Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TANPA BATAS

CHAPTER 10



Seminggu kemudian, Nia berangkat ke Amerika Serikat bersama Bertha. Sebenarnya Nia tidak ingin benar-benar menggeluti profesi sebagai bintang film porno. Nia sekedar ingin lebih tahu tentang industri film ‘dewasa’ di Amerika Serikat. Lagipula, Nia sangat mencintai orang-orang yang selama ini berada di sekelilingnya, terutama suami tercintanya, Martin. Maka jelas, tak ada niatan Nia untuk menggeluti profesi sebagai bintang film porno apalagi harus menetap di negeri Paman Sam.

Pertama kali yang Nia lakukan setelah berada di Amerika adalah belajar berakting. Tak hanya belajar akting saja, Nia juga selalu mendapatkan ilmu baru setiap kali menonton film. Nia berpendapat menonton film jadi sumber utama baginya untuk mendalami sebuah peran. Apalagi sebagai orang yang bekerja di dunia seni peran, menonton menjadi suatu kebutuhan agar aktingnya bisa terus meningkat.

Nia mendapat bimbingan langsung dari Bertha bagaimana berakting di depan kamera. Beberapa kali Nia mendapat kesempatan menyaksikan langsung pembuatan film sehingga dalam waktu seminggu Nia merasa mampu untuk terjun langsung sebagai pemeran wanita. Nia diberikan naskah oleh Bertha lalu mempelajarinya. Dari rangkaian proses hingga sampai ke studio, Nia merasakan antusias tersendiri. Nia begitu bersemangat untuk debutnya kali ini.

Sebelum memulai debut pertamanya, Nia sudah berkenalan dengan beberapa bintang film di perusahaan film milik Bertha. Mike dan John adalah dua laki-laki bule yang banyak membantu Nia untuk mempersiapkan diri berakting di depan kamera. Nia yang memiliki kemampuan berbahasa asing tidak sulit berbaur dengan kedua laki-laki bule tersebut. Bahkan kemudian kedua laki-laki itu menjadi pasangan main Nia untuk film pertamanya.

Hari senin pagi, cuaca begitu cerah di lokasi shooting. Hari itu adalah hari di mana Nia mulai berakting. Penis besar itu perlahan menembus vagina basah Nia. Vagina Nia sudah basah karena Mike dan John telah ‘memakannya’ selama dua puluh menit, masing-masing memberi Nia selusin orgasme. Setelah itu, Nia ditikam oleh penis besar berwarna merah muda milik Mike dan John secara bergantian. Nia mengerang keras untuk mengekspresikan kepuasan sepenuhnya dengan perlakuan seks tersebut walau ia sedang berakting.

"Oh, God, you well hung stud, fuck me ... harder ... faster ... make me cum." Pekik Nia.

Mike tersenyum padanya saat dia memegang salah satu kaki Nia di atas bahunya, memompa penisnya yang besar dan panjang ke dalam vagina wanita itu, dan membuatnya sedikit miring ke arah salah satu kamera. Bertha tampak senang melihat Nia dan Mike memperhatikan kamera dan mencoba menunjukkan alat kelamin mereka terhubung dengan efek maksimum. Nia benar-benar menikmati perannya, Kenikmatan bercinta ia tunjukkan secara alamiah sehingga hasil filmnya tampak natural.

"Ooooh, fuck...!" Nia mendesah saat Mike kembali membuatnya orgasme. Bertha dan kru memegang kamera, dan sangat piawai dalam mengarahkannya untuk menangkap moment-moment orgasme Nia. Mike terus menggenjot batang penisnya hingga Nia benar-benar merasakan nikmat yang luar biasa.

Nia pun terus mengerang, "Ooooh fuuuucccckkkk! Cummmmmmmming!" Nia meledak menjadi jutaan keping saat seluruh personanya hancur berantakan oleh kenikmatan bercinta.

Bertha sekarang berada di belakang kamera, menggunakan video perekam untuk menangkap pemandangan terbaik. Untuk membantu menginspirasi para pria, dan selaras dengan suasana saat itu, Bertha juga telanjang. Akhirnya, para pemain klimaks bersamaan dalam semburan air mani yang paralel di wajah Nia. Nia sendiri menerima semburan sperma Mike dan John dengan mulut terbuka serta payudara terangkat.

Bertha berkata dengan suara keras, "CUT! Kamera matikan...!" Kru Bertha pun mematikan kamera-kamera yang terpasang di beberapa titik. Lampu kuarsa hampir menyilaukan, tetapi saat padam, ruangan itu tampak sedikit gelap, pencahayaannya kembali normal.

Nia mencium Mike dan John, " Thank you ... I suppose you've heard this before but you are a superb lover ..." Nia berpaling kepada Bertha, "Aku merasa sangat terhormat karena bermain dengan mereka. Mike dan John adalah pecinta yang ulung."

“Awas ... Kamu mulai terkena sindrom cinta lokasi.” Canda Bertha sambil mencubit dagu Nia.

“Aku rasa begitu ... Setelah beberapa hari bersama mereka ... Aku rasanya mulai menyukai dan mencintai mereka ...” Ucap Nia sambil memperhatikan kedua laki-laki itu yang sedang memakai baju.

“Hhhhmm ... Memang mereka pejantan yang sangat baik ... Mereka sangat pandai membahagiakan wanita di atas ranjang ... Mereka pun menyukaimu, Nia ... Bersenang-senanglah dengan mereka malam ini, dan jangan lupa besok ada shooting adegan keduamu.” Ujar Bertha.

Nia pun segera mandi lalu mengenakan pakaian. Malam itu Nia mengajak Mike dan John untuk menginap di hotelnya. Dan yang terjadi adalah Nia sangat dimanjakan oleh kedua laki-laki bule itu. Di kamar hotelnya, Nia mendapatkan kenikmatan orgasme berkali-kali. Nia melayani penis-penis itu silih berganti dengan kedua lubangnya, vagina dan mulut. Dan kedua laki-laki bule itu mampu memberikan kenikmatan yang belum pernah Nia rasakan sebelumnya.

Nia dan dua laki-laki bule itu bersama-sama mengayuh kenikmatan birahi untuk mendapatkan kepuasan biologis seksualitas mereka. Entah kenapa, Nia begitu merasa sangat nikmat bersenggama dengan kedua bule ini. Sampai-sampai wanita itu terjaga dengan setengah kesadarannya saking merasakan nikmat bercintanya yang sungguh luar biasa. Ketiganya terus menguras birahi mereka sampai lewat tengah malam. Hingga sampai pada satu titik, mereka bertiga tertidur dengan penuh kepuasan.​

******​

Tak terasa sudah satu bulan Nia berada di negeri yang sangat mengagungkan kebebasan. Nia sudah dua kali menunda kepulangannya ke tanah air. Dengan berbagai alasan yang dibuat-buat, Nia meminta ijin kepada Martin untuk menahan kepulangannya. Sesungguhnya Nia sudah terbuai dengan kehidupan tanpa batas di negeri Paman Sam ini. Nia kini hidup dari satu lelaki ke lelaki lain, dari satu pesta ke pesta yang lain, yang pada akhirnya menghabiskan uang yang ia peroleh hanya untuk memenuhi nafsu birahinya dan berfoya-foya. Nia benar-benar kecanduan dengan gaya hidup bebas yang ditawarkan oleh masyarakat negara adidaya tersebut.

Malam ini pun Nia sedang berpesta di kediaman Bertha. Suasana pesta begitu ramai, sebagian tamu merupakan orang-orang negro. Di sana mereka makan malam, minum-minum, hingga berdansa bersama dalam keadaan setengah mabuk. Saat itu Nia dan Bertha sedang ditemani oleh dua orang pemuda negro yang cukup tampan. Dilingkupi suasana syahdu alunan musik romantis, Nia dan ketiga orang lainnya tampak menikmati suasana pesta.

"Eeemmm ... Aku ingin tahu ... Apakah kalian berdua ingin lebih menghangatkan tubuh bersama kami. Mungkin kita bisa menggunakan ranjang besar di kamar tamumu.” Ucap salah seorang pemuda negro yang bernama Leroy kepada Bertha dan Nia.

“Wow ... Ide yang sangat brilian.” Seorang pemuda negro lain yang bernama Oscar menimpali.

“Bagaimana Nia? Apakah kamu mau bermain berempat?” Goda Bertha pada Nia. Nia pun hanya tersenyum dan kemudian mengungkapkan persetujuannya dengan anggukan kepala.

Bertha dan Nia berdiri, dan keempatnya berjalan menuju pintu sebuah kamar tidur di lantai dua. Oscar langsung memeluk Nia begitu mereka sampai di kamar tidur, tangan Oscar bermain-main dengan payudara Nia yang penuh dan bulat menantang. Di sebelah mereka, Bertha berciuman panas dengan Leroy dan pada saat yang sama tangan Leroy pun mempermainkan gundukan dada Bertha.

Satu persatu pakaian mereka pun terlepas dari tubuh mereka. Keempat tubuh itu seolah saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Saat itu Nia tengah diliputi gairah yang tak bisa ia tahan. Nia sudah berbaring telentang dengan membuka pahanya lebar-lebar. Nia tampak horny berat ketika Oscar sudah memposisikan dirinya di atas tubuh wanita itu.

“Ennnnhhhh …. Ahhhhhhhhhhhh” Nia menjerit ketika lubang vaginanya menggigit batang kemaluan Oscar yang besar dan panjang. Kedua lutut Nia terasa goyah ketika kemaluan Oscar semakin dalam tenggelam dengan perlahan memasuki lubang vaginanya. Wanita itu menekuk wajahnya sambil memperhatikan kemaluan Oscar, baru masuk sampai sebatas leher penis, namun Nia sudah merasa kewalahan, perlahan-lahan batang penis itu terus menekan.

“Ahhhhhhhhh … Aaahhhhh …” Nia merintih ketika penis Oscar semakin tenggelam, kemudian mendesah-desah dalam siksaan yang sangat nikmat ketika penis Oscar mulai bergerak memompa lubang vaginanya.

Tangan Oscar bergerak mendekap pinggul Nia dan mengangkat tubuh mungilnya. Nia mengalungkan kedua tangannya berpegangan pada leher Oscar. Untuk sesaat tubuh Nia terayun-ayun dengan bebas, terkadang ia meringis ketika merasakan ada rasa ngilu yang menyelingi rasa nikmat. Nia mengerang lemah ketika tubuhnya tersodok-sodok ke atas mengikuti sodokan penis Oscar yang sedang asik mengocok-ngocok vaginanya. Nia terus mengerang nikmat tatkala penis Oscar yang besar dan panjang itu menjejal-jejal dengan perkasa pada lubang vaginanya.

Tiba-tiba Nia terbelalak saat dua orang negro masuk ke dalam kamar. Namun tidak begitu dengan Bertha. Bertha malah tersenyum melihat kedua negro tersebut. Posisi pun berubah, kini Bertha mengangkangi wajah lawan mainnya yang pertama sambil menekan-nekankan vaginanya pada mulut si negro yang rakus memangut-mangut vagina wanita itu yang semakin basah oleh air liur yang bercampur dengan cairan vaginanya. Bertha menengokkan kepalanya ke belakang kemudian tertawa keenakan ketika merasakan buah pantatnya digigit-gigit dengan lembut, apalagi lidah itu mengeliat-geliat dengan lembut menggelitikik himpitan pantatnya, sesekali dengan nakal lidah yang hangat dan basah itu mengait lubang anusnya.

Mulut Bertha pun sibuk mengoral dua batang penis yang teracung di hadapan wajahnya, panjang dan hitam, dikecupinya kedua batang penis itu bergantian kemudian dijilatinya secara bergiliran. Bertha tampak sangat rakus mengoral batang-batang penis itu, mulutnya berdecakan dan tampak belepotan oleh air ludah bercampur dengan lendir-lendir yang semakin banyak meleleh dari lubang penis kedua pria negro itu.

Tiba-tiba Bertha menggeser posisi tubuhnya, kini ia menduduki penis Leroy, perlahan-lahan Bertha menekankan kepala penis Leroy namun terpeleset. Tangan Leroy memegangi batang penisnya sementara tangan yang satunya lagi menekan pinggul Bertha untuk segera turun “Ahhhhhhhhhhh……” Wajah Bertha terangkat ke atas ketika penis Leroy tenggelam semakin dalam.

“Oh so good …. Sssshh …. Akhhhhhhh … Owwwww ... Hssshhhh ...” Bertha menopangkan kedua lengannya pada dada Leroy dan dengan hebatnya Bertha menaik turunkan pinggulnya, “Clepp... Clepppp… Cleppppp... Cleppp...” Suara-suara pertempuran itu semakin lama terdengar semakin nyaring diiringi oleh suara Bertha yang menjerit-jerit liar.

Damn, you’re so wild, Bitch…” Leroy yang tengah ditunggangi oleh Bertha tersenyum sambil meremasi buah dada Bertha yang terguncang-guncang mengikuti gerakan tubuhnya yang liar.

Beberapa saat kemudian mata Nia terbelalak ketika seorang negro yang baru saja masuk ke kamar bergerak merapatkan selangkangannya pada buah pantat Bertha. Si negro menggesek-gesek belahan pantat Bertha dengan batang penisnya sebelum bergerak menekan lubang anus Bertha dengan kepala penisnya. Nia melihat betapa nikmatnya gerakan mereka bagi satu sama lain. Nia melihat wajah Bertha tersenyum kegirangan. Terlihat rona-rona kenikmatan yang amat sangat terbayang di wajahnya.

“Apakah kamu ingin mencoba seperti dia?” Bisik Oscar sambil terus bergerak di atas tubuh Nia.

“Ya ... Aku sangat ingin ...” Ucap Nia setengah sadar karena nafsu wanita itu sudah diubun-ubun semenjak melihat Bertha melakukan double penetration.

Oscar pun mencabut penisnya lalu berbaring terlentang. Giliran Nia yang kini menunggangi penis Oscar. Nia mengeluh tatkala merasakan dirinya ditarik oleh seorang negro lain yang sudah tidak sabaran ingin segera menggenjot tubuhnya. “Emmmmhhhhhhhhhh…” Nia menggigit bibir bawahnya ketika si negro berusaha memasukkan batang penisnya ke dalam lubang anus Nia. Nia hanya dapat memejamkan matanya ketika penis si negro telah menyumpal mulut anusnya. Nia tampak sangat menderita, wajahnya mengernyit hebat. Kening Nia berkerut merasakan batang penis yang hitam itu semakin dalam memasuki anusnya.

Oscar yang berada di bawah mulai menggerakan tubuhnya. Penis Oscar mulai menusuk-nusuk lobang vagina Nia, sementara penis si negro yang berada di lobang anus Nia hanya bergerak pasif sepertinya si negro mengetahui kalau lobang anus Nia masih perawan. Perlahan tapi pasti, rasa nyeri di anusnya mulai mereda. Nia kini mulai menikmati double penetration. Nia kini sangat meresapi denyutan-denyutan kenikmatan di vagina dan anusnya yang seakan-akan menyedot habis tenaganya. Tubuh Nia semakin basah, berpeluh dalam kenikmatan birahi yang mengombang-ambingkannya dalam lautan yang penuh dengan desahan-desahan kenikmatan.

“Ohhhhhh... Ahhhhhhhhh... Ohhhhhhhhhh... Awwwwwwww…!” Nia menjerit-jerit ketika dua batang penis itu berlomba mengaduk-ngaduk lubang vagina dan lubang anusnya. Wajah Nia tampak memerah, seksi, sensual dan mengasikkan untuk dipandang ketika dirinya mengalami orgasme yang sangat hebat, “Crrrrrr…. Crrrrrrrrrrrrr…..” Tubuh Nia yang basah semakin indah ketika menggeliat-geliat dengan nikmat, bibirnya selalu mendesis dan mendesah merasakan orgasmenya yang terasa sangat nikmat.

“Aaahh… Aaahh… Aaaaahhh...” Nia menggelepar-gelepar, tubuhnya masih terus tersentak-sentak dipacu dalam kenikmatan yang semakin rakus melahap tubuh Nia. Batang-batang kemaluan yang hitam dan panjang tidak pernah lengah sedikit pun untuk memberikan kenikmatan untuknya. Nia hanya bisa menjerit-jerit saat gelombang orgasmenya datang secara hebat. Tubuh Nia mengejang hebat ketika orgasmenya bertubi-tubi menyentak ke seluruh tubuhnya.

Tak lama, gerakan ketiga orang itu perlahan-lahan berhenti. Dua negro yang mengapit Nia pun mencapai klimaksnya. Desahan-desahan nafas yang memburu kini hanya tinggal helaan nafas penuh yang penuh dengan kepuasan. Kedua negro itu pun meninggalkan tubuh Nia. Begitu pula dengan kedua negro yang mengerubuti Bertha. Kini hanya kedua wanita itu yang terbaring lemas di atas tempat tidur setelah puas mengarungi lautan birahi.

Tiba-tiba kesadaran Nia dipaksa pulih saat mendengar suara smartphone-nya berdering. Nia segera menggapai smartphone yang berada di saku gaunnya. Pesan WhatsApp tertera di sana. Nia membuka pesan WhatsApp itu yang isinya, “Sayang ... Gimana kabarnya di Amerika? Jangan lupa oleh-olehnya ya ... I love you – Martin”. Nia tersenyum sambil menyeka ceceran sperma di tubuhnya dengan jarinya lalu mengemut-mengemutnya.

******

Sebuah mobil sedan berwarna abu-abu memasuki basement sebuah kondominium mewah di pusat kota. Sepasang kaki jenjang turun dari mobil itu lalu berjalan menuju lift. Tangan lentik bercat kuku merah memijit tombol teratas dan lift pun langsung bergerak mengantarnya ke lantai teratas. Ia pun keluar dari lift dan menemukan pintu sebuah penthouse berjarak lima langkah darinya. Tak lama, ia sudah berada di depan pintu penthouse tersebut lalu memijit bel yang terletak di sebelah kiri atas pintu. Tak lama, pintu pun terbuka. Menampakkan seorang pemuda tampan yang menatap sang tamu dengan tatapan terkejut.

“Nindi?” Sapa si pemilik penthouse heran.

“Apa aku mengagetkanmu, Felix?” Tanya Nindi dengan gaya kemayunya.

“Oh, sedikit ... Silahkan masuk!” Ujar felix mempersilahkan Nindi masuk ke dalam penthouse miliknya.

“Terima kasih.” Ucap Nindi sambil berjalan melenggang bak seorang peragawati pakaian dalam. Bokong Nindi yang padat, seksi, dan kencang bergerak seksi ke kiri dan ke kanan membuat mata Felix terpesona.

“Mau minum apa?” Tanya Felix kemudian setelah menutup pintu. Pemuda itu mengikuti langkah Nindi yang bergerak ke arah sofa di ujung kanan ruangan besar itu.

“Enaknya yang bisa menghangatkan tubuh.” Jawab Nindi yang tiba-tiba membalikkan badan. Tentu saja Felix terkejut dan tidak bisa menghentikan langkahnya. Tubuh keduanya kini saling menempel dan tangan Nindi sudah mengalung di leher pemuda tampan itu.

“Hhhhmm ... Biar aku buatkan dulu.” Ujar Felix pelan dengan suara gemetar. Felix rasakan, darahnya mulai hangat, birahinya mulai memanas.

Felix hanya diam saja saat Nindi mulai mengeksplore bibirnya. Melumat bibir atas dan bibir bawahnya dengan lembut hingga menghentak gelora panas dalam tubuhnya. Dan dengan kesadaran yang masih penuh, Felix mencengkram kerah kemeja yang dikenakan Nindi, seakan ikut melampiaskan kefrustasiannya karena Nindi menciumnya terlalu lembut. Felix semakin intens melumat Nindi, dua tangannya kini berada di tengkuk wanita itu. Tak lama, ciuman mereka pun terlepas karena kehabisan pasokan oksigen.

“Ada yang ingin aku bicarakan terlebih dahulu, sebelum kita bercinta.” Ungkap Nindi sambil membelai wajah Felix.

“Hhhhmm ... Duduklah dulu ... Aku akan membuatkan minum.” Kata Felix.

Nindi melanjutkan langkahnya menuju sofa sementara Felix bergerak ke arah Kitchen set lalu membuatkan minuman jus jeruk dengan sedikit tambahan topping krim dan milo. Setelah selesai, Felix menghampiri Nindi dan duduk di sebelahnya.

“Ada berita apa sehingga kamu tiba-tiba datang ke sini?” Tanya Felix sambil menyerahkan minuman yang ia buat pada Nindi.

“Kita harus menjemput Nia ke Amerika ... Aku merasa Nia terlena di sana. Aku merasakan kalau Nia tidak ingin pulang ke sini. Aku merasa kasihan saja pada Martin.” Ungkap Nindi kemudian menyesap minumannya.

“Darimana kamu tahu kalau Nia tidak ingin pulang?” Tanya Felix lagi sambil memperbaiki duduknya yang kini menghadapkan dirinya ke arah Nindi.

“Nia itu berencana hanya dua minggu di Amerika. Setelah selesai shooting ia berjanji langsung pulang lagi ke tanah air. Tapi, sekarang sudah satu bulan lebih dia terus tinggal ke di sana. Alasannya pun terkesan dibuat-buat seolah-olah ia sibuk. Padahal, setelah aku tanyakan pada atasannya, Roy, Nia tidak melakukan apa-apa di Amerika.” Papar Nindi.

“Apakah kamu sudah bicara dengan Martin?” Tanya lanjut Felix.

“Sudah ... Dia pun sama denganku. Martin merasa Nia mulai diluar kendali. Martin sudah membujuknya pulang, tapi Nia selalu beralasan.” Ungkap Nindi.

“Kalau Nia memang betah di sana ... Kenapa juga kita harus larang-larang? Itu kan haknya.” Felix mulai merespon.

“Memang benar ... Tapi seharusnya Nia jujur pada Martin ... Kalau dia memang ingin tinggal di sana, harusnya Nia bilang secara terbuka pada Martin dan juga kita semua. Bagaimana pun Nia adalah sahabatku sejak kecil. Aku dan Nia sudah seperti saudara sendiri. Aku seperti punya kewajiban untuk meluruskan masalah ini.” Nindi menyesap lagi minuman buatan Felix.

“Baiklah ... Kapan kita mau berangkat?” Tanya Felix untuk kesekian kalinya.

“Secepatnya ... Aku masih punya dokumen keberangkatan yang masih hidup ... Aku harap kamu pun punya semua dokumen itu supaya kita bisa pergi malam ini.” Kata Nindi.

“Aku coba pesan tiket pesawatnya ... Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan tiket untuk keberangkatan nanti malam.” Ujar Felix.

Felix pun segera mengambil smartphone-nya di dalam kamar. Tanpa Felix sadari, Nindi mengikutinya dari belakang. Felix baru sadar Nindi berada di belakangnya setelah menyambar smartphone dari meja kecil samping tempat tidurnya. Felix pun tersenyum sambil mempermainkan layar smartphone ketika Nindi melepaskan satu persatu kain penutup tubuhnya. Sejurus kemudian, Nindi berusaha melucuti pakaian Felix hingga pemuda itu benar-benar telanjang.

“Hhhmm ... Kita dapat dua tiket untuk keberangkatan jam 00.15 malam ini.” Ujar Felix lalu meletakkan smartphone-nya kembali.

“Kita masih punya waktu empat jam ... Kita bercinta dulu sebelum berangkat.” Nindi mendesah sambil menempelkan tubuhnya ke tubuh felix. Tangan Nindi langsung menggenggam penis Felix yang sudah mengeras.

“Apa segala keperluanmu sudah siap ... Kamu perlu waktu mempersiapkannya.” Desah Felix merasakan genggaman tangan Nindi di kemaluannya mengeras.

“Aku sudah siapkan semua ... Ada di mobilku ... Untuk hal itu aku sudah mengantisipasinya ... Sekarang bercintalah denganku. Aku sangat ingin merasakan kejantananmu, Felix.” Nindi pun mendesah. Gairahnya begitu besar dan menggebu-gebu.

Nindi dan Felix naik ke atas ranjang. Nindi memposisikan dirinya terlentang dengan paha dibuka lebar-lebar. Felix pun segera mengatur posisi di atas tubuh Nindi. Ciuman panas pun tak dapat terhalang saat bibir mereka bertemu. Saling melumat dan membelit kasar. Felix pun memajukan pinggulnya secara perlahan-lahan, dan ketika kepala penisnya sudah berada tepat di depan bibir vagina Nindi, Felix langsung membenamkannya ke dalam sana.

Felix pun mulai menggerakkan pinggulnya secara perlahan-lahan, dan setelah merasakan bahwa vagina Nindi sudah sudah sangat basah. Maka barulah Felix menggerakkan pinggulnya dengan ritme yang cukup cepat. Felix kemudian menghentak-hentakkan pinggulnya sedikit keras, pada saat penisnya keluar masuk di dalam vagina Nindi. Sementara itu, Nindi yang merasakan tusukan Felix, langsung saja mendesah sejadi-jadinya. Karena pada saat Felix menusuk vagina Nindi, penis Felix sering kali membentur mulut rahimnya.

"Ohhhh ... Ini benar-benar nikmat ... Aku ingin merasakan yang lebih nikmat lagi." Desah Nindi sambil merem melek.

Felix terus menggerakkan pinggulnya. Dan Felix dapat mendengar suara desahan Nindi yang cukup keras. Bukan hanya vagina Nindi saja yang mendapatkan kenikmatan, melainkan payudaranya juga mendapatkan kenikmatan yang sangat luar biasa. Karena saat ini Felix sedang menjilati, menghisap, serta memberikan pijatan kepada payudara Nindi. Kegiatan mereka tersebut pun berlangsung sekitar limabelas menit tanpa jeda. Dan selama limabelas menit tersebut, sama sekali tidak terjadi perubahan. Posisi yang mereka pergunakan pun masih sama dengan yang awal. Tiba-tiba saja Felix merasakan bahwa saat ini penisnya seperti sedang terjepit diantara dinding vagina Nindi yang mulai merapat.

"Fel...Felliixxx... NNNNNGGHH... A...ku...AAAHHHH... Sudah tidak tahan lagi... Nnnngghhm ...!" Ucap Nindi sambil menahan desahannya.

Dan dari vagina Nindi keluarlah cairan bening yang sangat banyak yang artinya Nindi baru saja mengalami orgasme. Pada saat Nindi mengalami orgasme, Felix dapat melihat bahwa tubuh Nindi tiba-tiba saja menegang, dan Felix bisa merasakan bahwa cairan dari orgasme Nindi juga mengenai penis miliknya.

" Hah... hah... hah..." Deru nafas Nindi terdengar sangat jelas oleh telinga Felix. Felix yang melihat Nindi yang kelelahan tersebut langsung saja mencabut penisnya dari dalam vagina Nindi. Dan Nindi yang merasakan bahwa penis Felix yang sudah keluar, langsung menatap pemuda itu.

"Felix ... Kenapa kamu mencabutnya?" Tanya Nindi heran.

"Tidak apa-apa, hanya saja aku ingin mengganti posisi." Ucap Felix.

Nindi yang mendengar perkataan Felix pun langsung merangkul leher Felix, dan setelah itu Nindi langsung melumat bibir Felix. Dan pada saat ciuman tersebut, lidah kedua insan tersebut terlihat saling mendominasi. Ciuman itu terpaksa harus mereka hentikan, dikarenakan udara yang berada di dalam paru-paru mereka sudah mulai menipis. Felix dan Nindi pun terlihat terengah-engah, dan setelah mereka menghirup udara sebanyak-banyaknya, mereka berdua pun kembali berciuman, namun ciuman mereka berdua harus kembali berakhir dikarenakan Nindi yang sudah kembali terangsang.

"Jadi, kamu pengen posisi seperti apa?" Tanya Nindi sambil mengelus pipi Felix.

"Woman on top." Ucap Felix dengan semangatnya.

"Baiklah kalau begitu." Kata Nindi.

Setelah itu, Nindi pun menyuruh Felix untuk duduk dan bersandar pada kepala ranjang, sedangkan dengan dirinya, yang saat ini sedang berhadapan dengan Felix. Setelah melihat bahwa posisi yang mereka gunakan sudah benar, Nindi pun mulai menurunkan pinggulnya dan tidak lupa untuk memegang penis Felix, supaya pada saat akan masuk. Dan pada saat penis Felix hampir bersentuhan dengan bibir vagina Nindi, Felix tiba-tiba menahan pinggul Nindi, sehingga membuat gerakan Nindi harus terhenti.

"Ada apa lagi? Apa kamu tidak suka dengan posisi ini. Bukannya kamu sendiri yang ingin posisi seperti ini." Ucap Nindi.

"Bukan begitu, tapi aku ingin kamu menghadap ke depan. Sehingga aku dapat memainkan dadamu." Ucap Felix.

"Begitu ..." Nindi pun tersenyum.

Nindi pun membalikkan badannya, sehingga membuatnya membelakangi Felix. Nindi memegang penis Felix dan mulai menurunkan pinggulnya. Nindi langsung memasukkan penis Felix ke dalam vaginanya. Nindi pun mulai menggerakkan pinggulnya secara perlahan-lahan, dikarenakan posisi yang mereka gunakan adalah woman on top, maka peranan Nindi sangatlah penting, sehingga Nindi harus menggerakkan pinggulnya sesuai dengan temponya.

“Aaaahhh ...” Felix mendesah.

Nindi yang mendengar suara desahan Felix, entah mengapa menjadi lebih bersemangat sehingga membuat gerakan Nindi semakin cepat. Dan demi mendapatkan kenikmatan yang lebih, Nindi menggunakan tangan kanannya untuk memberikan sensasi tambahan kepada tubuhnya. Dengan memainkan klitorisnya sendiri. Nindi dapat merasakan sensasi yang sangat luar biasa pada tubuhnya hingga membuatnya mengeluarkan desahan yang cukup keras, dan begitu pula dengan Felix yang juga ikut mendesah. Dan tiba tiba saja kedua tangan Felix yang awalnya tidak melakukan apapun, sekarang sudah mulai bergerak untuk memainkan dada Nindi. Meremasnya serta memelintir putingnya. Hal tersebut terus Felix lakukan tanpa henti kepada payudara Nindi.

Semakin lama gerakan pinggul Nindi semakin cepat, sehingga membuat Felix memperkuat remasannya ke dada Nindi. Nindi pun dapat merasakan bahwa penis Felix yang berada di dalam tubuhnya tiba-tiba saja membesar, dan begitu pula dengan Felix yang merasakan bahwa dinding vagina Nindi mulai menyempit.

"AAHHH... Nngggmmm... Aku hampir sampai... AAAHH...!!!" Ucap Felix.

"Aku... AHHHH... Juga... Mnggghhh... Nnggghh..." Balas Nindi.

Crooot.....! Croooot.....! Crooot.....!

Felix langsung menembakan seluruh pejunya ke dalam rahim Nindi, sudah tidak terhitung berapa banyak peju yang masuk kedalam rahim Nindi. Dan Nindi dapat merasakan bahwa saat ini rahim mulai terisi oleh peju panas milik Felix, Nindi pun tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi. Dan pada saat tembakan terakhir Felix ke dalam rahimnya, maka Nindi pun langsung mencapai puncak orgasmenya.

"AAAAAACCCHHH.....!!!"

Nindi pun langsung menjerit sekeras mungkin karena dia lagi-lagi mengalami orgasme. Bukan hanya itu saja, Nindi pun dapat merasakan bahwa dirinya sudah terisi penuh oleh sperma Felix. Ketika Nindi menoleh ke belakang, Nindi dapat melihat bahwa saat ini Felix sedang berusaha untuk merilekskan tubuhnya. Dan ketika Nindi mengalihkan pandangannya ke arah selangkangannya, Nindi dapat melihat bahwa sebagian sperma milik Felix sudah meluber keluar dari vagina. Meskipun Felix baru saja ejakulasi, namun penisnya masih terasa keras.

“Aaaahhh ... Lega ...” Seru Nindi sambil membaringkan punggungnya ke dada Felix.

“Kamu benar-benar luar biasa ... Vaginamu mencengkram sekali.” Puji Felix.

“Emangnya rem ... Mencengkram ... Hi hi hi ...” Kata Nindi diakhiri tawa kecilnya.

Dan setelah itu, mereka berdua pun kembali melanjutkan permainan mereka di kamar mandi. Setelah selesai mandi, mereka langsung bergegas memakai baju dan berdandan. Felix menyiapkan segala dokumen kepergian ke luar negeri. Tepat jam 21.00 malam, Nindi dan Felix melaju ke bandara udara dan sekitar jam 22.00 malam keduanya sampai di bandara udara dan menunggu jadwal penerbangan dari Jakarta ke Amerika Serikat. Nindi dan Felix duduk di salah satu deretan bangku panjang di ruangan keberangkatan luar negeri.

“Aku sebenarnya masih bingung dengan konsep kebersamaan kelompokmu. Satu sama lain saling memiliki dan saling mencintai tapi kalian tetap utuh dengan pasangan sah kalian. Sejujurnya, aku masih belum bisa menerima karena aku hanya bisa mencintai satu orang wanita saja dan selebihnya hanya untuk bersenang-senang.” Felix tiba-tiba mengungkapkan pendapatnya.

“Itulah masalahmu, karena kamu hanya mampu mencintai untuk satu orang saja. Aku dan kelompokku telah mengubah konsepsi lama itu. Kami dan tentunya kamu juga harus mampu mencintai lebih dari satu orang. Cinta terkoneksi di antara kita hingga masing-masing dapat menerima sebagai pasangan. Suamiku bukan saja Fadil tetapi semua laki-laki yang menjadi anggota kelompok termasuk kamu. Dan kamu pun harus merasa mempunyai lima istri yang harus kamu perhatikan. Kita adalah satu kesatuan. Uniknya di kelompok kita, setiap orang bebas bersenang-senang dengan siapapun, asalkan terbuka.” Jelas Nindi sambil tersenyum.

“Aku sudah mendengar penjelasan itu, tapi aku belum menyetujui sepenuhnya.” Kata Felix sambil meraih bahu Nindi dan memeluknya.

“Kamu akan belajar ... Sedikit-demi sedikit ... Sekarang kita pikirkan dulu masalah Nia ... Dia harus bisa kita bawa lagi ke sini.” Kata Nindi sambil merebahkan kepalanya di bahu Felix.

Sekitar pukul 00.00 tengah malam, terdengar pengumuman keberangkatan pesawat yang Nindi dan Felix tumpangi. Keduanya segera berjalan menaiki pesawat dan duduk di kursi sesuai dengan tiket. Setelah pesawat mulai mengudara, perjalanan Nindi dan Felix menuju Amerika baru saja dimulai.​

******​

Setelah kurang lebih 24 jam di udara, akhirnya Nindi dan Felix mendarat di Bandara Internasional Fort Lauderdale Hollywood. Keduanya memesan taksi menuju hotel terdekat dan menginap di sana. Perjalanan panjang yang cukup melelahkan membuat keduanya langsung tertidur. Tidur mereka begitu pulas dan keduanya terbangun saat jam menunjukkan pukul 09.15 waktu setempat. Mereka pun segera mandi dan sarapan. Setelahnya, Nindi dan felix bergerak menuju perusahaan film di mana Nia bekerja. Nindi akan mengawali pencarian Nia dari sana karena Nindi tidak berhasil mendapatkan alamat tempat tinggal Nia. Hanya membutuhkan setengah jam perjalanan, Nindi dan Felix akhirnya sampai di tempat tujuan.

Di sana Nindi dan Felix langsung diterima Bertha. Wanita negro itu pun memberitahukan alamat apartemen di mana Nia tinggal. Namun Bertha mengatakan kalau Nia sedang tidak ada di Hollywood. Nia sedang bertamasya ke Las Vegas dengan dua kekasih bulenya, Mike dan John. Memang Nia sangat ingin pelesiran ke tempat itu. Saat ditanya kapan Nia pulang, Bertha pun menjawab ‘tidak tahu, mungkin dalam jangka waktu satu minggu’. Nindi dan Felix pun berdiskusi, kemudian memutuskan untuk menyusul Nia ke Las Vegas. Setelah itu, Nindi dan Felix pun kembali hotel lalu bersiap-siap terbang ke Las Vegas.​

-----ooo-----

Bersambung

Thanks for reading, sorry for typo
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd