Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT TETANGGA PERKASA

Bimabet
Semeru,...... I am Coming......!!.
______________________________






"Kamu gak mampir ke desa..? ". Hanif bertanya kepada sang adik ketika sore itu mereka tengah bersantai dirumah dinas Sang Polisi.

" Belum tau kak.. ". Amin menjawab pelan sambil menghembuskan asap rokok.

" Rembukan dulu sama Asty.. Apa mau langsung pulang apa gimana... ". Lanjutnya.

" Asty wanita yang menarik. Tapi kamu harus ingat dik, dia itu istri sahabatmu... ". Amin tersenyum tipis mendengar Sang kakak berusaha mengingatkan.

" Aku tahu kak.. "..

Sudah dua hari Amin dan Asty menginap dirumah Hanif. Setelah peristiwa penyergapan digudang, Amin dan Asty tidak langsung pulang. Karena keterangan mereka masih diperlukan sebagai saksi dan juga korban.

Ada delapan anggota komplotan yang berhasil diringkus. Enam masih dirawat di rumah sakit karena menderita luka tembak dan juga luka bacok yang cukup parah, sedangkan dua lagi meninggal dunia.

Semetara Hanif beserta seluruh anak buahnya yang terlibat dalam penyergapan itu mendapat kenaikan pangkat satu tingkat.

Hanif sekarang berpangkat Aipda. Sangat membanggakan apa yang telah didapatkan dalam karier kepolisian Hanif.

Hanif dan adiknya Amin berasal dari sebuah Desa dikaki gunung Semeru. Desa yang sangat indah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Kedua orang tua mereka masih ada dan hidup berbahagia tinggal di desa yang sudah di diami turun temurun selama ratusan tahun itu.

Selain Amin dan Hanif, ada satu lagi saudara mereka. Seorang gadis remaja berparas cantik yang mulai tumbuh dewasa. Sang adik bungsu masih bersekolah di sebuah SMA yang cukup elit di kota Kabupaten sambil merawat kedua orang tuanya.

Asty memutuskan untuk ikut Amin pulang ke Desa menengok kedua orangtuanya. Toh kemarin Asty sudah mengirimkan sejumlah uang untuk keperluan orang tuanya sendiri dan kedua anaknya, Jadi untuk sementara tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Uang pemberian Bang Hanif, begitu Sang polisi itu minta dipanggil. Kakak kandung Amin itu sangat baik sekali pada Asty. Membuat Sang wanita cantik itu sangat bersyukur karena hidupnya masih dikelilingi oleh orang orang baik.

Asty tentu berharap, siapa tahu saja keindahan desa tempat lahir Amin bisa sedikit menghibur hatinya yang Sedang kalut karena baru saja mengalami rentetan peristiwa yang cukup mengerikan. Bahkan nasib Mbak Dewi sendiri sampai saat ini belum ada kejelasan. Entah masih hidup atau sudah mati.

Membayangkan suasana desa tempat asal Amin, wanita itu lantas saja memiliki beberapa rencana setelah nanti sampai di Desa. Apalagi menurut cerita Amin, ada beberapa danau disekitar desa itu. Danau yang indah, dengan kearifan lokal warga asli desa yang masih memegang teguh adat istiadat peninggalan nenek moyang jaman dahulu.

Mendaki gunung Semeru tentu akan menjadi petualangan yang cukup menarik..

______________

Deni sangat lega ketika mendengar suara istrinya yang menelpon barusan. Asty juga menceritakan apa yang telah terjadi, tak lupa wanita itu juga memohon maaf pada suaminya karena berangkat ke Jakarta tanpa pamit terlebih dahulu.

"Ya sudah.. Yang penting kamu selamat dek... ". Deni kemudian bercerita panjang lebar tentang bagaimana Dia bisa mengambil keputusan untuk meminta Tolong Amin untuk menyusul ke Jakarta.

Kecurigaan nya terhadap Dewi lah yang membuat Dia khawatir. Dan ternyata kecurigaan nya terbukti benar. Untung Amin datang disaat yang tepat. Jika tidak , Deni tak tau apa Dia masih bisa bertemu istrinya lagi atau tidak.

Rasa terimakasih yang besar membuat Deni mengizinkan ketika Asty berkata ingin ikut Amin pulang ke Desa kelahiran untuk menengok kedua orang tuanya. Sekalian refresing, melihat pemandangan indah Gunung Semeru. Alasannya...

Sebetulnya didalam hati kecil Deni seperti ada rasa cemburu, tapi demi mengingat Amin telah berjasa besar, Deni tak kuasa untuk tidak mengizinkan. Deni lantas berusaha menekan rasa tidak nyaman dihati dan menghapus bayang bayang kecurigaan di benaknya.

"Amin sudah mau bertaruh nyawa menyelamatkan Asty, masa iya aku dengan kurang ajar malah mencurigai ketulusannya... ". Begitu suara bhatin Deni berusaha menepis bayangan terburuk.

__________________

Sementara itu...

Aipda Hanif masih belumlah tenang hatinya. Keberadaan Dewi yang seperti ditelan bumi membuat Sang Polisi belum bisa merasa lega. Lagi pula sampai saat ini Dia juga belum bisa melacak kemana kaburnya Sang Bos pemimpin PT. Semesta Kasih.

Kantor PT kosong tanpa ada seorang pun disana ketika kemarin Aipda Hanif dan anak buahnya datang menggerebek. Bahkan Dia tidak menemukan satupun data atau bukti keterlibatan perusahaan penyalur PRT itu dalam kasus human trafficking yang sedang diusutnya. Mafia itu memang cerdik dan licik sekali.

Aipda Hanif menyesal telah mengizinkan Dewi untuk ikut serta dalam penyergapan kemarin. Rasa gembira yang berlebihan karena tanpa sengaja mendapatkan titik terang dari laporan Sang wanita membuat anggota polisi senior itu mengabaikan keselamatan Dewi. Tapi memang pada dasarnya Aipda Hanif sendiri tak mengira proses penyergapan akan menjadi seberbahaya itu.

Sang Aipda mengeluh.. Itu benar benar sebuah kesalahan besar.. Untung saja keberadaan Dewi malam itu tanpa sepengetahuan atasannya. Jika tidak, bisa bisa malah Dia yang diproses hukum karena kelalaian dalam tugas.

"Aku harus menemukan Dewi... ". Tekad Sang Polisi.


_______________


Pukul 7.30 pagi...

Deni sedang antri untuk mendapatkan jatah sarapan. Dia dan berpuluh puluh narapidana lain berbaris rapih sambil membawa semacam mangkok kecil ditangan. Setelah belasan menit mengantri, Deni kemudian kembali menuju kamar sel nya dengan membawa semangkok kecil nasi dan lauk pauk Seadanya. Seperti layaknya makanan dalam penjara, begitulah yang harus bisa dinikmati Deni dan kawan kawannya senasib sepenanggungan di dalam penjara.

Seorang sipir terlihat mendekati Deni yang sedang menyantap sarapan paginya.

"Habis makan, kamu ditunggu diruang besuk.. ". Sipir muda itu berkata sembari Menghenyakkan pantatnya disamping Deni.

" Siapa..? ". Deni heran. Pagi pagi begini kok sudah ada besukan. Biasanya tengah hari.

________________


" Selamat pagi Pak Deni.. ". Sapa seorang pria berseragam polisi di seberang sana. Deni dan pria yang menyapanya dibatasi oleh dinding berjeruji yang sisinya dipasangi meja panjang yang saling berhadapan. Dia berada di ruang besuk sekarang.

" Selamat pagi, pak... ".. Deni menyambut uluran tangan polisi itu.

" Saya Hermanto, dari Polda.. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan.. ".

" Silahkan Pak.. ". Deni menjawab pelan.

Setelah berbasa basi sejenak, Pak Polisi bernama Hermanto dan Deni tampak terlibat pembicaraan yang serius. Sesekali Deni menjawab, tapi lebih sering hanya mengangguk. Terkadang mata Pria itu menatap sekeliling, seperti tak ingin ada orang lain yang mencuri dengan pembicaraan mereka.

Mungkin ada sekitar setengah jam mereka berbicara, sampai akhirnya Pak Hermanto berdiri dan menjabat erat tangan Deni.

" Bagaimana... Deal...? ". Tanyanya.

" Deal... ". Deni menjawab mantap dan tersenyum.

________________


Siang hari setelah penggerebekan di gudang..

Ditengah laut lepas.. Sebuah kapal yang cukup besar berlayar pelan. Puluhan burung camar mengiringi buritan kapal, mengincar ikan ikan kecil diantara gelombang deru propeller yang terus berputar.

Didalam ruang kapal itu terlihat seorang wanita dengan tangan dan kaki terikat sedang meringkuk tanpa pakaian sama sekali. Wajah dan tubuhnya basah dan lengket oleh cairan kental berbau tajam.

Sementara itu dianjungan, Lima ABK dan seorang nahkoda nampak sedang tertawa terbahak-bahak sambil menenggak isi gelas besar di tangan. Mereka semua bertubuh gempal hitam dan besar besar. Tidak ada yang berbaju, semuanya bertelanjang dada dengan hanya memakai kolor dekil dibagian bawah. Tanpa sempak, karena tonjolan kejantanan mereka terlihat jelas.

"Seharusnya ada sepuluh wanita cantik dikapal ini sekarang, tapi semua kacau gara gara wanita penghianat itu.. ". Sang Nahkoda merutuk kesal.

Ya... Subuh tadi seharusnya kapal itu mengangkut sepuluh wanita cantik untuk dibawa ke laut lepas, menuju sebuah kapal besar yang sudah menunggu. Selagi tidak disakiti dan dibuat luka, para lelaki dikapal ini diberi kebebasan oleh sang Bos untuk menikmati wanita wanita itu, seperti biasanya.

Tapi kekacauan terjadi, sehingga semua rencana menjadi gagal total. Sang Bos Besar datang terburu buru dan menyuruh mereka untuk segera berlayar ke laut untuk membuang jejak. Tentu saja dengan sebuah bonus seorang wanita cantik yang menurut Sang Bos adalah penyebab semua kekacauan.

"Terserah mau kalian apakan.. Bahkan mau kalian buang ke laut pun Aku tak perduli.. ". Begitu pesan Sang Bos.

Tentu saja Nahkoda dan Lima ABK nya senang bukan kepalang. Mereka lantas berpesta ditengah laut dengan kapal yang berlayar pelan tanpa tujuan. Yang penting jangan dekat dekat pantai, pesan Sang Bos Besar.

" Karno, kau pegang dulu kemudian kapal ini, Aku kepengen lagi... He he.. ". Sang Nahkoda memanggil salah satu ABK nya. Kemudian setelah itu Dia melangkah agak sempoyongan kedalam ruang kapal.

" Jangan lagi... ".. Wanita yang terikat tali terdengar merintih lirih begitu melihat sosok nahkoda kapal melangkah mendekat. Sosok hitam besar seperti gorila yang beberapa saat lalu menghajar liang kewanitaannya bergilir dengan para ABK yang tak kalah besar dan hitam. Sekarang lelaki itu mendekat, dia ingin lagi......

" Kau tak punya hak untuk menolak, nyawamu ditangan kami.. ". Nahkoda kapal berkata pelan sambil tangannya melepas pengikat di kaki si wanita.

"Bos besar sudah menghadiahkan dirimu untuk kami.. Ha.. Ha.. Ha....!! "..
Si wanita yang tak lain adalah Dewi menyumpah Dalam hati.

" Sial... Aku benar benar akan habis disini... ".

Kaki Dewi telah terlepas dari ikatan. Tapi Sang wanita tiga puluhan tahun lebih itu tak lagi punya kekuatan untuk berontak. Lagi pula mau berontak bagaimana, di tengah laut begini mau kabur kemana. Terjun ke laut..?
Daripada jadi umpan Hiu lebih baik jadi umpan lelaki ini. Tentu dia tidak akan mati sia sia. Setidaknya hari ini.

Menimbang demikian Dewi akhirnya memutuskan untuk ikut saja permainan lima lelaki dalam kapal ini.
Setidaknya, sampai detik ini dia masih hidup. Itu saja sudah teramat disyukuri nya. Siapa tau kelima laki laki nelayan ini mau berbaik hati untuk tidak membuang Dewi ke laut jika nanti mereka sudah bosan dengan tubuhnya. Sementara ini, itu saja harapan wanita malang ini.


_Kapal kayu nelayan_

_________________



POV ASTY


Aku sama sekali tak menduga jalan ceritanya akan berubah seperti ini. Niatku ke Jakarta untuk mencari uang demi anak anakku membawa ke sebuah petualangan yang cukup mendebarkan.

Hampir saja aku terjebak dan dikirim keluar negeri oleh mafia penjual manusia. Kalau saja itu sampai terjadi, entah apa yang akan ku alami selanjutnya. Bagaimana nasib kedua anakku...?

Untung saja suamiku Mas Deni cepat mengambil keputusan. Dan juga Dia tak salah mengirim orang untuk menjemputku.

Mas Amin yang awalnya ku kira lelaki biasa saja, ternyata perkiraan ku salah. Mas Amin cukup tangguh sebagai lelaki, dan sangat bisa diandalkan dalam keadaan genting. Kalau saja Dia gagal, bisa saja kami berdua akan jadi korban.

Aku salut sekali atas keberanian dan ketulusannya membantu. Padahal aku bukan siapa siapanya. Hanya korban keganasan nafsu birahi nya, tapi ternyata Mas Amin sangat baik sekali. Tanpa pamrih Dia bersedia mempertaruhkan keselamatan dirinya demi menyelamatkan istri orang. Meski memang kenyataannya istri orang itu telah berkali kali dinikmatinya.

Saat ini pukul setengah delapan malam. Aku berada di dalam kereta api, bersama Mas Amin yang mengajakku untuk ke desa asalnya di lereng gunung Semeru, menemui kedua orang tuanya disana.

"Mas... ". Aku memanggil Sang lelaki perkasa penyelamat ku.

" Kenapa dek...? ". Mas Amin menjawab sambil tangan kirinya merangkul pundakku. Kursi didepan kami kosong, sehingga Mas Amin tak canggung menunjukkan kemesraannya didalam kereta yang melaju cepat.

" Bagaimana kalau nanti bapak dan ibu bertanya siapa aku..?. Aku mesti menjawab apa....?.

Mas Amin tampak tersenyum kemudian terdengar berbisik.

"Bilang saja kalau kamu itu istri ku dek. Aman, habis perkara... ". Enteng sekali lelaki ini berucap. Tapi ada benarnya juga menurutku, dengan demikian tidak ada lagi yang akan mengulik tentang siapa aku.

" Dengan begitu, kita akan bebas disana, bebas mau ngapain aja... He.. He.. He... ". Lelaki jantan ini meneruskan bisikan di telingaku. Membuat aku merinding karena geli terkena hembusan nafasnya, juga karena membayangkan kata kata nya barusan.

" Bebas ngapain aja... Hmmmmm". Aku sedikit bergidik. Ditambah lagi tangan Mas Amin tidak lagi melingkari bahu, tapi berganti melingkari pinggangku sambil sedikit mengelus kedepan.

"Sudah kuduga... Mas Amin bersedia menolongku pasti karena ada sesuatu... ". Aku memancingnya.

" Tidak juga dek. Aku tulus kok. Tapi kalau ada bonus, tentu saja akan lebih bagus.. ". Mas Amin terkekeh.

Aku tersenyum kecil kemudian mencubit pinggangnya pelan.

" Penyelamat mesum... ". Aku meledeknya yang justru lantas semakin mempererat rangkulan tangannya di pinggangku.

" Demi kamu dek, jangankan menghadapi begundal itu, menghadapi Thanos pun aku sanggup.. ".

" Thanos... Siapa itu Mas..? ". Aku bertanya tak mengerti.

" Ini lo dek...".Mas Amin terlihat gemas dan kemudian tangan kanannya menarik tanganku menyentuh sebuah gundukan besar di tengah tengah selangkangannya.

"Ini yang namanya Thanos, yang akan memporak-porandakan ini... ". Sambung nya sambil tangan kirinya yang merangkul pinggangku menyelusup dan meremas bagian sensitif di pangkal paha ku. Aku spontan menggelinjang, takut ada penumpang lain yang melihat apa yang dilakukan Mas Amin. Untung lampu kereta api dalam keadaan temaram.

Aku hanya bisa bersandar pasrah di kursi kereta ini, menikmati elusan dan belaian tangan kekar itu di pahaku. Sesekali aku mengerang lirih dilanda nikmat.

Aku takluk dibawah kendali Sang penyelamatku, benar benar tak ada niat untuk mencegah segala macam tindakannya. Aku melenguh merasakan sebuah jari menusuk masuk jauh kedalam, membuat mataku terpejam. Gairahku mulai mengawang, seiring laju kereta api yang semakin kencang.

"Mas..... ". Aku ingin sekali..

" Kenapa dek...? ". Mas Amin bertanya lirih sedikit parau.

" Aku gak tahan... ". Rintihku pelan. Malu sekali rasanya mengakui Aku sekarang sedang terangsang hebat. Tapi mau bagaimana lagi. Aku sudah tinggi sekali.

" Sabar sayang... Nanti di Desa Aku akan beri kamu yang lebih nikmat lagi... ".

" Masih lama.. ". Aku sedikit cemberut, merajuk dalam pelukan hangat.

" Kamu mau aku garap di kereta...? ". Mas Amin mengeluarkan tanya yang membuat tawaku meledak Seketika.

" Ehem... Ehem... ". Suara batuk terdengar dari penumpang kereta dibelakang kami membuat tawaku lenyap berganti rasa malu dengan debaran jantung yang berdegup kencang.

" Penumpang usil... Diam aja kenapa... ". Lirih ku pelan sekali yang dibalas cubitan kecil di hidungku.

" Tidur aja yuk... ". Ajak Mas Amin.

Aku mengangguk kemudian mencoba memejamkan mata.

______________


POV DENI


Aku gelisah malam ini.

Kesepakatan ku dengan Pak Hermanto tidak begitu menguras pikiran. Berarti ada hal lain yang membuat jiwaku resah. Tapi apa.....?

Biasanya pukul sembilan malam aku sudah bisa tertidur dikamar sempit sel penjara ini. Tapi malam ini rasanya lain. Kedua teman satu sel ku sudah lama mendengkur. Setelah apel malam pukul tujuh tadi mereka langsung ngorok saja, mungkin kecapekan habis gotong royong membersihkan lapangan lapas tadi sore.

Seperti ada sesuatu yang akan hilang, atau seperti akan ditinggalkan.. Aku tak bisa menebak nebak, tapi rasa gelisah seperti ini pernah ku alami dulu ketika masih kecil, waktu itu Ayahku akan pergi merantau mencari rizki di pulau seberang, di malam sebelum keberangkatan beliaulah aku merasakan rasa resah dan gelisah seperti yang ku rasakan saat ini.

Siapa yang akan meninggalkan Aku kali ini.....?

Asty... Sedang apa istriku sekarang...? Apakah Dia dan Amin sudah berada di Semeru...?. Sebenarnya hati kecilku berkata lain ketika Istriku pamit kemarin. Ada sedikit rasa tak rela. Sedikit rasa khawatir karena aku tau posisi Amin yang seorang duda selama sepuluh tahun ini. Bukan sedikit sebetulnya.. Tapi sangat khawatir.

Istriku cantik, aku sangat menyadari hal itu. Dan Dia sudah lebih dari setengah tahun kesepian tanpa kehadiranku. Bersama sama dengan Amin yang sudah sepuluh tahun menduda, jangankan aku, bocah SD pun pasti akan menebak kearah mana jalan cerita akan bergulir.

Tapi aku tak punya daya sekarang, bisa dibilang Amin adalah dewa penyelamat. Laki laki sahabatku itu telah rela bertaruh nyawa demi menyelamatkan istriku bahkan tanpa kuberi imbalan sepeserpun. Dia pakai uangnya sendiri untuk segala macam keperluan ongkos kendaraan yang tentu tidak cukup hanya dengan sedikit uang.

Aku memang lemah.. Disaat seperti ini jangankan menafkahi anak istri, untuk membeli sebungkus rokok pun aku harus adu otot dulu dengan para narapidana lain di penjara ini. Bahkan kadang kadang harus berkelahi.

Nasib tak ada yang bisa menebak. Garis takdir semuanya misteri. Mudah-mudahan takdir buruk ku cukup hanya sebatas ini, jangan sampai aku harus kehilangan orang yang paling ku sayangi.

Tolong hamba-Mu ya Tuhan.....



__________________




Pukul Delapan pagi...

Kereta api yang ditumpangi Amin dan Asty mulai melambat dan kemudian berhenti di stasiun kota baru, Malang.

Puluhan penumpang bergegas turun dari Kereta, beberapa penumpang tampak turun bergerombol dan dipundak menggendong tas ransel yang cukup besar.

Amin dan Asty terlihat diantara puluhan penumpang yang berdesakan. Tubuh Asty yang kecil sesekali seperti akan terdorong jatuh kedepan karena tersenggol penumpang lain, ada juga penumpang iseng yang malah sengaja menabrakkan badannya ke badan Asty membuat wanita itu seperti kaget dan memekik sewot.

Melihat itu Amin dengan gentleman memasang badan melindungi sang wanitanya dari keisengan penumpang penumpang nakal. Sedikit banyak Asty merasa terlindungi dengan sikap Amin yang demikian itu.

Pria dengan brewok yang selalu tercukur rapih itu memang pandai sekali membuat hati wanita merasa tersanjung. Perhatian perhatian kecilnya membuat Asty merasa sangat dihargai. Bahkan Sang wanita seperti lupa diri kalau dia sudah bersuami, dan suaminya bukanlah pria yang berada disampingnya saat ini.

Asty saat ini merasa kembali seperti remaja yang sedang kasmaran..


_________________


_Ilustrasi Desa tempat asal Amin_


Dua jam kemudian .....

Asty dan Amin sudah memasuki wilayah Desa tempat asal si lelaki dengan menumpang sebuah mobil jenis Jeep yang disewa oleh rombongan pendaki gunung.

Mereka berdua harus dua kali ganti angkot dari terminal kotabaru tadi. Kemudian jalan sudah tidak bisa dilalui mobil biasa karena kontur jalan yang mulai menanjak sehingga hanya motor dan mobil Jeep yang bisa melaluinya.

Amin dan Asty turun di sebuah pertigaan sementara mobil yang ditumpangi para pendaki melaju terus menuju base camp pendakian Gunung Semeru.

"Kita sudah sampai dek, itu rumahnya... ". Amin menunjuk sebuah rumah sederhana bercat hijau tosca tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Pekarangan rumah itu cukup luas dan ditumbuhi berbagai macam kembang warna warni menambah kesan indah ke sekelilingnya.

Sebuah pohon mangga yang berbuah lebat berdiri kokoh disebelah kiri halaman rumah. Pohon mangga yang sudah cukup tua, mungkin seumuran Amin.

"KAKAAAAAK... ". Seorang Gadis remaja berteriak histeris saat melihat kedua pasang manusia memasuki halaman rumah.

Dia lantas menghambur keluar menyongsong Amin, Sang kakak yang sepertinya sangat dirindukan. Amin tertawa lebar dan kemudian mengembangkan tangan menyambut Sang adik dalam pelukan hangat.

"Apa kabar adikku... ".

" Baik kak.. ". Sang adik menjawab sembari menebar senyum sumringah.

Asty hanya tersenyum dengan tubuh yang mematung melihat kakak beradik itu sedang menumpas kerinduan. Amin kemudian tersadar...

"Oh iya dek.,. Ini Mbak Asty, Istri kakak.. ". Katanya kemudian memperkenalkan Asty kepada Sang Adik.

" Asty... ". Terdengar sedikit getar suara Asty saat memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangan.

"Aku Aisyah.. ". Sambut Si Gadis tersenyum sangat ramah.

" Oh ya,.. Ayo kak, masuk.. ". Tambahnya serasa meraih tangan Asty dengan gestur bersahabat.

" PAK... BUK.... !! ". Aisyah sedikit berteriak memanggil kedua orang tua nya.

Kedua orang tua Amin tampak berjalan pelan menyambut mereka,

" Ada apa toh nak....? ". Suara Sang Ibu terdengar bertanya berlahan.

" Amiin....?. Kamukah itu nak...? ". Sang ibu yang sudah cukup sepuh seperti hendak melompat begitu mengenali siapa lelaki didepannya. Tapi Amin bergerak cepat sebelum Sang Ibunda tercinta benar benar melompat.

Lelaki itu bergerak maju menyongsong Sang Ibu kemudian duduk bersimpuh mencium kedua kaki orang tua yang telah melahirkannya ke dunia.

"Maafkan Saya Bu... Saya baru pulang sekarang... ".
Amin tersedu, airmata nya membasahi kaki Sang Ibu.

" Tak apa Nak. Yang penting kamu sehat.. ". Sang Ayah menimpali. Mata tua nya berkaca kaca.

" Ayo masuk. Duduk dulu.. Kalian pasti capek.. ". Ajak Sang Ibu kemudian.

" Oh ya.. Ini siapa...? ".sambungnya ramah sambil tersenyum menatap Asty.

" Saya Asty bu.. Saya..... ".

" Dia mantu Ibu... ". Amin cepat tanggap dan ganti menjawab.

" Oalah.. Mantu Ibu cantik sekali.. Kenapa tidak ada kabar waktu menikah... ? ". Sang Ibu sangat gembira tapi sedikit kaget dan terlihat agak jengkel karena Amin menikah lagi tanpa memberi kabar sedikitpun.

" Kami belum lama menikah kok Bu.. Ini saya ajak kesini sekalian minta restu... ". Jawab Amin kemudian.

" Ya sudah.. Ndak apa apa... ". Kali ini Sang Ayah yang bersuara. Sementara Ibunya Amin tersenyum tak henti mengagumi kecantikan Menantu barunya.

Singkat kata acara perkenalan " Mertua " Dan "Menantu" Pun telah berakhir. Asty diterima dengan baik ditengah keluarga Amin.


_________________


Setelah membersihkan diri di sumur bening belakang rumah, Wajah Asty sudah terlihat kembali segar dan semakin bercahaya sore itu.

Asty dan Bu Ratih Ibunya Amin tampak sedang bercengkrama berdua di dapur. Sementara Amin sendiri baru saja keluar berboncengan motor dengan Aisyah menuju ke warung. Membeli keperluan dapur, kata Aisyah sewaktu Berpamitan tadi.

"Nak.. Ibu sangat senang Amin Akhirnya menikah lagi. Tadinya Ibu sangat sedih, karena sejak dia bercerai sepuluh tahun lalu, dia seperti kehilangan gairah untuk berumah tangga.. ". Bu Ratih berucap pelan.

Asty tentu saja bingung mesti berkata apa.. Bu Ratih benar benar percaya kalau Asty adalah Menantunya. Tidak mungkin Asty akan membongkar kebohongan mereka. Sungguh tidak tega rasanya. Bu Ratih kelihatan jelas sangat bahagia.

" Ibu ingin kamu cepat cepat hamil nak.. Ibu pengen gendong cucu... ". Kata Sang Ibu sambil terkikik kecil.

Asty diam diam tersenyum... Kecut...

" Ini.. Kamu minum dulu... ". Bu Ratih menyodorkan segelas ramuan.

" Ini apa Bu...? ".

" Sudah... Kamu minum saja. Nanti Ibu cerita... ".

Asty menyambut gelas kemudian meminumnya sedikit. Rasanya sepet..

" Habiskan.. ". Lanjut Bu Ratih.

Lima tegukan akhirnya isi gelas habis tertelan. Bu Ratih kemudian menyodorkan lagi segelas kecil air bening.

" Ini air gula. Untuk menetralkan rasa sepet dan pahitnya.... ". Asty menengggak air gula itu sampai tandas.

Bu Ratih tersenyum lebar.

" Itu ramuan rahasia turun temurun. Ramuan yang Berkhasiat sangat tinggi untuk menambah gairah bercinta.. ".

Asty tercekat.

" Pokoknya Ibu ingin kamu segera hamil.. ". Ucap Bu Ratih sambil mengelus lembut perut Sang "Menantu".

" Ibu ingin cucu laki laki kali ini.. ".bibir wanita tua itu tersenyum lebar menatap Asty penuh pengharapan.

Asty gelagapan. Dia memang tak keberatan dan justru ketagihan bercinta dengan Amin, tapi tak juga sampai kepikiran untuk hamil.

Sementara Sang "Mertua" Masih saja tersenyum senyum penuh arti.





Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd