Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tamu Yang Tak Diundang

Apakah imajinasi terliar yang pengen kalian baca di karya Tolrat?

  • Adik Cowo vs Kakak Cewe

    Votes: 199 15,1%
  • Adik Cewe vs Kakak Cowo

    Votes: 59 4,5%
  • Anak Cowo vs Ibu

    Votes: 338 25,6%
  • Anak Cewe vs Ayah

    Votes: 195 14,8%
  • Suami Istri vs Anak Cewe

    Votes: 90 6,8%
  • Suami Istri vs Anak Cowo

    Votes: 55 4,2%
  • Suami diselingkuhi Istri

    Votes: 288 21,8%
  • Suami vs rekan kerja/teman/relasi

    Votes: 98 7,4%

  • Total voters
    1.322
  • This poll will close: .
Bimabet
Web sebelah dimana? Spill webnya dong pengen baca lanjutannya
 
Jadi penasaran sama premium nya on
 
Tamu Tak Diundang | Part 06
Ijin Tinggal?



“Bukan itu point utamanya Yah.” Ralat Febby, “Pertanyaannya adalah, kalo Ayah masih bisa ngelihat selaput dara yang ada di memek ini. Itu artinya aku masih perawan atau tidak?”

“Udah-udah…” Ucapku sambil mengalihkan perhatian tanganku. Kuraih dua lutut putriku, dan langsung kusatukan. Kututup paha Febby dan kutarik tubuhnya supaya duduk di posisi yang sebenarnya. “Nih. Pake lagi celanamu Sayang..” Sambungku sambil meletakkan celana dalamnya di sisi pahanya.

“Ayah Ga perlu melihat sejauh itu Sayang. Ayah percaya kamu kok..”

GOBLOKK! BENER-BENER GOBLOKKKK. SOK SUCI.SOK ALIM…
Kata otak mesumku mengumpat tanpa henti.

“HAHAHAHAHAHAHA….” Tawa Febby kencang sekali. Puas. Benar-benar puas. "Aku tahu, Ayah adalah orang yang sangat baik. Aku tahu, kalo Ayah ga bakalan tega memeriksa lubang memek aku“
“Eeehh…”
“Percaya Yah, aku masih perawan kok. Aku belom pernah ngentot ama siapapun. Dan mengenai pertanyaan Ayah mengenai jari Alex yang udah sering nyodok-nyodok memek aku ini, Jujur, aku juga kurang paham kenapa bisa begini.

Tapi, yang jelas, seperti yang Ayah lihat barusan mengenai kondisi memek aku, aku masih perawan khan Yah? Selamput daraku masih aman.”

“Nggg. Iya sih…”
“Hehehehe….” Kekeh Febby sambil melirikku.
“Kenapa?”
“Jadi… Terima kasih ya Yah, udah mengizinkanku tinggal bersamamu..." Ucap Febby yang langsung bangkit dari kursi malas, dan melompat kearahku.
"Iyeeeeee… Uhhh.. Tapi hanya. Ingat ya, HANYA, sampai hari Minggu.” Ucapku memperingatkan sambil menangkap tubuh Febby yang tahu-tahu sudah mertengger diperutku.

“Hihihihi. Kamis, jumat, Sabtu Minggu. Hmmm. Lumayan lah, dapet empat hari , terbebas dari Mama dan Alex." Ucap putriku sedikit berkalkulasi, “Dan, menurut perkiraannku, dalam tiga hari kedepan. Bisalah, aku meyakinkan Ayah supaya tetap mengizinkanku tinggal disini, bareng Ayah”

“Yaaaa.. Kira-kira selama…. Hmmm. Iyal betul. Selama-lamanya. Hihihi" Tawanya sambil mengecupi pipi kiri kananku.

"Ga mungkin. Hal itu tidak akan mungkin terjadi." Erangku kegelian.
"Itu mungkin dong Yah."
"GAK MUNGKIN…”

"Yah. Kita liat aja nanti. Demi BISA mendapatkan ijin tinggal bersamamu, aku akan melakukan berbagai macam cara." Kecup Febby, mengakakhiri perdebatan seru kami.

***

“Gila, udah jam 2 pagi aja…” Kagetku ketika melihat jarum jam di dinding.”Ga berasa ya, kita udah ngobrol selama lebih dari 4 jam”
“6 jam lebih tepatnya, Yah..” Ralat Febby, “Sebenernya, aku tak terbiasa tidur jam segini. Tapi, semisal Ayah masih mau ngajak aku ngobrol. Oke. Bakal aku ladenin kok…”
“OGAH…” Jawabku singkat, “Ayah besok kudu berangkat kerja pagi-pagi. Eh maap, bukan besok. Tapi nanti, maksud Ayah. Nanti jam 9 ayah sudah harus ada di kantor expedisi…”

“Pagi-pagi kesana tuh mau kerja? Atau mau ngambil paket film porno?” Goda putriku sambil tersenyum dan melirik kearah gundukan selangkangan yang tak dapat aku sembunyikan.

“Kenapa?” Tanyaku pasrah akan tanggapan putriku.
“Enggak kok…” Jawab Febby sambil terus tersenyum, “Sepertinya, kalo ngaceng. Jadi keliatan lebih besar daripada dulu ya Yah?

“Anggep aja nggak ada…” Cetusku berusaha beralasan.
“Gimana caranya? Jelas-jelas kolor Ayah keliatan menjulang gitu…”
“Maklum. Udah seharian belom keluar..” Ucapku berbohong.
“Lha barusan?” Celetuk Febby, ”Tadi Ayah lama dikamar mandi bukannya sedang ngocok?”

“Enggak. Siapa bilang?” Sanggahku.
“Eh iya ding. Ayah tadi nggak ngocok. Tapi mainan lato-lato. Hihihi..” Tawa Febby terus memperhatikan tonjolan di selangkanganku, “Hmmm. Kalo Aku bantu keluarin, mau gak Yah?”

AHH KAMPREEEETT. Jago amat nih anak ngegoda keimananku. Membuatku berpikir, munkin, bukan salah Alex juga dia menjadikan tubuh putriku sebagai bahan masturbasinya. Karena memang bawaan sifat aslinya yng begitu mudah membuat orang lain terpesona.


***

Sebenarnya, apartemenku ini punya 3 kamar. 1 kamar utama, 1 kamar guest room, dan 1 kamar yang bisa dipergunakan sebagai gudang. Berhubung produksiku sedang melimpah ruah, jadi, mau tak mau, aku harus menggunakan semua kamarku sebagai gudang. Maklum, demi bisa bertahan di tengah pandemi yang melanda negeri, semua hal harus diperhitungkan. Termasuk lokasi produksi serta segala efisiensi

Kurang lebih, butuh waktu sekitar 30 menit. Untuk merapikan kamar beserta tempat tidurku. Memindahkan tumpukan kerdus, file, dan poster-poster produkku ke kamar belakang. Demi bisa membuat kamar utamaku terlihat lebih kayak ditinggali.

Meskipun aku bisa aja membarkan febby tidur di sofa. Akan tetapi aku tak bisa.

“Dah sana tidur. Hari udah semakin pagi. Ayah harus cepet-cepet istirahat supaya bisa bangun pagi=pagi. Ada banyak tanggungan pekerjaan yang harus Ayah lakukan” Ucapku begitu tempat tidur utama kamarku sudah siap

“Gitu ya Yah? Harusnya sih, kalo sedang punya banyak tanggungan, ga nonton bokep seharian kaya tadi sih. HOOOAAAAAHHHMMM” Ucapnya sambil menguap ngantuk. Ia merenggangkan tangannya tinggi-tinggi, sampai memperlihatkan vaginanya yang masih tanpa celana dalam.

“Pakai celana dalammu Sayang…” Pintaku sambil melempar celana dalam ke kepalanya.
“Ahhh. Buat apa?” Jawabnya cuek, “Tenang Yah, disini aman kok. Ada Ayah yang bakal menjagaku supaya baik-baik aja. Hihihihi.” Balasnya sambil melempar balik celana dalamnya ke arahku.

ANJIM. Sindiran halusnya langsung menohok dihati.

“Baru juga beberapa jam kamu ada disini, otak Ayah udah terasa penat sekali. Sepertinya, Ayah perlu menjernihkan pikiran sebentar dengan..…”.
“COLI, Yah? “Potong Febby sebelum aku menyelesaikan kalimatku.
“ROKOK…” Sambungku jengkel. Ku berjalan kearah dapur, dan mengambil korek. Lalu kubuka sedikit pintu teras belakangku, supaya udara penat dalam ruangan sedikit tergantikan .

Syukurlah. Hujan sudah sedikit mereda. Jadi hembusan angin yang masuk keruangan, tak mengandung banyak air.

Kusesap batang rokok yang ada ditanganku. Sembari memikirkan apa yang bakalan terjadi di apartemen ini beberapa hari kedepan. Disini, aku tak sendirian lagi. Ada putri kandungku yang ‘agak’ mesum menemani.


“Yah. “ Panggil Feeby dari kamar sebelah, “Selain rokok, gimana sih, cara Ayah bisa melampiaskan semua penat di pikiran. Khan disini gak ada partner wanitanya?”

“Udah sana TIDUR!” Teriakku dari balkon sambil menjawab sekenanya. Karena memang aku tak bisa menemukan kalimat bantahan dari pertanyaan putriku barusan.

“Hihihihi. Gada ada ya Yah…?” Tawa Febby puas dari arah kamar tidurku.

Tak kubalas tawanya. Aku hanya melanjutkan menikmati asap rokok yang mengotori paru-paruku.

“Yaaah..” Panggilnya lagi. “Ayaaahh…”

Tetap tak kujawab.

“Jangan ngambek ama kata-kataku ya Yah…” Ucap Febby, lagi-lagi dari kamar tidur.

Sama. Aku tak menghiraukan.

“Yaaaah.. “ Tak putus asa, Febby terus mencoba berkomunikasi denganku, “Ayah. Semisal aku tidur telanjang seperti dirumah, kira-kira, masalah nggak buat Ayah?”

“Kamu mau, Ayah, jadi seperti Alex?” Jawabku spontan.
“Hihihi. Ga mungkin. “ Teriak Febby meremehkanku, “Ayah orang baik. Dan jika orang baik, pasti tingkah lakunya juga baik. Jadi Ayah ga mungkin bakal ngelakuin hal yang sama seperti si Monyet itu. Lagian. AC ayah udah renta nih. Udah nggak dingin sama sekali.”

“Yaudah. Aku tidur telanjang ya Yah.”

Uhuk-uhuk. Aku batuk sejadi-jadinya.

KAMPRET. Asap rokok, masuk ke jalur pernafassan yang salah. Tenggorokanku panas. Pedas. Dan begitu menyesakkan dada.

“Ayah. Sini deh…” Panggil Febby manja.

“Ayah… “

“Aaay… Yaaaaaahhh…”

“Sini dong Yaaaahhhh…”

“Aku mau nanya niiiiihhh.. Ayaahhhh…”

“HUH. Apalagi sih maunya tuh anak. Berisik banget.” Sebalku yang kemudian mematikan rokokku yang masih sisa setengah. Kuberanjak dari kursi malah dan melangkah ke kamar tidurku.

“Apa..?” Jawabku kesal.
“Ayah beneran gak mau bareng aku tidur disini?” Tanya Febby sambil menepuk-nepuk area tempat tidur yang masih tersisa disampingnya, “Ada banyak tempat kok disini”

“Engga. Ayah tidur disofa aja.” Jawabku cuek.
“Ahh. Ayolah Yah. Tidur bareng aku aja disini…”
"Gapapa. Ayah udah biasa kok tidur di sofa. Lagian, paling cuman beberapa hari aja..”

"Ihhhsss. Ayah… Ini bukan hanya mengenai beberapa hari saja. “ Ucap Febby merajuk, "Jika Ayah tidur di sofa, itu artinya Ayah sengaja membiarkan Alex membawaku pulang.

“Hah? Kok gitu?”
“Iya dong. Kalo Ayah percaya ama aku, sini. Tidur bareng disampingku.“ Tepuk Febby lagi kesamping tempat tidurnya, “Aku bisa buktikan ke Ayah kok. Kalo aku tuh cewek penurut yang baik..”

“Ga bakalan muat Sayang. Itu kasur bukan buat ditidurin berdua.”
“Please deh Ayah.” Gaya Febby memutar mata bulatnya, “Badan aku mungil, kecil. Jadi gak akan makan banyak tempat. Nih lihat, kasur Ayah ini masih lebih 2/3nya. Masih muat kok Yah.

Jadi, Ayah bisa bebas memilih. Mo tidur sebelah kiri, kanan, atau kalo memang ayah bingung memilih, ayah bisa tidur ditengah. Diatas tubuhku. Hihihihi…”

“APA…?” Kagetku.
“Becanda kali Ayaaaaaahhh. Hihihihi…” Tawa Febby terbahak-bahak. Sepertinya, puas sekali ia menggodaku malam ini. “Ayah, seperti yang kubilang tadi Yah, anggep aja aku tidak ada di sini. Anggep aja aku cuman guling yang tak bisa ngapa-ngapain..”

“Guling?” Tanyaku, “Iya. Benar. Kamu guling hangat yang bisa kentut..”

“Hahahahaahaha…” Febby tertawa lagi. Membuatku yang cupu ini, menjadi seolah-olah pelawak handal. “Ayolah Yah, sini. Udah mau jam 3 pagi loh. Katanya Ayah mau bangun pagi-pagi.”

“Hmmmm. Okelah” Jawabku pasrah.”Lagian, sepertinya, Ayah juga kangen banget bisa tidur dikasur itu lagi. Karena semenjak beli, hanya ditiduri sebulan atau dua bulan aja. Selebihnya, karena sibuk, Ayah jadi terbiasa tidur disofa..”

Febby tersenyum lebar. Ia merentangkan tangan seolah menyambutku. “Yaudah. Sini Yah. Yuk tidur disini…”

Dengan berusaha tenang, akupun naik ketempat tidur. Menyelipkan kaki dibawah selimut dan menarik selimut sampai kebatas dada. Sejenak, aku mencoba merenggangkan badan. Namun karena kasur ini bukan ukuran superbesar, aku bisa menyentuh tangan dan perut putriku yang tak berpakaian sama sekali

ADUH. Bakal susah tidur aku jadinya. Ucapku berusaha santai sambil berusaha memejamkan mata.

Perlahan, aku merasa sedikit kegerahan. Walau selimut ini hanyalah selimut tipis biasa, akan tetapi entah kenapa butiran keringat mulai bermunculan di keningku. Kuambil remote disebelahku dan kuperiksa suhu udaranya.

18 derajat. Angka temperatur AC tertera di layar remote. Tapi kenapa aku masih merasakan gerah? Kubuka kaosku, sekedar mendinginkan tubuhku.

“Met malam Ayah.” Ucap Febby yang ternyata sudah memiringkan tubuhnya, menghadap kearahku dalam gelap
"Malam." Kataku berusaha tenang dalam kegerahan.
"Sekali lagi, Makasih ya Yah. Udah mengizinkan aku tinggal."

"Ya," kataku. Sedikit melirik kesamping. Kearah pundak Febby yang tak tertutup selimut. Menggencet dua bulatan payudaranya yang sedikit menyembul dari balik selimut.

AHH. KAMPRET. Rutukku dalam hati yang bisa melihat kemulusan payudaranya lagi. Kali ini lebih dekat. Lebih jelas.

“Aku jamin, Yah. Ayah ga akan rugi karena memperbolehkan aku tinggal disini”
“Semoga ya..” Ucapku cuek sambil terus mencoba memejamkan mata. Berharap tak ada lagi pikiran jorok yang menyelinap dalam otakku. Jangan dulu ya. Dia putri kandungku.

“Udah-udah. Tidur..” Perintahku singkat.
“Hihihihi. Beklah. “Jawab Febby tak kalah singkat, “Aku cuman mo kasih tahu aja sih Yah, semisal aku dibolehin tinggal selamanya disini, bakalan ada banyak keuntungannya…”
"Keuntungan?" Tanyaku, “Keuntungan macam apa..?”

"Banyak Yah.” Sambung Febby, “Misal nih. Besok, pas Ayah sedang keluar, aku bakalan ngerapihin semua hal yang ada disini. Menyapu, mengepel, menata perabot. Bahkan, sampe meyikat kamar mandi Ayah yang… Nggg… Lengket karena Ayah, sering buang anak-anak tuyul. Hihihi…” Goda Febby sambil melirik kebawah tubuhku.

“Itu bukan pekerjaan mudah loh Sayang. Kamu bisa langsung kena types kalo beresin semua ruang di appartemen Ayah ini.”
“Ayolah yah. Aku bisa kok.” Ucap Febby bersikeras, “Aku bisa nyuci baju, pake mesin cuci. Aku bisa masak, yah sekedar mie instan, dan telur dadar. Dan kalopun Ayah kurang puas. Aku bisa Yah, jadi budak pribadimu.”

“Budak pribadi?”
“Iya. Budak pribadi yang bisa Ayah suruh-suruh sesuka hati Ayah…”

ARRGGHHH. Istilah apalagi iniiihhh.
Saat Febby mengatakan ‘Budak yang bisa kusuruh-suruh sesuka hati’, jujur otak mesumku langsung menari-nari kegirangan. Ide-ide mesumku langsung mengucur dengan derasnya.

Akan tetapi, aku harus sadar, jika ia adalah putri kandungku. Yang seketika memperingatkannya akan bahaya dari kalimat ‘bisa disuruh-suruh sesuka’.

“Emang kenapa Yah? Menurutku, itu adalah timbal balik yang sesuai.” Jelas putriku, “ Lagian, kalo aku bilang seperti itu, apa ada sesuatu yang Ayah ingin aku lakukan?"

Aku bisa melihat mata cokelat bulatnya berkilauan dalam gelap, seolah-olah putriku tahu apa yang sedang kupikirkan. “Beneran? Kamu ga paham akan kalimat itu?”

“Enggak. Ga ada yang spesial dari kalimat itu. Emang apa yang salah? Beneran Yah, aku bakal ngelakuin apa pun yang Ayah katakan. Benar-benar apa saja."
"Lalu, gimana jika seandainya, Ayah menyalahgunakan keinginanku?" Aku bertanya dengan seringai senyum licik diwajahku

”Seperti apa?”
“Yaaaaah. Seperti apa yang Alex lakukan kepadamu setiap malam..”
“Hihihihi. Gak mungkinlah, Yah. Ayah khan bakal selalu menjagaku.” Tonjok Febby ke pipiku pelan.

“Katanya apa aja…” Gurauku,”Yah daripada kamu harus balik lagi kerumah Mama.”
“Hmmmm… Emang, kira-kira, permintaan Ayah bakalan sebejat apa sih?” Tanya Febby dengan wajah galaunya. Tak mengeira jika topik pembicaraan ini menjadi bumerang baginya.
“Ya nggak tahu. Khan ini baru semisalnya.”

“Yaa. Kalo udah jadi budak. Sepertinya, aku bakalan nurutin permintaan bejat Ayah sih. Walau aku yakin, Ayah ga bakal melakukannya..”
“Hahahaha…” Tawaku girang, gantian karena bisa menyudutkannya. “Lalu, semisal aku membawa pacar Ayah kesini, trus Ayah… Kamu tahulah. Begituan dengannya. Kira-kira kamu bakalan gimana?”

“Emang Ayah punya pacar?” Kaget putriku,”Woow. Mama tahu tentang ini Yah?”
“Bukan. Bukan itu maksud Ayah.”
“Lalu…?”
“Misal nih ya, Ayah pulang bawa cewek. Trus Ayah pengen begituan disini, Kamu trus gimana?”

“Oohhh. Kalo itu sih gampang Yah. Aku udah sering menjalaninya bareng Mama. Hihihi.” Jelas Febby, “Mama dan Alex sering kok ngentot didekatku ketika aku tidur. Bahkan, tak jarang aku melihat mereka berdua ngewe, dipagi hari ketika aku mau sarapan”

NJRIIITT. Tak pernah kukira, jika Yula bisa bertindak se-vulgar itu. Membuatku seketika merasa kecolongan, akan ‘potensi lonte’nya yang tak pernah kudapatkan.

“Aku bisa keluar sebentar kok Yah. Gampang.” Ucap Febby mencari cara.
“Kalo pacar Ayah minta menginap?”
“Ya aku bisa tidur di sofa. Simple”

“Sayang…” Hela-ku mengambil nafas, “Maksud Ayah, ada kalanya, orang butuh privasi Sayang. “
“Privasi seperti apa yang Ayah mau?”
“Buanyaaaaakkk…”

“Contohnya aja deh. Yang menurut Ayah paling urgent”
“Hmmmm….” Otakku berpikir keras. Mencari cara supaya putriku tak jengah akan kebiasaan mesumku. “Sama seperti pria kebanyakan sih, Sayang. Ayah juga butuh privasi yang terkadang, menjijikkan bagi orang lain. Atau menjijikkan bagimu juga.”

“Apaan sih Yah, coba sebut aja..”
“Hmmm. Kamu tahulah, Ayah suka coli. Ayah suka nonton film bokep. Ayah suka ngajak wanita kesini. Yah walaupun mungkin kamu baru tahu. Tapi Ayah adalah penggila seks yang aktif.”

“Owwhh. Itu. Aku dah terbiasa kok Yah. Dan selama ada aku disini, Ayah ga perlu malu buat ngelakuinnya. Bebas sebebas-bebasnya. Seperti ketika aku belom tinggal bareng Ayah.”

DAMN. Aku kehabisan cara.
Apalagi ya? Susah sekali aku menyudutkan pemikiran putriku.

"Oh iya. Ayah juga suka tidur telanjang." Celetukku iseng.
”Yeeaaayy. Sama dong kita. Sepertinya kebiasaan aneh aku, adalah turunan dari Ayah. Hihihi…” Kekeh Febby, memamerkan deretan giginya yang rapi nan putih, “Yaudah. Kalo gitu, lepaskan aja celana kolormu itu Yah. Biar Ayah bebas dan tenang tidur disampingku…”
"Tapi… Aku ga terbiasa ngelakuin kalo ada orang lain disampingku..”

“Ayah bisa belajar ngebiasainnya kok. Lagian, aku udah mulai terbiasa ngelihat kontol Ayah. Hihihi. Kalopun Ayah masih malu….”

Tiba-tiba, Febby membuka selimut yang menutup tubuh kami berdua. Ia bangkit dari tidur, dan duduk disampingku.

Oh. Payudara bulatnya. Kembali kulihat dengan jelas dari ekor mataku. Bergoyang0goyang manja seiring pergerakan tubuhnya. Setelah itu, ia menatap celana kolorku, dan tersenyum aneh.

“Kalo Ayah malu, sini. Aku bukain celana kolornya.”

SRREEETT
Dengan dengan satu tarikan kencang, ia menarik penutup tubuh bawahku hingga terlepas. Setelah itu ia membuangnya jauh-jauh kolor itu kesudut kamar.

”Hihihi. Kontolnya udah ngaceng.” Geli Febby menyentil kepala penisku.
“Ehh. “Spontanku menutup area kemaluanku.
“Naahh. Kalo udah sama-sama telanjang gini. Sekarang kita bisa tidur dengan tenang…” Ucapnya santai sambil menjatuhkan kepalanya di lembutnya bantal bulu angsaku. Lalu memejamkan dengan senyum yang mengembang lebar di wajahnya.

ARRRGGGGHHH. Sudahlah. Aku menyerah.
Febby memang putri kandungku. Yang jago memainkan kata-kata.
 
Terakhir diubah:
Tolrat is bek......... Motongnya kereeen
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd