Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Terjebak di Amanika

Siapa tokoh perempuan favorit kalian di cerita ini?

  • Karina

  • Nabila

  • Gendis

  • Widi

  • Rini


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Part 5: Kamar

Malam menjelang di Bukit Amanika, menyambut rombongan Pak Harjo di hari pertama mereka menginap di sana. Raymond dan Johan telah membuat nasi goreng sebagai hidangan makan malam, dan membagikannya kepada para peserta outing. Setelah itu, mereka berdua pun menyusun kayu bakar di depan tenda dan membuatnya menjadi api unggun.

Setelah menyantap makan malam yang menggugah selera, mereka semua berkumpul mengelilingi api tersebut untuk menghangatkan diri.

"Kalian ada yang handphone-nya dapat sinyal gak?" Tanya Rini tiba-tiba.

Rini-1.jpg

Sejak sampai di bukit Amanika ini, ia memang tidak lagi mendapat sinyal handphone. Awalnya ia mengira bahwa itu hanya sementara, dan ketika malam menjelang sinyal tersebut akan kembali. Namun hal tersebut tidak kunjung terjadi. Perempuan muda tersebut pun merasa kesal karena ia tidak bisa berbagi foto-foto yang sudah ia ambil di media sosial, atau menghubungi temannya di ibu kota.

"Iya, aku juga tidak dapat sinyal. Padahal aku pakai provider yang harga berlangganannya paling mahal. Memang di sini selalu tidak ada sinyal ya Raymond?" Ujar Tomi menanggapi.

"Hmm, seharusnya ada sih. Tapi memang karena posisi kita di perbukitan, jadi seringkali tidak mendapat sinyal. Ditunggu saja sampai besok Bapak Ibu. Handphone saya juga tidak ada sinyal neh, jadi tidak bisa berkomunikasi dengan Mbak Karina," jawab Raymond.

Rini pun merasa kecewa. Meski begitu, ia tidak sampai terlalu larut dalam rasa kesal. Saat di ibu kota, ia selalu mencoba untuk berhenti menggunakan media sosial selama beberapa waktu, karena obrolan pengguna di dalamnya sudah begitu toxic. Selain itu, ia pun jadi menghabiskan waktu terlalu banyak di media sosial, yang seharusnya bisa ia gunakan untuk belajar. Mungkin Bukit Amanika ini adalah jawaban Tuhan yang ingin membantunya memulai detox media sosial.

Nabila-1.jpg

Perempuan lain, yang begitu anggun dengan jilbab panjang dan rok berwarna hitam yang dikenakannya, sebenarnya juga cukup terganggu dengan tidak adanya sinyal handphone itu. Ia jadi tidak bisa menghubungi suaminya yang kini terpisah dari dirinya. Ia bertanya-tanya, sedang apa suaminya sekarang.

***​

Di saat yang sama di Resort Hostina, Karina terlihat sedang duduk di depan sebuah meja kerja yang ada di kamarnya, sambil menghadap ke sebuah laptop. Ia tampak sedang sibuk mengerjakan proposal untuk rombongan lain yang juga akan berwisata ke sekitar resort tersebut dalam waktu dekat. Matanya begitu fokus memeriksa tabel di spreadsheet yang terpampang di layar.

Karina-1.jpg

Malam itu, Karina hanya mengenakan baju terusan tanpa lengan yang tidak terlalu panjang, hanya menutupi sampai setengah pahanya. Berbeda dengan tampilannya saat menyambut rombongan Pak Harso di hari sebelumnya, kali ini Karina tampak mengenakan kaca mata dengan frame berwarna hitam. Dengan begitu, ia tampak anggun dan cerdas, lengkap dengan rambut panjang yang diikat ke belakang.

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu kamarnya. Dengan segera, ia pun berjalan menuju pintu dan membukanya. Saat melihat seorang pria sedang berdiri di depan pintunya, perempuan cantik itu pun tersenyum.

"Ada yang bisa dibantu, Pak?"

Pria di hadapannya tak menjawab. Matanya tajam menutup tubuh indah Karina, seperti tengah membayangkan bagaimana bentuk tubuh tersebut bila tidak tertutup sehelai benang pun. Tanpa mengatakan apa-apa, pria tersebut berjalan ke depan sehingga tubuh Karina terdorong ke belakang. Saat keduanya telah sama-sama berada di dalam kamar, pria tersebut mengayunkan tangannya untuk menutup pintu.

Baik Karina maupun pria tersebut sama-sama terdiam, seperti berusaha menerka-nerka apa yang berada di pikiran yang lainnya. Mereka hanya saling menatap mata orang yang berada di hadapannya. Pria berusia sekitar 30an tahun tersebut akhirnya mengambil inisiatif untuk meraih wajah Karina dan menariknya agar mendekat. Dengan cepat, ia mengecup bibir indah perempuan tersebut, sambil berusaha menerobos dengan lidahnya.

Karina tampak kaget diperlakukan seperti itu, terutama saat ciuman tersebut mendarat di bibirnya. Namun lama kelamaan, ia semakin terbiasa dan justru merasa nyaman. Sudah cukup lama memang tidak ada seorang pria pun yang berani melakukan ini kepadanya. Perempuan cantik itu pun mendaratkan tangannya di pinggang sang pria yang masih mengenakan kaos dan celana pendek.

"Kirain Bapak gak mau ke sini?"

"Siapa yang bisa menolak tubuh indahmu ini, Karina," ujar sang pria sambil mengalihkan kecupannya ke leher sang perempuan.

"Ngghhh ... pelan-pelan, Pak. Jangan sampai berbekas."

"Memang kenapa kalau berbekas, takut pacar kamu marah?"

"Nggak, saya cuma takut kalau saat rombongan kembali dari Amanika nanti, mereka akan berpikir macam-macam," ujar Karina. "Lagipula, saya saat ini tidak mempunyai pacar, Pak."

"Bagus kalau begitu, jadi tidak ada yang marah kan kalau aku menikmati tubuh kamu?" Ujar sang pria yang tampak mulai nakal dan meraba-raba paha Karina yang halus dengan tangannya.

"Nggak ada, tapi bukankah nanti istri Pak Rama bisa marah?" Tukas Karina sambil mengedipkan mata. Ia mulai mengeluarkan tingkah yang nakal di hadapan suami Nabila tersebut.

"Jangan sampai dia tahu kalau begitu. Kamu bisa tutup mulut kan?"

"Bisa, Pak. Asal ada ..."

"Ada apanya?"

Karina mengangkat tangan kanannya dan menggesek-gesekkan jempol dan jari telunjuk. Beberapa penggemar aktor asal Korea Selatan mungkin akan menganggap itu isyarat untuk cinta yang indah. Namun, Rama tidak begitu polos untuk tidak memahami apa yang dimaksud oleh Karina.

"Owh, kamu butuh itu? Kalau begitu bagus lah, kita sama-sama mengerti saja," Rama kemudian mengeluarkan dompet dari kantong celananya, dan mengambil sepuluh lembar uang seratus ribu dari dalamnya. "Segini cukup?"

Karina tersenyum, dan langsung menarik baju terusan berwarna hitam yang ia kenakan ke atas, lalu membiarkannya jatuh ke lantai. Rama pun langsung bisa melihat tubuh indah perempuan manis tersebut yang kini hanya tinggal tertutupi oleh bra dan celana dalam berwarna hitam.

"Taruh donk Pak, uangnya."

"Taruh di mana?" Tanya Rama bingung.

Karina pun tersenyum. Ia meletakkan tangannya di pinggang, seperti model yang tengah berpose di atas catwalk, lalu membusungkan payudaranya yang memang berbentuk sangat indah. Payudara tersebut memang telah menggoda semua lelaki yang melihatnya, termasuk Rama dan Pak Doni. Pak Harso sendiri yang sudah berusia lanjut juga tidak bisa memungkiri betapa indahnya payudara Karina, hanya saja dia tidak sampai berani melakukan apa yang tengah terjadi di kamar tersebut.

Melihat pose Karina yang begitu menantang, Rama pun semakin tidak sabar. Sudah lama ia tidak berduaan dengan perempuan selain istrinya, karena belum ada kesempatan. Beruntung sekali dia menemukan Karina yang tidak hanya cantik dan seksi, tetapi juga bersedia untuk melakukan hal gila dengannya. Dengan berani, Rama langsung menyelipkan tangannya ke dalam bra yang dikenakan Karina, dan memasukkan beberapa lembar uang ke dalamnya. Awalnya hanya payudara yang sebelah kanan, lalu kemudian yang sebelah kiri, hingga uang di tangannya habis. Saat melakukan itu, ia sengaja menyenggol puting payudara Karina yang memang telah mengacung tegak.

"Ahhh ... Pak Rama," Karina mengeluarkan erangan yang binal, membuat birahi Rama semakin naik.

Pria yang sebenarnya sudah beristri tersebut kemudian melirik ke arah selangkangan Karina yang masih tertutup celana dalam.

"Kalau masukin di situ, boleh gak Karina?"

Raut wajah Karina berubah. Mulutnya manyun seperti sedang cemberut, tetapi ada kesan manja di sana. "Sebenarnya sih boleh, tapi kan uang di tangan Bapak sudah habis, bagaimana donk?"

Rama kini semakin paham cara menaklukkan Karina. Ia kembali mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu, dan langsung menyelipkannya ke celana dalam perempuan tersebut. Namun pria tersebut tidak menarik tangannya kembali, melainkan langsung memainkan jari telunjuknya di bibir kemaluan Karina.

"Ahhhh, Pak Ramaa .... Ahhhhh ..." Karina tampak mulai terangsang. Perempuan tersebut pun meletakkan tangannya di pundak Rama agar ia tidak terkulai lemas dan jatuh. Ia menikmati betul setiap elusan jemari pria tersebut yang menyentuh bagian paling sensitif di tubuhnya.

Rama bisa merasakan kemaluan Karina yang semakin lembab, tanda bahwa perempuan tersebut juga sudah mulai terangsang. Setelah puas memantik gairah Karina, Rama kemudian menarik perempuan tersebut ke arah ranjang. Ia kemudian duduk di tepi ranjang yang masih terlihat begitu rapi, dan menyuruh Karina untuk berlutut di hadapannya.

"Jongkok dulu di lantai Karina, bantu lepas celanaku," ujar Rama.

Dengan uang ratusan ribu yang masih terselip di bra dan celana dalamnya, Karina pun menuruti perintah Rama. Ia melepas celana pendek serta celana dalam yang dikenakan Rama, hingga kemaluan sang pria yang sudah begitu tegak langsung mencuat keluar. Terlihat tidak banya bulu kemaluan yang tumbuh di sana. Sambil melirik ke atas, perempuan cantik tersebut pun mulai mengecup penis Rama dengan bibirnya. Tak lupa, ia juga mengelus-elus biji pelir sang pria yang bergantung di bawahnya, berusaha menaikkan libidonya.

Rama benar-benar terpana akan keindahan yang ada di hadapannya. Seorang perempuan cantik tengah berlutut di hadapannya, dengan masih mengenakan kaca mata yang membuat wajahnya terlihat anggun, tetapi hanya tertutupi oleh pakaian dalam yang membuatnya terlihat binal. Perempuan tersebut bahkan sedang menempelkan bibir manisnya ke penisnya yang hitam. Bibir manis yang sejak kemarin memandu acara outing istrinya sendiri.

"Ahh ... ayo jilatin kontol aku, Karina. Ahhhhhh .... Aku sudah pengin ini sejak kamu membuka acara kemarin."

Rama langsung merasakan kenikmatan tiada tara saat penisnya mulai memasuki mulut Karina yang hangat. Perempuan tersebut ternyata sangat ahli melakukan blow job. Jelas ini bukan kali pertama ia melakukan itu. Entah sudah berapa tamu-tamu yang ia berikan pelayanan spesial seperti ini.

"Sluuurrrppphh, sluuurrrppp ...." terdengar kecipak liur di mulut Karina, yang beradu dengan batang penis Rama. Lama kelamaan, Karina mulai memaju mundurkan mulutnya di hadapan selangkangan Rama, membuat pria tersebut makin belingsatan. Perempuan tersebut tampak tidak terganggu dengan bau yang khas di sekitar selangkangan tersebut.

"Ahhh, nikmat banget Karina. Wajahmu yang eksotis bikin aku bergairah, apalagi payudara kamu itu, nggghhhhhhh, enak buat diemut-emut."

Karina hanya tersenyum mendengar pujian tersebut. Ia pun menambah kecepatan kulumannya, sambil memainkan ujung penis Rama dengan lidahnya. Tangannya kini sudah mulai mengelus-elus paha Rama yang ditumbuhi bulu-bulu tipis.

"Memangnya Pak Rama belum pernah diemutin ya kontolnya sama Bu Nabila?"

"Belum pernah, Karina. Dia mah alim banget, gak pernah mau aku suruh emut kontol kayak gini, ahhhhh ..."

"Padahal kan bapak suka ya diemut kontolnya kayak gini, sluurrrppphhh ...." ujar Karina sambil menghisap kemaluan Rama dengan kuat, seperti mencontohkan apa yang seharusnya dilakukan sang istri.

"Aaaaahhhhh ....... sialaaaaannn, enak banget ngentotin mulut kamu kayak gini, Karina. Tahu gini dari semalam aku datang ke sini."

Karena semakin tidak tahan, Rama langsung menarik Karina untuk naik ke atas ranjang bersama dengannya. Sang pria langsung merebahkan diri dan meminta perempuan tersebut untuk naik ke atas tubuhnya. Karina pun melepaskan kaos Rama yang ternyata sudah tidak mengenakan pakaian dalam, sedangkan Rama balas melepas kaitan bra dan celana dalam yang dikenakan Karina. Rama tidak peduli uang ratusan ribu yang terselip di dalamnya berhamburan di atas ranjang dan lantai kamar resort tersebut.

Dengan gerakan singkat yang dipicu oleh tingginya gairah mereka berdua, kemaluan Rama langsung menembus vagina Karina dari bawah. Ia pun bisa merasakan betapa hangatnya liang senggama yang sudah begitu basah tersebut. Sang perempuan tampak memejamkan mata, saat penis Rama yang berukuran sedang tersebut memasuki tubuhnya. Apalagi setelah itu sang pria langsung meremas payudaranya yang tergantung bebas, dan memutar-mutar jemari di sekitar areola. Pria tersebut sepertinya sudah begitu gemas dengan gunung kembar yang sejak hari sebelumnya memang sudah begitu menantang, meski masih tertutup pakaian.

Karina kemudian bergerak naik turun di atas selangkangan Rama, lengkap dengan gerakan otot vaginanya yang seperti meremas-remas penis sang pria. Rama pun berusaha mengimbangi gerakan tersebut dengan cara menaik turunkan pinggulnya seirama dengan gerakan Karina. Ia terlihat sudah begitu terangsang dengan tubuh indah Karina yang kulitnya sedikit gelap, tetapi tetap memperlihatkan kecantikannya yang alami.

Apalagi setelah itu Karina mempercepat gerakannya, bagaikan seekor kuda betina binal yang sedang menunggangi sang pejantan. Rama yang semakin naik birahinya, kemudian menarik kepala Karina untuk mendekat ke arah wajahnya, lalu mencium bibirnya. Kaca mata yang sebelumnya dikenakan Karina sudah terjatuh di atas ranjang, dan rambutnya yang sebelumnya diikat sudah tergerai bebas.

"Anjiiinnggg, seksi banget sih kamu, Karina, ahhhhhh ..... Memek kamu juga legit."

"Enak ya Pak, entotin aku kayak gini, nggghhhh ..."

"Enak banget, Sayang. Kamu mau kan kita begini terus sampai rombongan pulang, hmmpphhh, ahhh ..."

"Mau donk, Pak. Asal ada kompensasinya saja," jawab Karina sambil mengedipkan mata ke arah Rama, tanpa memperlambat gerakan pinggulnya yang sedang beradu dengan tubuh sang pria.

"Tenang saja kalau itu, yang penting kamu bisa bikin aku puas, ngghhh. Enak banget jepitan memek kamu, Sayang. Dan ini lho ..." Rama meremas payudara Karina dengan gemas, sambil mencubit-cubit putingnya yang mengacung. "Toket kamu ini bikin aku horny terus dari kemarin. Kamu sengaja ya membiarkan belahannya terbuka untuk memancing laki-laki."

"Rahasia donk. Jangan-jangan Bapak udah bayangin mau ngentotin aku kayak gini ya dari kemarin?"

"Kalau gak ada istri aku, mungkin aku udah tarik kamu ke pantai dan entotin kamu di sana, ahhhh."

"Duhhh, Pak Rama nakal banget sihhh. Kotor donk kalau ngentot di pasir," ujar Karina sambil menjilat bagian belakang telinga Rama. "Tapi aku suka sih yang kotor-kotor."

Diperlakukan seperti itu, sang pria pun semakin tak kuat menahan gairah. Ia membalik posisi hingga kini giliran ia yang menindih tubuh indah Karina. Penisnya yang sempat terlepas, kini sudah dimasukkan kembali ke liang senggama yang kian becek tersebut. Ia pun langsung mempercepat kocokannya di vagina perempuan itu.

Dari atas, ia bisa melihat keindahan tubuh Karina dengan jelas. Wajahnya yang manis dengan mata terpejam menahan gairah, payudaranya yang berayun-ayun naik turun dengan binal, dan keringatnya yang mulai mengucur dari kulitnya yang begitu halus. Rama kemudian menaikkan kedua tangan Karina, dan mendekatkan hidungnya ke ketiak perempuan tersebut. Ia bisa menghirup aroma khas yang justru membuat birahinya semakin membuncah. Ia pun memeprcepat kembali genjotannya di vagina Karina.

"Ahhh, enak gak aku genjot kayak gini, Sayang?"

"Enak banget Pak Rama, ahhh .... Kontol Pak Rama gede banget, aku suka digenjot kayak gini, Pak," ujar Karina dengan wajah yang binal. Tidak ada yang tahu apakah dia benar-benar menyukai permainan Rama, karena banyaknya pengalaman yang dimiliki perempuan tersebut. Namun di mata Rama saat itu, Karina telah benar-benar takluk padanya.

"Gak aku sangka perjalanan dengan istriku ini membawa aku bertemu perempuan binal seperti kamu," ujar Rama sambil meremas-remas payudara Karina yang membusung.

"Nikmati saja, Pak. Anggap aku sebagai istri Bapak selama dia gak ada, nggghhhhh."

"Iya, sayang. Tubuh kamu jauh lebih indah daripada istriku, apalagi kamu mau melayani imajinasi-imajinasi gilaku," Rama kemudian mengangkat kaki Karina ke atas, hingga selangkangannya semakin terbuka lebar. Pria tersebut pun bisa semakin mudah menggenjot dan memutar-mutar kemaluannya di dalam liang senggama hangat milik Karina.

"Apa pun yang Bapak inginkan, Karina bersedia untuk layani kok, Pak, ahhhhh ... Sodok terus sampai dalam, Pak, ahhhhh."

"Habis ini aku mau mandi berdua sama kamu, Sayang. Ahh, pasti enak mandi di bawah pancuran sambil elus-elus toket kamu, dan gesek-gesek kontol di memek kamu."

"Apa pun yang Bapak mau, Karina siap Pak, nggghhh."

"Ahhh, sialaaaaannn .... Aku mau keluar, Sayang."

"Di luar ya, Pak. Aku lagi masa subur neh, ahhhh."

"Jangan takut, Sayang. Aku ini sebenarnya mandul, jadi gak akan bisa punya anak. Hanya saja selama ini aku gak pernah bilang sama istriku karena takut dia marah."

"Ahhh, pantes aja Bapak belum punya anak yahh."

"Jadi, gak apa-apa kan aku keluarin di dalam, udah gak tahan nehhh ..."

"Boleh, Pak. Semprot aja memek aku dengan peju Bapak, ahhhh."

Rama pun langsung mengecup bibir Karina dengan liar. Tampak pemandangan gila seorang pria yang sudah beristri dari ibu kota sedang menindih perempuan muda asal Indonesia timur dengan tubuh yang begitu seksi. Mereka berdua seperti tidak ingin melepas kenikmatan birahi yang telah melanda mereka sejak sang pria memasuki kamar tersebut.

Beberapa menit kemudian, setelah sang pria puas melumat bibir ranum sang perempuan, dan meremas-remas payudaranya yang indah, gelombang birahi mulai menyeruak keluar. Ia pun menancapkan penisnya dalam-dalam di kemaluan sang perempuan, dan ....

"Aaaahhhhhhhh ..... aku keluar Karinaaaaaaaa ...."

"Aku juga Paaaaaaakkkk .... Ngggghhhhhh ....."

Selama beberapa detik, Rama bisa merasakan spermanya meluncur deras ke liang senggama perempuan yang sedang ia tindih. Karina pun menikmati setiap kucuran sperma tersebut yang disambut dengan orgasme yang juga melandanya. Keduanya sama-sama mencapai kepuasan malam itu.

Tubuh Rama kemudian ambruk menindih Karina yang masih tanpa busana. Di sela-sela birahinya yang mulai menurun, ia masih terus mengelus kulit Karina yang terbuka, termasuk payudaranya yang empuk. Karina hanya tersenyum melihatnya, lalu mengecup mesra bibir pria beristri tersebut.

Malam ini memang masih panjang, dan tidak ada yang tahu kapan kedua insan tersebut akan melakukannya lagi setelah ini.

(Bersambung)
 
Wahhh... ketinggalan kereta nih. Ada karya baru suhu @fathimah. Wah wah wah suka nih genre begini. Di hotel ada 1 pria dan 2 wanita. Yang camping ada 4 wanita 6 pria. 1 istri, 1 janda, 2 gadis. Latar belakang mereka juga sangat menjanjikan untuk alur cerita dan sex scene yang asyik. Percaya klo Suhu @fathimah sudah merancang ini dan menyiapkan kejutan-kejutan buat pemirsa setia yang selalu menanti update sambil ngopi di pojokan menahan sange hahahaaa...
Lanjut Sis. Dinanti selalu karyanya. Mantap
 
Kalau bisa di lanjutkan sekalian cerita pengkhianatan sahabat om

Yup, karena pengkhianatan sahabat masih digembok, jadi harus aku buat dulu lanjutannya sambil lanjutin cerita ini. Kalau udah ada, nanti baru minta momod buat buka gembok
 
Wah. Terbaik bumbunya suhu, bikin seru. Setiap watak ada karekter, latar belakang, sifat, dan personalitinya tersendiri, suka jalan cerita yang tersusun kemas begini.

Gua paling seru sama Gendis, tetap setia menunggu screen timenya kelak hehe. Kalau boleh mulustrasi watak lelakinya juga hu. Supaya dapat bayangin dengan lebih jelas. Makasih hu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd