Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tamu Yang Tak Diundang

Apakah imajinasi terliar yang pengen kalian baca di karya Tolrat?

  • Adik Cowo vs Kakak Cewe

    Votes: 198 15,0%
  • Adik Cewe vs Kakak Cowo

    Votes: 59 4,5%
  • Anak Cowo vs Ibu

    Votes: 338 25,6%
  • Anak Cewe vs Ayah

    Votes: 195 14,8%
  • Suami Istri vs Anak Cewe

    Votes: 90 6,8%
  • Suami Istri vs Anak Cowo

    Votes: 55 4,2%
  • Suami diselingkuhi Istri

    Votes: 288 21,8%
  • Suami vs rekan kerja/teman/relasi

    Votes: 98 7,4%

  • Total voters
    1.321
  • This poll will close: .
Tamu Tak Diundang | Part 07
Godaan Pagi



Tak enaknya punya jam tubuh yang sudah terbiasa bangun pagi, adalah seperti sekarang. Ketika aku baru bisa tidur jam 3 pagi, otak memintaku membuka mata di jam 06.00 pagi.
Hhhh. Sejenak, aku menatap langit-langit kamarku. Memikirikan kejadian konyol yang baru saja terjadi di hidupku, beberapa waktu tadi.

Febby masih ada disampingku. Tidur dengan nyenyak. Dengan posisi tidur yang menurutku sedikit tak lazim. Kepalanya menjadikan perutku sebagai bantal tidurnya. Febby tidur menghadap ke arah kakiku. Sehingga punggung halusnya terlihat begitu jelas. Tanpa penutup apapun.

Ahh. Posisi tidur apa pula ini? Tanyaku melihat posisi tidur putriku yang janggal. Namun, ketika mendengar tidur halusnya, aku bisa tahu, jika ia benar-benar nyenyak.
Karena langit sudah semakin terang, aku memutuskan untuk segera bersiap-siap. Namun ketika aku mencoba menggeserkan badan, aku merasa ada yang aneh pada area kemaluanku.


Kontolku ga bisa bergerak!!!

ADUH. Kenapa ini? Apa aku kena KARMA karena kemarin udah berbuat tak senonoh pada putriku?
Otakku berpikir macam-macam. Heboh. Karena aku juga merasa ada sebuah tekanan berat pada pangkal batang kemaluan dan kantung zakarku.


Ampun Gusti, jangan beri sakit yang memalukan ini. Aku GA INGIN IMPOTEN. Aku masih PENGEN BISA NGACENG. Aku masih pengen bisa seneng-seneng ama junior kebanggaanku ini.
Namun setelah aku mencoba mencari tahu, ternyata, batang penisku hanya tertimpa oleh tangan putriku.


ANJAY. Ternyata, tangan Febby, yang secara tak sadar MENGGENGGAM erat selang kencingku.
Jemari lentiknya, melingkar penuh di batang kemaluanku.


Tak ingin membuatnya bangun, aku coba sedikit menggeser tangan Febby dari kemaluanku. Namun, ketika aku coba mengalihkan tangan itu, genggaman tangan putriku malah semakin erat meremas penisku.

DUH. Bahaya ini.

Perlahan, aku merasa darah gairahku mulai menghangat. Memompa birahi ke sekujur tubuhku. Dan berkumpul di tengah selangkanganku. Walhasil, penisku pun perlahan mulai mengembang. Membesar dan memanjang. Tegak ke atas, kearah wajah putriku.

Kampreeet. Aku khawatir jika kepala penisku menyodok kearah hidung atau mulut Febby, karena dengan jelas, kulit kepala penisku bisa merasakan hembusan nafasnya ketika tidur. Walau mungkin Febby sudah sering melihat penisku, namun aku yakin ia belum pernah melihat kepala penisku yang sudah dalam keadaan siap tempur didepan kedua matanya.

"SIAL..”Bisikku dalam hati. Buru-buru, tanpa bisa melihat jelas, aku raih jemari Febby. Pelan-pelan, kubongkar genggaman jemari lentiknya dari batang penisku yang sudah begitu mengeras.

“ADUH… Kenceng sekali dia ngenggenggemnya…” Makin aku coba buka lilitan jemari Febby, semakin keras pula ia meremas batang penisku. Seolah mengingatkanku dengan kejadian serupa dulu ketika Febby masih bayi. Ia selalu selalu menggenggam barang apa aja yang disodorkan ke telapak tangannya. Yang walau dulu, aku tak pernah kepikiran untuk menyodorkan batang penisku untuk aku tempelnya ke tangannya. Kocak.

Merasa tak mampu bebas dari genggaman tangannya, aku berusaha membebaskan diri dengan cara lain. Aku pun beralih dengan cara memegang sisi kepala Febby. Lalu aku angkat sedikit dan menggesernya kesamping.
Sumpah, rasanya begitu berat. Kaku. Dan susah sekali. Mati-matian aku berusaha bergerak dalam pelan. Benar-benar berusaha untuk tidak membangunkan tidur putriku yang begitu lelap.

“Fuuuhhh…” Merasa tidurnya di-intervensi, Febby mendengus. Menggosek-gosekkan kepalanya di perutku sejenak. Lalu, kembali tenang. Merasa aman, aku kembali menyelipkan tanganku di bawah kepalanya dan dengan selembut mungkin, aku pindahkan kepalanya ke sisi lain tempat tidur .

“Fuuuhhhhhhh…” Lagi-lagi, Febby mendengus, lebih keras dari sebelumnya. Ia menggeliat, merentangkan tangannya, lalu kembali diam.

ASTAGA. Jeritku dalam hati ketika melihat posisi tidur baru Febby.

Dengan nafas masih mendengkur halus, Febby membuka kedua tangannya lebar-lebar. Membuat payudaranya yang bulat sempurnya itu, terbelah kesamping kiri dan kanan. Terpampang jelas di depan mataku tanpa adanya penghalang sama sekali. Putingnya yang berwarna merah cerah berdiri tegak, menjulang keatas.

Kugerakan tubuhku dengan gerakan superpelan, aku bangkit dari tidurku. Duduk sejenak. Dan. Entah kenapa, aku tak segera beranjak ke kamar mandi. Aku malah menengok kearah putriku dan melihat ke aurat tubuhnya yang lain.

ANJIM. VAGINAnya tak tertutup apapun. Terekspos dengan jelas, didepan kedua mataku.

Tenggorokanmu mendadak kering. Membuatku merasa kesulitan untuk menelan air liur. Selimut penutup tubuhnya, jatuh kelantai. Kaki kirinya lurus, dan kaki kanannya diangkat. Membuat vagina gundulnya benar-benar terbelah dengan sempurna.

Uuuuhh. Sakit sekali penisku. Karena begitu tegang dan keras. Urat-urat batang kelaminku pun berdenyut-denyut dengan hebat. Semua karena pemandangan pagi tubuh Febby yang begitu menggairahkan.

Sebagai ayah yang baik, seharusnya aku buru-buru mengambil selimut yang teronggok di lantai, lalu menutup tubuh telanjangnya. Namun, karena otak mesumku lebih dominan, walhasil, aku tepis saja jauh-jauh pemikiran bagus itu. Tentu saja, aku lebih memilih nafsu birahiku ketimbang menuruti bisikan malaikat baik yang sama sekali tak memberiku keuntungan apapun.


Aku, kemudian bergerak mendekat kesisi kasur dimana putriku sedang tertidur. Melihat kepolosan tubuh ranumnya. Wajah cantiknya, payudara besarnya, perut rampingnya, vagina gundulnya, hingga paha dan kaki jenjangnya yang mulus. Semua terekam dengan jelas di benakku.

Eh, rekam?
Pikiran jorokku kembali memberikan ide yang briliant. Kenapa aku tak merekam ketelanjangan Febby?

Tanpa basa basi, aku langsung mengambil handphone-ku. Kunyalakan kamera, video, dan langsung kuambil semua detail tubuhnya yang masih cukup terlihat dalam keremangan pagi. Atas, bawah, kanan, kiri, depan belakang. 360 derajat posisi Febby masuk kedalam memory handphoneku.

Ada sekitar 4 video berdurasi masing-masing 5-10 menit yang berisikan semua sudut tubuh putriku. Semua kuabadikan dengan settingan kualitas tertinggi. Kualitas terbaik yang mampu direkam oleh kamera handphoneku.

Ah. Kok sepertinya gelap ya?
Komenku ketika melihat hasil video yang telah berhasil aku rekam.


Sepertinya kurang cahaya nih
Batinku sambil melirik langit diluar kamarku dari jendela yang makin benderang. Kusibakkan pelan, korden kamarku, mencoba membawa masuk cahaya pagi yang begitu segar. Walhasil, benar. Tubuh polos putriku semakin membuat penisku makin susah diam.


Tanpa kusadari, tanganku perlahan meraih batang penisku. Dan perlahan, aku mulai meremas, memelintir, dan menggerakkannya naik turun.
Ohhh. Enak sekali rasanya. Batinku sambil tetap mengocok dan fokus, menatap semua aurat tubuh putriku.

Sepertinya, baru kali itu aku merasakan terimakasih kepada cahaya matahari pagi. Karena berkatnya, penampakan kulit, urat, pori-pori, hingga bulu-bulu halus tubuhnya terlihat begitu jelas dimataku.

Dan lagi-lagi, aku mengambil video tubuhnya. Sebanyak mungkin yang bisa aku lakukan.
Satu tangan mengocok penis. Satu tangan merekam ketelanjangan Febby.


Maka dari itu, nikmat mana yang kau dustakan?

Satu video, dua video, tiga video, lima video.
Tiba-tiba, aku merasa bosan.


Aku ingin lebih
Buat apa coba, merekam video cewek yang sedang tidur? Batinku yang entah kenapa, tiba-tiba meminta lebih. Kalo hanya video, aku juga punya banyak di gallery video bokepku.


Aku pengen lebih.

SEEEEEET.
Tak kurencanakan samasekali, tanganku tiba-tiba melepas kamera dalam genggamanku, dan langsung mengusap tulang kering Febby. Mencoba sedikit peruntungan pagiku, pada sebagian kulit mulusnya.


“WOOOWW. Licin bangeeeett..” batinku was-was sambil melirik kearah wajah putriku. Yang mungkin, bisa terbangun kapan aja.

Namun, NO RESPON. Febby tetap tertidur lelap tanpa sedikitpun terganggu dengan usapan di kakinya. Tetap mendengkur lirih, dengan disertai gerakan dadanya yang naik turun konstan.

SEEEEEET.
Tak puas mengusap tulang kering, tanganku pun bergerak naik. Kearah lutut, dan pahanya.
“BUSYEEET. Makin liciiinnn… ” Pujiku sambil terus mengawasi wajah putriku.


Tetap saja, Febby tak bergeming. Ia masih saja tidur dengan nyenyaknya.

SEEEEEET.
Kusentuh ujung kemaluan putriku.


“ASHTAGAAAAHHH.” Jeritku dalam hati ketika merasakan tekstur vagina putriku yang terasa begitu hangat, empuk dan kenyal.

Makin ku-usap vagina Febby, makin aku merasa kurang. Makin kuremas pipi kemaluannya yang begitu tembem, makin ku ingin lebih. Tak pernah cukup. Tak pernah puas.
Hingga, pada akhirnya, pikiran gila-ku mengambil alih. Dengan tanpa direncanakan, aku mengelipkan satu jari tanganku, ke liang vagina putriku.


SEEEEEEEEEEEEEEEEET..
Satu usapan jariku, bergerak vertikal di kemaluan putriku. Dari sela paha, masuk kebawah, menyelinap masuk diantara belahan daging berwarna pinknya. Merogoh sedikit sembari membenamkan setengah kuku jari tengahku. Mengorek lipatan-lipatan celah kewanitaan yang begitu lembab.


KAAMPREEEET. ANJIIIIIMMM. BANGSAAAAT.
Aku benar-benar ingin meledak. Terlebih, aku merasa, ada sedikit lendir vagina Febby yang ikut di korekan jemariku. Langsung saja, lendir itu aku endus, aku hisap dalam-dalam, bahkan aku jilat dan cicipi.


GILLLAA..
LENDIR MEMEK PUTRIKU
RASANYA GURRRIIIH SEKALI….


Aku tak pernah merasakan sensasi debaran birahi seperti ini. Detak jantungku begitu cepat, dengus nafasku begitu panas, dan denyut urat batang penisku begitu nyata.

“Ooohhhh. Feeeebbyyyyy….” Lenguhku yang tak kuat lagi menahan gejolak nafsuku. Mengocok penisku secepat mungkin. Hingga

CROT CROOT CROOOT CROOOCOOOT CROOT CROOOTTT.

Tujuh gumpalan lendir kejantananku, menyembur dengan kuat. Keluar dari mulut penisku tanpa bisa kutahan-tahan lagi. Melayang jauh dengan bebas, dan mendarat secara tak terduga di.
Paha, vagina, perut, dan payudara Febby


ADUH ADUH ADUH.
Panikku bingung karena tak bakal mengira akan seperti ini..


Terlebih, ketika sperma-sperma itu mendarat di tubuh putriku, tangan kanannya langsung reflek, menggaruk-garuk perut dan payudaranya. Membuat ceceran lendir kenikmatanku makin melebar ke seluruh permukaan kulitnya

““Fuuuhhhhhhh… Ayaahh….” Lenguh putriku yang sepertinya terbangun. Matanya memicing, dan sedikit terbuka. “Ayah…?”

AASSSSSHHH.
Gimana nihhh? Tanya otakku yang buntu.
Aku tak ingin langsung terlihat cabul didepan putriku.
Aku tak ingin terlihat seperti Alex, yang memanfaatkan kebiasaan tidur lelap putriku demi kepentingan seksualnya.


SELIMUT. Iya selimut.
Buru-buru, aku ambil penutup kasur yang teronggok malas di lantai. Mengebatnya kuat-kuat, hingga terbentang melayang, diatas tubuh putriku. Lalu, kuhamparkan kesekujur tubuh telanjangnya.


“Iya Sayang. Ini Ayah.” Ucapku membungkus tubuh polos Febby, sambil sedikit menekan kuat2 kearah paha dan perutnya yang barusan terciprat semburan spermaku. Berharap, lendir kenikmatanku itu, bisa sedikit terangkat dari tubuhnya.

“Ayah. Jangan tinggalin aku ya, Yah….” Ucap Febby yang masih mengantuk sedikit halu. Merentangkan tangannya kearahku.
“Shhh..Shhh..Shhh.. Iya Sayang…” Sambutku meraih tangannya.
“Jangan biarin aku dibawa Mama atau Alex…”
“Iya Cinta…” Jawabku sambil mengecup kening Febby, “Tenang aja Sayang. Ayah akan jaga kamu disini kok… CUPP…”


“Bener ya Yah.?” Tanya Febby menikmati kecupanku dengan mata terpejam, “Janji yah Yah…? Bakal jaga aku selalu…?” Sambungnya lagi sambil tiba-tiba meraih kedua pipiku. Dan menatap sayu kedua mataku.
“I.. Iya Cinta..” Jawabku sedikit terbata-bata karena, seketika itu jua, ada sebuah perasaan aneh yang muncul dihatiku. “A.. Ayah janji…”


“Makasih ya Yah…. CUUUPPP…” Febby tiba-tiba menarik wajahku, dan mengarahkan mulutku ke mulutnya yang basah terbuka.

Bibir kami bersentuhan.
Hmmm. Tidak.
Lebih tepatnya, bibir kami menyatu.


Kami berciuman. Erat. Selama kurang lebih 15-20 detik.
Bibir kami, saling mengapit, menjepit, dan menarik. Febby menggigit bibir bawahku dengan gemas. Menjilat gigiku, dan memasukkan lidahnya ke rongga mulutku.


Aku yang kaget, tak pernah mengira akan diperlakukan seperti ini oleh putriku. Bahkan, aku tak pernah tahu, jika ciuman putriku, akan semahir ini.

OHH FEBBY.

TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…
Tiba-tiba, suara jam wekerku berbunyi dengan kencangnya. Mengagetkan kami berdua yang mulai tenggelam dalam gelombang birahi.

“Ehhh… Ayah udah harus pergi dulu nih Sayang…” Ucapku yang tak mengira, jika waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi.

“Hooaaaahhmmmm….” Geliat Febby yang ikut melihat kearah jam wekerku. “Cepet banget sih. Udah siang aja. Eeeerrggghhhh…”
“Yaudah. Kalo kamu masih ngantuk, bobo aja lagi gapapa Sayang…” Saranku sambil mengusap rambut panjangnya, “Nanti Ayah pesenin sarapan buat diantar kesini. Biar kamu gausah repot-repot bikin..”
“Beneran…?”
“Iya Cinta. Angep aja, itu welcome dish buatmu”
“Hihihi. Seperti hotel berbintang ya, Yah.?”
“Ya. Bisa dianggap begitu-lah”


“Hmmmm. Okelah.” Jawab Febby dengan senyum lebar diwajahnya, “Makasih ya Yah.
“Iyeeee…” Jawabku kemudian beranjak dari sisi putriku, dan berjalan kearah kamar mandi.


“AAAYAAAAHHH…!!!” Panggil Febby lantang dari dalam kamar.
“YA…?” Kagetku yang langsung bergegas kembali dengan sedikit berlari, “Ada apa Sayang…? Kamu kenapa?” Tanyaku sedikit panik.
“Cieee… Hihihi…” Kekeh Febby geli. “Sepertinya. Ada yang udah terbiasa bugil di deket putri kandungnya nih… Hihihi.. ”


KAMPREEET. Bener juga. Pikirku kikuk. Karena aku sama sekali tak menyadari jika sedari tadi, aku beraktifitas tanpa mengenakan selembar pakaian pun. Buru-buru, aku mencari celana kolor yang kukenakan semalem. Celingukan kesana kemari, mencari tahu, dimana letak celana kolor sialan itu.

“Hihihi… Ayah nyari ini? Gausah pake celana kolor lagi kali Yah. Toh, aku juga udah ngelihat gimana bentuk kontol Ayah. Baik ketika tidur. Ataupun ketika ngaceng. Hihihi.. ” Kekeh Febby yang entah sejak kapan, sudah memegang celana kolorku dan menciuminya tepat di sisi depan selangkanganku,”Hmmm.. Keringet kontol Ayah… Baunya aceeemmm… Hihihi…”

UH. Mesum sekali senyum Febby, yang cara menggodanya, mirip sekali denganku.

“Ehh. Siniin kolor Ayah..” Pintaku mendekat. Mengulurkan tangan.
“Udah sana udah.. Nih kolor Ayah aku sekap. Buat temen aku bobo” Ucap Febby yang langsung memeluk kolorku erat-erat. “Ayah langsung mandi aja gih sana. Udah mau telat loh… “


“Hhhhhh… “ Hela nafasku. Yang akhirnya memasrahkan celana kolorku. Sembari memasrahkan ketelanjanganku untuk terlihat dengan bebasnya di hadapan putri kandungku. “Okelah. Tapi jangan kamu apa-apain loh celana kolor Ayah. Kasian…”

“Idih… Ngapain…? Gaklah.” Jawab Febby langsung, “Palingan nanti kolor Ayah ini, aku ajak ‘seneng-seneng’ di mimpi aku..” trus jadiin lap buat ngeringin memek aku pas abis pipis…”
“Ada handuk kaleeeee…”
“Handuk Ayah, ga selembut kolor ini Yah…” Ucap Febby yang kemudian, mengusapkannya di belahan selangkangannya.”Uhh.. Lembut banget…”


“Awasss. Keterusan ngusap-ngusapnya..” Seruku memperingatkan Febby.
“Gapapa. Keterusan juga enak kok. Udah gedhe ini Yah..” Bandel Febby yang kali ini juga meremas vaginanya dengan kolorku.


“Ngggg.. Yaudahlah. Suka-suka kamu Sayang…” Ucapku yang buru-buru menutup selangkanganku. Menyembunyikan ketegangan batang penisku yang mulai membesar.

“Hihihi.. Kontolnya… Ngaceng ya Yah?” Goda Febby sambil tersenyum menatap gerak-gerikku.
“Iyeeeee.. Gara-gara kamu…” Balasku membalikkan badan, dan berjalan keluar kamar.
“Yaudah. Deeee….Selamat bekerja Ayah gantengku. Nanti kalo mandi, jangan dikocok-kocok mulu ya kontolnya. Kasian. Keseringan muntah-muntah ga jelas. Hihihihi… “


AAANJIM. Rusak banget mulut putriku. Sepertinya, aku perlu menyodok lubang mulut itu, supaya bisa memberi sedikit ‘ pelajaran tata bahasa yang baik.

Makin membuat penisku makin tegang saja.

“Ayah…” Panggil Febby lagi.
“Yaaa..?”
“Tolong tutup pintunya ya Yah, biar udara dingin ACnya ga keluar. Sekarang, aku mau lanjut tidur dulu. Biar nanti pas bangun agak segeran. Bye Ayah. Hoaaahhhmm…” Pinta Febby sambil berguling kesamping. Membuat selimut yang semula menutup depan tubuhnya ikut tersingkap dan terbuka.


Memamerkan pantat bulatnya yang begitu mulus, beserta belahan lubang anus dan celah kewanitaannya yang merekah menggoda.
Yang seolah, mengajak kepala penisku untuk mendekat, dan mempersilahkan masuk. Guna mencicipi kelembutan bibir vaginanya, sebelum mengaduk-aduk isi liang rahimnya.

NGACENG. Penisku kembali ngaceng. Sengaceng-ngacengnya.

Tiba-tiba, muncul kebimbangan pada hatiku.
Antara aku harus pergi ke ekspedisi? Atau kembali bersenang-senang dengan tubuh putri kandungku?


“Ohhh. Gusti… Tebalkanlah iman hamba..”
“Jangan biarkan godaan setan kontol, menjebol memek perawan putri kandungku ini…”

Bersambung,

By Tolrat
 
Bimabet
Terima kasih updatenya hu, seperti biasa juara banget kalo bikin deskripsi, kalo lagi menjelaskan "temptation" si Bapak. Hahahaa 👍👍
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd