Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TANPA BATAS

Bimabet
CHAPTER 9

“KAMU DIPECAT ...!!!”

Sontak Nia terperanjat hebat. Nia terengah-engah sambil menyeka butir-butir keringat di keningnya. Badannya agak menggigil setelah mengalami mimpi yang sangat menyeramkan. Nia pun bangkit lalu mengambil gelas yang ada di samping ranjangnya. Setengah gelas air, ia tenggak dalam satu tegukan saja. Setelahnya, Nia duduk bersila di atas kasur dan termenung sambil memikirkan nasibnya.

“Nia? Ada apa?” Tiba-tiba terdengar suara Nina agak pelan. Nia menoleh sambil meletakkan telunjuk kanan di bibir. Nia tidak ingin Martin terbangun dari tidur lelapnya.

Nia perlahan turun dari atas ranjang, lalu berjalan keluar kamar setelah menyambar smartphone miliknya dari meja kecil di samping tempat tidur. Tanpa Nia ketahui, Nina mengikuti langkah Nia di belakangnya. Wanita yang baru saja mengalami mimpi buruk itu terus berjalan menuju dapur dengan hati yang entah masih berbentuk atau tidak. Jelas Nia merasakan sangat khawatir dengan apa yang telah ia lakukan tadi siang di kantornya.

“Hei ... Nia ... Ada apa?” Tanya Nina lagi dari arah belakang. Nia menahan langkahnya lalu menoleh ke arah sumber suara.

“Aku bermimpi dipecat ... Sungguh menyeramkan.” Sahut Nia setelah Nina berada di sampingnya. Keduanya pun melanjutkan langkah, berjalan menuju dapur.

“Kamu terlalu memikirkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.” Ujar Nina sambil duduk di kursi meja makan di sambing Nia yang sudah terlebih dahulu duduk gelisah.

“Entahlah ... Aku sangat takut setelah melakukan rencanamu. Aku melihat kalau atasanku merasa tidak senang dengan apa yang aku lakukan tadi siang.” Nia berkata dengan nada sendunya.

“Aku pikir, kamu terlalu paranoid. Logikanya, kalau atasanmu ingin memecatmu, itu sudah ia lakukan tadi siang. Faktanya, ia malah meminta pesan teks dan foto itu untuk tidak dihapus dari smartphone-nya.” Nina mencoba menghibur Nia dengan lemah lembut.

“Tapi Roy penuh kejutan, Nina ... Orangnya tidak bisa diprediksi.” Bantah Nia sambil geleng-geleng kepala.

“Bagaimana kalau kita bertaruh?” Tiba-tiba Nina mengagetkan Nia.

“Maksudmu?” Tanya Nia menatap heran pada Nina.

“Kalau atasanmu tidak apa-apa, maukah kamu melakukan sesuatu untukku? Dan apabila ternyata kamu benar-benar dipecat, aku akan pergi meninggalkan rumah ini.” Jelas Nina penuh percaya diri.

“Kamu ini ada-ada saja ... Tidak! Aku tidak ingin bertaruh denganmu.” Tolak Nia sambil meletakkan smartphone-nya di atas meja makan.

Nina mengulurkan tangannya untuk mengambil smartphone milik Nia. Sambil tersenyum, Nina mulai memainkan jarinya di atas layar smartphone. Nia hanya melirik sekilas apa yang dilakukan Nina. Nia berdiri dari kursinya lalu berjalan ke arah kitchen set dan membuat dua gelas kopi di sana. Demi apapun, perasaannya benar-benar tak tenang. Nia sulit menenangkan diri dan takut nasib buruk akan menimpanya. Beberapa menit kemudian terdengar suara smartphone Nia berbunyi pertanda ada pesan WhatsApp masuk. Nia segera membawa dua gelas kopi ke meja makan. Satu gelas ia letakkan di depan Nina.

“Pesan dari siapa?” Nia bertanya sembari duduk di tempatnya semula.

“Roy ...” Jawab Nina enteng. Karuan saja Nia terlonjak dari duduknya dan berusaha merebut smartphone miliknya dari tangan Nina.

“Kamu sudah gila ...! Nina, kembalikan smartphone-ku ...!!!” Pekik Nia namun Nina menjauhkan smartphone di tangannya dari jangkauan Nia.

“Hei ... Kamu tenang saja ... Duduk dulu di sana ... Biarkan aku meneruskan dulu bicara sama atasanmu.” Ujar Nina sambil tersenyum.

Melihat wajah Nina yang ceria, Nia pun surut ke belakang. Nia duduk kembali di kursi dengan menatap tajam pada Nina. Nia menunggu dengan harap-harap cemas dan berharap semuanya segera berakhir manis. Beberapa menit berselang, tiba-tiba Nina tertawa lumayan keras dan memberikan smartphone di tangannya kepada Nia.

“Baca nih ...” Ujar Nina. Segera Nia mengambil smartphone miliknya dari tangan Nina. Tangan dan mata Nia terfokus ke layar smartphone. Nia pun membaca hasil percakapan di layar smartphone itu.

Nia: “Maaf ya pak. Malam-malam begini saya mengganggu bapak. Sejujurnya, saya tidak bisa tidur gara-gara kejadian tadi siang di kantor.”

Roy: “Tidak apa-apa Nia. Jangan dipikirkan lagi. Lebih baik segera tidur. Aku tidak mau anak buahku ngantuk saat bekerja.”

Nia: “Iya pak. Terima kasih atas kebesaran hati bapak. Tapi, saya benar-benar tidak bisa tidur setelah kejadian itu. Saya sangat takut dipecat. Saya masih memerlukan pekerjaan.”

Roy: “Tidak mungkin aku memecatmu. Pegawai yang memiliki prestasi kerja baik sepertimu. Hilangkan pikiran itu. Segeralah tidur dan besok ada pekerjaan besar yang akan aku bicarakan padamu.”

Nia: “Baik, pak. Terima kasih.”

Roy: “Sama-sama.” (Muncul emoticon love di layar smartphone).

Nia langsung menghirup udara dengan nafas lega sesaat setelah membaca percakapan Nina dengan Roy di smartphone miliknya. Saat itu wajah cantik Nia tersenyum lebar sambil merentangkan tangan, siap memeluk. Nina pun menggeser tubuhnya lalu memeluk Nia penuh kasih sayang.

“Terima kasih, Nina ... Aku merasa lega sekarang.” Ujar Nia pelan.

“Tidak perlu berterima kasih. Aku senang kamu jadi tenang.” Jawab Nina lalu mengurai pelukannya. Nina duduk kembali di tempatnya semula.

“Tadi kamu bilang, kalau atasanku tidak apa-apa, kamu akan meminta sesuatu dariku. Kamu mau minta apa?” Tanya Nia lalu menyesap kopi panasnya.

“Tadinya aku mau minta kamu untuk memberikan tantangan pada Nindi. Rasanya gak adil kalau dia yang terus-terusan memberimu tantangan. Sesekali kamu yang kasih dia tantangan.” Ucap Nina sambil tersenyum.

“Hhhhmm ... Boleh juga tuh ... Tapi tantangan apa? Aku rasa Nindi sudah sangat berpengalaman dengan dunia kebebasan seks. Aku ingin memberinya tantangan yang tidak ia duga dan tidak pernah ia lakukan.” Ungkap Nia.

“Hi hi hi ... Aku tahu tantangan yang pantas buat dia ...” Nina terkekeh senang.

“Apa itu?” Nia sangat antusias sampai ia menggeser kursinya mendekati kursi Nina.

“Beri tantangan untuk dia menari telanjang ... Di hotel Alexis, ada pertunjukkan striptease ... Kamu tantang dia sebagai penarinya di sana.” Ungkap Nina.

“Wow ... Boleh juga tuh ... Seru banget.” Pekik Nia sangat senang.

“Nah sekarang bicarakan dengan Nindi. Buat misi berat kamu sebagai ajang taruhan. Bilang pada Nindi kalau tantanganmu berhasil, dia harus mau menjadi penari telanjang di hotel Alexis.” Jelas Nina.

“Baik ... Tapi bagaimana kalau tantanganku gagal?” Tanya Nia yang tiba-tiba suara antusiasnya menghilang.

“Ya gagal semua ... Nindi tidak harus melakukan tantanganmu.” Jawab Nina santai. Tiba-tiba saja Nia mendapatkan ilham yang entah dari mana.

“Nina ... Saat kejadian di ruangan Roy, atasanku itu sebenarnya menginginkan pesan teks dan foto telanjangku tidak dihapus. Roy menginginkan pesan itu ada di smartphone-nya. Menurutmu kira-kira apa yang ada di pikiran Roy?” Senyum Nia mengembang, dan tatapannya berbinar-binar ke arah Nina begitu menangkap sebuah ide gila di otaknya.

“Wow ... Apakah benar begitu kejadiannya?” Tanya Nina yang langsung dijawab dengan anggukan kepala Nia. “Kalau begitu, peluangmu lumayan besar. Aku sangat yakin kalau atasanmu itu menyukainya.” Lanjut Nina.

“Dia juga mengatakan kalau dia punya hobby photography ... Bagaimana kalau aku menawarkan diri untuk menjadi objek bidikannya. Aku akan telanjang di depan kameranya.” Ungkap Nia begitu bersemangat.

“Hi hi hi ... Peluangmu kini 101 persen. Kamu akan berhasil menyelesaikan tantangan dari Nindi. Giliran kamu yang memberinya tantangan pada Nindi.” Jawab Nina sambil tersenyum lebar.

Nia dan Nindi pun melanjutkan obrolan, membicarakan rencana-rencana yang akan dilakukan Nia ke depannya. Kopi membuat mereka tidak bisa tidur padahal waktu sudah menunjukkan pukul tiga subuh. Kedua wanita cantik itu akhirnya memutuskan untuk tetap terjaga sampai pagi. Nia dan Nina pun menyiapkan sarapan saat kegelapan malam tergantikan oleh lembayung pagi. Hingga pada akhirnya, Nia, Nina dan Martin berangkat ke tempat kerja mereka masing-masing.

******

Sekarang sudah pukul 12 siang, waktunya untuk istirahat. Nia berdiri dari kursi kerjanya dan mendekati Nindi yang diam di depan pintu ruangan. Keduanya kemudian berjalan beriringan menuju kafetaria yang tersedia di perusahaan itu. Tak ada obrolan yang berarti di sepanjang jalan menuju kafetaria, hanya ada tawa canda yang mengalun sedari tadi. Memang persahabatan kedua wanita cantik itu sangatlah harmon saling melengkapi dan saling membutuhkan. Setelah mengambil makanan, Nia dan Nindi duduk bersampingan di sebuah bangku di sisi kiri ruangan.

“Nindi ... Tantanganmu kali ini sangatlah berat. Kemarin aku sebenarnya mulai beraksi, tapi kayaknya hasilnya nihil. Bahkan aku sampai gak bisa tidur gara-gara memikirkan kejadian itu.” Nia mulai membuka percakapan inti.

“Hi hi hi ... Memangnya apa yang kamu lakuin? Sampai gak bisa tidur begitu.” Nindi tertawa lucu namun hati kecilnya ingin mengetahui apa yang telah dilakukan Nia dalam menjawab tantangannya.

“Kamu gak perlu tahu, tapi yang jelas semuanya gagal total. Sekali lagi aku katakan kalau tantangan ini sangat berat bagiku. Jadi, aku berniat bertaruh denganmu.” Ungkap Nia sangat pasti.

“Apa??? Bertaruh???” Nindi mendelik lalu membalikan tubuhnya hingga menghadap Nia.

“Ya, aku ingin bertaruh denganmu. Jika aku berhasil melaksanakan tantangan darimu. Aku akan memberikan tantangan balik buatmu. Jika aku gagal dengan tatantanganmu, aku akan menjadi budakmu dalam jangka waktu seminggu.” Kata Nia lagi semakin pasti.

“Hhhhmm ... Menarik juga ...” Nindi menampakan senyum liciknya. “Bagaimana taruhannya kita ubah. Kalau kamu gagal melaksanakan tantanganku, Martin akan tinggal di rumahku selama seminggu. Martin menjadi milikku sepenuhnya dalam waktu seminggu. Dan bila kamu berhasil melaksanakan tantanganku, aku akan melakukan semua perintahmu dalam waktu seminggu.” Ungkap Nina percaya diri.

“Deal ...” Nia berkata sambil berjabatan tangan dengan Nina.

“Kamu aku kasih waktu lima hari. Kalau kamu belum bisa mengajak Roy tidur dalam lima hari. Berarti kamu harus merelakan Martin padaku.” Nindi menegaskan kembali tantangannya.

“Baiklah ... Aku terima taruhan ini dengan keadaan sadar.” Nia tersenyum renyah lalu kembali menikmati makan siangnya.

Tentu saja Nia tersenyum penuh kemenangan karena Nia sangat yakin Nindi akan menjadi seorang penari telanjang di Hotel Alexis. Namun tak pernah Nia sadari kalau Nindi sebenarnya telah memprediksi kalau Nia akan berhasil menyelesaikan tantangan darinya. Nindi pun tersenyum dalam hati dan sangat penasaran. Nia akan memberikan tantangan apa pada dirinya. Kesombongan Nindi pun menguar karena petualangan seksual apa yang belum pernah ia lakukan. Nindi berpikiran, tak ada satu pun pengalaman seksual yang terlewatkan olehnya.

Makan siang mereka pun berakhir. Nia dan Nindi kembali ke ruang kerja dan melanjutkan pekerjaan masing-masing. Sekitar pukul 3.30 sore, Roy memanggil Nia untuk menghadap. Dengan langkah mantap, Nia pun memasuki ruang kerja Roy dan tak lama Nia sudah duduk di kursi depan meja kerja Roy.

“Nia ... Aku akan menawarkan sebuah job untukmu, tapi di luar pekerjaan kita sehari-hari.” Roy memulai pembicaraan dengan suara sangat serius.

“Pekerjaan? Pekerjaan apa?” Tanya Nia cukup terkejut. Roy menatap Nia dengan tatapan penuh keraguan.

“Aku mempunyai seorang teman karib, namanya Bertha. Seorang wanita berkebangsaan Amerika Serikat yang berprofesi sebagai produser sekaligus sutradara film. Dia membutuhkan pemeran wanita untuk film terbarunya dan pemeran wanita yang ia inginkan adalah wanita Asia.” Roy menahan ucapannya dengan masih menatap Nia.

“Sebentar, pak ... Kalau bapak menginginkan aku sebagai pemeran wanita itu, tentu saja aku akan tolak, karena aku sama sekali tidak mengenal dunia akting.” Nia langsung tahu kemana arah pembicaraan Roy selanjutnya. Roy kemudian mengambil sebuah map plastik lalu menyodorkannya pada Nia.

“Sebelum kamu menolak, coba baca dulu draft kontrak ini.” Ucap Roy sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Nia menjadi sangat penasaran. Diraihnya draft kontrak yang disodorkan Roy dari atas meja kerja. Perlahan dan dengan sangat hati-hati Nia membaca isi dari draft kontrak tersebut. Hanya butuh kurang dari satu menit, Nia tercengang dan membelalakan matanya, namun tak menghentikan membaca draft kontrak yang ada di tangannya. Lagi-lagi Nia terkejut saat menemukan klausa fee yang tertera di bagian akhir kontrak. Setelah selesai membaca, Nia menengadahkan wajahnya lalu menatap lekat mata Roy dengan penuh keraguan.

“Aku memilihmu karena kamu mempunyai semua kriteria yang Bertha inginkan. Kejadian salah kirim pesanmu membuatku memutuskan untuk bicara denganmu. Aku tidak ingin memaksa tapi pikirkanlah baik-baik kesempatan langka ini.” Roy berusaha memberikan sugesti pada Nia.

“Tapi pekerjaan ini ... Ah, aku tidak berpikir untuk menerimanya.” Nia benar-benar keberatan dengan job yang ditawarkan Roy padanya.

“Aku punya waktu sampai besok sampai kamu memutuskan. Pikirkanlah dulu baik-baik.” Ucap Roy sambil tersenyum. Nia agak kaget saat melihat senyum Roy. Ternyata pria ini memiliki senyum yang sangat manis.

“Baiklah, pak ... Beri saya waktu untuk memikirkannya. Nanti akan saya kabari lagi kalau saya telah mempunyai keputusan.” Ucap Nia sambil berdiri lalu meninggalkan ruangan Roy setelah membungkukan badannya berkali-kali.

Tawaran pekerjaan untuk Nia merupakan sesuatu yang baru dan cukup mengejutkan. Nia benar-benar belum bisa memutuskan langkah apa yang harus ia tempuh. Mengambil pekerjaan ini akan banyak resiko yang harus ia hadapi, di saat yang bersamaan apabila menolak kesempatan ini berarti ia harus merelakan uang besar yang seumur hidupnya belum pernah ia pegang. Nia pun duduk di kursi kerjanya, berkali-kali ia membaca kontrak di tangannya. Matanya terus terbuka lebar dengan jeda berkedip sangat lama, memandang dan membaca kontrak, sementara pikirannya bergelut. Pikirannya bergelut dengan berbagai kemungkinan. Dan Nia seolah tengah menyatukan kemungkinan-kemungkinan itu dengan apa yang sedang berlintasan di kepalanya.

Nia pun kemudian menyimpan draft kontrak itu dalam tasnya. Saat ini Nia tidak bisa berpikir jernih dan satu-satunya cara untuk menghilangkan kebingungannya hanyalah dengan mengerjaan pekerjaan kantor yang menjadi tanggung jawabnya. Tanpa terasa waktu kerja sudah berakhir, Nia bergegas siap untuk pulang. Sepanjang perjalanan pulang Nia terus berpikir. Nia dihadapkan pada ketidakpastian, sebuah rasa yang terasa abu-abu, seperti fatamorgana yang tidak terasa nyata namun ada.

Satu jam kemudian, Nia sampai di rumahnya. Nia mendapati Martin dan Nina di dapur dengan keadaan mereka yang setengah telanjang. Nia sangat meyakini kalau mereka habis selesai bercinta. Nia pun duduk di salah satu kursi meja makan dan langsung memberikan draft kontrak yang sejak siang menjadi bahan pemikirannya kepada Martin.

“Apa ini?” Tanya Martin heran sambil mengambil draft kontrak yang disodorkan Nia.

“Roy menawarkan pekerjaan itu padaku. Coba baca dulu oleh kalian. Aku ingin pendapat dari kalian.” Ucap Nia lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.

Martin dan Nina lantas membaca draft kontrak tersebut. Mula-mula keduanya terkejut namun setelah selesai keseluruhan isi kontrak. Martin menyarankan Nia menerima tawaran ini. Alasan klasik terungkap yaitu kesempatan mendapatkan uang yang sangat besar menjadi pertimbangan Martin. Nina pun turut menyemangati Nia untuk mengambil pekerjaan yang ditawarkan Roy.

“Kalian benar-benar menyuruhku menjadi bintang film porno? Aku sungguh tak percaya.” Nia bersuara dengan agak mengeluh. “Bagaimana teman-teman kita dan masyarakat sekitar menilaiku nanti? Bagaimana perasaan anak kita saat mengetahui kalau ibunya seorang bintang film porno? Apakah kalian tidak memikirkannya sampai ke sana?” Ketus Nia.

“Kamu sebenarnya tidak usah khawatir dengan masalah itu. Kamu bisa mengamuflasekan wajahmu. Banyak bintang film porno yang menyembunyikan wajah aslinya sehingga teman-teman terdekat atau masyarakat sekitar tidak mengenalinya.” Jelas Martin sambil memegangi tangan Nia.

“Hhhhmm ... Benar juga ... Aku bisa menyembunyikan wajahku.” Nia bergumam dan wanita itu seperti mendapatkan pencerahan.

“Jadi gimana?” Tanya Martin penasaran.

“Aku akan menelepon Roy dan menerima tawarannya.” Sahut Nia percaya diri.

Nia segera saja mengambil alat komunikasi pipihnya dalam tas, lalu menelepon Roy dan menyatakan kesediaannya untuk menjadi bintang film porno. Kesediaan Nia itu disambut sangat gembira oleh Roy dan pria itu mengajak Nia untuk merayakannya di sebuah restoran. Nia pun tersenyum dan menyetujui ajakan Roy. Segera saja Nia mandi dan berdandan. Tak lama Nia sudah siap berangkat ke restoran yang ditunjuk Roy beberapa saat yang lalu.

“Sayang ... Kemungkinan besar aku tidak pulang malam ini. Aku ada misi dengannya malam ini.” Ucap Nia pada Martin yang mengantarnya sampai garasi. Sementara itu Nia sudah menghidupkan mesin mobilnya.

“Bersenang-senanglah. Aku harap kamu menikmati malam ini dengannya.” Jawab Martin sambil membalas senym Nia. Martin mengerti betul dengan kata ‘misi’ yang diucapkan Nia.

Nia mengeluarkan mobilnya dari garasi, keluar gerbang rumah. Wanita cantik itu pun melajukan mobilnya menuju ke restoran di pusat kota. Perjalanan Nia sangat lancar, tidak ada kemacetan di sana. Hanya setengah jam, Nia sudah berada di restoran yang ia tuju. Nia masuk ke dalam restoran dan tiba-tiba matanya menangkap seseorang yang melambaikan tangan ke arahnya. Nia pun segera berjalan ke arah orang itu.

“Sudah lama?” Tanya Nia sambil duduk di kursi yang sengaja Roy tarik untuk Nia. “Terima kasih.” Ucap Nia setelah nyaman dengan duduknya.

“Baru saja sampai. Paling dua menitan sebelum kamu datang.” Jawab Roy yang kemudian duduk di tempatnya kembali.

“Saya memutuskan untuk menerima tawaran bapak, setelah ...” Ucapan Nia dipotong oleh Roy.

“Kamu bisa memanggilku dengan sebutan nama saja kalau di luar kantor. Formalitas hanya berlaku kalau kita sedang bekerja di kantor.” Ujarnya.

“Baik, Roy ... Setelah mendiskusikannya dengan suami, aku memutuskan untuk menerima tawaran ini tapi dengan syarat wajahku harus dikamuflase sehingga teman-teman atau masyarakat tidak mengenaliku.” Jelas Nia.

“Memang itu sudah dibicarakan dengan Bertha sebelumnya. Siapa saja yang menjadi pemeran wanita di filmnya akan disamarkan wajahnya.” Roy memperjelas keinginan Nia.

“Kalau begitu ... Aku akan menandatangani kontrak ini.” Kata Nia sembari mengambil draft kontrak dari dalam tas tangannya. Tanpa ragu, Nia menandatangani kontrak tersebut lalu memberikannya pada Roy.

“Selamat ... Aku sangat senang bisa bekerja sama denganmu.” Kata Roy sambil berjabatan tangan dengan Nia.

Setelah beberapa menit berbincang-bincang, makanan pun tiba di meja makan mereka. Keduanya sangat menikmati momen makan malam di restoran ini. Beberapa kali Nia mencoba mencuri pandang pada Roy. Diam-diam Nia mengagumi ketampanan pria itu. Begitu pun dengan Roy, pria itu pun mengagumi kecantikan Nia. Benih saling ketertarikan mulai dimunculkan dengan saling tatap lalu saling genggam tangan. Keduanya tak perlu mengucap hanya cukup dengan gesture mereka yang menyatakan kalau mereka saling menginginkan.

“Roy ... Bolehkah aku meminta sesuatu darimu ...?” Nia bertanya dengan senyum manis di bibirnya.

“Katakan ... Aku pasti mengabulkannya.” Jawab Roy sangat yakin.

“Maukah kamu menjadi pemeran pertama priaku?” Nia berkata sambil menundukkan wajahnya. Ada sedikit perasaan malu yang mengganjal di hati Nia.

“Dengan senang hati ...” Jawab Roy pelan. Nia pun mengangkat wajahnya lalu tersenyum.

Nia dan Roy akhirnya sepakat mengakhiri acara makan malam mereka. Keduanya meninggalkan retoran dengan hasrat yang menggelora. Roy mengajak Nia ke sebuah hotel berbintang yang tidak jauh dari restoran. Gairah Nia semakin meletup saat melihat tatapan penuh birahi Roy, membuat hasrat bercinta wanita itu bangkit menggeliat pasti. Satu persatu pakaian mereka berjatuhan dari tempat tidur. Hawa nafsu birahi kedua insan mengganas, detak jantung mereka bagaikan deburan gelombang yang terpacu oleh hempasan angin badai.

Birahi mereka sudah tak tahan menuntut pemuasan. Roy menekan dengan lebih keras. Terasa topi bajanya sudah berhasil menelusup benteng pertahanan musuh. Nia agak menggelinjang merasakan ganjalan di mulut rahimnya. Nia menarik nafas menahan ganjalan tongkat yang kekerasan dan ukurannya lebih dari yang biasa dilayaninya yang seolah-olah menyumbat pernafasannya. Padahal birahi Nia lah yang telah bergetar menuntut dimulainya perlombaan kenikmatan. Dirinya berjuang keras agar tampak memegang kendali permainan ini.

“Ayooo ... Sayang ...!” Nia setengah berbisik memberikan komando.

Roy mematuhinya menarik perlahan sampai topi bajanya hampir lepas dan kembali menekan pelan tapi kuat. Nafas Nia kembali tersedak. Ia kembali mendesah menahan hujaman Roy. Nia tidak sabar merasakan lepasnya ganjalan keras untuk dihujamkan kembali. Tubuhnya mulai mampu melayani gempuran Roy, perlahan tapi pasti birahinya yang sangat terpuaskan memampukan vaginanya meredam geliatan tongkat yang keras itu. Roy mulai mengayuh perlahan tapi kuat, sekitar dua detik selang tiap hujaman dan tarikan. Batang kemaluannya sengaja agak ditekan ke dinding kemaluan Nia.

“Aaahh ... Sayang ... Nikmat sekali ...” Bibir Nia mulai ngaco menyuarakan ledakan birahinya “Hhhhh... Aduh? Ya begitu ...” Saat Roy kembali memenuhi hasratnya dengan jelujuran batang keras membeset dinding vaginanya, keras.

Roy sangat senang memandangi wajah terpejam memelas yang ayu ini. Dirinya sangat menikmati pemandangan wajah mengerenyit tersentak-sentak menahan kenikmatan, setiap kali dirinya menghujam keras menekan batang tongkatnya di dinding kewanitaan Nia. Nia tidak mungkin mengetahui, bahwa Roy termasuk pakar untuk urusan beginian. Kelebihan Roy adalah wajahnya yang sangat baby face dengan tubuh kurus tetapi liat. Lumayan banyak wanita, entah itu dia merangkap sebagai wanita penghibur maupun perempuan baik-baik, di berbagai tempat yang merindukan wajah pria yang tampan mempesona ini. Roy sangat menyukai dimanja wanita, dia membalas kebaikan wanita yang memanjanya dengan kejutan pemuasan birahi. Roy lebih menikmati pemandangan wajah-wajah sayu yang kuyu bersimbah keringat, menggeliat di haribaannya, dihajar oleh kejantanannya. Semakin wajah perempuan tersiksa keenakan, semakin dirinya terpuaskan.

“Kau menikmatinya, sayang ...” Ucap Roy ketika kepala Nia agak terlonjak saat menerima hujaman kesekian kalinya. Seluruh tubuh wanita itu semakin bergelinjang keras. Pinggul Nia mulai berusaha mengejar dengan liar kemana larinya si tongkat keras.

“Sshhhhh ... Ssshhh ... Aaaaahhhh ...” Nia mendesah keras, orgasme mulai menjalari seluruh tubuhnya. Kepalanya terdongak, matanya terpejam, wajahnya sayu. Nafasnya terengah-engah. Mulutnya terbuka lebar menampakkan rongga mulutnya, mencoba menggapai oksigen sebanyak-banyaknya. Kedua tangannya mencoba bertahan menggelayut di leher Roy. Roy tidak perlu bekerja keras, Nia dengan cepat mulai mencapai titik akhir pendakiannya. Desahannya semakin tak terkendali.

Roy pun menghentikan ayunan birahinya, membiarkan Nia menikmati sisa-sisa orgasmenya. Nia mendesah saat pinggulnya lega berhasil menggelinjang melepaskan diri sejenak dari ganjalan keras. Nia dan Martin berciuman mesra layaknya pasangan yang tengah di mabuk cinta. Tangan Nia menggapai smartphone yang tergeletak tidak jauh dari dirinya. Tak lama, Nia pun melepaskan ciumannya.

“Bolehkah aku membuat video kita ini?” Tanya Nia sambil menatap mata Roy.

“Buat apa?” Tanya Roy heran.

“Aku suka saja mendokumentasikan moment ini. Buat koleksi pribadiku sendiri.” Nia membuat alasan.

Roy mengangguk tanda setuju. Nia pun mulai mengarahkan kamera smartphone-nya, mengabadikan permainan cintanya dengan Roy. Sementara Nia masih asik dengan rekaman videonya, tangan kanan Roy segera meraih bokong Nia, membekap kuat-kuat. Menekankan bokong Nia ketubuhnya saat kejantan Roy kembali menghujam. Pinggul Nia tak berdaya untuk melarikan diri karena ditahan tangan kanan Roy. Roy kembali menghujam-hujam, stabil. Nia yang telah merasa cukup membuat video dengan durasi 2 menit kemudian mengirim video itu ke Nindi.

Nia meletakkan smartphone sembarang, wanita itu mulai fokus lagi dengan permainan cintanya. Roy mulai merasakan empotan lembut kewanitaan Nia di batang kerasnya. Nia pun mulai mengarungi saat-saat puncak kepuasannya. Terasa bagian bawah tubuh Nia mengejang dan menggelinjang. Mencoba melarikan diri dari sergapan tongkat perkasa Roy. Roy menarik perlahan dan segera menghujam kembali, kali ini lebih perlahan tetapi semakin keras ditekankan ke dinding vaginanya. Nia menggelantung lunglai mendekap di leher Roy. Kewanitaan Nia kembali dan kembali dihujam kejantanan pria tampan ini, mendorongnya terus mengarungi puncak kenikmatan.

Detik detik berlalu, tubuhnya terasa lemas, Nia sudah lupa diri akan segalanya. Pikiran Nia terbang ke awang-awang kepuasan birahi. Bagian bawah tubuhnya mengejang dan kembali mengejang, seiring kedisiplinan Roy menggosok gerbang kewanitaannya dengan tongkatnya yang perkasa. Roy sudah tahu kalau Nia akan terjaga panjang orgasmenya bila ditopang oleh hujaman kejantanan lambat tetapi bertenaga. Rio tersenyum puas memandangi wajah kuyu memelas di hadapannya, mengkerenyitkan mata dan mendesah keras setiap kali hujaman kerasnya tiba. Roy senang, karena tahu Nia sudah lebih dari empat puluh detik mengarungi puncak kenikmatan. Roy berusaha keras menyangga puncak kenikmatan Nia selama mungkin dengan hujaman lambat tapi sangat bertenaga.

Tidak lama kemudian, Roy merasakan ada denyut-denyut di ujung batang kemaluannya, ia mencabut penisnya dan "Croot … croot ... croot ... croot …!!” sperma Roy tumpah ruang di selangkangan dan perutnya. Sungguh nikmat sekali, Roy merasakan klimaks yang begitu hebat. Roy rasakan kenikmatan itu sesaat, kemudian Roy bersihkan sperma yang berceceran di selangkangan dan Perut Nia dengan tissue. Setelah itu, Roy berbaring di sebelah Nia. Wajah mereka saling berhadapan.

“Roy ... Sepertinya aku mulai menyukaimu. Kamu pandai memuaskanku dan aku sangat menikmati permainanmu.” Ungkap Nia sejujur-jujurnya.

“Nia ... Aku sebenarnya sudah menyukaimu sebelum kamu menyukaiku. Aku berharap hubungan kita ke depan semakin hangat.” Roy mengecup kilat bibir Nia.

“Roy ... Hubungan kita pasti semakin hangat karena aku akan menjadikanmu sebagai manajer keartisanku. Aku akan tawarkan fee manajer 15% dari nilai kontrak. Bagaimana menurutmu?” Tutur Nia.

“Oh, begitukah? Aku pasti tidak akan menolakmu. Aku terima tawaran itu. Lucu juga ya, sementara aku di kantor menjadi atasanmu sedangkan di luar menjadi bawahanmu.” Ujar Roy sangat bersemangat.

“Hi hi hi ... Aku akan buat kamu di kantor pun akan menjadi bawahanku. Kamu akan selalu di bawahku.” Nia terkekeh senang.

“Hhhhmm ... Kayaknya aku tidak bisa lagi menghindar. Dua milyar pendapatanmu dari satu film adalah penghasilan dua tahun aku bekerja di kantor. Oke, aku sekarang akan memposisikan diri sebagai bawahan di dalam maupun di luar kantor.” Ucap Roy sambil tersenyum.

“Apa kamu siap untuk ronde selanjutnya?” Kata Nia sangat menggoda.

“Rasanya aku sudah siap.” Jawab Roy.

Nia dan Roy melanjutkan percintaan mereka dengan posisi doggie. Percintaan yang menghangatkan. Percintaan yang membuat mereka menikmati malam ini. Percintaan yang membuat mereka lupa daratan. Sepanjang malam tak henti-hentinya kedua insan itu mengayuh kenikmatan demi kenikmatan sampai akhirnya tubuh mereka tidak lagi mampu mendayung. Nia dan Roy terhempas ke dalam mimpi dengan senyum kepuasan.​

******​

Keesokan harinya, Nia menagih janji pada Nindi. Nia pun mengutarakan keinginannya untuk Nindi menari telanjang di hotel Alexis. Sempat juga Nindi terperanjat dan tidak menyangka kalau Nia menginginkan dia seperti itu. Namun, sebagai ketua kelompok, Nindi pun mengabulkan permintaan Nia sekaligus sebagai bukti bahwa dia adalah orang yang mengagungkan kebebasan.

Pada jumat malam Nindi benar-benar melakukan tantangan menari telanjang di hotel Alexis. Akses ke hotel tersebut didapat dari rekan Nina yang bernama Kristie. Kristie adalah pengelola tempat hiburan di hotel berbintang tersebut. Tanpa persiapan dan hanya dandanan seksi, Nindi mulai menari di depan para pengunjung. Nindi mulai menari telanjang dengan gerakan luwes. Nindi terbiasa dugem sehingga gerakan-gerakannya mengalir begitu lancar. Beberapa pria pengunjung bertepuk tangan sambil bersuit-suit menikmati keindahan tubuh telanjang Nindi yang sedang meliuk-liuk erotis. Para pengunjung semakin histeris tatkala Nindi menari sambil berpura-pura melakukan mastrubasi dengan meremas-remas payudaranya sendiri.

Nia sendiri terpukau dengan kepiawaian Nindi. Nia dan Nina yang sedang menyaksikan Nindi dari belakang panggung harus mengakui kalau Nindi memang wanita penganut kebebasan sejati. Disangka akan mendapat kesulitan ternyata Nindi malah menikmati perannya sebagai penari telanjang. Tarian Nindi benar-benar seksi sehingga uang-uang berhamburan ke atas panggung serta riuhnya tepuk tangan dari pengunjung saat Nindi melakukan tarian nan seksi.

Tak lama beberapa pria mengelilinginya, dan Nia bisa melihat tangan para pria itu menjelajah di sekujur tubuh Nindi, terutama payudara dan putingnya yang kencang. Pantatnya juga mendapat banyak sentuhan. Nindi kemudian melanjutkan untuk memberi para pria itu lap dance. Nindi menghadapkan dirinya pada seorang pria kemudian mengangkangi tubuh si pria sehingga Nindi bisa mencium dan menampar si pria dengan payudaranya. Nindi pun membuat si pria mengerang saat tangannya mempermainkan penis si pria dari balik celananya. Nindi melanjutkan dan mengulangi lap dance-nya dengan dua pria lain di atas panggung. Sorak sorai begitu meriah. Tak lama berselang Nindi menghilang ke belakang panggung setelah menari telanjang selama sekitar empat puluh lima menit.

“Bagaimana tarianku?” Tanya Nindi sembari menyusun lembaran uang di tangannya. Nindi lebih menyelamatkan uangnya dari pada tubuhnya yang dibiarkan tetap telanjang.

“Kamu memang luar biasa ... Aku tadinya berharap kamu akan malu atau sebagainya. Eh, malah kamu seperti enjoy dengan tantanganku.” Nia tersenyum kagum.

“Hi hi hi ... Cari lagi jenis tantangan yang bisa aku menyerah dan tak ingin melakukannya. Tapi tantanganmu ini lumayan bikin shock juga. Untungnya aku bisa melewatinya dengan cukup baik. Dapet uang lagi ...” Ujar Nindi tanpa beban sedikit pun.

Nia, Nindi dan Nina pun tertawa lantas meninggalkan hotel Alexis setelah Nindi berpakaian. Sepanjang perjalanan Nindi menceritakan perasaan hatinya saat pertama tampil di panggung. Nindi merasa grogi, tetapi setelah melakukan beberapa gerakan tari, Nindi mulai menikmatinya. Ada sensasi tersendiri saat para pengunjung melihat tubuh bugilnya. Nindi malah merasa terangsang secara seksual dengan mendapat perhatian dari orang lain atas tarian telanjangnya.​

******​

Minggu yang cerah, matahari sudah berada agak jauh dari peraduannya. Martin, Nia dan Nina sedang berada di dapur membicarakan tentang pekerjaan baru Nia sebagai bintang film porno. Nia belajar dari pengalaman Nindi yang totalitas melakukan tantangan darinya. Nia dapat memetik pelajaran, apabila suatu pekerjaan dilakukan dengan enjoy maka keraguan dan beban akan hilang dengan sendirinya berganti dengan kesenangan.

Tiba-tiba bel rumah berbunyi. Martin bangkit untuk melihat siapa yang ada di sana. Setelah sampai di depan pintu ruangan depan, tangan kanan Martin memegang kenop pintu lalu menurunkan ke bawah. Langsung saja terlihat olehnya dua orang berdiri di ambang pintu. Tentu Martin sangat mengetahui salah satu di antara kedua tamunya, tetapi tamu yang satunya lagi baru kali ini Martin melihatnya. Ia seorang wanita kulit hitam yang berperawakan sedang dengan tubuhnya yang sangat ideal.

“Hai Roy ... Senang bertemu lagi denganmu.” Sapa Martin pada Roy.

“Pagi Martin ... Lama kita tidak bertemu.” Sambut Roy sambil berjabatan tangan dengan Martin. “Oh ya, perkenalkan ini Bertha, teman kuliahku waktu di Amerika dulu.” Lanjut Roy memperkenalkan rekannya pada Martin.

“Hai ... Nice to meet you.” Sapa Martin pada Bertha.

“Sama-sama ... Saya juga senang berkenalan denganmu.” Bertha menjawab dengan bahasa Indonesia dengan sangat fasih. Martin pun terkejut sesaat.

“Wow ... Anda pandai bahasa kami juga rupanya.” Puji Martin tanpa mau melepaskan jabatan tangannya pada wanita yang menurut Martin sangat seksi.

“Aku berpacaran dengan Roy hampir empat tahun. Aku belajar bahasanya agar mudah berkomunikasi dengan keluarganya. Dulunya aku berharap bisa menikah dengan Roy. Tapi nasib mengatakan lain.” Jelas Bertha sedikit melirik ke arah Roy.

“Ho ho ho ... Begitu ceritanya ... Ayo, silahkan masuk!” Ajak Martin sembari memberikan ruang bagi Roy dan Bertha untuk memasuki rumahnya. Martin mempersilhkan kedua tamunya untuk duduk sebelum Martin berjalan ke arah dapur untuk memberitahukan kedatangan Roy pada Nia.

Setelah sampai di dapur, Roy langsung saja mengabarkan pada Nia jika Roy dan Bertha sudah menunggunya di ruang tamu. Nia segera mendatangi Roy dan Bertha, kemudian Roy saling memperkenalkan Nia dan Bertha. Tak lama, Martin dan Nina bergabung di ruang tamu. Mereka kemudian terlibat pembicaraan seru mengenai proyek pembuatan film yang akan digarap Bertha.

"Perusahaan film yang aku miliki dinamakan Blue-X Films. Base camp perusahaan ada di Amerika. Perusahaanku membuat lebih dari seratus video berkualitas tinggi setiap tahunnya. Kami mendistribusikannya ke seluruh dunia. Perusahaan kami juga memiliki situs web berbayar tempat kami memasarkan produk kami. Nah, sekarang aku ingin mengorbitkan artis Asia untuk perusahaanku. Karena Asia merupakan pasar yang cukup potensial.” Papar Bertha.

“Saya sangat tersanjung bisa menjadi bagian dari perusahaanmu. Semoga saya membawa keberuntungan bagi perusahaanmu ke depan.” Kata Nia.

“Ya, mudah-mudahan kami tidak salah memilih. Aku harap kamu bisa bekerja sama dengan baik dengan semua kru di sana nanti.” Balas Bertha.

“Aku belum berpengalaman berakting. Apakah ada yang akan membimbing saya untuk berakting?” Tanya Nia mengeluarkan kegelisahannya.

“Nanti kamu akan dibimbing dulu oleh ahlinya, ada orang Indonesia yang akan membimbingmu di sana. Tenag saja, untuk proyek ini aku sudah mempersiapkan segalanya untuk mempermudahmu berakting di depan kamera.” Jelas Bertha.

“Kalau begitu saya sedikit tenang. Tinggal saya menyiapkan barang-barang untuk pergi ke Amerika. Kira-kira kita akan berangkat kapan ke sana?” Tanya Nia lagi.

“Kamu harus mengurus Visa dan pasport dulu ... Mungkin kita akan pergi paling cepat empat hari ke depan.” Roy menimpali. Nia pun menengok ke arah atasannya itu.

“Bagaimana dengan kerjaku di kantor?” Tanya Nia pada Roy.

“Tenang saja, boss ... Semua sudah aku atur ...” Roy tersenyum renyah dan Nia pun membalas senyumnya.

Semua tertawa saat Roy menyebut Nia sebagai boss. Tiba-tiba Nia berdiri dan berjalan ke arah Roy. Nia duduk tanpa rasa berdosa di pangkuan Roy dan mempermainkan jari-jarinya di wajah pria tampan itu. Tentu tindakan Nia itu membuat Bertha dan Roy sedikit terkejut. Roy malah memandang wajah Martin dengan tatapan khawatir.

“Martin ... Apakah kamu baik-baik saja?” Tanya Bertha kepada Martin.

“Aku sangat baik” Ucap Martin sambil merangkul bahu Nina. “Kami hidup dengan kebebasan. Setiap kami bebas menentukan dengan siapa kami bercinta asal terbuka satu sama lain.” Lanjut Martin.

“WHAT!!!” Bertha terkejut sangat. “Apakah kalian menganut gaya hidup bebas?” Tanya Bertha kemudian.

“Ya ... Memang kami menganut gaya hidup bebas.” Jawab Martin pasti.

OMG ... I like this ...” Gumam Bertha dan Bertha mengangkat kedua sudut bibirnya menampakan sebuah senyuman. “Apakah kalian mempunyai komunitas sendiri yang bergaya sama dengan kalian?” Tanya Bertha kemudian.

“Kami punya kelompok kecil yang mempunyai rutinitas di sabtu malam berkumpul bersama.” Kini Nia yang menjawab pertanyaan Bertha.

“Kenapa kamu tidak memberitahuku sejak lama?” Goda Roy sambil memeluk Nia erat-erat. Tangannya mulai menjelajah pada tubuh Nia.

Nia tidak menjawab tapi bibirnya langsung menyambar bibir Roy. Nia dan Roy berciuman liar dan panas di hadapan yang lain. Nia memejamkan matanya, menikmati rangsangan dan gejolak birahi yang menerjangnya. Tindakan Nia dan Roy tentu saja membakar hasrat orang-orang di sekitar mereka.​

-----ooo-----​

Bersambung

Thank for reading, sorry for typo​
 
Terakhir diubah:
Makasih updatenya

Wow ga kayak sebelumnya, dulu Nia berubah secara perlahan-lahan dengan eksib + menggoda pria-pria kantor. Sekarang malah berubah dengan cepat, menjadi aktris film porno hahaha.

Tantangan buat Nindi sebutulnya cukup menantang sih, tapi Nindi rasanya terlalu berpengalaman jika hanya dengan menari telanjang. Entah tantangan seperti apa yang bisa membuat adrenalin Nindi terpacu.

Ditunggu kelanjutannya
 
Makasih updatenya

Wow ga kayak sebelumnya, dulu Nia berubah secara perlahan-lahan dengan eksib + menggoda pria-pria kantor. Sekarang malah berubah dengan cepat, menjadi aktris film porno hahaha.

Tantangan buat Nindi sebutulnya cukup menantang sih, tapi Nindi rasanya terlalu berpengalaman jika hanya dengan menari telanjang. Entah tantangan seperti apa yang bisa membuat adrenalin Nindi terpacu.

Ditunggu kelanjutannya
Makasih suhu @CameLs ... Maunya agak dibuat gimana gitu Nindi. Tapi mentok ide pengembangan.
:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd