Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Terjebak di Amanika

Siapa tokoh perempuan favorit kalian di cerita ini?

  • Karina

  • Nabila

  • Gendis

  • Widi

  • Rini


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Wah. Terbaik bumbunya suhu, bikin seru. Setiap watak ada karekter, latar belakang, sifat, dan personalitinya tersendiri, suka jalan cerita yang tersusun kemas begini.

Gua paling seru sama Gendis, tetap setia menunggu screen timenya kelak hehe. Kalau boleh mulustrasi watak lelakinya juga hu. Supaya dapat bayangin dengan lebih jelas. Makasih hu.
Kalo Ane beda Hu. Ga tau napa begitu lihat mulustrasi dan latar belakangnya, langsung dukung Nabila. Mungkin ini yang di bilang cinta pada pandangan pertama kali yak hahahaa
 
Part 7: Permainan

Saat Rama dan Karina sedang kebingungan di resort setelah membaca berita di televisi, para rombongan yang berada di bukit Amanika justru sedang asyik melakukan aktivitas, tanpa tahu apa yang terjadi di luar sana. Ketika matahari telah meninggi, para peserta outing tampak sudah mandi dan berganti baju, siap untuk aktivitas mereka siang itu.

"Bapak, Ibu, mari semua kita berkumpul di depan tenda," ujar Raymond dengan suara yang agak keras. Semua peserta pun menurut dan langsung berdiri mengelilingi pria tersebut.

"Ada apa neh Raymond, kita semua dikumpulkan di sini?" Tanya Pak Doni.

"Untuk hari ini, sesuai susunan acara, kita akan mengadakan games. Saya harapkan kalian semua bisa berpartisipasi dengan semangat di acara ini, karena siapa yang menjadi pemenang akan mendapat hadiah luar biasa."

"Wah ... wah ... Hadiahnya apa dulu neh?" Tanya Widi. Perempuan muda tersebut memang paling antusias kalau sudah bicara tentang hadiah.

"Mungkin Pak Harso mau menyampaikan secara langsung hadiahnya apa," ujar Raymond.

"Ehem ... oke. Seperti yang saya sampaikan saat kita datang ke resort, saya ingin kegiatan outing ini bisa membawa kebahagiaan bagi kalian semua. Oleh karena itu, untuk games kali ini, saya telah menyiapkan hadiah utama berupa uang tunai lima juta rupiah, dan voucer menginap di hotel bintang lima di ibu kota," Pak Harso mengumumkan sambil tersenyum. Ia yakin para anak buahnya pasti akan senang dengan hadiah-hadiah tersebut.

Dan benar saja, mereka semua langsung bersorak setelah mengetahui hadiah yang disiapkan Pak Harso tidak main-main.

"Dan bukan hanya pemenang yang akan mendapat hadiah, tapi yang kalah juga nanti akan dapat sesuatu. Walau pastinya tidak lebih oke dari pemenang pertama. Oleh karena itu, saya harap kalian mau mengikuti games ini dengan antusias, agar jadi lebih seru."

"Kalau menang, saya boleh tukar voucer hotel dengan mentahnya saja gak, Pak Harso?" Tanya Pak Karjo tiba-tiba.

"Memangnya kenapa Pak Karjo?"

"Ya, habis kalau menginap di hotel, masa saya sendirian saja?"

"Huuuuuuu ..." Jawaban Pak Karjo langsung disambut dengan sahutan para peserta yang lain.

"Memangnya mau ditemenin sama siapa sih Pak Karjo, hee," ledek Pak Doni.

"Ya bukan begitu Pak. Saya juga tidak tahu caranya masuk ke hotel. Apa itu namanya, harus cek lis, cek lok, atau apa saya tidak tahu ..."

"Check in kali pak," sahut Rini yang tampak geli melihat tingkah peserta lain yang lebih tua darinya itu.

Pak Harso hanya tertawa mendengar keributan ini. "Tenang saja, bisa diatur itu Pak Karjo. Jadi, permainan pertamanya apa neh, Raymond?"

"Oke, jadi hari ini akan ada tiga permainan, yang semuanya mewakili nilai atau value dari perusahaan multifinance tempat kalian bernaung. Tiga nilai tersebut adalah agresivitas, kekompakan, dan kejujuran," ujar Raymond menjelaskan. "Nah untuk permainan pertama, kita akan fokus pada agresivitas. Johan, keluarkan alat permainannya."

Johan langsung mempersiapkan beberapa balon berukuran sedang yang sepertinya sudah diisi dengan air. Ia membaginya ke dalam dua ember yang masing-masing berwarna biru dan merah. Setelah itu, ia membuat dua bentuk persegi panjang di tanah yang berjarak cukup jauh satu dengan yang lain, lalu meletakkan ember biru di persegi panjang yang satu, dan ember merah di persegi panjang yang lain.

"Permainan pertama adalah lempar balon air. Kalian akan dibagi menjadi dua tim. Karena jumlahnya pas, saya akan membagi menjadi tim perempuan dan tim laki-laki. Silakan Bapak Ibu masuk ke arena persegi panjang yang telah dibuat oleh Johan."

Para peserta pun menuruti perintah Raymond. Persegi panjang tersebut ternyata tidak begitu besar, hanya sekitar 2 x 1 meter. Ketika diisi oleh empat orang peserta di dalamnya, jadi cukup sempit.

"Tugas kalian adalah melemparkan balon berisi air ke lawan kalian di area yang berlawanan. Selama permainan, semua peserta tidak boleh keluar dari arena yang telah dibuat. Masing-masing tim akan mendapat poin setiap ada lawan yang terkena lemparan balon kalian. Jadi, bila kalian berhasil mengenai satu orang lawan, maka kalian mendapat satu poin, dan seterusnya. Apakah cukup jelas?"

"Jelaaaaaassss ..." teriak para peserta. Mereka tampaknya sudah tidak sabar untuk menggondol hadiah utama berupa uang tunai dan voucer menginap di hotel.

"Oke, sekarang kalian suit dulu untuk menentukan siapa yang akan melempar duluan. Perwakilan dari grup laki-laki dan grup perempuan silakan maju."

Pak Doni pun berinisiatif maju, sedangkan dari grup perempuan diwakili oleh Rini yang paling muda. Mereka melakukan suit batu gunting kertas, dan ternyata dimenangkan oleh Pak Doni.

"Yes, tim cowok. Ayo kita kalahkan mereka ..." ujar Pak Doni bersemangat.

"Oke ya, waktu kalian hanya satu menit, dimulai dari ... sekarang."

Setelah mendapat aba-aba dari Raymond, seluruh anggota tim laki-laki langsung memberondong para perempuan dengan lemparan-lemparan kuat tanpa ampun. Pak Karjo dengan tubuhnya yang sudah tua, ternyata punya tenaga yang kuat, di mana Nabila kini tahu betul alasannya. Tomi dan Pak Doni yang masih berusia prima pun mempunyai kekuatan lemparan yang luar biasa. Sedangkan Pak Harso, meski lemparannya lemah, tetapi mempunyai akurasi yang bagus.

Hasilnya, para perempuan tidak bisa mengelak kemana-mana karena arena mereka yang begitu terbatas. Selama satu menit, mereka pun seperti dihujani balon air hingga baju mereka semua basah, tidak ada satu pun yang selamat. Mereka pun bertekad membalas tim laki-laki, setidaknya untuk menyamakan kedudukan.

"Oke, sekarang giliran tim perempuan. Waktu kalian satu menit, dimulai dari ... sekarang."

Tanpa diduga oleh tim perempuan, para laki-laki langsung bergerak seperti berlindung di belakang Pak Doni, yang badannya paling besar di antara mereka. Setiap kali ada balon air yang datang, Pak Doni pun menjadi semacam perisai bagi rekan di belakangnya. Hal ini betul-betul tidak diduga oleh para perempuan. Memang ada satu dua balon air yang berhasil lolos dan mengenaik Pak Harso, tetapi setidaknya Tomi dan Pak Karjo berhasil selamat.

"Waktunya selesai. Skor 4-2 untuk kemenangan tim pria. Karena itu, seluruh anggota tim pria mendapat poin di permainan kali ini," ujar Raymond.

"Wah, mereka curang tuh. Mana bisa pakai perisai seperti itu," Widi melancarkan protes.

"Selama masih sesuai peraturan apa pun diperbolehkan," ujar Raymond menengahi. "Hal ini mengajarkan bahwa meski kita harus agresif, tapi penting juga untuk memikirkan cara bertahan saat dibutuhkan."

Meski terus menggerutu, tim perempuan akhirnya bisa menerima keputusan tersebut. Namun masalahnya, mereka tidak sempat mengeringkan baju mereka yang basah sebelum permainan kedua dimulai.

"Oke, permainan selanjutnya masih melibatkan balon. Tapi kali ini lebih sederhana, karena kalian hanya perlu membawa balon dari satu tempat ke tempat lain secara berpasangan. Mudah kan?"

"Mudah sih, tapi pasti ada tapinya neh," ujar Gendis. Ia sudah mulai paham bahwa Raymond memang mempunyai beberapa detail penting yang sengaja ditinggalkan untuk menambah seru permainan.

"Haha, Ibu Gendis tahu saja. Tapi, kalian akan diundi akan berpasangan dengan siapa, dan nantinya harus membawa balon dengan posisi seperti apa. Ada yang harus membawa balon dengan kepala, dada, perut, dan pinggul," lanjut Raymond sambil tersenyum dan menunjukkan dua gelas air mineral kosong yang sudah diisi dengan kertas berisi nama peserta dan posisi di mana mereka harus meletakkan balon.

Para peserta pun mulai membayangkan akan seperti apa posisi mereka nanti. "Semoga kita bisa berpasangan, Kak. Biar bisa menang di games kali ini," ujar Rini kepada kakaknya. Widi pun mengangguk.

"Oke, pasangan pertama adalah Pak Harso dan Widi yang harus membawa balon dengan dada."

Widi langsung melirik ke arah atasannya tersebut, dan tersenyum. Meski dalam hati, ia membayangkan apa yang terjadi saat mereka berdua membawa balon, dengan kondisi pakaian Widi yang basah dan makin ketat membungkus tubuhnya ini. Apalagi Widi kali ini hanya mengenakan kaos tanpa lengan dengan bagian dada yang terbuka.

"Pasangan kedua, Pak Karjo dan Bu Gendis, membawa balon di pinggul."

Gendis sedikit terkejut. Ia benar-benar yakin akan mendapat pasangan yang perempuan juga, apalagi harus membawa balon dengan pinggul. Pasti balon tersebut akan menempel tepat di kemaluannya, meski masih tertutup celana panjang. Namun itu merupakan sesuatu yang menakutkan, karena sudah lama ia tidak mendapat sentuhan di bagian itu, sejak suaminya meninggal.

"Pasangan ketiga, Tomi dan Rini, membawa balon di kepala."

Rini tersenyum. Menurutnya membawa balon di kepala adalah yang paling mudah di permainan ini. Karena itu, ia yakin akan menjadi pemenang meski tidak berpasangan dengan Widi, kakaknya. Namun masalahnya ia justru berpasangan dengan seorang lelaki yang tampan, semoga ia bisa berkonsentrasi saat lomba nanti.

"Dan seperti yang kalian tahu, yang terakhir pasti Pak Doni dan Bu Nabila, yang harus membawa balon dengan perut."

Nabila menoleh ke arah Pak Doni, yang seperti biasa hanya cengar cengir di kondisi apa pun. Ia memang jarang berhubungan dengan duda tersebut. Karena itu, ia penasaran juga apa yang akan terjadi di lomba nanti.

"Oke, sekarang semuanya silakan menemui pasangannya, dan maju ke garis start."

Semua peserta tampak canggung, karena tanpa diduga semuanya merupakan pasangan lelaki dan perempuan. Terutama Pak Harso, yang harus berpasangan dengan seorang pegawai front office cantik dengan payudara yang membusung dan terbuka.

Widi-1.jpg

"Maaf ya, Widi," ujar Pak Harso sambil meletakkan balon di dadanya, lalu menempelkannya ke dada perempuan tersebut.

"Iya, Pak Harso. Gak apa-apa. Ini kan cuma permainan," ujar Widi.

Baru kali ini ia berdiri begitu dekat dengan atasannya tersebut, apalagi dengan kondisi bajunya basah kuyup seperti ini. Pak Harso pasti bisa melihat dengan jelas bekas air yang mengalir dari leher ke bagian dadanya, dan tubuh indahnya yang makin jelas terlihat dari balik kaos yang basah itu.

Balon yang ditempelkan Pak Harso pun seperti menekan puting payudaranya, meski ia masih menggunakan bra. Hal tersebut membuat Widi sedikit terangsang. Merasakan gairah seperti itu di dekat atasannya membuat Widi benar-benar bergairah. Pak Harso pasti bisa melihat perempuan tersebut menggigit bibir bawahnya dengan binal.

Gendis-1.jpg

Berbeda lagi dengan Gendis yang harus menempelkan balon di pinggulnya, dan menekannya ke pinggul pria tua office boy di kantornya, yaitu Pak Karjo, agar tidak terjatuh. Setiap Pak Karjo bergerak, balon tersebut pun seperti menggesek selangkangan janda muda yang sudah jarang dijamah lelaki itu.

Meski masih tertutup jilbab dan kaos lengan panjang yang longgar, kondisinya yang basah membuat Pak Karjo bisa menerawang bentuk tubuh indah perempuan beranak satu tersebut. Tanpa sadar, Pak Karjo berusaha menelan ludahnya yang tertahan di kerongkongan.

Rini-1.jpg

"Halo, Rini," ujar Tomi menyapa. Dalam hati ia sebenarnya ingin berpasangan dengan Widi, tetapi nasib berkata lain.

"Halo, Kak Tomi."

Tubuh Rini yang sebenarnya sama gemulainya dengan Widi, membuat Tomi terpana. Apalagi dengan kondisi basah seperti itu, ia jadi membayangkan perempuan tersebut seperti pemeran film porno yang biasa ia tonton.

"Kak Tomi, ahhh, entotin aku sekarang juga Kak, aku udah basah banget nehhh," begitulah kata-kata Rini di imajinasi Tomi. Bermain cinta dengan perempuan muda yang masih duduk di bangku kuliah seperti dia pasti sangat nikmat, pikir Tomi.

"Heh, Kak Tomi, jangan bengong aja. Fokus ... Rini pengin banget dapat hadiah uang neh," ujar Rini membangunkan Tomi dari imajinasi kotornya.

"Eh, iya Rin. Maaf. Kakak fokus kok ini."

Nabila-1.jpg

Sedangkan Pak Doni dan Nabila justru bingung bagaimana mereka harus meletakkan balon di perut. Masalahnya, Nabila memiliki payudara yang cukup besar. Apabila Pak Doni mendorong balon tersebut terlalu kencang, maka dadanya akan bersentuhan dengan payudara perempuan cantik tersebut. Namun bila terlalu longgar, maka balon tersebut akan jatuh dan mereka akan kalah.

"Bagaimana ini Bu Nabila. Mohon maaf, tapi dada Ibu gede banget sih," ujar Pak Doni dengan sungkan.

Mendengar itu, Nabila sebenarnya merasa tersanjung, sekaligus terkulik birahinya. Bayangan bisa bersentuhan dada dengan Pak Doni membuatnya berpikir yang tidak-tidak. Suaminya saja tidak pernah memuji payudaranya yang membusung itu.

"Hmm, begini saja Pak Doni," ujar Nabila sambil mencoba posisi pertengahan agar balon tersebut tidak jatuh, tapi payudaranya tidak sampai bersentuhan dengan dada Pak Doni, meski hanya tinggal sedikit lagi.

"Eh, maaf Bu kena sedikit," Pak Doni sedikit menggeser tubuhnya, tetapi justru membuat dadanya menempel di payudara Nabila yang masih tertutup oleh pakaian yang basah. Secara reflek, pria tersebut pun langsung membetulkan posisinya.

"Awas ya Pak Doni kalau nakal, nanti saya jewer, hee."

"Ampun Bu, ampun."

"Oke, sudah siap semuanya?" Raymond bersiap memulai aba-aba. "Satu ... Dua ... Tiga ..."

Terlihat keempat pasangan peserta lomba sama-sama berjalan dengan canggung. Tomi dan Rini tampak unggul karena mereka memilih untuk berjalan dengan cara yang berbeda dari peserta lain. Tomi memilih mundur, sedangkan Rini maju. Namun karena terlalu cepat, balon di kening mereka hampir saja jatuh.

Pak Doni dan Nabila masih berusaha bergerak tanpa harus membuat dada mereka bersentuhan, tetapi jelas itu adalah hal yang sulit. Mereka akhirnya memutuskan untuk tidak memedulikan apa pun, dan membiarkan dada mereka bersentuhan demi menjadi pemenang.

Widi tampak berjalan begitu perlahan dengan selangkangan yang seperti enggan membuka. Ia seperti menahan sesuatu di dalam dirinya, terutama saat Pak Harso sedikit mendorong balon ke arah depan, membuat balon tersebut kembali menggesek payudara perempuan tersebut yang indah.

Sedangkan Pak Karjo terlihat malu-malu berjalan ke samping sambil menjaga agar pinggulnya terus menekan ke arah Gendis. Mereka berdua seperti sedang melakukan persetubuhan secara tidak langsung, setidaknya itu yang ada di kepala Gendis. "Nghhh, apa jadinya kalau aku digagahi oleh pria tua seperti Pak Karjo? Apakah kontolnya besar seperti suamiku dulu? Ahhhhh," begitu pikir Gendis.

"Yaaaa .... permainan selesai. Pemenangnya adalah pasangan Tomi dan Rini, disusul oleh Pak Doni dan Bu Nabila, Pak Harso dan Widi, lalu di posisi terakhir ada Pak Karjo dan Bu Gendis," ujar Raymond mengumumkan hasil lomba.

Para peserta pun seperti kelelahan, meski jalur permainan tersebut tidak begitu jatuh. Sepertinya mereka lebih lelah dalam hal birahi, bukan secara fisik.

"Baiklah, sekarang kita sampai di perlombaan terakhir. Judulnya adalah Never Have I Ever. Caranya, kalian sampaikan sesuatu yang pernah kalian lakukan di masa lalu, makin memalukan makin bagus. Karena apabila tidak ada yang pernah melakukan hal yang sama, maka kalian akan mendapatkan poin dari semua pemain lain," jelas Raymond. "Misalnya saya bilang saya pernah makan daging kuda, dan semua dari kalian pernah makan daging kuda juga, maka saya akan dapat poin 0. Apakah jelas?"

Semuanya mengangguk.

"Oke, siapa yang mau memulai duluan?" Tanya Raymond.

"Saya duluan deh. Saya pernah merokok waktu masih SMP," ujar Pak Harso. Ia seperti yakin betul bahwa anak buahnya tidak akan pernah melakukan itu. Tanpa disangka, semua tangan mengangkat, termasuk Nabila dan Gendis yang tampak alim, dan Rini yang masih begitu muda.

"Aku merokoknya malah sama Kak Widi. Tapi abis itu batuk-batuk, terus kapok, hee," ujar Rini. Kakaknya hanya tersenyum.

"Oke, sepertinya Pak Harso sudah otomatis kalah, poin Bapak sudah terlalu rendah," ujar Raymond.

"Haa, oke Raymond. Aku juga tidak menginginkan hadiah itu. Biar yang lain saja yang dapat."

"Saya mau ikutan ya," tiba-tiba Pak Karjo nimbrung. "Saya tidak begitu paham cara mainnya, tapi mudah-mudahan benar. Saya pernah menikah."

Otomatis gelak tawa membahana di lokasi perkemahan rombongan tersebut. Akhirnya hampir semua mengangkat tangan, kecuali Widi, Toni, dan Rini.

"Tapi menurutku Pak Karjo ini pintar lho. Dia kan permainan pertama sudah menang, dan di games ini dia pasti dapat tiga poin. Hanya saja di permainan kedua kan dia kalah, jadi tidak ada harapan. Gagal pak dapat lima juta," ujar Pak Doni.

"Ahh, baiklah," ujar Pak Karjo pasrah.

Toni kemudian mengatakan kalau dia pernah nyolong barang teman, Gendis mengatakan dia pernah membuat temannya menangis, sedangkan Nabila mengajukan pengakuan bahwa dia pernah masak air sampai pancinya gosong. Ternyata, kejadian-kejadian tersebut juga pernah dilakukan oleh beberapa peserta yang lain. Mereka pun tidak ada yang mendapat nilai penuh di games terakhir ini.

"Oke, sekarang giliran siapa lagi? Mbak Widi mau coba?" Tanya Raymond.

"Oke, saya mengaku kalau saya pernah clubbing," ujar Widi.

Ia mengira hanya sedikit orang yang pernah masuk ke club malam seperti dia. Dan benar saja, Nabila dan Gendis tidak mengangkat tangan. Ia pun tahu adiknya Rini juga tidak pernah melakukan hal tersebut. Namun ia kaget ketika Pak Harso mengangkat tangan, yang kemudian diikuti oleh seorang pria lain.

"Lho, Pak Harso pernah?" Tanya Widi.

"Saya tidak sebersih itu, Wid. Haa," jawab Pak Harso.

"Lalu kalau Pak Karjo, masa pernah clubbing sih?"

"Saya diajak Pak Harso."

Semuanya pun kembali tertawa. Games terakhir ini sebenarnya menjadi penentuan siapa yang akan menjadi pemenang. Tapi mereka malah mengikutinya dengan penuh canda tawa.

"Nah, giliran saya neh. Saya kan permainan pertama juara satu, permainan kedua juara dua, permainan ketiga ini sepertinya hanya butuh sedikit saja poin untuk menjadi juara. Saya mengajukan bahwa saya pernah bercinta dengan lawan jenis, hee," ujar Pak Doni sambil tertawa puas.

Sesuai prediksinya, semua pasti mengangkat tangan, kecuali dua orang. Tetapi, tiba-tiba salah satu dari dua orang tersebut justru mengangkat tangan.

"Widi ..." Nabila dan Gendis berteriak dalam waktu bersamaan.

"Kaget ya? Hee ... Maaf ya, Pak Doni," ujar Widi malu-malu.

"Iya, saya sih gak masalah dengan itu. Cuma kaget aja. Gak ada masalah kan Pak Harso?" Nabila berusaha meyakinkan atasannya agar pengakuan Widi itu tidak menjadi masalah.

"Apa yang terjadi di Amanika, tetap di Amanika, hahaa," jawab Pak Harso. Seluruh peserta pun merasa lega.

"Oke, tapi tetep donk aku yang menang?" Tanya Pak Doni.

"Masih ada satu peserta lagi, Pak," ujar Raymond sambil melirik Rini.

"Oh iya, aku belum ya. Aku mau bikin pengakuan, bahwa aku pernah tidak mengenakan pakaian dalam baik yang atas maupun bawah saat ke kampus."

Pengakuan Rini tersebut membuat suasana hening. Tidak ada satu pun dari mereka yang mengangkat tangan. Segila-gilanya Pak Doni, ia bahkan belum pernah melakukan itu.

"Ya, dan pemenangnya adalah Riniiiiiii ..." teriak Raymond.

Namun sesaat kemudian, rombongan tersebut langsung kocar kacir karena Widi mendadak mengejar-ngejar adiknya yang baru saja melakukan pengakuan mengejutkan. "Riniiiii .... " Teriaknya.

"Ingat kak, apa yang terjadi di Amanika, tetap di Amanika," balas Rini sambil lari menjauhi kejaran kakaknya. Para peserta lain pun terbahak-bahak menyaksikan tingkah mereka berdua.

(Bersambung)
 
Terbaik suhu. Wah tbakan awal nubie untuk komposisi siapa sama siapa ntar kacau nie. Diaduk lagi ama Suhu @fathimah di part 7 ini. Mmmm... makin menarik dan penasaran hehehe... mantap Suhu
 
Ini baru permainan permulaan, udah seru banget. Hehe. Mungkinkah bakal ada permainan yang lebih berani, panas atau explicit game gitu.. Makin seru ni. 😍
 
Ayooo... Semangaattt... page 8 - page 8 - page 8 hahahaaa... Tertangkap? Siapa yang menangkap? Siapa yang tertangkap? Bagaimana bisa trtangkap? Waduhhh... gak sabaran page 8 atuh laahhhh hahahaa...
 
Bimabet
Trims Suhu @fathimah. Meski baru judul, sdh bikin agak lega. Update di depan mata. Lgsg 2 part ya. Wiww... kereennn
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd