Tamu Tak Diundang | Part 05
Pembuktian Diri
Tidak sampai 5 menit, aku berhasil melepas semua beban penatku dikamar mandi. Agak terburu-buru memang, hanya saja, aku tak mungkin masturbasi dikamar mandi lama-lama. Karena selain akan menimbulkan kecurigaan Febby, alesan lainnya adalah karena tanganku sudah terlalu lelah untuk mengocok batang penisku lebih lama lagi.
“Udah lega Yah?” Sapa Febby tersenyum lebar, ketika aku baru membuka pintu kamar mandi. “Sepertinya tadi, Ayah masuk kamar mandi ga bawa lato-lato deh. Tapi kok aku pas denger, nyaring juga yak. Hihihihi. Cuman. Ah sudahlah, lupakan. Mungkin aku aja yang salah denger. Hihihi..”
Hah? Serius sekeras itukah suara kocokan penisku? Masa onaniku barusan kedengeran sampe luar kamar mandi?
“Ehh… I. Iya…Lega… Dong…” Jawabku yang mendadak kikuk. Sekaligus merasa tolol. Kenapa aku sampai gugup, hanya karena tebakan kosong putriku.
“Syukur deh. Kalo emang udah lega, sekarang giliranku ya. Aku juga kebelet pipis.” Balas Febby sambil masuk ke kamar mandi. Menurunkan celana dalamnya, duduk di toilet, lalu kencing sambil menatap kearahku dan tersenyum cuek.
Lagi-lagi, Febby melakukan aktifitas privasinya, tanpa menutup pintu kamar mandi.
Ahh. Kebiasaan.
***
KRIIING.. KRIIING. KRIIING.. KRIIING.
Mendadak, suara telephoneku berdering dengan kencang.
Yula Yosanti. Nama kontak yang muncul di layar handphoneku. Mau apa ia sekarang?
“Siapa Yah? Telephone malem-malem gini?” Tanya Febby begitu kembali dari kamar mandi dan kembali duduk di kursi malasku.
“Mamamu…” Jawabku singkat. Sambil kuletakkan handphoneku diatas meja.
“Mau apa lagi sih? Sewot Febby. Buru-buru, aku tempelkan jari telunjukku di bibir putriku.
KLIK.
Kupencet tombol jawab. Dan ku loudspeaker panggilan suaranya.
“Ya Chaey…?” Sapaku seramah mungkin.
“Dimana alamat jelas kontrakanmu Mas? Aku sudah meminta Alex menjemput Febby. Dia sedang perjalanan kesana. Palingan sebentar lagi sampai..”
Febby menarik-narik tanganku sambil menggelengkan kepalanya kuat. Ia benar-benar berharap, aku tak menjawab pertanyaan Yula.
“Please Yah. Please. Jangan biarin Alex menjemputku ya Yah. Please Aku ga mau…” Ucap Febby komat-kamit dalam mode hening.
“Alamat kontrakan? Nggg.. Buat apaan Chaey? Udah malem. Besok aja aku antar Febby pulang” Ucapku berusaha mengulur waktu. Mencoba menuruti permintaan putriku, “Mendingan, kamu suruh Alex balik aja deh.”
“Gausah repot-repot, Mas. Alex udah deket tempatmu..” Ucap Yula bersikeras.
“Di cuaca yang seperti ini, akses ke tempatmu pasti banjir Chaey. Pasti ga bakalan bisa sampe sini. Udahlah, mending besok aja aku antar Febby.”
“Kontrakanmu, masih dijalan Kembang khan?” Acuh Yula seolah tak mendengar anjuranku, ”Masih ada disamping bundaran Jayabaya kan?”
“Ayah, please Yah. PLEASE. Jangan biarin Alex menjemputku. Aku tahu, jika nanti, bakal ada hal buruk yang akan menimpaku. Please Yah, aku gak mau ikut bersamanya. Aku tahu itu. Please Yah Please. Selamatkan putrimu ini Yah…"
"Mas? Hallo? Mas?” Panggil Yula ketika aku tak menjawab pertanyaannya barusan, “Febby? Halloo Feb… Mas?” Sambung Yula lagi mencoba mencari tahu. “Ahhh. Ngentot..” Yula mematikan sambungan teleponnya.
TUUT TUUT TUUT TUUT
KRIIING.. KRIIING. KRIIING.. KRIIING.
Lagi-lagi, Yula menelponku.
KLIK.
Kupencet lagi tombol jawab. Dan kembali ku-loudspeaker panggilan suaranya.
“Ya Chaey. Maap jaringannya jelek. Maklum, hujan deras disini..” Bohongku.
“Febby mana Mas?” Tembak Yula
“Ada kok..”
“Sini. Aku mau ngomong ama dia…!” Pinta Yula ketus.
“Dengerin dulu aja omongan Mamamu.” Bisikku. Febby mengangguk.
“I.. Iya Mah…” Jawab Febby.
“Heh. Feb. “ Panggil Yula dengan nada penuh emosi. “Kamu ditempat Ayah aja dulu ya. Jangan kemana-mana. Alex udah on the way kesana. Dia akan sampai di sana beberapa menit lagi. Ngerti?" Pinta Yula sedikit mengeraskan suara.
Febby menatapku dengan mata cokelatnya yang besar, tangannya saling mengepal, seolah berdoa supaya aku membantunya. Tak henti-henti, mulutnya komat kamit. Mengucap please, please,please, please.
"Chaey… Beneran deh. Menurutku, mungkin, akan lebih baik, jika Febby tinggal disini dulu untuk sementara waktu." Ucapku mencoba mengambil jalur tengah. "Ini sudah lewat dari jam 12 malam. Dan sepertinya, Febby juga udah terlalu lelah untuk pulang.”
“Lelah apaan? Emang disana dia abis ngapain? Sampe lelah-lelah segala?” Cerocos Yula, “Lagian kalo dijemput Alex, emang kenapa? Tinggal duduk aja dimobil. Mana ada lelah-lelahnya?”
“Iya, aku ngerti Chaey. Tapi khan ini udah malem banget. Ntar kalo ada apa-apa dijalan gimana?
“Justru, kalo Febby ada di kontrakanmu, aku yang malah khawatir ada apa-apa..” Jelas Yula. “Yula ga bakalan bisa tinggal disana Mas, percaya deh. Yang ada, nanti malah Febby bakal ngerepotin kamu dengan segala permintan manjanya. Lagian, kalo dia disana, mau kamu taruh mana tuh anak?
Kontrakanmu kecil. Sempit. Dan pasti ga sehat. Kamar tidurmu juga cuman satu. Kasurmu cuman matras yang kecil dan tipis. Mana mungkin, Febby bisa tinggal disana? Disana juga pasti banyak kecoak, banyak nyamuk, banyak kutu, tikus. Ihhhsss. Nggak deh Mas. Mending Alex jemput aja sekarang. Aku gamau Febby kenapa-napa disana. Kasihan tuh anak…”
KAMPRET. Walau apa yang diungkapkan oleh Yula barusan adalah kondisi diriku beberapa waktu lalu, namun, cara penyampaiannya benar-benar menohok hatiku. Ingin rasanya, aku kasih tau ke istriku jika kondisiku sekarang sudah sangat mendingan. Hanya saja, mungkin belom saatnya.
“Menjaga kesenangan Febby adalah urusanku. Chae, kamu gausah pikirin. Yang penting, dia bisa istirahat dulu disini. Oke?”
"Aku tidak suka ini, Mas. Jujur. Febby yang ada didepanmu sekarang, bukanlah anak kecil yang sama seperti dulu. Febby yang sekarang tuh gamangan Mas. Nakal, susah diatur, bahkan, kalo bisa kusimpulkan, putrmu sekarang adalah wanita yang dapat kubilang. MURAHAN.
Dia benar-benar beda Mas.
Apalagi kalo ngelihat gerak-geriknya, aku pikir-pikir, Febby udah tak lagi perawan.. "
“Apa Maa? Aku tak perawan? SOK TAU…!” Jerit Febby, “Mama tahu darimana aku udah gak perawan lagi? HAH?” Bentak putriku, emosi. “ Mama ga tahu apapun mengenaiku.”
“Percaya deh. Mama tahu segalanya tentangmu.” Potong Yula, “Semua orang juga tahu, cewek nakal macam apa dirimu itu.
“Kamu ga boleh berkata seperti itu Chaey” Potongku melerai. “Bagaimanapun, dia masih anak kandung kita.”
“Anak kandung kita? Helloooowww. Kemana aja kamu selama 3 tahun kemaren Mas? Pake bilang anak kandung kita. Boro-boro ngasih nafkah. Ngasih kabar aja enggak sama sekali.
SHIT. TELAK SEKALI LIDAH YULA.
Malu sekali mendengar celotehan istriku barusan.
“Kamu harus tahu Mas. Febby tuh ga se-alim yang kamu kira. Dia sekarng mirip pelacur. Sering keluar masuk club malam, bareng pria-pria tua yang mesum.”
"Mama bohong Yah. Jangan percaya Mama !" Jerit Febby mulai menangis.
TING TING TING
Belasan photo dan video, masuk kedalam handphoneku.
“Coba kamu liat. Kalo melihat dari file yang aku kirim barusan. Menurut Mas, siapa yang bohong?
Di photo dan video yang barusan Yula kirim, terlihat Febby ketika bersama teman-temannya di sebuah club malam. Disitu, febby terlihat begitu riang. Tertawa-tawa tanpa terlihat beban sedikitpun.
Tapi. Bukan. Jika aku perhatikan lebih detail, Febby sedang tertawa karena pengaruh minuman keras.
Betul, Febby sedang mabuk. Matanya sayu, dan gerak-geriknya tak terkontrol. Dia jejogedan dengan bebas, mengekspresikan kemabukannya.
Namun, di beberapa video selanjutnya, Febby terlihat begitu beda dari lainnya. Ia duduk dipangkuan lelaki yang usianya jauh lebih tua. Menggoyang-goyangkan pinggangnya maju, mundur dengan liukan yang begitu erotis. Diiringi dengan remasan tangan di payudaranya sendiri
DUH MULAI LAGI DAH.
Penisku yang baru aja memuntahkan pikiran jorokku, langsung bereaksi. Biji pelerku, pun ikutan aktif, memproduksi sperma dan sedikit-sedikit mengisi kuotanya .
Kuperlihatkan video goyang pinggang itu ke putriku. Ada raut wajah kaget yang terlihat. Disusul dengan mukanya jyang mendadak merah.
Kugeser lagi video putriku lainnya.
Disitu, tampak Febby makin menggila. Ia naik keatas meja dan joged-joged heboh. Selain itu, ia melepas dress yang ia kenakan. Sehingga tubuh molek putriku yang hanya tertutup bra dan celana dalamnya terlihat begitu jelas. Eh sebentar, itu bukan celana dalam, melainkan G-string.
ANJING. Seksi banget goyangan Febby. Bener-bener seperti penari erotis profesional.
Raambutnya berkibar-kibar, ditambah keringat tubuhnya yang terus mengucur, menambah ke-sensual-an tubuh molek putriku.
Semakin kugeser preview video Yula, aku makin terkaget-laget.
Febby, sambil terus bergoyang, tiba-tiba melepas bra-nya. Kemudian ia melemparkan bra itu ke kumpulan teman-temannya. Mereka langsung bersorak-sorai. Berebutan demi mendapatkan bra itu. Saling tarik, saling dorong.
NYUT NYUT NYUT. Penisku semakin tegang. Mengeras dan berdenyut hebat. Aku tak mengira jika Febby, bisa seliar dan senakal itu. Dimataku, Febby yang terlihat begitu sempurna, dalam seketika, bisa menjadi terlihat, hmmm. NAKAL.
“Gimana Mas? Masih percaya kalo Febby tuh cewek bener?” Celetuk Yula.
“Semua orang kalo mabuk berat, kayaknya juga bakal ngelakuin hal-hal seperti itu Chaey..” Ucapku sedikit membela putriku yang wajahnya semakin memerah.
TING TING
Tiga video, masuk lagi ke handphoneku.
Satu video, di tempat yang sama. Febby yang sudah begitu mabuk, terlihat memeluk kepala seorang lelaki. Membenamkannya dalam-dalam, di gundukan payudaranya yang bulat. Febby juga membiarkan lelaki itu meremas payudaranya dan menjilatinnya dengan buas.
Satu video. Setting lokasinya sudah pindah, namun celana dalam yang dikenakan Febby masih sama dengan video sebelumnya. Di video kedua, terlihat sepertinya di kamar hotel. Disitu, Febby terlihat sudah tumbang. Tergeletak di tempat tidur dengan kesadaran yang masih tersisa.
Di video, si perekam jelas-jelas menikmati suguhan didepan cameranya. Terlihat dari beberapa kali, perekam itu memvideokan payudara besar Febby dari jarak yang sangat dekat. Saking dekatnya, hingga pori-pori dan urat-urat tipisnya, terlihat dengan begitu jernih. Bahkan, puttingnya yang basah, terlihat begitu menggoda.
KAMPRET. AKU PENGEN MASTURBASI LAGI. Jerit penisku yang semakin meronta dan tegang.
Dan, satu video terakhir. Membuatku benar-benar tercekat. Disitu aku melihat, Febby, dengan mata sayunya, mengoral sebuah penis. Ia menjilat kepala penisnya. mengocok batang kemaluannya dan membuka mulutnya lebar-lebar. Sesaat sebelum si perekam video itu memuntahkan lahar kenikmatan dari ujung penisnya.
AKU GA KUAT SAYANG. AYAH GA KUAT.
Setelah semua lendir kemaluan si perekam itu tertumpahkan di dalam mulut putriku, ia meminta Febby untuk segera menelan semua sperma itu bulat-bulat. Hingga habis tanpa sisa.
‘Perek cantik. Perek seksi. Perek pribadiku.’ Desah si perekam itu dengan suara pelan sambil memukul-mukulkan batang penisnya yang masih belepotan liur Febby kewajah cantiknya, ‘Setelah bisa menikmati mulut, selanjutnya aku pengen menikmati memekmu Sayang’ Sambung si perekam itu, sambil berpindah tempat. Yang awalnya merekam mulut imut Febby yang belepotan sperma, ke arah vaginanya yang sudah tak bercelana.
Dibukanya paha mulus putriku lebar-lebar, guna merekam tampilan vagina tanpa bulunya lebih dekat. ‘Sebentar lagi ya Sayang. Sebentar lagi kontolku ini, akan menikmati jepitan memek sempitmu.’ Jelas suara perekam itu sambil menyibakkan celah peranakan putih temben Febby yang sudah begitu banjir akan lendir kewanitaannya, dan menyelipkan satu jarinya kesana. Mengorek sedikit lendir kenikmatan putriku, dan menusukkannya ke lubang kemaluannya.
“Ooohhh. Ommm..Shhhh..” Erang Febby lirih.
ARRRGGGGHH. ANJING. AKU PENGEN SEPERTI DIA. AKU PENGEN JADI SI PEREKAM VIDEO SIALAN ITU.
Walau aku tak mengetahui siapa lelaki itu, akan tetapi, aku yakin. Ia adalah satu orang yang sama yang merekam Febby di Club malam.
“Itu Alex, Yah. Aku yakin. Itu Alex.” Bisik Febby lirih. “Aku pernah dibawa pulang ketika mabuk ama si Monyet itu. Aku yakin banget itu dia, Yah.”
“Mas…? Hallo..? Mas…?” Panggil Yula memecahkan lamunanku.
“Ehh.. Ya..?”
“Kamu diem aja tuh kamu merhatiin video? Atau sedang coli?” Tanya Yula sinis.
“Apaan sih Chaey.” Balasku sedikit tersinggung
“Gimana? Kamu sekarang percaya ama aku? Atau putrimu yang perek itu?
"Yaudah, terserah kamu Chaey, mau berkata apa tentang putriku ini. Aku belom bisa menentukan, harus percaya siapa. Yang jelas, malam ini, dia bersamaku, titik.”
“Hadeeeh Mass. Masss…” Ledek Yula dengan nada menyepelekan, “Kenapa sih kamu kok ngotot seperti ini Mas? Padahal selama 3 tahun belakangan, kamu sama sekali cuek akan keadaanku. Apalagi terhadap keadaan Febby. Percaya deh Mas, dia bukan wanita baik-baik.
Dia Perek Murahan.
“Atau hmmm…” Jeda Yula sedikit meninggikan suaranya, “Atau jangan-jangan, kamu juga pengen ya mencicipi tubuh putri kandungmu sendiri? Jangan macem-macem ama anak aku loh Mas. Jangan sampe, gara-gara ulahmu, Febby memutuskan untuk jadi cewek bookingan beneran. Aku gamau dia jadi pelacur Mas, aku ga mau dia jadi cewe yang suka jualan kelamin demi harta.”
KEBALIK KALEEEE. Batinku mencemooh pemikiran buruk Yula tentangku, harusnya, ia tujukan pemikiran itu ke selingkuhannya. Dan cewek yang jual kelamin demi harta, harusnya ia tujukan ke dirinya sendiri.
“CUKUP Chaey. Cukup. Kamu gausah banyak OMONG lagi….” Bentarkku sedikit terbawa emosi. “Febby bakal aku antar sendiri kerumahmu. Mau besok, lusa, atau minggu depan, terserah aku. Yang jelas, sementara ini, dia akan berada disini. Bersamaku. OKE.
BYE”.
TUUUT TUUUT TUUUT .
Kututup panggilan Yula dengan dongkol dihati.
Febby tersenyum. Ia meraih tanganku dan menciumnya dalam-dalam.
“Ayah tak percaya. Begitu marahnya Yula sampe mengatakan semua hal buruk tentangmu.” Ucapku melirik kearah Febby yang masih menciumi tanganku. Meskipun sesungguhnya, aku juga belom bisa percaya 100% pada putri kandungku ini.
"Itu tidak benar, Yah." Balas Febby. "Aku bukan pelacur. Bener-bener bukan wanita murahan. Yaahh., walau kemarin aku sempet mabuk berat, akan tetapi, aku sama sekali ga sampe jadi cewek B.O, Yah. Sumpah.”
“Lalu, videomu barusan yang sedang… mmmm… “
“Lempar bra? Aku tak tahu Yah, siapa yang ngerekam. Yang jelas, waktu itu, aku ngerasa bener-bener kegerahan. Aku begitu kepanasan. Jadi yang bisa aku lakuin, hanyalah melepas bajuku. Dan itupun aku bener-bener ga sadar”
“Gerah? Emang kamu abis berapa gelas?”
“Gatau Yah, padahal awalanya disitu aku cuman minum soda. Hanya saja ada cowok yang tiba-tiba kasih aku minum perkenalan”
“Alex?” Tanyaku
“Hmm. Bukan. Dia lebih ganteng”
“Jadi kamu terima minuman dari orang tak dikenal, cuman gara-gara ia ganteng?”
“Ya gimana lagi, Yah. Dia begitu menarik. Dan begitu ingin akrab denganku. Berhubung aku sedang berantem aja cowokku, jadi ya aku terima aja niat kenalannya”
“Berapa gelas?”
“Kira-kira, cuman 3 gelas.”
“Lalu kamu langsung mabuk gitu?”
“Enggak tahu juga, cuman yang jelas, setelah minum pemberian tuh cowok, kayaknya. Aku makin menggila. Kepalaku mendadak pusing, mataku beras, dan aku keringetan mulu. Abis gitu, aku merasa terbang. Tubuhku ringan, dan perasaanku senang terus”
“FIX. Ia diberi narkoba.” Batinku menebak-nebak, Bahkan, kalo aku melihat gejala yang putriku ceritakan, ia juga diberi obat perangsang. Diminumannya.
“Lalu, kalo video yang..”
“Nyepong kontol?” Tembak Febby melihat keraguanku, “Itu aku juga ga tau yah. Aku ga pernah sadar punya video itu. Sumpah. Aku pasti sedang mabuk berat ketika tubuhku digrepe dan direkam seperti itu Yah. Tapi percaya deh. Itu pasti ulah Alex.”
“Jujur ya Sayang. Ayah juga ga bisa memutuskan mana yang benar, mana yang salah. Yang jelas, dari video itu, kamu memang terlihat begitu… Nggg…Nakal” Kutatap mata Febby, Mencoba mencari tahu kebenaran dari ucapannya. “Dan juga, setelah melihat video barusan, Ayah juga ga bisa memastikan kalo kamu tuh, masih perawan atau tidak.”
“ASTAGA AYAAAAH…. Aku masih perawan Yah. Beneran deh. Memek aku belom pernah ditusuk oleh kontol siapapun Yah. Baik oleh Alex, ataupun pacar-pacarku. Meskipun mereka sering meminta seks padaku, namun aku belom pernah men-IYA-kan mereka. Aku juga belom pernah tidur dengan siapapun.” Ucap Febby dengan nada sebal, “Bahkan, kalopun ayah mau periksa keperawananku, OKE. Aku bisa kasih lihat selaput daraku sekarang.
Tanpa menunggu keputusanku, febby langsung bangkit dari duduknya. Dengan gerakan sebal, ia buru-buru menurunkan celana dalamnya, melemparnya kesamping, dan kembali duduk.
Febby lalu mengangkat kedua lutut putihnya dan, membentangkan pahanya lebar-lebar. Memamerkan belahan vaginanya yang berwarna pink cerah.
ASTAGA. Inilah dia. Apa yang aku tunggu-tunggu selama ini, bisa langsung aku dapatkan.
“Nih Yah. “Ucap Febby bersemangat. Dengan kedua pahanya yang terbuka lebar, ia mengamit tanganku. Menarik tubuhku mendekat kearah vaginanya yang begitu ranum. “Lihat Yah, lihat memek aku.” Pintanya sambil menyobakkan bibir vaginanya kekiri dan kekanan.
ANJING. SEKSI SEKALI PUTRI KANDUNGKU INI.
“Ayah bisa liat khan? Dari tampilan memek aku ini?” Ucap Febby sambil menggigit bibi bawahnya
“.….” Aku tak bisa menjawab. Aku hanya bisa melirik kecantikan vaginanya dari jauh.
“Ayah bisa lihat ga lubang selaput daraku.?” Tanya Febby
“Ngggg. Li. Hat” Jawabku dengan tenggorokan yang terasa tercekat.
“Lihat aja Yah, lihat.” Pinta Febby sambil terus mempertontonkan lapisan putih transparant dengan lubang ditengah vaginanya. “Kalo Ayah kurang jelas, sini. Mendekat aja Yah. Sini…”
JANGAN. STOP Sayang. STOP.
Jangan memintaku untuk maju lebih jauh lagi. Aku ta ingin mendekat. Aku ta ingin melihat vaginamu lebih detail lagi.
Tak puas dengan keraguanku, Febby malah menarik tanganku. Diambilnya 3 jari tanganku, dan diletakkannya di lipatan vaginanya.
“Periksa aja Yah, kalo emang itu bisa membuatmu percaya.”
ANJIM. ANJIM. ANJIM. ANJIM. ANJIM.
Melihat liang peranakan putriku yang berbuka begitu lebar, ditambah lendir kemaluannya yang semakin berkilau karena pantulan cahaya lampu, membuatku ingin sekali menjulurkan lidah, dan kubersihkan semua lelehan cairan kenikmatannya.
Walau beberapa menit lalu, aku sudah memuntahkan semua persediaan pejuh di kantong zakarku supaya bisa sedikit menghilangkan birahi. Penisku berkata lain. Batang kemaluanku ini begitu meronta dan berkedut kencang. Seolah ingin menunjukkan, jika ia sudah siap untuk dipergunakan lagi. .
“Yah..?” Panggil Febby sambil tersenyum, “Masih ada nggak selaput daraku?
“Ngggg… Tapi khan? Tadi kamu bilang, memek kamu ini sering disodok-sodok jari-jari Alex?” Ucapku heran, karena ditengah liang vaginanya, masih ada selaput dara putriku.
“Bukan itu point utamanya Yah.” Ralat Febby, “Pertanyaannya adalah, kalo Ayah masih bisa ngelihat selaput dara yang ada di memekku ini. Itu artinya aku masih perawan atau tidak?”
OH. GUSTI.
Kenapa kau turunkan padaku, godaan berupa putri kandung begitu seksi, cantik, dan menggairahkan seperti ini….?”
Bersambung.
kalau kata stand up komedi ini permainan dipinggir jurang , jari tangan sdh nempel dan lato lato sdh mulai ngembang ....
Terima Kasih 
