Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sweet Spot

Status
Please reply by conversation.
"Mohon maaf TS sempat hiatus karena sempet mikirin ini bakal dipost atau enggak yah.."


Post Aja Bray .. berbagi ketegangan .. hahaha
 


Sore hari itu kawan-kawan sedang kumpul di kolam renang belakang teras. Usai berhubungan intim tadi selly tiba-tiba masuk angin muntah-muntah dan akhirnya kubiarkan dia istirahat di kamar. Mungkin karena perjalanan jauh naik motor kena angin-anginan. Aku sempat duduk nyemil sambil melihati kawan-kawan lagi nyantai ada yang gitaran, mesra-mesran, main catur yah pokoknya suasana asiklah untuk kumpul-kumpul. Oh, yah di group kita yang paling muda itu Alvin , bisa dibilang adik kelas ku dia. Dia satu almamater yang sama denganku tapi beda jurusan yah jurusan bisnis dan masih pertengahan semester. Tapi, gitu-gitu dia pengusaha muda, punya bisnis jual beli sepeda downhill dan sekarang anaknya lagi belajar bisnis jual beli motor moge sama koh eko. Kalau ngomongin usaha itu kita paling semangat. waktu itu aku, alvin, koh eko, dan ayah sempat ngomongin soal peluang usaha. Karena kita sama-sama punya passion jadi topic obrolanya panjang. Ada rencana kita mau bikin Bank pengkreditan rakyat di suatu daerah soalnya ayah punya banyak kenalan pejabat daerah jadi bisalah aku open minded sedikit. Karena aku paham betul hukum perbankan jadi asik aja jelasinya kalau di kelokan dikit dari segi bisnis. Apalagi keuntunganya berkali-kali lipat jika nanti aku menjabat jadi notaris di suatu daerah terus jadi direktur atau komisaris BPR kan nanti akta larinya ke aku semua...hehe. Jadi sekali lempar dua target kena.

Usai bincang-bincang panjang lebar dan akhirnya berakhir pada titik temu yang memuaskan. Aku sempat nih curi-curi pandang ke mbak reni. Bukanya apa-apa bro bening. Heran kenapa ayah ngebet sama selly. Padahal mbak reni itu bening juga loh kayak ada blesteran-blestran gitu kali yah tapi bukan chinese. Ketika doi lepas dari ayah ngeloyor ke kamar mandi atau apalah karena mungkin cuman bisa pelanga-pelongo gak jelas . Isenglah aku ngeloyor juga “DENGAN HARAPAN” bisa ngobrol-ngobrol sama doi. Awalnya aku duduk di ruang keluarga menonton TV asik merokok. Nah, kebetulan beberapa menit kemudian doi lewat nih.

“Sini mbak ikut nimbrung” Saut ajak ku friendly
“Mbak-mbak ...emangnya gue mbak loe....” Balasnya yang lucu
“Tua banget sih nonton berita..***nti dong” Imbuh asiknya duduk di sampingku sambil mengonta-ganti chanel tv yang kemudian berhenti pada chanel tv HBO.
”Berapa sih umur loe? 21 yah...Masih kuliah kan” Lanjutnya
“Sekarang 25 sih mbak......kalau mbak berapa?” Ucap tanyaku balik
“Serius 25? Sama dong kayak gue....kalau lahirnya bulan apa dik?” Tanyanya balik
“Januari mbak...hehe....kalau mbak bulan apa?” Tanyaku balik
“ihhh aturan gue kali manggil loe mas” Balasnya
“Awas loh panggil gue mbak lagi.....gue november tauk....berarti loe tuan dari gue” Sautnya

Ngobrol-ngobrol panjang lebar kayaknya doi asik juga nih buat jadi temen ngobrol. Pantas bening orang menado juga satu kampung sama cici lucy. Tapi , doi bilang bokap orang philipina dan udah lama cerai sama nyokap. Daripada nanti doi keingget masa lalu yang suram akhirnya aku belokan saja topiknya kearah yang lebih menarik. Awal kenal pendekatan seorang jablay harus pinter-pinter juga untuk memilih topik yang jelas jangan singgung soal job doi. Plus janganlah berlagak menjadi orang yang sok suci karena bakalan aneh untuk awal pendekatan. Doi suka nonton film barat khususnya TV series US dan ngikutin banget sama Game of thrones....wahh makin panjang lebar lah kami ngobrolnya. Karena aku penggemar film game of thrones jadi sama-sama nyambung.

“KLOP” Asik kalau di ajak ngobrol, cantik, plus toge lagi. Sehingga adalah sebuah “NIAT” untuk berbuat sesuatu. Seminggu kemudian semenjak kami usai touring , hubungan ku dengan selly semakin intens. Sehingga mudah aku untuk menjinakan dirinya agar nurut dengan apa yang aku katakan. Dari mengecamkan untuk memakai KB dan mengerti keadaanku yang sudah memiiki istri. Gampang aja kok jika mau membuat seorang wanita mau ikut dengan kita. Dia mau ikutin aturan kita atau kita ikutin aturan doi yang sebenarnya enggak banget. Jika sudah mendapatkan hati gak usalah harus menutupi sesuatu yang pada nantinya dapat mempersulit diri ku sendiri. Life is simple. Kalau dia enggak mau yah sudah tinggalkan. Tapi, untungnya selly yang sudah main perasaan denganku mau ikutin rules yang aku buat baginya. Bagiku sendiri selly adalah gift , andai seseorang yang di luar sana tidak memperkenalkan ku dengan bapaknya koh eko. Mungkin , aku tidak bisa menikmati semua ini. Tapi, ada sesesuatu yang lebih penting dari semua ini.
Malam minggu ku itu hari senin sampai rabu, kamis hingga minggu itu merupakan hari yang haram untuk keluar rumah, Yap nyenengin anak dan istri. Kecuali kalau ada alasan yang jelas soal kerjaan saja aku bisa keluar rumah dengan tenang di hari itu. Terkadang aku buat-buat sih hehe. Kira-kira hari selasa aku janjian dengan reni mau ketemuan. Tadinya mau ngajakin doi nonton tapi dia gak bisa keluar diatas jam 10 di tempat kerjanya. Yah, pijat & spa plus-plus gitulah di daerah jakarta selatan sana. Aku sempat menunggunya di depan tempat kerjanya sambil ngobrol-ngobrol sama tukang parkir. Hingga akhirnya ia pun keluar dari tempat kerjanya dengan wajah yang agak sedikit kelelahan. Wajah cantiknya itu seperti baru saja diterpa dengan kebosanan hingga membuatnya sedikit lelah.

“Si selly gak apa-apa nih loe ajak jalan gue?” Godanya ketika bonceng dibelakang
“Jalan kemana bu? Mall pada tutup..haha” Sautku
“Terus kemana?” Tanyanya
“Eh, ke apartement gue yuk , Gue adalah loh GOT yang baru”Ucap asik ku yang padahal modus
“Udah nonton belum?” Imbuhku
“Belum...eh...eh....Cowo gue mati ga?” Saut penasaranya
“Siapa? Jon snow? Ngarepppp....itu gue kali” Balasku
“Iihhh....Jauh gila” balasnya

Sebelum ke apartement aku sempat membeli nasi goreng di jalan untuk dibawa pulang. Ketika sesampainya di apartement reni sempat celingak-celinguk melihati isi dalam apartementku yang yahhh masih kosong melompong . Hanya di isi 3 perabotan saja kasur, sofa, dan TV sedangkan kitchen set memang sudah ada dari sananya, itu pun boro-boro di isi perlengkapan memasak. Hanya ada panci 1 , piring 3, dan sendok 2. Sebenarnya apartement ini merupakan ruangan tenang ku untuk mengisi waktuku dari kepenatan dunia luar dan menjadi ruang pikirku untuk belajar. Banyak buku-buku hukum berserakan dibawah sofa.Jika aku inggin sendiri yah disini tempatku.

“Ini apartement atau kostan dik?” Sindir reni
“Haha....sorry-sorry berantakan yah” Ucapku tertawa
Reni pun sempat berjalan menuju sofa ruangan keluarga . Ketika melihat banyak buku-buku yang berserakan dibawah ia sempat merapikanya.
“Jangan ren, biar gue aja” Ucapku yang saat itu sedang membawa piring dan sendok
“Udah gak apa-apa. Loe duduk aja” Sautnya
“Gila loh , gak bisalah...loe kan tamu gue, masa loe gue suruh bersiin apartement gue” Ucapku sambil membantu membuang sisa bungkus rokok bekas kemarin.

Ketika ruangan sudah agak rapian kami berdua pun duduk merapat sambil menonton series game of thrones. Ketika usai menonton episode yang sempat membuat reni senang karena jagoanya enggak mati di tusuk-tusuk. Piring –piring bekas tadi kami makan pun ia cuci di dapur hingga membuatku memiliki kesan yang baik tentang dirinya.

“Pasti beruntung banget yah cowo loe, punya cewe kayak loe” Pujiku ketika ia usai mencuci piring
“Kenapa tuh?” tanya dengan wajah mesem
“Gak kenapa-kenapa sih....hahaa” Candaku yang
“Yeee baru jantung gue dag-dig-dug .....ehh loe bikin merosot jatuh” Saut reni
“Haha...yah enggak sih gue suka aja ngeliat cewek ngertiin keadaan kayak loe”
“Mmmmm...maksudnya apa tuh?” Goda reni dengan wajah mesemnya
“Gombal parah loe yah dik...hehe” Lanjutnya

Kami sempat melanjutkan ngobrol-ngobrol di beranda sambil duduk santai menghisap rokok melihati view kota jakarta dari lantai 6 . Karena kuatau reni cewek bispak gampangan jadi yah aku dapat dengan mudah melakukan kontak badan , bercengkrama mesra denganya di kursi pantai yang terletak di beranda. Disela-sela kami sedang mengobrol asik....

“Ehh...sorry salah pegang” Candaku saat itu meremas buah dadanya
“Bilang aja doyan...***k usah pakai salah” Goda reni dengan dengusan tawanya
“Loe sering ngewe yah sama selly disini” Tanyanya
“Gue udah putus kali sama selly ren....” Jawabku
“Ouhh...sorry...” Balasnya singkat
“Kenapa dik kok bisa?” lanjutnya
“Kepo” Jawab singkatku
“Yah, udah gak perlu tau deh” ngambeknya
“Pundungan yah loe kayak abang-abang cilor” Sautku
“Hahaha....apaan sih ...masa gue disamain sama abang-abang cilor” Tawanya terbahak-bahak
“Yah, gue di duain, dia bunting ren sama cowok lain” Ucapku
“Ouhh....begitu....terus jomblo dong sekarang?” Tanyanya
“Iyah, Yuk daftar sini ada lowongan kosong” Balasku
“Kok, jadi kayak sales sih...hehe” tawa kecil reni

Ketika itu aku sempat meremas gemas buah dadanya yang berisi itu lalu kucuri bibir manisnya hingga akhirnya kami berdua pun bercumbu.Kala itu reni sempat gelagapan menerima serangan lidahku yang sedang bergumal masuk kedalam mulutnya . Dadanya pun kembang kempis hingga membuatku semakin meremas gemas buah dadanya yang terasa kenyal nan lembut itu.

“Gue serius ren” Saut bisik ku dengan saling berkontak mata usai kami bercumbu
“Loe mau jadi cewe gue ga?” Lanjutku
“Dik, kenapa loe mau gue jadi cewek loe?” Tanya reni
“Loe cuman mau body gue aja kan?” Lanjutnya
“Kalau loe cuman mau body gue, gue kasih kok dik....for free....loe bisa pake gue”

Entah, feeling apa yang membuatku semakin penasaran denganya. Apa mungkin ini berbeda dari kenyataan? karena pada dasarnya lain di mulut lain di pikiran. Sehingga aku pun mencoba untuk menggali lagi sisi emosionalnya.

“Gue suka elu dan gak perlu lagi kan di pertanyain?”
“Iyah, gue tau tapi cuman suka body gue aja...loe mau make gue...gue kasih kok memek gue dik” Balasnya
“Kalau body....Jujur iyah gue suka”
“Tapi yang paling gue suka bukan itu ren”
“Sifat loe yang asik, attitude loe yang pengertian, ini dari sisi gue yah” Ucapku sambil mengelus pipinya
“Kita sama-sama klop juga...kenapa enggak?” Lanjutku
“Gue bisyar dik....loe masih tetep mau sama gue? Memek gue udah sering di pake banyak orang” Ucap reni dengan tatapan kedua bola mata yang agak sedikit lelah.
Kupeluk erat tubuhnya hingga aku pun berkata padanya.
“Ren, gue gak peduli loe bispak, loe bisyar, apalah....gue butuh loe nemenin hidup gue” jawabku dibalas dengan tanganya yang memeluk ku

Respect. Yah, Respect hal itulah yang aku lakukan bagi reni saat kami sudah mulai menjalin suatu hubungan. Malam itu kami berdua tidak melakukan hubungan intim. Karena aku tau reni amat begitu lelah, jadi aku memutuskan untuk membiarkan dia istirahat. Esoknya aku mengantarnya seperti biasa dan beberapa hari kedepan jika aku ada waktu , aku menjemputnya pulang. Aku melihat sesuatu di dalam diri reni yang tidak dimiliki oleh wanita murahan lainya. “FIGHTER”. Yap, dia pejuang tangguh meskipun lingkungan pekerjaanya menutut dirinya untuk menjual alat kelaminya. Apa yang dia lakukan di jakarta itu semata-mata untuk menghidupi nyokap dan adiknya yang masih SMA di kampungnya sana. But, life is matter for her. Aku memberikan perhatikanku lebih kepadanya , tanpa menuntut sesuatu yang sebenarnya aku ingginkan darinya. Yap, semua itu ada waktunya seperti layaknya menunggu buah yang sebentar lagi akan masak. Hubungan sexual itu akan terasa lebih intens jika pasangan yang meminta, bukan kita sendiri yang memetik buah yang belum masak itu. Hari itu aku menjemput reni seperti biasa. Namun aku mengiringnya untuk ngopi sejenak di cafe daerah kemang. Ada sesuatu yang inggin aku bicarakan kepadanya.

“Besok loe berhenti kerja disana” Ucapku yang sempat membuat kedua bola mata reni terbelalak
“Terus gue makan pakai apa dik?” Balasnya
“Loe kerja sama gue” Ucapku
“Oh, iyah besok loe juga cari universitas baru”
“Loe harus kuliah” Lanjutku
“Cari tempat kuliah kelas karyawan aja , yang ada kuliah malam” Lanjutku lagi hingga membuat reni nampak speechless.
“Dik, loe serius?” Reni yang saat itu shock mendengar ucapanku
“Iyah, loe cewek gue, gue mau elu jadi cewek berharga bagi gue” Ucapku yang membuat reni pun tak kuasa mencengkram erat tanganku hingga menatapku dengan penuh harapan.

Aku sempat memberikan kunci apartementku kepadanya . Mulai besok aku menyurunya tinggal disana. Berhubung aku tidak ada waktu bertemu denganya untuk beberapa hari kedepan sehingga aku memberikan ia uang saku untuk survive dan ongkos bensin untuk mencari-cari kampus baru. Yap, doi punya motor matic jadi aku tidak perlu kawatir soal kendaraan. Pada hari selasa pagi aku baru bisa menemui reni karena senin aku sempat mengantar linda checkup kandungan yang waktu itu usianya masih genap 4 bulan. Awalnya tak ada yang aneh semua terlihat biasa-biasa saja , doi sempat memperlihatkan ku hasil pencarian universitas meminta pendapatku karena aku yang menyekolahkanya. Okay, aku cukup senanglah dengan semangatnya. Doi mengingginkan kuliah di kampus swasta yang biayanya yahhh....cukup mahal lah.

“Loe gak kerja dik? “ .
“Oh, iyah lupa ada kerjaan lagi banyak” ucapku
“Yah udah gihh sana kerja dulu.....” Sautnya
“Oh, okay-okay eh...gue kesini lagi hari senin depan yah...sorry banyak urusan”
“Iyah....makasih yah”
“mmm..dik....jangan lupa duit masuknya harus disetor” Sautnya
“Soalnya katanya bulan desember udah harus di lunasin” Lanjutnya
“Okay, wa in aja no rekening loe” Sautku

Aku merupakan orang yang sensitif dengan prilaku seseorang , mungkin aku memiliki bakat profiling. Jika ada sesuatu yang aneh itu rasanya amat begitu menyengat bagiku. Yap, saat itu aku merasa reni mengusirku secara halus dengan kalimat pengalihan yang cukup klasik. Sebelum aku angkat kaki dari apartementku aku sempat bertegur sapa dengan cleaning service yang aku kenal dekat. Yap, mas kawung. Kami berdua sempat mojok nongkrong di pintu darurat sambil asik merokok dan tentu saja aku inggin mendengar hasil pemantauanya beberapa hari ini tentang kegiatan reni di apartement. Mas kawung bilang kepadaku jika reni jarang berada di apartement. Perkataan darinya itu menimbulkan kecurigaan bagiku dan akhirnya aku pun kembali memerankan lakon bourne identitiy. Pada saat itu juga aku mengirimkan sejumlah uang puluhan juta ke nomor rekening reni yang akan dibayarkan untuk biaya masuk universitas. Sempatlah aku kabari lewat wa sudah ku transfer dan bukti screen shootnya aku kirm juga lewat e banking. Aku sempat menunggu dengan tenang sambil menonton TV di ruangan cleaning service sambil menunggu kabar dari mas kawung jika reni meninggalkan apartement.

“Mas-mas “ Ucap seseorang pria
“Oiii..opo wung? “ Sautku terkaget dari tidurku
“Reni metu mas” Saut mas kawung
“Ok....ok” Ucapku terburu-buru
“Wung, aku nyele jaket karo motor mu sek yo” Ucapku
“Oh, iyo yo siap mas....iki mas” Mas kawung memberikan jaket dan kunci motornya kepadaku
“Wung-wung awasi reni sek wung....”Ucapku

Begitu cepatnya reni keluar dari apartement , sehingga sempatlah aku kehilangan jejak darinya. Namun tak lama aku gas motor matic mas kawung dengan kecepatan tinggi berharap agar bisa menyusulnya. Kedua mata elang ini pun pada akhirnya menemui sosok seorang wanita yang kukenal dari postur tubuhnya dan motornya sedang membelokan motornya kearah indomaret. Ketika itu dari jarak 20 meter aku yang masih mengenakan helm full face dan jaket mas kawung sedang memperhatikan ia keluar dari indomaret dengan membawa barang belanjaan yang cukup banyak. Pokoknya yang terlihat dengan jelas itu botol coca cola dan sprite yang kurasa ia beli cukup berlebihan. Ku ikuti terus kemana laju roda motornya berjalan hingga akhirnya aku memasuki daerah cengkareng. Wuih......jauh bener...mau kemana nih?. Pikirku saat itu. Setelah ku ikuti kemana motor maticnya berkelok-kelok akhirnya ia pun memberhentikan motornya di depan suatu rumah kecil yang memiliki halaman yang luas dengan pagar bercat warna hitam. Di halaman rumahnya terdapat mobil offroad dan mobil kijang lama yang bisa dibilang sudah dimakan usia. Kedua bola mataku sempat memercing ketika seorang pemuda mungkin masih SMA-kuliah membukakan pagar ketika reni masuk. Agar tidak terlihat mencurigakan aku sedang mengawasi gerak-gerik mereka,aku sempat pura-pura mengoprak-oprek motor mas kawung di pinggir jalan sambil mengintip-ngintip keadaan apa yang terjadi di depan mataku. Ketika itu aku melihat pemuda itu merangkul pinggul reni , sementara itu reni terlihat amat riang dan berjalan genit mengikuti langkah pemuda itu masuk kedalam rumah sambil membawa barang belanjaan.

Back to 2-3bulan sebelum aku mengenal dekat koh eko.....


Aku memiliki banyak kenalan pengembang/devoloper yang diantaranya merupakan devolper besar yang amat begitu dekat denganku bahkan menganggapku sebagai saudara karena aku sering menolongnya. Kami benar-benar menjaga hubungan baik sampai akhirnya anaknya terkena musibah. Sore hari itu seorang bapak yang hatinya sedang hancur duduk bersamaku di teras rumah. Kedua bola matanya memandangi teduh sebuah patung kayu tanpa mengeluarkan satupun kata dari mulutnya. Perasaan ini membuatku sedikit awkward , namun sebelum aku membuka topik soal perumahan yang baru saja selesai sertifikatnya di pecah, ia pun berbicara kepadaku.

“Hari ini saya baru saja habis dari rumah sakit” Ucap pria tua itu
“Saya terpukul, mendengar kata dokter anak saya akan lumpuh”

Bluprint gambar pemetaan pun aku gulung kembali ketika mendengar sebuah kicauan seorang ayah yang tua rentah yang sedang merindukan anaknya.

“Dokter menyarankan , berobat ke singapore....”
“katanya tak ada jaminan untuk sembuh”

Aku pun menggeser kursiku mengusapi punggung pria itu yang semakin membungkuk menangis memikirkan nasib anaknya yang kutau korban narkoba. Berita terakhir yang kutau anaknya masuk rumah sakit overdosis.

“Syarafnya sudah rusak parah, ***ra-gara barang bajingan itu” Ucapnya dengan tubuh yang bergemetaran.
“JIKA POLISI GAK BISA MEMENJARAKAN BAJINGAN ITU, SAYA YANG AKAN BUNUH BAJINGAN ITU” Teriak pria itu dengan tremor tubuh gemetaran.
“Sabar pak” Ucapku
“Polisi sudah bekerja dengan baik, mungkin belum cukup alat bukti” Imbuhku
“Kamu orang hukum kan? Kamu pasti bisa penjarakan bajingan yang ngebuat anak saya seperti ini”Ucap pria itu hopeless
“Iyah, saya orang hukum pak, tapi saya bukan penyidik” Balasku
“Saya sudah menyewa pengacara tapi hasilnya Nol besar” Ucapnya dengan wajah yang lesu
“Tolong saya....saya bayar berapapun dik!!!” Ucap pria itu dengan nada hopeless
“Berapapun kamu mau “ lanjutnya dengan nada suara yang lemas.

Urusan dengan gembong narkoba aku sudah kapok. Tapi, entah angin apa yang memanggilku untuk menolong pria ini. Jujur aku tidak mengingginkan sebuah bayaran. Toh, untuk apa? Bagiku yang kumiliki sekarang dan di masa yang akan datang insya allah sudah cukup untuk membahagiakan orang-orang yang aku sayang. Tapi, aku percaya Tuhan itu ada dan keadilan itu ada. Selama masih ada nurani, disitulah letak keadilan yang hakiki. Karena bagiku keadilan yang seutuhnya itu berasal dari nurani seorang manusia. “There’s no justice for the ones who are in love” . Merupakan sebuah kata kiasan, keadilan itu tidak akan pernah ada bagi seseorang yang tidak inggin memberikannya secara Cuma-Cuma. Karena pada dasarnya tak ada yang adil di dunia ini.

“Bisa tolong panggilkan penyidik yang mengurusi kasus anak bapak?” Ucapku
“dulu saya pernah berurusan sama bajingan-bajingan model begini” lanjutku
“Mungkin ada yang bisa saya bantu”
“Bener dik??” Ucap pria itu mengcengkram pahaku dengan tenaganya hingga membuat ku tersenyum asam.
“Iyah bapak, saya minta bapak harus sabar dan tolong jangan ngelakuin sesuatu di luar hukum” Ucapku
“Baik-baik saya hubungi ***** sekarang” Ucap pria itu

Melihat orang itu bersemangat mencari nomor seorang penyidik di smartphonenya sambil memercingkan kedua bola mata sipitnya. Aku menjadi khawatir dengan harapan besar yang ia taruh kepadaku. Sebelum aku bertaruh dan memasuki sebuah medan yang belum kenal. Aku harus berkata jujur mau bagaimana pun juga aku hanya melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang aku miliki. Usai ia menelpon seorang penyidik yang ia kenal dekat aku pun berkata...

“Bisa bicara sebentar pak” Ucapku
“Yah-yah...bagaimana itu dik?” Ucap pria itu excited
“Saya minta bapak jangan pernah melakukan sesuatu di luar hukum jika saya gagal” Intonasi pengulanganku menatap kedua bola matanya dengan tajam.
“Ok-ok dik....saya janji tidak akan melakukan apa-apa saya serahkan semuanya sama kamu saja” Ucap pria itu.
“Okay” Jawabku singkat lalu aku pun berfikir.
“Jika terjadi apa-apa dengan saya. Saya titip keluarga saya” Ucapku memandangi pria itu dengan suatu keikhlasan. Hingga ia mencengkram erat tanganku lalu mengangguk-anggukan kepalanya hingga menunduk begitu lama.




---------------------------------
 
Terakhir diubah:
Dikerjain sama reni, ternyata reni pandai memainkan peran.

Lanjut om
 
Show me your potential

Daripada suasana semakin keruh , aku mencoba untuk membuat pria itu sebut saja pak tulus, melupakan sejenak. Kualihkan topik mengarah keurusan yang lebih penting yaitu proyek perumahan kelas menengah yang aku garap denganya. Kabar baik dariku pun rupayanya membuat pria itu nampak biasa-biasa saja. Yah, apalah artinya profit dibandingkan dengan memikirkan kondisi anak yang masih terbaring di rumah sakit. Ketika pria itu menelpon kembali penyidik agar cepat datang kerumanya. Rupanya membuatku semakin tak nyaman, sehingga kuputuskan untuk izin sejenak kebelakang yang sebenarnya aku inggin menghisap rokok. Pada kenyataanya aku harus siap dengan konsekuensi yang aku ambil ini merupakan salah satu kebodohan mencampuri kehidupan orang lain. Tindakan ku yang terbilang sok pahlawan ini rasanya inggin kudrop begitu saja. Aku memikirkan bagaimana jika nanti aku mati di DOR? Oleh gembong narkoba. Tapi, kuharap itu tidak akan terjadi , karena dahulu aku sudah pernah mengalaminya. Namun jika kupikir-pikir pengalamanku yang dulu masihlah dalam kategori flat. Bagaimana jika pengalamanku yang baru ini bisa benar-benar membuat nyawaku melayang? Ah, sudahlah I don’t care anymore.

Tak lama aku mengobrol-ngobrol dengan pria tua itu . 3 penyidik dari kepolisian pun datang, 2 diantaranya masih muda dan 1 lagi sudah terlihat senior. Basa-basi sambil ngopi lalu tibalah saatnya kami membuka main topicnya. Seorang penyidik senior pun bertanya kepadaku. Apa yang membuatku mampu mengungkap kasus penyakit masyarakat ini yang sulit tertedeksi. Dari bahasa tubuhnya aku dapat menafsirkan ia nampaknya meremehkan ku yang hanyalah warga sipil biasa. Ah, mungkin dia butuh keyakinan kalau apa yang aku bicarakan kepada pak tua ini bukanlah sekedar basa-basi. Aku pun bercerita panjang lebar mengenai sepak terjangku ketika aku mengantarkan seorang gembong narkoba dengan vonis hukuman mati yang terjadi sekitar 3-4 tahun yang lalu.Aku inggat betul dengan barang bukti yang kukirimkan berupa paket ke instansi mereka bertiga. Bahkan orang-orang yang kauntarkan status mereka menjadi tahanan. Catatan bulanan atas nama siapa? Dan beberapa bukti pendukung lainya yang ku kirim secara diam-diam untuk mempermudah proses penyidikan mereka mengejar the big boss yang melarikan diri ke negeri gingseng. Tak ada satupun kata yang terucap dari sang penyidik senior apalagi anak buahnya yang saat itu menyorotiku dengan meneleng-nelengkan kepala lalu berbisik-bisik.

“apa bapak masih meragukan saya” Ucapku

“Tidak-tidak saya tidak meragukan anda, apa yang anda katakan itu memang benar” Saut pria itu

Pria itu pun menaruh rasa hormatnya dengan mengenggam tanganku untuk berjabat tangan. Begitupula dengan juniornya yang ikut berjabat tangan denganku sambil meneleng-nelengkan kepalanya.

“Saya tidak percaya, Orang yang memberi saya kenaikan pangkat itu anda”Ucap pria itu

“Teman-teman saya pasti akan berterima kasih dengan anda” Lanjutnya

“Komandan saya apalagi...wahhh....ini berita heboh mas” Lanjutnya

“Tidak usah di sebarluaskan pak, saya tidak mau orang-orang tau tentang saya” Ucapku

Takdir. Yah, takdir inilah yang mempertemukan kami atas sebuah kebaikan di masa lalu. Melihat secara personal penyidik yang dulu pernah ikut dalam proses penyelidikan kasus gembong narkoba, kini duduk dihadapanku menaruh rasa hormat dan bangga kepadaku. Membuatku yakin jika apa yang aku ambil ini bukanlah sebuah penyesalan. Tapi, takdir ku yang harus kuterima dengan kepala yang tegap. Aku menjelaskan panjang lebar tentang kelebihanku bisa mendekati setiap orang secara emoisonal. Ibarat seperti bunglon. Penyidik senior itu pun berkata kepadaku , tak mudah untuk mengungkap kasus ini karena sudah banyak intel yang gagal mengungkapnya. Kadang barangnya ada tapi sang pemilik barangnya hanyalah seorang pemadat biasa. Bukan pengedar kecil-kecilan atau sang big bossnya. Penyidik itu pun menyuruh juniornya untuk membawakan beberapa draft dan foto-foto tempat kejadian perkara yang sudah di simpan rapih di mobilnya.

Ada banyak barang yang beredar di tempat-tempat dunia malam. Diantaranya memiliki bentuk yang berbeda-beda dari barang yang di konsumsi oleh anak pak tulus dan yang di konsumsi oleh anak pak tulus itu oplosan bukanlah murni sabu. Tapi, di campur oleh bahan-bahan kimia untuk menguatkan efeknya , yaitu FLAKKA. Kata penyidik muda. Nampaknya mas arip (samaran) ini lebih pintar dari rekan-rekan lainya. Aku yakin dia paham betul dengan kasus ini.Sehingga aku pun berencana berdiskusi lebih dalam lagi denganya. Malam itu sudah terlalu larut untuk melanjutkan diskusi yang nampaknya kurang begitu sreg bagiku. Karena di campuri obrolan-obrolan yang justru menghilangkan fokusku. Sehingga kuputuskan untuk memberi kesempatan penyidik muda ini menjelaskan lebih detail kepadaku esok hari.

Esok harinya aku mengundangnya bertamu di rumahku untuk membahas persoalan ini lebih dalam. Namanya orang pintar pasti memiliki bakat yang luar biasa namun terkadang di pandang sebelah mata oleh senior. Mas arip rupanya membawakan ku daftar pemadat yang pernah mangkir di polres di tempat clubing , tempat dimana anak pak tulus bersenang-senang. Ada banyak karena ia memberikan ku semua daftar dari tahun 2004 . Namun ia mempersempitnya menjadi 2 berkas saja yang terjadi pada tanggal & bulan yang berdekatan dengan kejadian saat anak pak tulus mulai clubing di tempat itu. Wuih, canggih benar nih orang. Batinku. Data-data itu semua ia dapat sendiri tanpa bantuan dari temannya. Aku bahkan hanya sebagai pendengar saja. Apa yang ia sajikan di hadapanku merupakan hasil buah pemikiran dia sendiri sebagai penyidik yang kupikir luar biasa. Mas arif pun melingkari beberapa foto yang menurutnya dapat memberikan titik terang pada kasus ini. Namun ia masih terlihat bingung dengan beberapa foto yang ia lingkari yang tak mungkin di selidiki semua. Oleh karena itu, ia berbicara jujur kepadaku, membuat dirinya merasa di pojokan ketika hasil buah pemikiranyaitu ditertawakan oleh seniornya , karena merepotkan dan belum tentu mendapatkan hasil. Aku mungkin sependapat dengan seniornya, tapi jika tidak di coba bagaimana bisa membuahkan hasil?

“Coba diantara puluhan orang yang elu tandain itu mana yang kerjanya gak bener” Ucapku

“Ini-nih bro...” Ucap arip

“Okay-okay.....” Ucapku melihat 6 foto yang ia tandai.

Dan ketika itulah aku menemukan nama “Lucy” dan “Reni” yang temasuk dalam daftar nama tersebut. Mereka berdua merupakan wanita penghibur malam yang tertangkap tangan memakai barang yang sama di konsumsi oleh anak pak tulus. Tertangkap artinya pernah ditahan atau di rehabilitasi.

“Terus ini di rehab?” Ucap tanyaku

“Iya bro, ini di rehab” Balasnya

“Siapa nembus duit rehabnya?” Tanyaku

“OH...” sautnya dengan kedua bola mata terbuka lebar dan ia mengerti apa yang kumaksud.

Karena belum ada datanya siapa yang menebus biaya rehab mereka berdua. Sehingga aku menyuruh arip untuk bergegas mencari tau siapa yang menebus biaya rehab mereka berdua. Tak mungkin seorang wanita penghibur menebus uang rehab dengan menggunakan biaya sendiri. Paling gajinya berapa sih dari jualan memek? Buat nebus uang rehab sebagai pilihan opsi agar tidak di penjara. Beberapa hari kemudian aku mendapatkan kabar dari arip yang menebus uang rehab mereka berdua adalah “EKO”.
 
Terakhir diubah:
Wah....bener2 kisah yang sangat berkualitas karena selain sisi lendir juga mengisahkan juga tentang penyelidikan.
Selalu setia menunggu kelanjutan kisah dari suhu @amanda12..

:mantap::mantap:
 
Trainee

Titik terang itu tak akan pernah ketemu jika masing-masing memiliki ego sendiri. Awalnya sang penyidik senior yang pernah berjabat tangan denganku tak setuju dengan permintaan anak buahnya untuk menerbitkan surat tugas bagiku sebagai penyidik sipil diluar instansi polri. Tak mudah untuk mengeluarkan surat itu, apalagi kasus ini memiliki resiko tinggi. Pada dasarnya narkoba campuran jenis FLAKKA ini masih di sorot oleh BNN. Karena peredaranya di Indonesia di anggap belum ada. Tapi, begitu kasus ini menelan korban yang di duga positif terkena efek dari kandungan obat terlarang tersebut. Kasus ini ditutup rapat untuk di investigasi lebih lanjut. Artinya sang gembong narkoba hanya mengetest saja benda haram tersebut apakah dampaknya memberikan efek yang fatal bagi pengguna jika di pasarkan secara luas. Sehingga dapat memancing penyidik ke sarang mereka dan tentu saja itu sama saja dengan bunuh diri bagi mereka sendiri, atau efeknya sesuai dengan apa yang diharapkan, sehingga mereka dapat memasarkan obat terlarang ini beredar di pasar.

Sang penyidik senior menolak mentah-mentah jika prosedur dalam penangkapan sang pelaku sesuai dengan keingginanku. Ia inggin semua berjalan dengan cepat dan tepat. Begitu pelaku ketemu langsung di grebek sehingga tidak membuang waktu banyak.

“Apa yang membuat bapak berpikir membuang waktu?” Ucapku
“Mas dika, saya setuju-setuju saja. Tapi, kalau begini caranya sama saja buang waktu” ucapnya yang kupikir bullshit
“Sudah mas dika, informasi ini sudah cukup , biar kami saja yang mengirim intel”
“Saya berterima kasih sekali mas dika sudah membantu kami”
“Ini kerjanya intel, maaf-maaf yah mas dika” Ucap pria penyidik senior itu
“Ndan mohon izin bicara” Ucap sela arif
“Mas dika ini bukan orang biasa, Jika tidak ada dia, saya tidak mungkin bisa menemukan 3 orang ini”
“Haha.... itu kan hanya dugaan saja. Belum tentu kita dapat targetnya...” Ucap penyidik senior itu
“Yah ndan, betul itu hanya dugaan, Tapi dari dugaan ini, bisa jadi membawa kita ke target” Ucap sela arif
“Ah, kamu ini....-“
“Bapak jangan mempersulit saya untuk mencari keadilan bagi anak saya” Ucap sela pak tulus
“Anak saya masih terbaring di rumah sakit”
“Bapak sudah lihat kan? Bagaimana keadaan anak saya?”
“Saya janji akan memberikan bapak 200 juta, jika bapak bisa mengoalkan surat tugas dika” Ucap pak tulus
“200 juta saya kirim ke nomor rekening bapak sekarang juga” Intonasi pengulangan pak tulus dengan kedua bola mata yang melotot kearah penyidik senior itu.
“Baik-baik, bapak. Saya bicarakan kepada atasan saya” Ucap penyidik senior itu yang begitu cepat berubah ketika uang berbicara.

Ketika itu aku melihat arif mengeleng-gelengkan kepalanya melihat sendiri prilaku seniornya. Begitu pula denganku yang hanya bisa menghela nafas dalam-dalam. Ketika surat tugas itu keluar otamatis aku harus mengikuti pelatihan dasar selama 3 minggu dan penambahan 1 minggu untuk pematangan. ternyata ada rincian gaji bulanan juga toh. Pelatihan dasar itu termasuk latihan menembak, fisik, dan beladiri dasar head to head di todong senjata dan melumpuhkan target secara cepat dengan menyerang bagian vital. Jenis senjata api yang digunakan haruslah 3 jenis yaitu revolver, shotgun, dan kaliber yang tentu saja dibatasi sesuai dengan ketentuan surat izin kepemilikan senjata api yang ku kantongi. Menembakan peluru ke target pun ada prosedurnya , jika tidak sesuai dengan prosedur ancaman pidana. Kecuali dalam kondisi genting atau ancaman bahaya yang dapat merenggut nyawa maka aturan tembakan peringatan itu di kesampingkan dan jika ku baca teliti lagi aturan tembakan peringatan itu berlaku bagi seorang petugas yang sedang menjalankan tugasnya dalam pengejaran pelaku pidana. Ah, berarti aku bisa nembak bebas dong? Anggap saja dalam posisi bahaya terus....hehe...bercanda.

Jujur saja awal pertama kali latihan menembak. Wah, ngilangin stress. Aku sangat begitu enjoy mempelajari tehnik-tehnik agar dapat menembak tepat pada sasaran. Tentu saja didampingi oleh instruktur dan ternyata aku memiliki bakat terpendam juga rupanya menjadi seorang penembak jitu. Bukanya lebay saat pertama kali menembak ternyata peluru ku tidak keluar dari sasaran yang sebenarnya merupakan hal yang normal bagi newbie. Begitu pula dengan tembakan ke 2 dan ke 3 hingga last shoot semua masuk kesasaran. Sempatlah di pertengahan menembak aku di beri petunjuk oleh instruktur bagaimana memegang senjata yang benar dari posisi bahu sampai dengan nafas pun harus diatur. Recoil atau hentakan dari senjata api yang di tembakan memang sangatlah susah untuk dikendalikan. Apalagi senjata untuk latihanya tipe revolver alias senjata api jaduls yang terbilang memiliki recoil yang tinggi.

“PLOK-PLOK” tepuk tangan instruktur ketika melihat dekat sasaran yang kutembaki
“MUANTAP...” Acungan jempol pria itu
“Wes sesok masuk brimob ae mas” Ucap pria asli malang satu ini.
“Ora, minat pak.uripe nang barak terus, isok karatan aku...haha” Ucapku

Instruktur bilang aku hanya mengasah sedikit saja agar dapat menembak sesuai dengan sasaran yang di ingginkan. Memang tembakan ku masuk sasaran semua tapi random letaknya yah sama saja bohong. Ketika latihan berjalan selama hampir 2 minggu, diam-diam kuhabiskan waktuku di lapangan tembak. Aku selalu latihan pada sore hari menjelang magrib agar tidak di tegur oleh anggota dari kesatuan brimob. Karena pada dasarnya aku boleh memakai lapangan ini dan menggunakan setiap butir peluru yang di tembakan sesuai dengan instruktur yang merupakan bagian dari latihan. Soalnya aku pernah latihan di siang bolong hingga sempat hampir di jotos oleh anggota brimob karena aku orang baru dan aku tidak bisa memperlihatkan bukti anggota brimob, satpol pp, atau anggota kepolisian. Apalagi surat rekomendasi dari kepolisian tidak aku bawa, terlebih lagi ini bukanlah lapangan tembak yang biasa digunakan oleh orang sipil atau atlet. Sehingga sempatlah aku menjadi bulan-bulanan di lapangan tembak karena sudah membuang-buang peluru .

Aku orang yang simple, jika seseorang membenciku karena mungkin aku membuatnya kesal. Aku tidak serta merta langsung memusuhinya atau mencari keributan yang baru. Jika ada kesempatan menjadi teman kenapa enggak? Apa manfaatnya besar ego untuk mempertinggi status atau pride. Bagiku pride is nothing. Aku lelah latihan sembunyi-sembunyi yang sering kulakukan di luar jadwal. Daripada menjadi seekor rusa yang was-was akan kehadiran macan. Kenapa kita sendiri yang enggak menjadi macan dan berkumpul dengan mereka? Kudekati beberapa anggota brimob yang kemarin hari menegurku hingga membuatku ketakutan setengah mati. Awalnya aku meminta maaf secara baik-baik mendatangi mereka di warteg tempat biasa mereka makan siang. Nah kan, Benar kataku mereka open minded ketika kujelaskan panjang lebar. Kami pun menjadi akrab karena aku sering mengajak mereka makan enak di luar dan karokean ketika sedang tidak bertugas. Hidup ini rasanya lebih bermakna jika memiliki banyak teman. Orang-orang yang ku kenal ini orang yang baik yang sudah menelan banyak kenyataan yang pahit. Mereka tak segan ketika bercerita ketika di tempatkan di daerah konflik, kehilangan kawan dekat, sampai dengan terkena tembakan. Percayalah mereka ini patriot tanpa tanda jasa, jika harus nyawa taruhanya, asalkan menjalankan perintah dan demi negara mereka akan berjuang sampai titik darah penghabisan. Bahkan meninggalkan anak istri menjadi taruhanya saat bertugas. Dari sinilah mungkin aku belajar tidak semuanya aparat itu seperti apa yang di gembar-gemborkan di media online. Apakah yang mencaci maki nama instansi yang terkait karena tabiat buruk mereka itu yang ujung-ujungnya duit tidak memikirkan “Hey, iniloh ada yang bertugas di daerah konflik” .

Berkat mereka aku bisa mempelajari segala jenis senjata api jenis laras panjang yang sebenarnya di luar dari ketentuan rekomendasi. Bahkan aku sempat menjajal senjata api sniper SPR 2 buatan pindad yang recoilnya luar biasa. Jika aku tidak mengenal mereka dan tetap dengan egoku. Mungkin aku tidak bisa mencoba hal yang baru, pengalaman baru, dan punya teman baru yang siap membantuku jika aku dalam kesulitan. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan yang besar bagiku. Apakah aku bisa menembak orang? atau siap menghilangkan nyawa orang? ketika aku dalam kondisi bahaya. Itulah pertanyaan yang sulit bagiku ketika surat izin kepemilikan senjataku keluar dan aku dapat memegang senjata api kemanapun aku pergi.

Rentetan latihan standart intel pun kulewati dari tes apakah aku pintar menjadi tukang kibul alias tes kebohongan yang sempurna hingga latihan fisik yang amat kubenci. Ketika aku sudah dinyatakan matang untuk membantu proses penyidikan. Oh, ini toh rasanya jadi seorang intel sungguh membuatku excited dan merupakan pengalaman yang baru. Karena dahulu aku mengawalinya dengan asal-asalan .kini ada strategi dalam melakukan pendekatan kepada target agar tidak terlalu banyak membuang waktu. Tentu saja aku di bantu oleh arif. Meskipun aku sudah mengantongi izin kepemilikan senjata api, gak ujuk-ujuk aku bisa gaya-gayaan membawa kemanapun aku pergi. Karena lebih baik tidak dibawa ketika dalam proses pendekatan target yang dinyatakan tidak mengancam nyawa. Agar tidak menimbulkan kecurigaan yang bisa melenyapkan apa yang kita sudah built dari awal.

Aku harus akrab dengan eko. Itulah awal dari proses pendekatanku agar kami mendapatkan titik terang dan rupanya eko ini adalah anak teman bisnis pak tulus. Sehingga mudahlah aku untuk mendekatinya melalui prantra pak tulus. Beberapa minggu aku mendekati eko menikmati dunia malam yang merupakan hobbynya dan disitulah mulai awal perkenalkanku dengan cici lucy yang merupakan pacar eko atau bisa dibilang teman tidurnya. Kecewa. Itulah yang aku rasakan ketika mengenal mereka berdua. Karena aku sama sekali tidak menemukan titik terang diantara mereka berdua. Mereka hanyalah dua orang pencinta dunia malam dan drugs saja. Hingga akhirnya aku pun bertemu dengan reni ketika kami hendak touring ke gunung merapi.
 
Terakhir diubah:
Asli pengalaman ente luar biasa masbro
From one comes to another and lead to another one all the way around
Si Selly muantab jaya bodinya, tinggal Reni nih yg msh penasaran ane
Hehehe
Tks ud sharing ya masbro
Salute... :ampun:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd