bu bidan.. Terus terang saya takut kalau Asty diganggu makhluk halus... ". Amin menunjukan kekhawatiran yang mendalam membuat sangat bidan tertawa.

" Usahakan dia menghabiskan obat ini bagaimanapun caranya. Mudah mudahan esok lusa kondisinya membaik.. ". Sang bidan menyodorkan sebungkus obat obatan.

"Terimakasih, Bu... ".

"Oh ya, Aisyah bisa ngantar Ibu lagi kan...? ".

"Bisa Bu.. Mau pulang sekarang...? ".Aisyah yang sedari tadi berdiri disisi ranjang menjawab cepat.

"Iya,.. Toh Asty juga cuma kelelahan kok. Gak ada gejala yang membahayakan.. ".

"Kalau begitu, Ayo Bu..... ". Aisyah kemudian beranjak keluar kamar.

"Saya pamit dulu Mas Amin.. Kalau ada apa apa telpon saja, Aisyah sudah saya beri nomor kontak saya... ". Bu Bidan pun pamit. Amin cuma menganggukan kepala membalas ucapan Bu Bidan barusan. Dia sangat tidak ingin suaranya membangunkan Asty yang sedang tertidur.

Sesampainya di depan pintu Bu Bidan berbalik sejenak,

"Nanti kalau isterimu sudah baikan, sesekali ajaklah jalan jalan melihat pemandangan Semeru, siapa tau hatinya bisa sedikit terhibur... ". Amin tertawa kecil melihat Bu Bidan cantik itu berkata dengan senyum terkembang lebar.



________________




Dua hari kemudian.......

Kondisi fisik Asty sudah hampir pulih sempurna. Tak ada lagi wajah yang pucat pasi dan kuyu. Pembawaannya pun kembali ceria. Hanya ketika berada di dekat Pak Dibyo saja Asty jadi pendiam tak banyak bicara. Lelaki tua itupun terlihat canggung, dan selalu menghindar jauh jauh dari "menantu" nya itu. Jika tak sengaja akan berpapasan, Pak Dibyo langsung berbalik berputar arah. Atau ketika Pak Dibyo masuk ke dapur dan disitu ternyata ada Asty, dia pasti mengurungkan niatnya dam berbalik keluar.

"Asty sebenarnya tak enak hati dicueki oleh Pak Dibyo. Dia makan disini, tidur disini dan bahkan dirawat dirumah ini, tapi sang tuan rumah bersikap menghindar. Tapi mengingat apa yang telah dilakukan lelaki tua itu padanya, Asty berusaha untuk tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu yang berarti.

Meski Pak Dibyo jelas jelas seperti menunjukan penyesalan, tapi hati sang wanita masih sakit, masih belum bisa menerima peristiwa tragis dikebun kentang itu. Maka itu Asty tak ambil pusing dengan ke cuekan dan sikap acuh Pak Dibyo, bodo amat, bahkan umpama bapaknya Amin itu mengusir nya dari rumah ini pun, Asty tak akan berberat hati untuk pergi.

Lagi pula, mana berani Pak tua itu mengusirnya, Pak Dibyo saat ini pasti sangat tegang sekali, takut Asty melaporkan kelakuan nya kepada Amin. Jadi secara tidak langsung Asty sekarang adalah ratu di rumah ini. Dia bebas mau melakukan apa saja, Amin sangat mencintainya dan bersedia tunduk padanya, Bu Ratih sangat menyayanginya, Aisyah pun tampak jelas begitu menghormati dirinya sebagai "kakak ipar". Sedangkan Pak Dibyo sendiri sekarang ibarat ular yang dipegang ekornya. Tak akan bisa berbuat apa apa kalau tak mau kebejatan nya terbongkar.



_______________




Tidak begitu jauh dari desa tempat sekarang Asty berada, terdapat satu titik yang selalu menjadi tujuan para wisatawan yang mendaki Gunung Semeru. Namanya Ranu Kumbolo. Dan kesana lah tujuan Amin dan Asty pagi ini.

Dengan berjalan kaki mereka menyusuri jalan yang memang sudah biasa dilewati para pendaki. Amin dan Asty sepakat untuk hanya mendaki sampai ke Ranu Kumbolo saja, tidak akan mendaki sampai ke puncak.

Mereka berdua hanya ingin menikmati momen matahari terbit di tepian danau itu, dan sembari menunggu malam, rencana nya mereka akan mencoba menaklukan curamnya Tanjakan Cinta dan menikmati Oro Oro Ombo dari puncak bukit nya.

Amin menggendong sebuah tas ransel cukup besar yang berisi sebuah tenda dan beberapa perlengkapan lain seperti odol dan sikat gigi, obat pengusir serangga dan beberapa bungkus makanan instan. Tak lupa kompor gas kecil dan tabung gas ukuran mini dimuat kedalam ransel itu. Sementara Asty sendiri berjalan lenggang kangkung tanpa ada bawaan sama sekali. Memang enak jadi wanita... Amin sedikit bersungut sungut lucu.

Setelah melapor dan meninggalkan indentitas di Pos pendakian awal, kedua insan berlainan jenis itu lantas memulai petualangan kecil mereka. Hari ini cukup sepi dari para pendaki. Padahal cuaca sangat mendukung, langit sangat cerah dan angin pun bertiup sepoi sepoi tidak terlalu kencang.

Jalan setapak yang mereka lalui sampai saat ini tidak terlalu panas dan melelahkan, Asty masih melangkah dengan penuh semangat dan sesekali tertawa tawa bercanda ria. Keringat kecil yang mulai membasahi leher dan dahinya tidak dihiraukan. Keindahan alam lereng Semeru benar benar luar biasa, membuat sejenak sang wanita lupa dengan segala macam penat dan rupa rupa masalah dalam hidup.

Telah lebih dari satu Jam Amin dan Asty menyusuri jalan setapak yang kiri kanannya ditumbuhi pohon Cemara Gunung. Langkah kaki yang santai membuat perjalanan mereka sedikit lebih lama dari umumnya waktu tempuh para pendaki.

Tak lama kemudian mereka mencapai lokasi pas peristirahatan yang disebut Landengan Dowo. Asty nampak mulai lelah, perjalanan yang mendaki membuat betis mungil nya terasa linu. Begitu sampai dibawah batang pohon yang cukup rindang, Asty lantas saja mennggeletak ditanah melepas penat.

"Capek dek....? ". Amin tersenyum melihat kondisi wanitanya. Kaos lengan panjang yang dipakai sebagian terlihat basah kuyup oleh keringat, terlebih dibagian dada dan punggung. Membuatnya terlihat sangat seksi dimata Amin.

"Capek sekali Mas.... Huuffft..... ". Asty menghembuskan nafas kuat.

"Klo gak sanggup, kita sampai sini aja Dek. Gak usah keatas lagi... ". Kasihan juga lelaki ini melihat Asty yang kepayahan.

"Eh,... Lanjut lah... Aku masih sanggup kok... ". Sergah Asty cepat.

"Cuma butuh waktu sebentar buat istirahat... ". Lanjutnya lagi sambil masih tetap berbaring terlentang berbantal akar pohon.

Amin beringsut mendekati Asty kemudian tangannya memijit betis putih mulus itu dengan lembut.

Asty tersenyum melihat Amin yang begitu perhatian padanya. Wanita ini memejamkan mata meresapi pijitan di betisnya.

"Nah,.. Gitu dong dari tadi. Linunya kan bisa cepat hilang... ". Kekeh Asty manja..

"Nanti gantian... ". Amin merengut.

"Iya, tenang saja. Nanti Asty pijitan seluruh badan Mas Amin... ".

"Pijit plus plus ya.... ".

"Iya, plus tabok... ". Asty tertawa berderai melihat wajah Amin semakin tertekuk keki.

" Heh.. Klo gak niat mijit mending gak usah... ". Asty merasakan pijitan Amin semakin keras seperti sengaja karena jengkel..

" Mijit kok kayak mau matahin kaki orang.. ". Sang wanita bersungut-sungut lucu. Amin tertawa puas..

" Rasain.. Nih... Nih.... ". Tangannya semakin keras meremas betis Asty dan naik juga memijit keatas kearah paha membuat Asty Blingsatan dan menarik kakinya menjauh.

"Udah... Udah.. Geli tau... ". Matanya mendelik pura pura marah sedangkan Amin tertawa terbahak bahak kesenangan.

Kemesraan yang ditunjukan pasangan itu benar benar membuat iri seekor burung kutilang yang sedang bertengger sendirian diranting pohon. Tak tahan, sang burung kemudian mengepakkan sayap terbang menjauh..

Asty kini duduk bersandar di dalam pelukan Amin. Jari jari tangannya iseng mencabut dan memainkan sebatang rumput kecil yang tumbuh liar disekitar tempat duduk mereka.

"Mas,.. ".

" Kenapa Dek...? ".

" Gak Ah.... He.. He... ".

" Hmmmmmm.... ".



________________




Nirmala menangis tersedu. Dia stres, frustasi dan seperti kehilangan gairah hidup. Pagi ini sang gadis masih tak beranjak dari pembaringan yang acak acakan. Menjelang subuh tadi Jarot sudah pergi keluar dari kamar setelah empat kali menyemprotkan cairan kenikmatan didalam tubuh Nirmala.

Cairan yang meluber luber itu masih terasa sangat lengket diselangkangan. Tapi Nirmala tak menghiraukan. Dia merasa dirinya telah menjadi seonggok sampah tak berguna. Jadi, buat apa membersihkan sampah...?

Jarot memang sempat ditahan di Polsek. Tapi itu cuma tak sampai sebulan lamanya. Dan sekarang lelaki durjana itu telah bebas dan mengulangi lagi memperkosa nya tanpa sedikitpun Nirmala bisa melawan. Gadis itu benar benar terpuruk sekarang. Ingin sekali dia bunuh diri saja, biar tak lagi menanggung rasa malu dan juga penderitaan.

Gadis cantik beranjak mekar tapi layu sebelum berkembang ini sadar, ini bukanlah yang terakhir. Jika dibiarkan, bisa bisa tiap malam dia harus melayani nafsu bejat si Jarot.

Sementara sang Bapak dengan segala keterbatasan nya tak mungkin bisa berbuat banyak. Kemarin saja meski Jarot sudah ditangkap, tapi dengan kekuatan pengaruh Pak Kades Jarot bisa lepas dengan mudahnya. Jadi mau bagaimana lagi.... ?

Pak Mardikun yang menghabiskan hidup di desa kecil dan terpencil, tentu tidak paham dengan segala KPAI, LPSK dan komnas komnas an lainnya.
Sementara setiap hari orang orang suruhan Pak Kades terus saja menakutkan nakuti.. Membuat nyali Pak Mardikun semakin ciut, dan akhirnya seperti pasrah begitu saja.

Andai saja ada pihak yang perduli dan membantu urun rembuk dengan keluarga, mungkin Pak Mardikun tidak akan se pasrah ini. Tapi penduduk desa Rahayu kebanyakan memang tidak melek hukum. Bukan karena mereka bodoh, tapi memang selama ini mereka tidak pernah berurusan dengan hukum. Sehingga kebanyakan warga desa bisa dengan mudah dibodohi oleh mereka yang lebih berkuasa.

Ditambah lagi dalam kasus Nirmala ini, Jarot adalah keponakan kepala desa, sedangkan kepala Desa sendiri sangat berpengaruh di sini, jangankan warga biasa, bahkan anggota kepolisian pun seperti patuh dan tunduk. Tak mampu melawan kehendak sang Kades.

Pak Wijoyo adalah kepala desa yang arogan. Tapi tidak ada satu wargapun yang berani menentang, semua seperti telah dicocok hidungnya oleh Pak Wijoyo. Bahkan lembaga sekelas BPD pun seperti tak berkutik meski ada kebijakan-kebijakan Kepala Desa yang menyimpang.

Selain Kepala Desa, Pak Wijoyo memiliki bisnis yang luar biasa, terlihat dari jumlah lahan sawah yang sampai puluhan hektar, belum lagi kendaraan berupa mobil mobil mewah yang berjejer tak muat lagi didalam Garasi, sampai beberapa rumah mewah yang ada dimana mana. Jika hanya mengandalkan gajinya sebagai Kepala Desa, tidak mungkin Pak Wijoyo akan sekaya itu.

Kekayaan yang dimiliki nya itulah yang membuat Pak Wijoyo laksana Dewa yang sangat berkuasa. Sekelas Pak Mardikun bisa apa.....?

Nirmala sendiri adalah Putri Tunggal, jika saja Nirmala memiliki kakak laki-laki, mungkin akan ada yang melindungi, sehingga tidak terlalu gampang pemuda pemuda brengsek semacam Jarot mengganggunya.


_______________



Hari ini Pak Hermanto kembali membesuk Deni. Lama sekali petugas kepolisian dari polda ini berada diruang besuk. Pembicaraan antara mereka terlihat sangat serius. Bahkan Pak Hermanto kemudian meminta ruang khusus pada sipir lapas, dia takut apa yang dibicarakan akan bocor kemana mana.

"Hari ini kamu bebas, aku yang menjadi penjaminmu... ". Deni hanya menunduk. Bukan dia tak suka, tapi tugas yang diberikan oleh Pak Hermanto yang membuat lelaki muda ini gelisah.

Sesuai dengan kesepakatan, setelah bebas, Deni akan kembali ke desa Rahayu, tapi bukan sebagai dirinya yang sekarang, tapi dengan Identitas lain. Dia akan menjadi informan bagi Pak Hermanto dalam penyamaran nanti.

Pak Hermanto sudah menjelaskan panjang lebar tujuan pembebasan nya. Kepolisian daerah Lampung sudah lama mencium ada yang janggal di wilayah sekitar Desa Rahayu. Sehingga Kapolda sendiri yang menugaskan Pak Hermanto untuk turun menyelidiki.

Beberapa bocoran dari masyarakat yang tidak mau menunjukkan identitas mengatakan bahwa Desa Rahayu dan beberapa desa tetangga telah menjadi basis pengedaran Narkotika. Tapi anehnya dari laporan kepolisian sektor di wilayah itu aman aman saja, tidak pernah ada kasus Narkotika yang muncul kepermukaan. Adem ayem begitu saja.

Ini yang menjadi tugas Pak Hermanto, yang kemudian setelah beberapa kali melakukan survey diam diam akhirnya memutuskan mengajak Deni berkerja sama. Dari mana Pak Hermanto kenal Deni...?.Itu akan diketahui di akhir cerita nanti...

Setelah membereskan segala keperluan administrasi, sore itu juga Deni langsung keluar dari Lapas dan mengikuti Pak Hermanto pulang. Nanti dirumah segala sesuatu nya akan dijelaskan lebih detail lagi, yang terpenting sekarang adalah keluar dulu, setengah tahun lebih di penjara membuat Deni sedikit gugup dengan keadaan di luar.

Tak ada bawaan apa pun ketika Deni melangkah melewati gerbang Lembaga Pemasyarakatan itu, hanya baju dan celana yang melekat dibadan, bahkan kembali ke sel nya pun Deni tak sempat. Biarlah.... Tak ada yang penting juga.. Deni membathin..


Pak Hermanto adalah anggota kepolisian senior di wilayah Lampung. Beliau berpangkat AKBP. Bidang yang menjadi tanggung jawabnya sekarang adalah pemberantasan Narkoba. Sudah beberapa Bandar besar yang berhasil digulung oleh Polisi berusia 45 tahun ini. Tentu saja laporan mengenai adanya wilayah pelosok yang menjadi sentra peredaran narkoba membuat amarahnya bangkit. Setelah beberapa kali menugaskan anak buahnya untuk turun menyelidiki, akhirnya dia sendiri memutuskan untuk turun tangan. Beliau menduga pasti ada kongkalikong antara bandar dan petugas kepolisian di daerah itu. Dan untuk menghadapi hal seperti itu, harus dengan cara yang cermat dan hati hati. Tidak boleh sembarangan karena sedikit saja sembrono, maka segala macam rencana akan bocor.

Pak Hermanto ingin langsung menangkap bos terbesar, kepalanya, karena menangkap ekor atau para pengedar pengedar kecil tidak akan menyelesaikan masalah. Justru malah membuat pemain utama menjadi tau arah pergerakan polisi.

Beliau sengaja tidak memberitahu tentang operasi nya ini kepada Kapolres dan Kapolsek wilayah itu, karena Pak Hermanto curiga jangan jangan ada keterlibatan kepolisian dalam kasus ini.

Ini tugas khusus, dan AKBP Hermanto Djalil diberi kebebasan menentukan bagaimana caranya.




______________



Lereng Semeru, pukul 11.30 siang hari.

Setelah puas beristirahat, Amin mengajak Asty untuk melanjutkan pendakian. Mereka tidak terlalu terburu buru karena tujuan mereka hanya sampai ke Ranu Kumbolo, kalaupun masih ada kesempatan, paling paling mereka akan mengeksplor Tanjakan Cinta yang terkenal itu dan kemudian menikmati pemandangan Oro Oro Ombo dari puncak bukit nya.

Jadi sampai siang hari ini mereka melangkah sangat santai sekali. Sesekali berhenti dan mengedarkan pandang ke segala penjuru menikmati keindahan alam lereng Gunung.

Tak jarang pula mereka memutuskan untuk foto foto dulu jika menemukan spot yang menarik. Kamera HP milik Amin sudah cukup bagus untuk mengabadikan momen momen berharga di sepanjang perjalanan mereka.

Tepat pukul 2 sore akhirnya mereka sampai ke tujuan. Setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan dan beberapa kali berhenti di pos peristirahatan, lelah dan penat sepasang anak manusia itu terbayar lunas dengan keindahan pemandangan didepan mereka saat ini.

Amin dengan cekatan mendirikan tenda, kemudian menyiapkan segala sesuatunya sehingga jika pun malam menjelang, mereka tak akan repot repot lagi.

Hanya ada 5 tenda yang berdiri disekitar mereka. Dan Amin sengaja memilih lokasi tenda agak sedikit menjauh dari kelompok tenda lain.

Seperti nya dia ingin privasi lebih. Amin tentu tak ingin melewatkan momen berdua dengan wanita pujaan di tempat yang indah ini. Dia ingin suasana yang romantis, dan Asty bukan tak menyadarinya.
Tapi wanita cantik ini cuma tersenyum sekilas ketika Amin ngeyel dengan lokasi pilihannya.

Tenda telah berdiri, semua hal juga telah siap. Kini mereka masih punya waktu untuk jalan jalan lagi.

"Dek, kita coba kesana yuk... ". Amin menunjuk kearah tebing tinggi berupa lereng bukit. Disitu terlihat sebuah tanjakan curam yang terlihat ada beberapa orang pendaki sedang mencoba menaiki bukit lewat jalan yang terlihat cukup sering dilewati.

" Jika kita berhasil naik ke bukit itu, dari puncak bukit kita akan menemukan pemandangan yang luar biasa... ".

" Sepertinya menarik. Ayo....!! ". Asty nampak bersemangat dan melangkah mendahului Amin.

Apa yang disebut tanjakan cinta ternyata tidaklah terlalu curam. Medan yang dilalui pun cukup leluasa untuk dilewati.

"Segini doang....? ". Asty berucap dalam hati.

"Dek,.. Nanti pas naik, sebelum melangkah kamu sebut nama orang yang kamu sayang dalam hati, trus naiklah sampai atas tanpa menoleh.. ".

"Emang kenapa..? ". Asty heran dengan kata kata Amin barusan.

" Coba aja deh... ".

" Oke.... ". Asty menjawab ringan dan mulai mendaki menuju keatas. Tebing memang tak curam, tapi jalan menuju puncak bukit yang cukup panjang tak urung membuat kaki asty terasa lelah dan pegal.

Setengah perjalanan menuju puncak, Asty merasakan kedua kakinya sedikit kesemutan. Wanita ini pun memutuskan berhenti mendaki dan menuju ke sebuah baru kecil lantas duduk beristirahat disitu.

Matanya membelalak membulat dengan mulut ternganga ketika pandangannya membentur lanskap yang luar biasa indah. Maha karya yang luar biasa dari sang Maha Pencipta. Ini syurga... Bathinnya.

Asty lantas berdiri begitu saja menikmati pemandangan indah Ranu Kumbolo dilihat dari ketinggian lereng tebing. Meski belum sampai puncak, tapi keindahan itu sudah sangat menghipnotis.

"Heii... Kenapa berhenti....? ". Amin kaget dan sedikit panik melihat Asty justru berhenti ditengah jalan dan malah memutar pandangan kesegala arah, bukan hanya menoleh kebelakang..

Sang wanita hanya tertawa kecil. Kemudian melanjutkan naik mendaki. Tak lama sang wanita cantik jelita akhirnya tiba di puncak bukit. Dipuncak ada beberapa pendaki yang sudah lebih dahulu naik. Terlihat para pendaki itu telah memilih posisi paling strategis untuk menikmati keindahan Ranu Kumbolo di sisi belakang, keanggunan padang rumput Oro Oro Ombo di depan. Beberapa kali mereka berpose didepan kamera hape, ada yang selfie sendiri, ada pula yang berpasangan.

Tak lama kemudian Amin pun sampai.. Matanya langsung mendelik melihat Asty yang senyum senyum kecil menyambut nya.

"Kenapa kamu menoleh tadi...? ". Tanya sang pria tak sabaran.

" Mas Amin percaya mitos...? ". Amin lantas terdiam.

" Bukan begitu. Tapi itukan sudah jadi pantangan ketika mendaki tanjakan ini... ".

" Bagus lah kalau begitu... ". Asty menjawab santai dan masih senyum senyum kecil.

"Eh.. Kamu gak nyebut namaku kan....? ". Tanya Amin cepat.

" Emang kenapa, Mas... ? ".

" Ketika kamu mulai naik dan menyebutkan nama orang yang kamu cintai, kemudian ditengah jalan kamu menoleh kebelakang, maka hubungan kamu akan kandas... ". Amin menerangkan pantangan yang berlaku di tanjakan ini.

" Oh... Begitu... Bagus lah.... ".

"Eh,... Kok bagus..?. Kamu menyebut nama siapa dek...? ".

"Ada deh... ". Sang wanita tertawa misterius dan kemudian berdiri berkacak pinggang mengedarkan pandangan ke penjuru bukit.

Amin jelas gelisah.. Dia khawatir namanya lah yang disebut oleh Asty, dan ditengah jalan wanita itu sengaja menoleh kebelakang supaya hubungan mereka yang tanpa kejelasan ini kandas..

Berfikir sampai disitu, Amin merasa sedih, dan separuh jiwanya seperti melayang hilang.

"Turun yuk, dek... ". Tak ada semangat di suara itu. Lesu sekali Amin akhirnya melangkah turun mendahului.

"Duluan aja, Mas.. Aku masih betah disini... ".

" Ya udah.. Hati hati... ".

Amin kemudian menuruni bukit dengan semangat yang sudah padam. Langkahnya gontai, sesampainya di Tenda lelaki ini kemudian masuk dan menggeletak dengan mata terpejam..

Bahkan diajak turun pun Sang wanita pujaan tidak mau. Seperti nya Asty memang tak terlalu perduli dengan ku... Pikir Amin kemudian. Dia tak perduli dengan perasaan ku.. Dia justru terlihat begitu bahagia dipuncak bukit sana. Tak perduli dengan segala pantangan, bahkan seperti sengaja menantang.

Amin semakin yakin memang nama nya yang disebut Asty sebelum mendaki Tanjakan Cinta tadi.

Sakit sekali terasa di relung hati Sang lelaki. Sakit yang tak bisa di lawan, karena pada kenyataannya Asty memanglah berstatus istri orang. Dirinya lah yang tak tau malu berharap pada Asty, berharap mendapatkan cinta Sang wanita hanya karena tempo hari telah menyelamatkan nya.

Kehangatan... Asty memang bisa memberikan, tapi cinta... Sepertinya tak semudah itu.. Amin mendesah.....
Dia seperti berada di persimpangan. Terus saja menikmati kehangatan tubuh Asty meski tanpa cinta dari si wanita, atau mengalah, mengubur segala harapan dan impian dan membiarkan Asty kembali ke kehidupannya semula.

Amin bingung sekali saat ini. Diremas kuat kuat rambut kepalanya.. Dia tak ingin egois, Amin tentu tak ingin jadi pagar makan tanaman, tapi Asty begitu unik sehingga membuat Amin telah benar benar jatuh cinta.

Tak ada sedetikpun waktu berlalu tanpa keinginan untuk berada di dekat wanita itu, memeluknya, mencumbu nya, dan berkeringat bersamanya.


"Asty.. Kenapa kau semenarik itu sayang..". Amin mengeluh. Dalam resahnya, air mata meleleh di pipi Sang pria..



____________________




Menjelang sore... Selepas mengimami shalat Ashar di Masjid Al-Ikhlas yang menjadi Masjid terbesar di Desa Rahayu, Kyai Thoriq sedikit bersantai diteras rumahnya yang cukup besar tapi sederhana. Kyai yang menjadi panutan warga Desa itu memelihara seekor ikan Arwana merah didalam aqurium besar yang diletakkan di teras depan. Dengan telaten Sang Kyai memberi makan ikan itu. Seekor Lipan cukup besar cukuplah mengganjal perut Sang Ikan sampai besok pagi.

"Assalamu'alaikum Pak Kyai.... ". Sebuah suara membuat aktifitas Kyai Thoriq terhenti.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh. "... Pak Kyai sedikit heran. Dia belum pernah melihat orang ini sebelumnya.

"Mari... Silahkan masuk.... ".

"Terimakasih Pak Kyai.... ". Orang itu lantas melangkah masuk kedalam teras rumah yang dikelilingi Pagar bambu setinggi setengah meter dan duduk di kursi kayu yang disediakan.

"Maaf, ada keperluan apa ya...? ". Kyai Thoriq bertanya.

"Begini Pak Kyai.. Nama saya Zaid. Saya berasal dari Jawa. Saya sudah tiga tahun ini mengembara kemana kaki melangkah. Dan akhirnya angin membawa saya kesini... ". Pria 30an tahun bernama Zaid mulai menerangkan asal usulnya.

Kyai Thoriq menatap lelaki didepan nya Lekat lekat. Sekilas tidak ada kesan mencurigakan dari wajah Sang lelaki muda yang terlihat kaku dan putih pucat itu.

"Ooh... Kalau begitu.. Maaf, ada yang bisa saya bantu....?". Sang Kyai kemudian bertanya.

" Maaf Pak Kyai, kalau boleh, saya mohon izin untuk mengabdi di Masjid Desa ini.. ".

"Maksudnya....? ".

"Yah... Jadi tukang bersih bersih Masjid, begitu Pak Kyai.... ".

"Ooh... Jadi Marbot... ". Kyai Thoriq mulai paham.

"Betul Pak Kyai... Tidak digaji tidak apa opa.. Yang penting bisa makan dan ada tempat untuk beristirahat.. ".

" Bisa... Bisa.... ". Kyai Thoriq manggut manggut sembari menggaruk garuk dagunya yang berjenggot panjang.

"Terimakasih Pak Kyai... ". Sang lelaki bernama Zaid terlihat sangat senang sekali.

"Tapi saya tetap harus memusyawarahkan dulu dengan anggota pengurus lain Nak.. Nanti kamu ikut bapak ke masjid, sekalian shalat maghrib disana... ".

"Iya Pak Kyai... ".

" Sekarang kamu mandi dulu dibelakang.... ". Kyai Thoriq bersikap ramah sekali kali ini. Dan tentu saja Zaid menjadi sangat lega hatinya.



______________




Seminggu sudah Zaid menjadi tukang bersih bersih di Masjid Al-Ikhlas. Perkerjaan yang rapih dan teliti membuat para pengurus Masjid yang lain menjadi sangat senang. Bahkan mereka tidak ragu ragu untuk memberikan sekedar beras beberapa kilo untuk kebutuhan Zaid sehari hari. Sebuah rumah kecil di samping Masjid yang tadinya kosong dan hampir roboh sengaja di perbaiki untuk tempat tinggal Sang Marbot baru.

Sang Marbot ini ternyata cukup bisa diandalkan. Sesekali Zaid lah yang mengumandangkan Adzan, suara lantunan yang merdu membuat Zaid semakin disukai.

Hari ini Zaid meminta izin pada Kyai Thoriq untuk berkeliling desa. Dengan mengendari motor milik Sang Kyai, Zaid kemudian berputar putar seperti sengaja untuk mengenal keadaan desa lebih dekat.

Sesaat kemudian Zaid tampak memasuki sebuah gang di RT 5. Motor yang dikendarai melaju berlahan dan kemudian berhenti ketika mata Zaid menatap dua orang bocah sedang bermain dihalaman sebuah rumah. Seorang bocah perempuan berusia sekitar 8 tahun, dan seorang lagi bocah lelaki kecil berusia sekitar 4 tahun.

Melihat tidak ada orang dewasa yang mengawasi kedua bocah itu, Zaid kemudian turun dari motor danmelangkah memasuki halaman rumah.

"Adek kecil lagi maen apa...? ". Zaid menyapa kedua bocah itu dengan lembut.

Sang bocah perempuan hanya tersenyum. Sedikit malu dan takut menatap orang asing didepannya.

"Jangan takut. Om gak jahat kok... ". Zaid tertawa ramah membuat Sang bocah ikut tertawa.

" Ada perlu apa Om....? ". Sang bocah perempuan akhirnya berani bersuara..

"Cuma main main saja kok.. Oh ya. Nama kamu siapa...?. Zaid berjongkok didepan kedua bocah manis itu.

" Nama saya Jihan Om.. Dan ini adik saya.. Ipin... Hehehe... ". Sang bocah malah bercanda. Membuat Zaid tertawa tergelak gelak.

" Saya Idan Om.. Bukan ipin... ". Sang adik merengut marah...

"Eh.. Ada Nak Zaid.. Mari masuk.. ".

"Iya Pak Dahlan.. Terimakasih... ". Zaid yang sudah mengenal pemilik rumah kemudian menggendong Sang bocah lelaki dan melangkah masuk kedalam rumah.

" Sepi sekali Pak.... ". Ucap Zaid setelah duduk di kursi tamu sambil masih memangku Sang bocah lucu.

"Iya Nak. Dirumah ini cuma saya sama istri dan kedua cucu saya ini. Jadi ya sepi... ". Pak Dahlan tertawa terkekeh.

"Jihan.. Bikinin Om Zaid kopi ya.... ".

"Iya Mbah.... ". Bocah perempuan berparas manis itu kemudian melangkah kedapur.

" Orang tua nya kemana Pak...? " Tanya Zaid sambil menunjuk bocah dipangkuan.

"Ibunya Merantau... Bapaknya kena musibah... ". Jawab Pak Dahlan sedih.

" Musibah....? ".

"Iya... ". Bu Utari muncul dari belakang dan ikut duduk diruang tamu.

" Bapaknya Wildan di penjara.... ". Terang Bu Utari.

Zaid cuma menggangguk. Dia tak mau terlalu banyak bertanya. Seperti wartawan saja, pikirnya.

" Kopinya Om.... ". Jihan keluar dapur membawa nampan berisi dua gelas kopi dan menyuguhkan nya di meja.

"Lha... Mbah gak dibikinin... ". Bu Utari cemberut lucu. Dia memang suka sekali bercanda dengan Jihan cucunya.

" Mbah gak ngomong kok... ". Sang cucu berkilah yang kemudian disambut tawa seisi ruang tamu. Sementara Wildan Sang adik tampak nyaman dalam pangkuan Zaid. Kerinduan pada sosok ayah mungkin yang membuat Sang bocah tampak betah sekali dipangku.

"Nak Zaid sudah berkeluarga...? ". Bu Utari bertanya setelah suasana hening sejenak.

"Belum, Bu.. Belum ketemu jodoh.... ". Zaid menjawab seraya tertawa.

"Disini banyak gadis cantik, siapa tau Nak Zaid tertarik... ". Ucap bu Utari lagi membuat Zaid tersenyum malu kemudian tertawa lebar ketika terdengar Pak Dahlan berucap menggoda.

" Apa mau yang janda....? ".

" Ha.. Ha.. Ha.. Ha.... ".

Suasana rumah Pak Dahlan yang biasanya sepi, menjadi ramai oleh gelak tawa..



______________



Malam telah menyelimuti Seantero Ranu Kumbolo.
Jejeran tenda para pendaki yang bermalam di tepian danau terlihat menambah indah dan syahdu suasana.

Amin duduk termangu didepan tenda dengan segelas kopi ditangan. Suasana hatinya masih tersaput mendung kelabu. Sedikit rasa sesal, sedikit pula rasa seperti mencari pembenaran, tapi tak kunjung bertemu alasan untuk merasa benar, semua kesimpulan yang dia dapat ujung ujungnya membuat si lelaki semakin terpojok oleh pemikirannya sendiri.

"Gak ngantuk Mas... ?". Asty bertanya dari dalam tenda.

"Gak.... ".. Sahut Amin singkat. Lelaki ini merutuki suasana yang berubah canggung sejak siang tadi. Seharusnya malam ini dia bisa memadu kasih didalam tenda, tapi lelaki ini menjadi ragu sendiri akibat pemikiran yang bermain di benaknya tentang kemungkinan kemungkinan siapa yang disebut Asty di tanjakan cinta tadi.

Tak mungkin dia bisa menikmati hangatnya bercinta dengan Asty jika benar didalam hati Sang wanita menginginkan untuk berpisah dan menghentikan segala kegilaan ini dengannya.

Amin serba salah.. Sementara di dalam tenda Asty malah senyum senyum sendiri sambil tangannya memainkan hape milik Amin yang dipegangnya.

Wanita ini bukan tak tau apa yang sekarang berkecamuk dalam pikiran Amin, tapi dia sengaja membiarkan. Asty ingin melihat sampai dimana kenekatan Amin memperjuangkan cinta nya.

Kalaupun nanti Amin menyerah, itu berarti keputusan Sang lelaki sendiri, dan Asty terbebas dari dua hal yang mengganjal pikiran. Rasa bersalah karena selingkuh dari suami, dan juga rasa bersalah karena tidak melayani keinginan Sang penyelamatnya.

Sekotor apapun Asty sekarang, fikiran wanita ini sebenarnya masih berjalan normal. Hanya kerena rasa Terima kasih yang besar dan keinginan untuk balas jasa lah yang membuat Asty rela menjerembabkan diri dalam jurang perselingkuhan.

Baginya Amin bagaikan Dewa penolong. Jadi apapun keinginan Sang Dewa pasti akan dituruti asalkan Sang Dewa bersenang hati. Tapi itu karena balas jasa, bukan karena cinta.

Tentu saja ini adalah kenyataan yang menyakitkan bagi Amin, tapi mau bagaimana..?

Asty sejenak menatap keluar tenda. Api unggun besar yang dinyalakan oleh petugas di sana mulai menyala terang. Asty yang kebelet pipis kemudian keluar tenda dan meraih sebuah ember hitam.

"Biar aku ambilkan air.... ". Amin bergerak cepat meraih ember ditangan Asty.

"Gak usah repot repot.. ". Asty terus melangkah, dia sengaja mempertahankan kekakuan diantara mereka, sedikit senyum tersungging, tapi dalam kegelapan,mana Amin tahu.

" Ya sudah.... ". Lelaki muda itu kemudian menyerah dengan keras kepalanya Asty. Atau keras kepalanya sendiri...?.

Setelah menciduk air didanau, Asty melangkah menuju toilet yang dibangun disitu. Tapi toilet itu tidak ada airnya, jadi harus membawa air sendiri seperti asty sekarang ini. Tapi setidaknya sekarang jadi lebih gampang jika ingin BAB, karena menurut cerita para pendaki di puncak bukit siang tadi, sebelum dibangun toilet, kita harus menggali tanah kemudian menutup nya lagi setelah setiap kali selesai BAB.

Asty tersenyum geli membayangkan harus menggali tanah malam malam kemudian bertelor di lubang. Seperti penyu... Pikirnya....


Selesai dari toilet, Asty duduk disamping Amin. Kasihan juga dia melihat Amin yang terhanyut dalam diam.

"Mikirin apa Mas...? ". Tanya nya lembut. Senyum termanis dia kembangkan, mencoba meluluhkan hati pria yang sedang merajuk. Dan ternyata sangat manjur.. Amin yang berusaha bersikap dingin langsung meleleh melihat senyum itu.

"Aku sayang kamu dek... ". Amin berkata setengah terisak.

" Cup.. Cup.. Cup... Anak manis jangan menangis... Sini aku peluk... ". Asty malah semakin menggoda. Yang membuat Amin tak lagi bisa menahan hasrat kelelakian nya.

Serta merta lelaki ini menubruk tubuh mungil Asty yang hanya terpekik kecil dan kemudian membiarkan Sang lelaki melahap habis tubuhnya seraya berbaring di rerumputan.

Liar sekali.. Ganas sekali lidah dan bibir Amin melumat, menggigit dan mengecup seluruh wajah Sang wanita. Seperti ada berjuta dendam asmara yang harus dituntaskan segera. Atau seperti malam ini adalah kali yang terakhir mereka berkesempatan untuk melampiaskan rasa ingin bercinta.

Asty kelabakan melayani keganasan Sang pria Pecintanya. Wanita ini hanya mampu melenguh dan mengerang tanpa banyak perlawanan. Posisi tenda yang agak dibelakang dan cukup jauh terpisah dari kelompok tenda lain membuat Amin leluasa berbuat apa saja diatas tubuh mungil Asty. Sesuka hati pria ini menjamah, mencari titik titik nikmat kemudian menenggelamkan Asty dalam gelora birahi yang menerjang tiada henti. Sang wanita menggelepar menghentak dan menggelinjang di atas rerumputan. Tak perduli setelah ini badan Gatal gatal, yang penting gatal yang itu bisa terpuaskan.





Bersambung...
Makasih apdetnya @Lidause ....
 
duh asty.. siapa si yg kamu sebut di tanjakan cinta? hihihii 😁😁😁
menarik nih buat bahan ngompor²in pjantannya tiap memadu kasih, yg mana pnasaran terus & beranggapan pupus

"cupcup anak manis.." hahaha 😄😄😄
Makin mantab dialog mesra & karakter keibuannya asty. Asty yg uda beranak 2 tentu uda sangat ahli dalam hal momong, menenangkan. Namun kali ini yg ia momong, ia tenangkan, yg akan ia ninabobokan adalah pejantan dewasa yg buas. 😯😆

Hmm, kolaborasi yang menarik 😁😁
antara lembut & kasar berpadu
antara kasih sayang ibu asty & ganas perkasanya pak amin 😇

Cerita smakin berkembang, tokoh² dicerita juga mulai bertambah. Belum lagi cerita sebelah. Semoga lancar slalu nulis & update nya hu.. 😊🙏
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd