Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tamu Yang Tak Diundang

Apakah imajinasi terliar yang pengen kalian baca di karya Tolrat?

  • Adik Cowo vs Kakak Cewe

    Votes: 210 14,8%
  • Adik Cewe vs Kakak Cowo

    Votes: 62 4,4%
  • Anak Cowo vs Ibu

    Votes: 358 25,2%
  • Anak Cewe vs Ayah

    Votes: 210 14,8%
  • Suami Istri vs Anak Cewe

    Votes: 102 7,2%
  • Suami Istri vs Anak Cowo

    Votes: 58 4,1%
  • Suami diselingkuhi Istri

    Votes: 311 21,9%
  • Suami vs rekan kerja/teman/relasi

    Votes: 108 7,6%

  • Total voters
    1.419
  • This poll will close: .
TAMU YANG TAK DIUNDANG
Part 19 - Tawaran Bagus

TRING TRING
Sebuah pesan singkat, masuk, mengusik sore hariku yang syahdu

“Bim” Ketik pesan itu singkat. “Hmmm. Dari Alex. Mau apalagi tuh monyet” Batinku menerka-nerka.

Sengaja, pesan singkatnya aku baca tanpa kuberikan balasan.

Alex is typing…
Panjang sekali jeda mengetiknya. Hmm. Pasti ia akan melontarkan kalimat nan panjang lebar.

“Gini aja deh Bim. Gw tau, saat ini, lu sedang kesulitan dana. Lu sedang butuh modal besar buat ngembangin usaha yang ga jelas itu. Jadi, gw langsung aja deh. Lu minta berapa? Gw bakal kasih“
“Maksudnya?”
“Gausah sok bego deh. Gini ya, lu tahu yang gw maksud”
“Apaan sih? Aku ga ngerti”

“Kalo lu balikin Febby sekarang, lu minta berapa buat jasa balikinnya?” Ketik Alex cepat.
“Aku bukannya ga mau balikin Febby Lex, hanya saja, anaknya sendiri yang ga mau pulang”

“Kirim nomor rekening lu. Gw kasih 50 juta sekarang”
“Bener deh. Aku lagi ga butuh duit Lex. Coba kasih aja tuh duit keorang lain” Ketikku belagak tak butuh. Mencoba cek ombak, ngetes gelagat Alex ketika mendapatkan lawan chatt yang menyebalkan sepertiku.

75 juta. Gw kasih lu sekarang, kalo lu anter Febby kerumah Yula sekarang”
“Alex. Sumpah. Aku masih ada dana kok. Baik buatku, atau usahaku. Aku beneran lg ga butuh duit”

“Heh, Bangke. Ga ada satu orangpun didunia ini, yang ga butuh duit. Semua orang butuh duit. Termasuk lu” Ketik Alex mulai emosi. “Kalo lu bisa kirim tuh perex sekarang, gw transferin lu langsung, 100 juta.” Sambung Alex makin menaikkan nominal tawarannya.

“AHAAAIY. Si Bajingan ini mulai termakan emosi.” Senyumku sambil mengetikkan balasan yang lebih menantang. “Oke. Kalo gitu, transfer 750 juta sekarang. Aku bakal anter putriku sekarang”

“APA? LU UDAH GILA YA?”
“Ya, itu khan Itu penawaraku. Gapapa kalo kamu emang ga sanggup”

Lama, Alex tak membalas pesanku. Ia hanya typing, hapus, typing lagi, hapus lagi.

“Gausah maksain financialmu Lex. Gapapa kok, kalo kamu ga ada dana segitu. Itu artinya Febby masih tetap tinggal bersamaku” Ketikku menyambung pesan sebelumnya. “Udah ya, aku kerja dulu. Jangan kirim pesan lagi kalo ga penting. Oke? Bye!” Tutupku mengakhiri percakapan dengan selingkuhan istriku.

“Anjing Lu. 200 juta. Kirim Febby sekarang!!” Ketik Alex makin terbawa emosi.
“Jailah. Lex. Kalo cuman segitu mah aku ga butuh. Angkaku masih sama. Kamu kirim 750 juta, aku kirim Febby sekarang. Aku mandiin sekalian deh. Bonus buatmu. Karena badan Febby, agak-agak asem karena kebanyakan lendir yang keluar” Godaku sengaja membuatnya panas

“Heeeh Bajingan. Berani-beraninya lu maenin gw kaya gini”
“Aku ga maenin kamu Lex. Tapi dari caramu meminta Febby yang begitu getol seperti ini, aku jadi tahu, kalo kamu sebenernya ada banyak kepentingan dengan putriku. Jadi, biar semua pihak happy, aku minta 750 juta. Buat melancarkan kepentinganmu ke Febby”

Lagi-lagi, Alex mengetik, menghapus. Mengetik lagi menghapus lagi. Aku yakin, ia benar-benar bingung karena ulah menyebalkan dariku.

“300 juta. Kirim dia sekarang!!”
“Hahaha. Alex. Aku ga mau ngabis-ngabisin waktuku buat penawaran yang jauh dari angkaku. Gapapa kok kalo kamu ga punya dana sebanyak itu. Aku ga masalah”
“BANGSAT. Gw kirim algojo ketempat lu, baru tahu rasa lu yah!!”
“Hahaha. Oke. Aku turunin deh. Kirim 500 juta. Aku kirim Febby sekarang”

“AHHH TAIK. JANGAN MAIN-MAIN AMA GW, SETAN!!”
“Aku ga suka main setan Lex. Enakan maenin cewek. Eh enggak, kayanya, seruan maenin Febby”
“Sumpah. Sampe gw ngeliat lu nanti, gw bakal matiin lu saat itu juga”

“Dih. Ngancem. Udah ah. Aku sibuk. Kalo emang lu ga niat. Aku BLOK aja ya nomormu, biar ga ngeganggu muluk” Tawaku makin jadi melihat ketidak emosian lawan bicaraku.

“Oke oke. Deal 500 juta”.
“Sip. Bank XYZ. Nomor rekeningnya 123 xxx xxx 456. Kirim sekarang”
“Anjing lu bangsat”
“Hehehe. Sama-sama”

TRING TRING TRING
Sebuah pesan masuk dari Alex. Berisikan tangkapan layar bukti transfer uang sebesar 150 juta yang telah ia kirimkan kedalam rekeningku

“Udah gw kirim.
“Yaelah, ini baru 250 juta Lex. Bukan 500 jutanya”
“Itu DPnya Nyet!! Sisanya begitu lu kirim, baru gw lunasin”

“HEH BANGKE, BUKAN KAYA GINI PERJANJUANNYA!!” Balasku, yang kali ini bukan melalui pesan tulisan. Namun aku sengaja merekam suaraku dan mengirimkannya ke Alex. “Lu JANGAN MAEN-MAEN ama gw ya LEX, Kalo lu ga kirim 250 juta sisanya sekarang, perjanjian kita BATAL” Sambungku dengan nada yang kubuat berat, dan penuh amarah.

“HE ANJING. LU TUH YA. BAJINGAN. GW SAMPERIN LU. GW BUNUH LU” Ancam Alex yang mengikuti cara membalas pesanku.

KLIK. Aku langsung mematikan handphoneku. Lalu menyimpannya di laci meja kerja.


Gila. Membayangkan percakapanku barusan, otak detektifku langsung mengaktifkan diri. Aku langsung menerka-nerka. “Ada apa ya sebenarnya, antara Yula, Alex, dan Febby. Kenapa Alex begitu bersikeras untuk bisa mendapatkan Febby sesegera mungkin. Terlebih, dengan adanya penawaran yang begitu tinggi darinya, pasti ada sesuatu yang besar. Bersembunyi dibalik mereka bertiga”

Aku yakin, ada hal aneh disini.

Alexthepleasure.
Nama notifikasi dari pesan tangkapan layar dari Alex barusan.

Hmmm. Sepertinya aku kenal dengan nickname ini. Sangat familiar dan sering kulihat.

Tapi. Dimana ya?


***

TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…
TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…

Dering weker pagi, lagi-lagi berteriak lantang membangunkanku dari tidur. Tak lama kemudian, aku melihat tangan ramping, terentang diatas wajahku.

TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…

Febby, yang masih bertelanjang badan, memanjat tubuhku. Merangkak naik keatas wajahku guna mencapai tombol off di jam wekerku.

“Selamat pagi Sayang” Ucapku ketika melihat payudaranya, melintas didepan mataku.
“Pagi” Jawabnya singkat.
“Tumben, pagi ini Ayah, ga ada kecupan hangat penuh semangat?” Tanyaku lagi sambil merentangkan satu tanganku kearahnya. Mencoba merangkul tubul molek putriku lebih dekat.

“Tunggu, aku marah padamu ya, Yah" Kata Febby sambil menepis tanganku. "Kau benar-benar membuatku emosi. Dan juga kentang. Ayah benar-benar ga ngertiin aku."

"Nggg. maaf" Kataku singkat. Kemudian bangun dan duduk di tepi tempat tidur. Kulirik, Febby yang masih tiduran disampingku. Wajahnya ditekuk sedemikian rupa, menandakan keburukan emosi pada hatinya.

Sepertinya, aku harus menghindar sejenak darinya.

Aku turun dari tempat tidur. Berjalan kekamar mandi dengan penis tegang yang berayun-ayun didepan selangkanganku. Seolah tak mempedulikan ada perang dingin diantara kamu. Menyapa dengan lambaian batang penisku kearah Febby yang terus menatap tajam ke area bawah pusarku.

Ketika dikamar mandi, aku menjadi teringat akan kebodohanku semalam. Harusnya, aku tak membiarkan Febby memberikan oral seksnya padaku. Mengisap penisku dengan buas, sampai-sampai benih spermaku seketika itu kosong karenanya.

Rasa penyesalan, selalu muncul setelah kejadian.
Begitupun denganku, yang tak pernah bisa membayangkan, aku akan mendapatkan kenikmatan dari tubuh putriku. Namun, karena persediaan syahwatku yang tak terbatas, membuatku jadi terjebak dalam situasi membingungkan seperti ini.

TOK TOK TOK
Suara pintu kaca, diketuk dari arah luar.

"Ayah" Sapa Febby dari luar pintu.
"Ehhh? Ya?” Kagetku ketika melihat keberadaan Febby didekatku. Buru-buru, aku menutup area selangkanganku.

“Ayah udah Mandi?”
Aku menggelengkan kepala.
“Ayah mau coli?”
Aku tak menjawab.

Tak kuhiraukan keberadaan Febby yang terus menatap kearahku. Kuputar dua keran shower air panas dan dingin secara bersamaan. Kusesuaikan hangat temperatur air, lalu mengambil botol sabun dari atas rak.

”Nnggg. Boleh aku masuk?” Tanya Febby yang tanpa persetujuanku, langsung membuka pintu kamar mandi dan melangkah masuk. Setelah itu, ia menutup pintu kaca, kemudian meraih botol sabun dari tanganku.

"Sini, aku bantuin" Ucap Febby singkat sambil menutup keran shower. Menuangkan isi botol sabun itu ketangannya. Lalu mengusapnya ke punggungku.

Perlahan, putriku mulai menggosok-gosokkan cairan licin itu ke belakang tubuhku. Tanpa rasa sungkan, telapak lembutnya, bergerilya ke sekujur tubuhku. Menggosok punggung, pinggang, dan kedua paha serta betisku. Bahkan, sela-sela pantatku juga tak luput dari gosokan tangannya.

KAMPREET.
Erangku ketika jemari Febby, mempermainkan lubang anusku. Membuat desir birahiku, seketika menggeliat. Memompa syahwat ke batang penisku yang mulai menegang.

“Udah, Sayang, Ayah bisa sabunan sendiri” Ucapku sedikit melarang perlakuannya padaku.
“Berbalik” Pinta Febby singkat
“Ayah bisa sendiri, Sayang”
“Berbalik” Pintanya lagi. Kali ini dengan nada ketus.

Dengan pasrah, aku memutar tubuhku. Dan memperlihatkan batang penisku yang sudah menegang ke putriku.

“Nah. Gitu khan enak nyabuninnya, “Ucap Febby sambil tersenyum. Matanya sedikit melirik kebawah, namun kembali menatap kearahku. Dengan santai, putriku kembali menuangkan sabun cair itu ketelapak tangannya, lalu menggosoknya ke leher, dada, ketiak, lengan dan perutku.

“Hallo kesayanganku. Udah bangun aja pagi-pagi gini, “ Ucap Febby santai sambil tersenyum lebar, ketika gosokan tangannya mulai mendekati area selangkanganku. Menyapa penisku, seolah batang kejantananku itu bisa berkomunikasi dengannya.

“Biasa. Morning Wood” Ucapku singkat.
“Ohh. Kirain dia udah terbiasa karenaku” Balas Febby yang kemudian kembali menyalakan kran shower, dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Membilas sisa-sisa sabun yang menutup kulitku hingga benar-benar bersih.

“Kontolmu benar-benar gagah ya, Yah?” Puji putriku yang kemudian berjongkok tepat didepan selangkanganku. Mengamit batang penisku yang sudah begitu tegang lalu mulai menggerakkan tangannya naik turun disekujur batang kemaluanku. Mengurutnya perlahan sambil sesekali meremasnya pelan.

"Sayang. Jangan. Kita tak bisa…..”

“Ayolah, Yah. Beri aku kesempatan lagi” Jelas putriku, “Aku masih punya sisa waktu untuk bisa merubah pikiranmu. Jadi jangan langsung memutuskan aku tak boleh tinggal disini ya, Yah. Karena aku masih punya banyak cara untuk bisa meyakinkan keputusanmu”

CREK CREK CREK
Suara kocokan penisku mulai menggema di ruangan kecil ini. Makin lama, makin kencang.

"Enak Yah?”
“Ooohhh. Sayang, Ssshh. “
“Aku sepong lagi ya, Yah?” Ucap Febby yang kemudian memajukan diri. Membuka mulut dan mulai menjilat kepala penisku

“Sayang. Oooh. Stop. Sebentar” Potongku menghentikan jilatan lidahnya. “Apa kamu, Nggg. Kamu tak merasa ada yang aneh? Setelah kamu nyepong kontol Ayah semalam?”
”Merasa aneh? Emangnya? Ayah ngerasa seperti itu?”

”Sebenernya, setelah kejadian semalam, Ayah mencoba mencari tahu. Kenapa kamu mau melakukan semua itu?” Kuusap dahi Febby yang masih berada didepan selangkanganku. Membelai rambutnya yang tergerai lurus. “Kamu tuh sebenernya melakukan ini karena benar-benar ingin pergi dari Yula? Atau karena ingin pindah bersamaku?”

"Apa bedanya?" Tanya Febby yang iseng, menjulurkan lidahnya, guna mencapai kepala penisku.

“Bedanya, jika kamu melakukan semua ini karena semata-mata ingin menjauhkan diri dari Yula, maka itu membuat Ayah merasa seperti sampah. Ya karena Ayah, mengambil keuntungan darimu.

Akan tetapi, jika kamu melakukan ini semua karena ingin bersamaku, maka sepertinya, kita sudah salah melangkah. Karena, kita tak seharusnya melakukan hal seperti itu”

"Ohh. Oke. Aku bisa memberi Ayah alasannya. Yaaa. Jika itu bisa membuat Ayah merasa lebih baik. Hmmm. Jadi. Sebenarnya, Aku suka sperma, yah. Iya. Aku suka rasanya, aku suka baunya, bahkan aku juga suka teksturnya. Entah, jika Ayah akan menganggapku sebagai cewek sinting. Oke. Gapapa. Itu hak Ayah.

Yang jelas, ketika aku pertama kali melihat kontolmu yang besar itu kemarin, aku benar-benar ingin mencicipinya, Yah. Dan anehnya, aku ingin merasakan gimana rasa pejuh kentalmu. Dan jika Ayah bertanya, kenapa bisa aku memiliki kelainan seperti itu? Jujur, aku juga tak tahu. Aku benar-benar tak tahu.

Sedangkan, kalo untuk pindah bersama. Itu, mungkin, adalah pemikiran lain. Maksudnya, jika aku bisa memuaskan Ayah dengan cara nyepongin setiap hari. Lalu aku akhirnya dibolehin tinggal disini, yaaa, mungkin itu nilai lebih yang bakal Ayah dapatkan, seandainya aku bersamamu”

Sebuah pemikiran yang aneh. Pikirku sambil menatap lekat kearah putriku.

“Oh. Jadi, alesannya kamu ingin sekali pindah kemari, hanyalah untuk bisa nyepongin… Hmmm. Komtol Ayah?”

“Duuuuh. Ayah. Bukan begituu!” Ucap Febby gemas. Memutar pupil matanya yang bulat. Seolah mengejek ketidak mengertianku. “Awalnya, aku cuman ingin pindah. Jauh dari Mama dan Alex. Itu aja. Tapi, ketika aku bisa melihat kontolmu, aku jadi berpikir lain” Sambungnya lagi sembari terus mengurut batang penisku.

"Sudah kubilang, kau punya kontol yang bagus. Panjang, besar, berotot. Dan jujur, Itu membuatku terangsang." Jelas Febby
“Terangsang?” Tanyaku

“Iya. Maka dari itu, untuk bisa membalas semua kebaikanmu, aku mencoba untuk bisa memberi Ayah pelayanan mulut spesial. Yah kurang lebih, semacam ucapan untuk mengatakan jika ‘aku benar-benar mencintaimu, Yah’,

"Tapi? Apakah begitu caramu untuk mengucapkan rasa cinta kepadaku?”
"Bagiku sih, Iya. Itu cara ter-ampuh-ku untuk mengatakan cinta padamu, Yah” Sambung Febby yang kemudian kembali menyabuni tangannya, lalu memegang penisku erat-erat.

“Ohh Sialan. Kamu, benar-benar pintar memainkan nafsuku, Sayang” Gerutuku keenakan, “ Ayah jadi merasa benar-benar takut, kalau kita sampai keterusan, Sayang”
“Selama bersamamu, aku ga takut, Yah. Sama sekali tidak takut”
“Bener? Kamu tak takut? Walaupun nanti, kita bisa saja, bercinta satu dengan lainnya?”
“Bercinta? Maksud Ayah, ngentot?” Tanya Febby
“Yaaa. Bisa aja nantinya kita jadi begitu. Karena kalo nafsu udah nyelip diatara kita, siapa yang bisa menolak?” Jelasku, “Terlebih, dari cara bicaramu, cara merayumu, cara memperlakukan. Hmmm. Kontol Ayah seperti ini, Ayah tak bisa menjamin akan kuat menolak semua godaanmu.”

"Aku tidak merayumu,Yah" Ucap Febby. "Mungkin, yaa, aku memang menggoda. Sedikit. Tapi itu karena aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Dan aku baru sadar, jika mencintaimu tuh sangat menyenangkan” Jelas Febby dengan tangan yang mulai meremas serta mengurut batang penisku.
”Ayah juga mencintaimu, hanya saja, caranya, mungkin berbeda” Balasku.

”Setiap orang, punya cara mencintai sendiri-sendiri, Yah. Dan. Hmmm. Aku akui kalo aku terangsang karena si kekar nan besar ini” Senyum putriku sambil mempercepat kocokan tangannya ke batang kemaluanku. Membuat penisku terasa begitu nikmat karenanya.

"Anjim. Kamu benar-benar nakal, Sayang”
"Hihihi. Akuilah, Yah. Kalo kamu juga menginginkannya.” Kekeh Febby sambil tersenyum lebar. Penuh kemenangan, “Lihat aja, Yah. Kontol Ayah, terasa begitu keras”

PUK PUK PUK.
Goda Febby sambil menampar-namparkan batang penisku di mulutnya yang mungil.

“Oh. Ayah. Kontolmu bener-bener bikin aku sange. Ohhh. Besar sekali.” Ucap Febby yang kemudian meraba vaginana. Mencolek sedikit lendir licin kemaluannya, dan menunjukkan kepadaku “Lihat, gara-gara kontol tebalmu ini, memek putrimu, membanjir lendir seperti ini”

"ASTAGA, Sumpah, Kamu nakal sekali, Sayang. Kamu bikin Ayah pengen ngecrot aja." Erangku keenakan karena kocokan tangan dan jilatan lidah putriku.
"Crot aja Yah, Ga ada yang ngelarang”
“Bener?”

Febby tak menjawab. Ia mengangguk sambil terus menciumi kepala penisku.
Melihat kepasrahan putriku, akupun langsung membelai rambut Febby. “Ayah sangat menyukai ketika kontol Ayah ada di tenggorokanmu”
"Ayah mau aku sepong lagi?” Tanya Febby yang langsung menjilati kepala penisku. Membuka mulutnya, dan melahap batang kemaluanku bulat-bulat.

HAAAP
SLUURRP SLUURP SLUURRPPPP

Untuk kesekian kalinya, batang penisku masuk ke dalam mulut putriku. Dikocok naik turun dengan bungkus kelembutan yang menyelimuti sekujur batangku.

GLOOK GLOOK GLOOOK.
Febby mulai melakukan keahliannya. Mengurut kemaluanku dengan tenggorokannya. Menjilat, menghisap, dan menggiling aurat kebanggaanku dengan otot-otot mulutnya.

SLUUURRP SLUURP….
GLOOK GLOOK GLOOOK.

SUMPAH. Hisapan Febby terasa begitu memabukkan. Begitu nikmat tak terbantahkan. Bahkan, jika aku bisa bandingkan, sepongan putriku ini, jauh lebih nikmat daripada sepongan Yula, istriku.

“Ohhhh. Sayang.. Enak sekali sedotanmu.. Shhh…” Erangku yang karena perlakuan putriku, menahan belakang kepalanya supaya tak bergerak ketika aku memompa penisku keluar masuk di mulutnya.

CROK CROK CROK CROK
Suara gerakan penisku yang bercampur air liur mulutnya. Terpompa dengan gerakan maju mundur secara kontinyu. Dengan penis panjangku, kuperlakukan mulut mungilnya seperti liang kemaluan wanita pada umumnya.

“Ohhhh. Febby…” Erangku terus memaksakan batang penisku maju. Hingga tak jarang, putriku tersedak dan terbatuk-batuk karena kehilangan kebebasannya untuk bernafas.

CROK CROK CROK CROK CROK CROK
“Ooohhhh Sayang… Ohhh. Ayah mau keluar Sayang. Oohhh. Febby-kuu…. Ayah mau ngecrotttt” Erangku keenakan sambil menjambak rambutnya. Mencengkram erat-erat kepalanya, dan menjadikannya sebagai pegangan ketika aku melesakkan batang penisku dalam-dalam.

CROOT CROOT CRROOCROOOT CROOOT CROOTT
Semburan lendir kenikmatanku pun meledak. Dan membanjiri mulut mungilnya. Jutaan benih spermaku, meluncur masuk melewati rongga tenggorokan dan langsung masuk kedalam lambungnya.

ANJIIIMM.
Nikmat sekali rasanya sepongan putri kandungku. Benar-benar nikmat.

PUK PUK PUK.
Tepukan-tepukan tipis, menampari pantatku. Membuatku seketika terbangun dari sisa-sisa kenikmatan ejakulasiku. Disusul oleh panggilan putriku dengan mulut tersumbaynya.

PUK PUK PUK.
“Ahah… Ahaahhh” Panggil putriku.

Buru-buru, aku cabut sodokan penisku. Menariknya keluar dari tenggorokannya, dan membiarkan putri cantikku itu bisa bernafas kembali.

PUUUAAAHH. UHUK UHUK UHUK
“Ohhh. Ayaaah. Uhuk uhuk uhuk. Ayah tega banget nyodokin kontolnya ke mulutku. Uhuk uhuk uhuk”
Raung Febby ketika bisa bernafas lagi. Wajahnya merah, dengan mata yang berkaca-kaca

“Ohhh. Maaf Sayang. Maaf. Ayah terlena karena nikmatnya seponganmu” Sesalku meminta maaf sambil mengelus rambut panjangnya.
“Uhuk uhuk uhuk” Batuk Febby yang masih belum bisa berhenti.

Melihat pengorbanan Febby yang begitu totalitas untuk bisa menyenangkanku, mendadak muncul sebuah rasa sesal dihati. Aku sepertinya terlalu keras kepadanya.

Apa susahnya sih? Membiarkan Febby tinggal disini?
Toh ketambahan satu orang, tak akan mempengaruhi segala pengeluaran dan finansialku.

Apa ruginya? Jika memperbolehkan putriku hidup bersamaku?
Toh dia bakalan membantu semua kebutuhan dan keseharianku.

Dan apa masalahnya? Jika cara dia mencintaiku, adalah dengan cara aneh seperti ini?
Toh nantinya, Febby bisa mengisi kekosongan hatiku dalam hal asmara, sekaligus bisa mengosongkan persediaan benih kelelakianku di buah zakar, ketika aku butuhkan.

“Ayah? Gimana?Kamu suka dengan cara nyepongku barusan?”

AAAAHHHH. KAMPRET!!!
Aku jadi kepikiran untuk membiarkan putriku tinggal disini.

Bersambung,
By Tolrat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd