Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Syam : Reborn

Status
Please reply by conversation.

DemitKembar

Semprot Kecil
Daftar
28 Nov 2016
Post
54
Like diterima
89
Bimabet
Syam Reborn adalah kelanjutan dari cerita sebelumnya yang bisa agan baca di : Namaku Syam

Nubi mempersilahkan ...




Setelah sekian masalah yang mendera dirinya, mulai dari kehilangan istri pertama dan keduanya sekaligus dalam satu rentang waktu singkat, juga kejutan-kejutan peristiwa yang merusak logika, Syam memutuskan untuk memulai segalanya dari baru lagi. Dia hanya mengontak pengacara yang juga sekaligus akuntan kepercayaannya, Bianca, untuk mengurus seluruh aspek legal atas kematian istri pertama dan perceraiannya dengan istri kedua juga menyiapkan uang tunai dalam berbagai mata uang dan logam mulia untuk nanti diserahkan kepadanya di Bandara Soekarno Hatta begitu ia mendarat.

Pesawat Sriwijaya Air lepas landas dari Djuanda Surabaya, Syam duduk di baris pertama kursi penumpang, di pesawat yang tidak menyediakan kelas bisnis ini. Kursi yang cukup lebar ruang kakinya ini membuat Syam merasa lebih nyaman, di dekat jendela duduk seorang bapak yang dari penampilannya Syam menduga adalah seorang pejabat pemerintah level menengah. Berjaket kulit hitam, rambut klimis rapi berpomade, sebuah tas kecil hitam dipangkunya, dua buah handphone mahal tampak dipegang bertumpuk di tangan kiri, Samsung S8 dan iPhone seri terbaru. Jari manis tangan kirinya berhiaskan batu safir dengan cincin pengikat emas putih yang mengkilat. Di pergelangan tangan kiri melingkar jam tangan Tudor Pelagos special editions membuatnya tampak cukup berkelas.

Syam membuka pembicaraan dengan mengomentari cuaca, Bapak itu menjawab singkat sambil tersenyum. Ketika pesawat sedikit terguncang akibat perbedaan udara di luar sana, Pak Edi, demikian dia memperkenalkan diri, mulai bercerita kisah penerbangan beliau di masa lalu. Rupanya Pak Edi ini adalah seorang Purnawirawan dengan pangkat terakhir Marsekal Madya dan sekarang menjabat Rektor di salah satu Universitas milik Yayasan TNI di Jakarta. Pak Edi bercerita bahwa beliau pernah terbang tanpa mesin dan mendarat darurat dengan pesawat Twin Otter di Mindiptana Papua, dekat dengan Papua New Guinea. Syam merespon dengan ekspresi takjub dan ungkapan kekaguman. Pembicaraan menjadi lebih cair, Syam memperkenalkan diri sebagai seseorang yang bergerak di bidang intelijen bisnis, membuat analisa layak atau tidaknya sebuah investasi bisnis termasuk di dalamnya melakukan upaya-upaya cipta kondisi agar target sebuah perusahaan tercapai. Pak Edi tampak tertarik, sebagaimana yang sudah Syam perkirakan, bapak ini pastilah tipe orang yang memiliki kekayaan namun tidak tau mau dikemanakan kekayaan itu, tipe orang yang mendapatkan uang dengan cara memanfaatkan jabatan dan atau posisi penting, bukan dari bisnis atau profesi. Pak Edi meminta nomor kontak, namun Syam beralasan seluruh gadgetnya hilang, Syam berjanji akan mengontak Pak Edi begitu selesai mengurus nomornya yang hilang. Pak Edi kemudian memberikan nomor hp nya, mencatatnya pada sebuah kartu nama resmi universitas di mana Pak Edi memimpin.

Pramugari membagikan air minum dan sepotong cake. Pramugari cukup senior bernama Hana membagikan makanan sambil menyapa Pak Edi,

"Selamat sore Pak Edi, apa khabar? Adek baby nya sehat kan pak?"

"Hai Hana, Alhamdulillah sehat, beratnya 2,9 kg, kamu gak nengok Sari?"

"Syukurlah Pak, nanti setelah trip ini kami akan bareng-bareng nengok adek bayi dan Sari, Hana ijin dulu Pak"

Hana, pramugari dengan seragam jenis berjilbab yang baju dan roknya sedemikian ketat hingga seolah dadanya memberontak hendak menjebol kancing bajunya itu melanjutkan pekerjaannya melayani penumpang lain, Pak Edi tampak diam memperhatikan langit luar yang berpendar kemerahan di ujung barat menjelang matahari terbenam. Syam pun kemudian tertidur.

Mendarat dengan mulus di terminal 2F Bandara Soekarno Hatta, Syam bergerak cepat menuju titik temu dengan Bianca pengacaranya. Di Maxx Coffee keberangkatan terminal 2D Bianca telah menunggunya. Sosok perempuan berkulit putih, tinggi badan di bawah rata-rata perempuan dan bentuk tubuh agak gemuk, berkacamata tebal dengan frame berwarna pink selaras dengan pakaian yang dikenakannya. Bianca berusia 52 tahun, belum pernah menikah dan sangat mencintai pekerjaannya, dia sungguh menjadikan Syam adalah sosok idaman, laksana pangeran berkuda putih yang siap menyelamatkannya dari penjara kejombloan, namun di sisi lain dia menyadari itu tidak mungkin terjadi. Pengabdiannya kepada Syam tanpa syarat, all in jika menggunakan istilah pasang taruhan dan Syam sangat mempercayai Bianca untuk berbagai urusan.

Bianca menyambut Syam dengan senyuman, Syam merespon dengan cipika cipiki lalu duduk. Bianca sudah memesan Americano double shots untuk Syam. Pembicaraan singkat dan taktis, tidak ada basa-basi menanyakan Khabar atau sekedar bercanda ramah tamah. Sebuah totte bag warna hitam diserahkan kepada Syam, tas selempang berisi laptop, seluruh gadget, dua lembar pakaian dan benda-benda pribadi lain diserahkan Syam kepada Bianca untuk disimpan di safe deposit box Commonwealth Bank. Syam pun melenggang menenteng totte bag hitam, sesaat Bianca seperti hendak menanyakan bagaimana cara dirinya menghubungi Syam, namun tidak terucap.

Syam melangkah kembali ke arah terminal 2F, tujuannya adalah Bus Station di ujung terminal. Melewati koridor, perut Syam meminta diisi, Bakso Afung menjadi pilihan Syam. Setengah porsi telah dilahap Syam, ketika muncul Hana bersama 2 orang pramugari lain juga masuk ke Bakso Afung. Sekilas Hana melempar senyum kepada Syam, Syam pun melambaikan tangan secara refleks sambil menyambut senyuman Hana.

Hana dan kedua temannya duduk di sebelah meja Syam, mereka mengobrol dan bercanda lepas. Syam bertahan, memperlambat makannya, memperhatikan sosok Hana yang menurutnya sangat menarik. Perempuan berusia sekitar 35 tahunan itu berkulit sawo matang, berwajah lembut khas perempuan Jawa, ada tahi lalat kecil di bawah mata kanannya, tinggi sekitar 168 cm dengan tubuh penuh berisi. Ketika Syam asyik dengan profiling yang dia lakukan, dua kawan Hana meninggalkan meja karena kendaraan jemputan telah tiba, Hana kini sendiri.

"Hai Hana, aku Syam kamu kenal Pak Edi di mana?

"Eh Pak Syam, hmm Pak Edi itu suami kawan aku Sari, baru saja melahirkan istrinya itu di Surabaya"

"Oh, ok, sepertinya Pak Edi cukup populer ya?"

"Hahahaha iya, beliau sering mentraktir kami waktu itu, makan-makan, karaoke, beliau itu mengajar di Pusat Latihan dimana kami belajar"

"Oh pantas, lalu ada kawan yang nyantol ya?"

"Nah, Sari itulah akhirnya yang kena, he he he he, jadi istri kedua, padahal istri pertama Pak Edi itu galaknya minta ampun, kami pernah dilabrak ketika sedang karoke rame-rame, semua kena semprot"

"Ha ha ha ha ... Mantap lah pasti!"

"Pak Syam kenal Pak Edi juga? By the way mau ke mana ini?"

"Gak, kenal di pesawat aja kok. Aku belum tau mau ke mana ini, dalam rangka mencari seseorang di Jakarta sih... Pacarku, pramugari juga, kabur entah sama siapa, gak mau nemuin aku lagi"

Syam mencoba teknik mirroring untuk membuat Hana nyaman berbincang dengannya sehingga mendapatkan kepercayaan. Sekaligus fakta bahwa perempuan sangat suka drama percintaan dan selalu ingin tahu membuat kewaspadaan menurun.

"Ooh, maskapai apa Pak?"

"Adalah... He he he, Hana tinggal di Jakarta?"

"Tidak Pak, base ku di Surabaya"

"Sekarang ini menginap di mana? Aku mau cari hotel juga, tempat di mana para Pramugari menginap, siapa tau ketemu dia"

"Ha ha ha ha .... Bapak bisa aja, kami di Hotel FM7 pak...

"Ok, aku menginap di sana juga deh... Doakan ya bisa ketemu pacarku di sana"

"Siap pak! Semoga sukses"

Jemputan Hana pun tiba, dia bergegas meninggalku.

***

Pukul 20:00 Syam sudah check in di Hotel FM7 dengan identitas baru yang telah disiapkan oleh Bianca. Segera setelah ia menerima kartu kunci kamar, Syam duduk di lobby, sengaja dia memilih tempat yang pasti dilalui tamu hotel dan memastikan dirinya terlihat oleh mereka. Sebagaimana yang Syam perkirakan, Hana tampak segera akan melintas, kali ini bersama seorang perempuan lain dengan karakter kurang lebih sama. Hana muncul dengan dandanan yang sama sekali berbeda, kali ini dia tidak berjilbab. Rambut pendeknya dia ikat satu di belakang, mengenakan T-Shirt lengan panjang kuning muda dengan gambar pisang terkelupas di bagian dada. Kawannya, bercelana pendek berkaus putih dengan lambang Nike berwarna biru tua di dada kanan. Sepertinya mereka mau mencari makan malam.

"Eh Pak Syam beneran nginep di sini?"

"Iya, habis bingung gak tau harus ke mana"

Hana tersenyum sambil memperkenalkan Dita, kawan sekamarnya sesama pramugari.

"Pada mau ke mana ini?"

"Cari makan malam pak"

"Ooh, kalau mall sekitar sini, di mana ya? Aku perlu beli baju dan beberapa barang, sama sekali tidak bawa ganti baju soalnya, maklum lah... "

"Ooh, di mana ya pak? Mall Pluit kali ya... yang pinggir laut itu"

" Oh, yuk makan di sana aja, aku traktir deh, sekalian aku belanja ...Ayolah..."

Sedikit ragu namun akhirnya Hana dan Dita bergabung denganku dalam sebuah Taxi berwarna biru menuju Bay Walk Mall di kawasan Pluit di pesisir Jakarta.

Jam di dashboard Taxi menunjukkan pukul 20:40 ketika kami sampai di lobby mall, kami bergegas masuk, naik ke Lantai 5 dan kami pun makan di salah satu merchant di sana. Sambil kami mengobrol aku memperhatikan lebih detail profile Hana dan Dita, keduanya menarik dari sisi wajah dan penampilan. Hana berasal dari Kediri Jawa Timur, keluarga besarnya berada di sana, dia anak pertama dari 4 bersaudara, merasa dirinya tidak cukup pintar ketika lulus SMA dan memutuskan mendaftar menjadi pramugari yang gratis sekaligus bisa cepat dapat uang. Tersirat juga ungkapan bahwa Hana memiliki kecenderungan menjadi sosial climber, memanfaatkan penampilannya dan kepramugariannya untuk turut merasakan kehidupan sosial di strata di atasnya. Cerita-cerita bahwa Hana kenal beberapa pengurus pusat Partai, Pengusaha dan Kepala Daerah menggambarkan hal itu.

Sementara Dita, lebih pendiam dia banyak mendengar dan tersenyum merespons cerita Hana yang seru. Dita berasal dari Sulawesi Utara, bapaknya konon berasal dari Jawa, ibunya adalah perempuan Sangir Talaud. Kulitnya putih, wajahnya manis apalagi jika tersenyum.

Syam terpesona oleh Hana, pakaiannya yang tertutup ketika bertugas dengan mengenakan jilbab, namun ketika lepas kerja dia mengenakan pakaian pada umumnya perempuan Indonesia lainnya. Wajah lembut perempuan Jawa namun ceplas-ceplos khas Jawa Timuran ya membuat Syam sungguh tertarik kepada Hana. Dominasi Hana dalam pembicaraan membuat keberadaan Dita sedikit terabaikan.

Selesai makan dan belanja beberapa kaos dan celana pendek, mereka bersiap pulang menuju lobby mall. Tiba-tiba telepon Hana berdering, Hana buru-buru menerima telepon dan menjauh dari Dita dan Syam untuk menerimanya. Dita membuang muka, melihat ke arah keramaian lobby mall, Syam sedikit kikuk, namun kemudian mengalir Dita untuk melangkah ke lobby meninggalkan Hana yang berbicara melalui telepon.

Di lobby, Syam mengeluarkan sebatang rokok, menyulutnya dan menawarkan sebatang kepada Dita. Dita menerima, kemudian mereka berdua merapat pada asbak besar dan merokok di sana sambil basa-basi.

"Besok terbang ke mana Dita?"

"Aku cuti 2 hari, hendak urus visa kak"

"Mau liburan ya?"

"Iya, ada yang ajak jalan ke Inggris bulan depan"

"Asyik dong! Hehehe aku belum pernah ke luar negeri. Caranya ke luar negeri pun aku tak tau"

"Ah bohong! Dusta ya.. hahahah"

Hana datang, dengan muka masam.

"Sorry ya say.. si tua itu lagi marah-marah" ujar Hana kepada Hana.

"Maaf ya Pak Syam, aku mesti buru-buru balik ke Hotel, mau naik ojek aja, maaf ya Pak Syam bareng Dita, sorry ya say...'

"Ya udah..." Jawab Dita singkat sambil mematikan rokok ke asbak.

Hana berlalu, bergegas menuju ojeg yang mangkal di tepi jalan.

"Kenapa dia Dita?"

"Biasa, lakinya nyariin, gak ada di hotel ngamuk paling, laki sirinya jenderal polisi, tukang ngamuk dan baperan!"

"Ooh.... Ya udah, yuk balik"

"Ntar aja ah baliknya, itu kalau ada bapak itu, lakinya Hana, yang ada aku diintrogasi, kemana aja sama siapa Hana pergi...ntar aja balik hotelnya, ke kafe dulu aja yuk"

"Duh, aku belum mandi dan ganti baju... Ya udah ayuk, ke mana? Aku kan gak paham daerah sini.."

"Ke Clover aja yuk.. gak berisik, enak buat ngewine, kakak bisa kan minum wine?"

"Yuk, nanti kamu ajari ya..."

***

Syam dan Dita pun duduk semeja, sebotol redwine ada di bucket berisi es, dua buah gelas tinggi di hadapan mereka. Sepiring nachos dengan keju meleleh sempurna menemani obrolan mereka berdua. Syam yang sungguh menguasai teknik-teknik ngibul dan tebar pesona mendapat kepercayaan Dita. Hingga telepon Dita berdering, Hana menelpon menanyakan keberadaan mereka kenapa belum balik.

"Hai say... Aku sama kak Syam di Clover, ngewine nih.. gimana laki lu dah balik ke keluarganya? Ha ha ha ha"

Jawaban Dita terdengar sinis di telinga berpengalaman Syam.

"Kan aku sudah bilang, tinggalin aja bikin repot iya, bikin seneng mah enggak kali... Apa bawain? Ya udah nanti kubawain sebotol"

Syam dan Dita menghabiskan sebotol berdua, sedikit alkohol membuat darah menghangat dan mood membaik. Mereka kemudian pulang menuju hotel dengan menenteng 2 botol wine pesanan Hana. Syam membayar dengan tunai sambil sengaja menunjukkan sekilas tumpukan rupiah yang ia bawa di totte bag kepada Dita. Perempuan suka pria yang berkecukupan.

***

Memasuki Hotel, Syam menuju kamarnya yang belum sempat ia masuki. Sementara Dita hendak kembali ke kamar mereka berdua.

"Aku kok gak dikasih kunci ya, hanya dikasih kartu tadi sama petugas hotel"

"Ya itu kuncinya kak Syaaaam...emang belum pernah nginep hotel? Heloooow!"

"Pernah lah, tapi pakai kunci yang ada gantungannya nomor kamar Dita...maklum wong ndeso ya..."

Perempuan suka laki-laki lugu yang kaya.

"Itu nanti di tempel aja Kak Syam.... Ya udah nanti Dita bantu bukain pintunya dulu...hi hi hi... Kamar berapa?"

"Gak tau nih..." Syam menyodorkan kartu kunci.

"711, wah ini kamar junior suites mahal ini ya?"

"Gak ah, cuma 1,2 juta aja kok... Sebulan"

Perempuan suka laki-laki bodoh yang konyol seolah mudah diperalat.

"Sehari kaliiiiii!"

Sampailah di kamar 711, kamar terbuka Syam masuk. Ada sofa tamu di situ dan ada meja makan juga, tempat tidurnya besar, luas ruangannya kurang lebih 50 meter persegi. Dita ikut masuk, melihat-lihat ruangan, membuka kamar mandi dan berseru.

"Wah, ada bath tub ya, enak nih berendam di sini"

"Ya udah pakai aja, tapi gak ada gayungnya ya?"

"Ha ha ha Kak Syam lucu banget..."

"Eh yang sebotol kita buka aja yuk Dita, nanti sebotol lagi buat Hana"

"Ayuuk, nanggung kan ya... Ha ha ha"

Mereka berdua pun minum lagi, hingga wajah semakin memerah dan rasa malu dan sungkan mulai berkurang.

"Dita, cara mandi pakai bath tub gimana?"

"Ha ha ha...bilang aja mau ngajak berendam bareng... Sini Dita kasih tau..."

Dita menyalakan kran air di bath tub berbentuk sudut yang tampaknya memang didesain untuk berendam berdua itu, udara hangat memenuhi ruangan kamar mandi yang juga lega itu. Dita meraih telepon, melakukan panggilan antar kamar menyampaikan bahwa dia ada di kamar 711.

" Sini aja say, kamar 711 kamarnya kak Syam, enak ini..minum di sini aja sambil ngobrol... Ya udah kalau gak mau, aku di sini dulu sebentar ya..."

Air sudah separo penuh, Syam membuka baju, tubuh berototnya yang dihiasi beberapa bekas luka menarik perhatian Dita.

"Wow...."

Sebelum Dita menyelesaikan kalimatnya, Syam telah merengkuhnya dan memagut bibir Dita lalu mengulum melumat dan memilin lidah dalam sebuah ciuman panjang. Dita tidak menolak, sedikit kaget namun meladeni ciuman Syam dan memeluknya. Dua menit mereka berciuman dengan gairah, Syam melepas kaus Dita, membuka kait bra dengan tetap mengulum bibir dan mengecupi leher dan belakang telinga Dita.

Entah dengan cara bagaimana pakaian keduanya telah lepas berserak, keduanya telanjang bulat, masuk ke dalam bath tub berair hangat. Melanjutkan kegiatan manusiawi memadu gairah. Saling mengusap, mencium, mengecup, mengulum, meraba dan pada akhirnya mereka menuntaskannya dalam sebuah senggama dan mencapai orgasme bersama. Dita terkulai dalam pelukan Syam, sementara air mulai mendingin seiring dengan mendinginnya gairah mereka berdua.

***

To be continued
 
godluck om
semoga dilancarkan ceritanya, dilancarkan RLnya,
salah satu cerita yg potensial banyak peminatnya ,
yg terdahulu sdh tamat kah ?
 
Ini kisah syam akhir nya di bawa ke cebung jga yah
Tpi lama update gak yah kek yg di sebelah
 
Bimabet
hhhhmmm...kok cm dicerai...kan rencananya mo bales...dan kutukan dr ratu mistis dadakan yg bilang syam pasti cari dia lagi dan ane curiga yg bunuh istri pertama syam nih...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd