Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Terjebak di Amanika

Siapa tokoh perempuan favorit kalian di cerita ini?

  • Karina

  • Nabila

  • Gendis

  • Widi

  • Rini


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Part 3: Pesta

Akhirnya tiba juga waktu makan malam, saat jarum pendek menunjuk ke angka tujuh di resort yang indah tersebut. Selain rombongan Pak Harso dan anak buahnya, memang ada beberapa pasang suami istri dan muda-mudi yang juga berlibur di resort yang sama. Namun, jumlahnya tidak begitu banyak. Meski begitu, berbagai lampu warna-warni yang dinyalakan, dan bunyi musik yang beradu dengan debur ombak tepi pantai, membuat suasana resort tersebut tetap terasa meriah.

Pak Doni, Pak Karjo, dan Tomi adalah yang pertama datang ke ruang makan. Mereka terkejut karena jendela ruang tersebut telah dibuka, dan ada semacam kanopi besar yang menjorok ke arah laut. Di bawahnya, telah ada beberapa perlengkapan sound system, alat panggang, dan sebuah proyektor yang menyinari sebuah layar berwarna putih berukuran 2 x 1.5 meter.

Karina-1.jpg

"Halo Mbak Karina," Pak Doni langsung menghampiri perempuan cantik yang kini tengah memakai kaos berwarna coklat tersebut. Kaos itu tampak sedikit terbuka di bagian dada, seperti memancing mata lelaki untuk melotot ke gunung kembar di baliknya.

"Halo Pak Doni. Bagaimana istirahatnya? Enak kan?" Tanya Karina sambil tersenyum. Ia tampak baru saja selesai mengatur sesuatu di laptop yang terhubung ke alat proyektor.

"Enak donk, pantainya bagus sih. Apalagi dengan adanya Mbak Karina di sini."

Karina tampak mendekat ke arah pria tersebut, dan mendekatkan wajah ke telinganya. "Gombalan seperti itu sudah gak mempan sama saya, Pak."

Pak Doni langsung tersenyum malu. Untungnya, tak lama kemudian rombongan yang lain pun sudah turun dari kamar, mulai dari pasangan Pak Harso dan istri, Nabila dan suami, hingga tiga perempuan yang datang paling terakhir.

"Lama banget sih turunnya, kelamaan dandan ya Ibu-Ibu," ujar Pak Doni bercanda.

Meski begitu, Gendis tetap menoleh dan melotot ke arah asal suara. Pria yang tadi berbicara pun langsung terdiam.

"Ya ampun, begitu saja langsung kicep sih, Pak," ledek Pak Karjo.

Setelah semua rombongan berkumpul, Karina langsung berjalan ke hadapan mereka semua sambil membawa sebuah microphone.

"Selamat malam Bapak Ibu semua. Kali ini, kita akan mengadakan acara makan malam, yang nanti akan dilanjutkan dengan pemutaran musik, dan acara bebas. Namun sebelum itu, mari kita dengarkan sambutan dari Pak Harso sebagai Kepala Cabang. Kepada Pak Harso, saya persilakan."

Pria tua yang bernama Harso itu langsung menuju ke tempat Karina berdiri, lalu menerima mic dari perempuan muda tersebut.

"Malam rekan-rekan semua."

"Malam, Pak."

"Kali ini saya tidak ingin berpanjang lebar. Untuk urusan itu, sudah capek saya lakukan di kantor," ujar Pak Harso yang langsung disambut dengan gelak tawa anak buahnya. "Saya hanya berharap kalian bisa menikmati liburan kali ini sampai sekitar seminggu ke depan. Ini adalah wujud apresiasi saya sebagai Kepala Cabang, karena kita berhasil mencapai prestasi sebagai cabang dengan pendapatan tertinggi tahun ini di perusahaan multifinansial tempat kita semua bernaung. Dan itu semua berkat kerja keras kalian selama setahun terakhir."

Para peserta outing pun langsung bertepuk tangan dengan meriah setelah mendengar kata-kata tersebut.

"Secara khusus, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian satu per satu, mulai dari Bu Nabila sebagai Manajer Pemasaran, Bu Gendis di bagian administrasi, Pak Doni dan Tomi di back office, dan Widi di front office, dan seluruh rekan-rekan yang tidak sempat hadir di kesempatan kali ini. Termasuk juga Pak Karjo dan tim, yang selalu menjaga kantor kita tetap kinclong, toilet terjaga bersih, dan makan siang selalu dibeli di kantin dan tersaji di meja kita tepat waktu."

Pak Harso memang sosok pemimpin yang pintar untuk menaikkan moral anak buahnya. Pidatonya tersebut, meski singkat, tetapi cukup efektif untuk membuat pemilik nama-nama yang disebut barusan merasa bangga, hingga tersipu malu. Apalagi Pak Karjo yang seperti tidak bisa menahan rasa haru di wajah tuanya. Sang pimpinan cabang tersebut bahkan menyelipkan beberapa lelucon internal di dalam sambutannya itu.

"Akhir kata, mari kita menghabiskan waktu di tempat ini dengan bersenang-senang. Silakan menikmati hidangan yang telah disediakan. Musik juga siap dinyalakan. Tapi jangan sampai berlebihan karena besok kita akan ada kegiatan camping di sebuah bukit bernama Amanika. Kalau tidak salah sekitar dua atau tiga jam perjalanan dari sini ya, Mbak Karina?"

"Betul, Pak," ujar perempuan muda tersebut. "Besok kita akan berangkat sekitar pukul 9 pagi. Jadi saya harap semuanya bisa siap di jam tersebut."

"Nah, kalau ada apa-apa, jangan sungkan untuk bertanya pada Mbak Karina, Raymond, dan Johan. Kontak mereka semua sudah saya masukkan di grup WhatsApp kita," ujar Pak Harso. "Ada yang ingin ditanyakan?"

"Ada minuman gak malam ini, Pak?" Ujar Pak Doni setelah mengacungkan tangan.

"Hahaa, tenang saja Pak Doni. Malam ini free flow semua boleh kalian minum," jawab Pak Harso sambil tertawa.

Pak Doni kembali mengacungkan tangan.

"Ada apa lagi, Pak Doni?"

"Minta izin, Pak. Katanya Tomi mau tidur sekamar dengan Widi," hadirin yang lain langsung tertawa mendengar kata-kata Pak Doni. Pria berusia 40 tahun tersebut memang seringkali tidak tahu tempat saat mengeluarkan lelucon.

"Ih, apa sih Pak Doni? Bukannya Bapak yang katanya ingin satu kamar sama Bu Gendis?" Balas Tomi.

Ia tadinya sempat menahan diri karena takut merusak acara, tetapi ia tidak bisa tinggal diam dengan lawakan Pak Doni itu. Gendis dan Widi pun sampai bersemu pipinya, meski tahu semua itu hanya bercanda.

"Sudah, sudah ... dasar memang kamu Doni. Intinya bebas saja, kalian mau tidur sama siapa kek, pakai baju atau tidak pakai baju kek, terserah kalian, yang penting kalian senang," ujar Pak Harso menutup keributan tersebut. "Sekarang, waktunya kita makan."

Ia kemudian langsung memimpin anak buahnya ke meja prasmanan yang tersedia di sana. Selain santapan biasa seperti nasi, ayam goreng, dan sop kimlo, ada juga steak daging dan panggangan seafood yang langsung dibuat di tempat. Mereka semua pun langsung mengantri untuk mendapat giliran.

Setelah puas menyantap makanan yang lezat, para pria seperti Pak Doni dan Tomi langsung menuju mini bar dan mengambil bir yang tersedia. Nikmat sekali memang menghabiskan makan malam, lalu menutupnya dengan minuman beralkohol seperti yang tengah mereka teguk.

Gendis-1.jpg

Widi-1.jpg

Rini-1.jpg

Di saat yang sama, musik pesta mulai terdengar dan secara otomatis Widi langsung mengajak Bu Gendis dan adiknya untuk maju ke depan dan berjoget. Meski awalnya malu-malu, mereka bertiga pun mulai menggerakkan tubuh sesuai irama. Pak Doni dan Tomi pun tak mau kalah dan langsung menghampiri mereka. Saat berjalan, Pak Doni pun sempat menarik tangan Karina untuk ikut bergabung, yang kemudian diikuti juga oleh Raymond dan Johan. Kelompok tersebut pun kian ramai.

"Bu Nabila ikut juga donk sini sama Pak Rama," ujat Pak Doni sambil menghampiri keduanya.

Dengan perlahan, mereka berdua pun ikut menuju tempat peserta outing lain berkumpul dan menari, meski dengan gerakan yang begitu kaku.

Nabila-1.jpg

"Pak Harso gak ikut joged juga? Hahaa," ujar Widi sambil memanggil atasannya tersebut.

Pak Harso hanya tersenyum dan menolak secara halus. Ia lebih memilih untuk tetap di mejanya, sambil menikmati gelas berisi bir yang baru saja ia tuang tadi. Istrinya yang bernama Suyati sudah tidak terlihat, karena langsung menuju kamar setelah selesai menghabiskan makan malam.

Dalam diam, Pak Harso terus memperhatikan sosok yang terus ia pikirkan sejak siang tadi. Selama ini dia sudah cukup lama bekerja untukku, tetapi mengapa aku baru memikirkan dia sekarang? Dan dengan umurku yang sudah kepala lima ini, hal gila apa sih yang berani aku lakukan? Begitu pikir Pak Harso dalam hati.

Namun foto-foto yang ia lihat di WhatsApp Group, dan kini tubuh sintal perempuan tersebut yang sedang menari seperti meliuk-liuk di hadapannya, Pak Harso tidak bisa memungkiri bahwa ia menginginkan sesuatu yang lebih. Namun tentu itu adalah hal yang mustahil untuk dilakukan.

"Tapi tidak ada salahnya kan kalau aku mempunyai fantasi seperti itu?" Gumam Pak Harso pelan. Ia kemudian menenggak bir di hadapannya dari penuh sampai habis tak tersisa. Setelah itu, ia kembali melanjutkan aktivitasnya memandangi para anak buahnya yang tengah bersenang-senang malam itu.

Mereka terus berpesta dan menari hingga hari kian malam dan semuanya juga telah merasa lelah.

***​

Karina masuk ke kamarnya dengan kepala yang sedikit pusing, karena pengaruh alkohol yang kuat. Sebagai pemilik tour, ia tentu harus menjamu para tamu yang datang dari ibu kota, termasuk menemani mereka minum. Namun ia tak menduga pria-pria seperti Pak Doni dan Tomi punya selera minum yang luar biasa kuat. Termasuk juga sang pimpinan cabang Pak Harso.

Namun ia tetap bersikap profesional dengan tidak minum sampai batas yang kelewatan, dan terus menjaga agar seluruh acara berjalan normal tanpa gangguan. Setelah rombongan tersebut bubar, ia pun bisa kembali ke kamarnya dengan santai, sebelum esok pagi tiba.

Karina-1.jpg

Karina mempunyai kamar sendiri, yang terpisah dari Raymond dan Johan. Karena itu, ia bebas menggunakannya semau dirinya sendiri. Akhirnya, ia pun lebih memilih untuk berendam air panas di bath tub yang tersedia. Biaya besar yang dikeluarkan Pak Harso untuk menyelenggarakan acara outing ini memang membuat perempuan tersebut mampu membayar untuk kamar hotel yang mewah untuk dirinya sendiri sebagai panitia, dan tetap mendapat untung besar.

Perempuan cantik tersebut pun langsung menanggalkan seluruh pakaiannya, hingga membuat payudaranya yang indah dan pinggulnya yang seksi terbuka bebas. Setelah itu, ia pun langsung mengisi bath tub dengan air dan sabun, lalu masuk ke dalamnya. Ia bisa merasakan pengar di kepalanya keluar sedikit demi sedikit. Tidak bisa seluruhnya hilang memang, tetapi semoga efek alkohol itu sudah hilang di pagi hari, agar ia kembali bisa bekerja dengan baik.

Ia terus menikmati air hangat yang menyelimuti tubuhnya, sambil melihat-lihat akun Instagram tour yang ia kelola. Ada beberapa calon wisatawan yang menanyakan beberapa hal lewat Direct Message, yang harus ia balas. Karina pun sempat mengunggah sebuah foto untuk menampilkan keindahan alam di daerah tersebut.

"Triiinngg ..."

Karina cukup kaget saat mendengar notifikasi yang muncul, tanda bahwa ia baru saja menerima pesan lewat WhatsApp. Ia tambah kaget begitu mengetahui siapa pengirimnya, dan pesan apa yang ingin ia sampaikan.

"Kamu seksi sekali, apalagi dengan pakaianmu yang mengundang," begitu bunyi pesan tersebut.

Perempuan yang sedang berendam di dalam bath tub tersebut sebenarnya sudah menyangka ia akan mendapat pesan seperti itu, apalagi setelah kontaknya dimasukkan ke grup mereka. Namun, ia tidak menyangka bahwa orang ini yang akan pertama kali mengirimkan pesan.

Tak lama kemudian, pesan selanjutnya muncul. "Biarkanlah ini menjadi rahasia kita."

Karina hanya tersenyum membaca pesan tersebut. Ia sudah tidak sabar menanti apa yang akan terjadi besok hari.

(Bersambung)
 
Terakhir diubah:
selalu ada nuansa yang berbeda di cerita-cerita sis ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd