Sore hari itu kawan-kawan sedang kumpul di kolam renang belakang teras. Usai berhubungan intim tadi selly tiba-tiba masuk angin muntah-muntah dan akhirnya kubiarkan dia istirahat di kamar. Mungkin karena perjalanan jauh naik motor kena angin-anginan. Aku sempat duduk nyemil sambil melihati kawan-kawan lagi nyantai ada yang gitaran, mesra-mesran, main catur yah pokoknya suasana asiklah untuk kumpul-kumpul. Oh, yah di group kita yang paling muda itu Alvin , bisa dibilang adik kelas ku dia. Dia satu almamater yang sama denganku tapi beda jurusan yah jurusan bisnis dan masih pertengahan semester. Tapi, gitu-gitu dia pengusaha muda, punya bisnis jual beli sepeda downhill dan sekarang anaknya lagi belajar bisnis jual beli motor moge sama koh eko. Kalau ngomongin usaha itu kita paling semangat. waktu itu aku, alvin, koh eko, dan ayah sempat ngomongin soal peluang usaha. Karena kita sama-sama punya passion jadi topic obrolanya panjang. Ada rencana kita mau bikin Bank pengkreditan rakyat di suatu daerah soalnya ayah punya banyak kenalan pejabat daerah jadi bisalah aku open minded sedikit. Karena aku paham betul hukum perbankan jadi asik aja jelasinya kalau di kelokan dikit dari segi bisnis. Apalagi keuntunganya berkali-kali lipat jika nanti aku menjabat jadi notaris di suatu daerah terus jadi direktur atau komisaris BPR kan nanti akta larinya ke aku semua...hehe. Jadi sekali lempar dua target kena.
Usai bincang-bincang panjang lebar dan akhirnya berakhir pada titik temu yang memuaskan. Aku sempat nih curi-curi pandang ke mbak reni. Bukanya apa-apa bro bening. Heran kenapa ayah ngebet sama selly. Padahal mbak reni itu bening juga loh kayak ada blesteran-blestran gitu kali yah tapi bukan chinese. Ketika doi lepas dari ayah ngeloyor ke kamar mandi atau apalah karena mungkin cuman bisa pelanga-pelongo gak jelas . Isenglah aku ngeloyor juga “DENGAN HARAPAN” bisa ngobrol-ngobrol sama doi. Awalnya aku duduk di ruang keluarga menonton TV asik merokok. Nah, kebetulan beberapa menit kemudian doi lewat nih.
“Sini mbak ikut nimbrung” Saut ajak ku friendly
“Mbak-mbak ...emangnya gue mbak loe....” Balasnya yang lucu
“Tua banget sih nonton berita..***nti dong” Imbuh asiknya duduk di sampingku sambil mengonta-ganti chanel tv yang kemudian berhenti pada chanel tv HBO.
”Berapa sih umur loe? 21 yah...Masih kuliah kan” Lanjutnya
“Sekarang 25 sih mbak......kalau mbak berapa?” Ucap tanyaku balik
“Serius 25? Sama dong kayak gue....kalau lahirnya bulan apa dik?” Tanyanya balik
“Januari mbak...hehe....kalau mbak bulan apa?” Tanyaku balik
“ihhh aturan gue kali manggil loe mas” Balasnya
“Awas loh panggil gue mbak lagi.....gue november tauk....berarti loe tuan dari gue” Sautnya
Ngobrol-ngobrol panjang lebar kayaknya doi asik juga nih buat jadi temen ngobrol. Pantas bening orang menado juga satu kampung sama cici lucy. Tapi , doi bilang bokap orang philipina dan udah lama cerai sama nyokap. Daripada nanti doi keingget masa lalu yang suram akhirnya aku belokan saja topiknya kearah yang lebih menarik. Awal kenal pendekatan seorang jablay harus pinter-pinter juga untuk memilih topik yang jelas jangan singgung soal job doi. Plus janganlah berlagak menjadi orang yang sok suci karena bakalan aneh untuk awal pendekatan. Doi suka nonton film barat khususnya TV series US dan ngikutin banget sama Game of thrones....wahh makin panjang lebar lah kami ngobrolnya. Karena aku penggemar film game of thrones jadi sama-sama nyambung.
“KLOP” Asik kalau di ajak ngobrol, cantik, plus toge lagi. Sehingga adalah sebuah “NIAT” untuk berbuat sesuatu. Seminggu kemudian semenjak kami usai touring , hubungan ku dengan selly semakin intens. Sehingga mudah aku untuk menjinakan dirinya agar nurut dengan apa yang aku katakan. Dari mengecamkan untuk memakai KB dan mengerti keadaanku yang sudah memiiki istri. Gampang aja kok jika mau membuat seorang wanita mau ikut dengan kita. Dia mau ikutin aturan kita atau kita ikutin aturan doi yang sebenarnya enggak banget. Jika sudah mendapatkan hati gak usalah harus menutupi sesuatu yang pada nantinya dapat mempersulit diri ku sendiri. Life is simple. Kalau dia enggak mau yah sudah tinggalkan. Tapi, untungnya selly yang sudah main perasaan denganku mau ikutin rules yang aku buat baginya. Bagiku sendiri selly adalah gift , andai seseorang yang di luar sana tidak memperkenalkan ku dengan bapaknya koh eko. Mungkin , aku tidak bisa menikmati semua ini. Tapi, ada sesesuatu yang lebih penting dari semua ini.
Malam minggu ku itu hari senin sampai rabu, kamis hingga minggu itu merupakan hari yang haram untuk keluar rumah, Yap nyenengin anak dan istri. Kecuali kalau ada alasan yang jelas soal kerjaan saja aku bisa keluar rumah dengan tenang di hari itu. Terkadang aku buat-buat sih hehe. Kira-kira hari selasa aku janjian dengan reni mau ketemuan. Tadinya mau ngajakin doi nonton tapi dia gak bisa keluar diatas jam 10 di tempat kerjanya. Yah, pijat & spa plus-plus gitulah di daerah jakarta selatan sana. Aku sempat menunggunya di depan tempat kerjanya sambil ngobrol-ngobrol sama tukang parkir. Hingga akhirnya ia pun keluar dari tempat kerjanya dengan wajah yang agak sedikit kelelahan. Wajah cantiknya itu seperti baru saja diterpa dengan kebosanan hingga membuatnya sedikit lelah.
“Si selly gak apa-apa nih loe ajak jalan gue?” Godanya ketika bonceng dibelakang
“Jalan kemana bu? Mall pada tutup..haha” Sautku
“Terus kemana?” Tanyanya
“Eh, ke apartement gue yuk , Gue adalah loh GOT yang baru”Ucap asik ku yang padahal modus
“Udah nonton belum?” Imbuhku
“Belum...eh...eh....Cowo gue mati ga?” Saut penasaranya
“Siapa? Jon snow? Ngarepppp....itu gue kali” Balasku
“Iihhh....Jauh gila” balasnya
Sebelum ke apartement aku sempat membeli nasi goreng di jalan untuk dibawa pulang. Ketika sesampainya di apartement reni sempat celingak-celinguk melihati isi dalam apartementku yang yahhh masih kosong melompong . Hanya di isi 3 perabotan saja kasur, sofa, dan TV sedangkan kitchen set memang sudah ada dari sananya, itu pun boro-boro di isi perlengkapan memasak. Hanya ada panci 1 , piring 3, dan sendok 2. Sebenarnya apartement ini merupakan ruangan tenang ku untuk mengisi waktuku dari kepenatan dunia luar dan menjadi ruang pikirku untuk belajar. Banyak buku-buku hukum berserakan dibawah sofa.Jika aku inggin sendiri yah disini tempatku.
“Ini apartement atau kostan dik?” Sindir reni
“Haha....sorry-sorry berantakan yah” Ucapku tertawa
Reni pun sempat berjalan menuju sofa ruangan keluarga . Ketika melihat banyak buku-buku yang berserakan dibawah ia sempat merapikanya.
“Jangan ren, biar gue aja” Ucapku yang saat itu sedang membawa piring dan sendok
“Udah gak apa-apa. Loe duduk aja” Sautnya
“Gila loh , gak bisalah...loe kan tamu gue, masa loe gue suruh bersiin apartement gue” Ucapku sambil membantu membuang sisa bungkus rokok bekas kemarin.
Ketika ruangan sudah agak rapian kami berdua pun duduk merapat sambil menonton series game of thrones. Ketika usai menonton episode yang sempat membuat reni senang karena jagoanya enggak mati di tusuk-tusuk. Piring –piring bekas tadi kami makan pun ia cuci di dapur hingga membuatku memiliki kesan yang baik tentang dirinya.
“Pasti beruntung banget yah cowo loe, punya cewe kayak loe” Pujiku ketika ia usai mencuci piring
“Kenapa tuh?” tanya dengan wajah mesem
“Gak kenapa-kenapa sih....hahaa” Candaku yang
“Yeee baru jantung gue dag-dig-dug .....ehh loe bikin merosot jatuh” Saut reni
“Haha...yah enggak sih gue suka aja ngeliat cewek ngertiin keadaan kayak loe”
“Mmmmm...maksudnya apa tuh?” Goda reni dengan wajah mesemnya
“Gombal parah loe yah dik...hehe” Lanjutnya
Kami sempat melanjutkan ngobrol-ngobrol di beranda sambil duduk santai menghisap rokok melihati view kota jakarta dari lantai 6 . Karena kuatau reni cewek bispak gampangan jadi yah aku dapat dengan mudah melakukan kontak badan , bercengkrama mesra denganya di kursi pantai yang terletak di beranda. Disela-sela kami sedang mengobrol asik....
“Ehh...sorry salah pegang” Candaku saat itu meremas buah dadanya
“Bilang aja doyan...***k usah pakai salah” Goda reni dengan dengusan tawanya
“Loe sering ngewe yah sama selly disini” Tanyanya
“Gue udah putus kali sama selly ren....” Jawabku
“Ouhh...sorry...” Balasnya singkat
“Kenapa dik kok bisa?” lanjutnya
“Kepo” Jawab singkatku
“Yah, udah gak perlu tau deh” ngambeknya
“Pundungan yah loe kayak abang-abang cilor” Sautku
“Hahaha....apaan sih ...masa gue disamain sama abang-abang cilor” Tawanya terbahak-bahak
“Yah, gue di duain, dia bunting ren sama cowok lain” Ucapku
“Ouhh....begitu....terus jomblo dong sekarang?” Tanyanya
“Iyah, Yuk daftar sini ada lowongan kosong” Balasku
“Kok, jadi kayak sales sih...hehe” tawa kecil reni
Ketika itu aku sempat meremas gemas buah dadanya yang berisi itu lalu kucuri bibir manisnya hingga akhirnya kami berdua pun bercumbu.Kala itu reni sempat gelagapan menerima serangan lidahku yang sedang bergumal masuk kedalam mulutnya . Dadanya pun kembang kempis hingga membuatku semakin meremas gemas buah dadanya yang terasa kenyal nan lembut itu.
“Gue serius ren” Saut bisik ku dengan saling berkontak mata usai kami bercumbu
“Loe mau jadi cewe gue ga?” Lanjutku
“Dik, kenapa loe mau gue jadi cewek loe?” Tanya reni
“Loe cuman mau body gue aja kan?” Lanjutnya
“Kalau loe cuman mau body gue, gue kasih kok dik....for free....loe bisa pake gue”
Entah, feeling apa yang membuatku semakin penasaran denganya. Apa mungkin ini berbeda dari kenyataan? karena pada dasarnya lain di mulut lain di pikiran. Sehingga aku pun mencoba untuk menggali lagi sisi emosionalnya.
“Gue suka elu dan gak perlu lagi kan di pertanyain?”
“Iyah, gue tau tapi cuman suka body gue aja...loe mau make gue...gue kasih kok memek gue dik” Balasnya
“Kalau body....Jujur iyah gue suka”
“Tapi yang paling gue suka bukan itu ren”
“Sifat loe yang asik, attitude loe yang pengertian, ini dari sisi gue yah” Ucapku sambil mengelus pipinya
“Kita sama-sama klop juga...kenapa enggak?” Lanjutku
“Gue bisyar dik....loe masih tetep mau sama gue? Memek gue udah sering di pake banyak orang” Ucap reni dengan tatapan kedua bola mata yang agak sedikit lelah.
Kupeluk erat tubuhnya hingga aku pun berkata padanya.
“Ren, gue gak peduli loe bispak, loe bisyar, apalah....gue butuh loe nemenin hidup gue” jawabku dibalas dengan tanganya yang memeluk ku
Respect. Yah, Respect hal itulah yang aku lakukan bagi reni saat kami sudah mulai menjalin suatu hubungan. Malam itu kami berdua tidak melakukan hubungan intim. Karena aku tau reni amat begitu lelah, jadi aku memutuskan untuk membiarkan dia istirahat. Esoknya aku mengantarnya seperti biasa dan beberapa hari kedepan jika aku ada waktu , aku menjemputnya pulang. Aku melihat sesuatu di dalam diri reni yang tidak dimiliki oleh wanita murahan lainya. “FIGHTER”. Yap, dia pejuang tangguh meskipun lingkungan pekerjaanya menutut dirinya untuk menjual alat kelaminya. Apa yang dia lakukan di jakarta itu semata-mata untuk menghidupi nyokap dan adiknya yang masih SMA di kampungnya sana. But, life is matter for her. Aku memberikan perhatikanku lebih kepadanya , tanpa menuntut sesuatu yang sebenarnya aku ingginkan darinya. Yap, semua itu ada waktunya seperti layaknya menunggu buah yang sebentar lagi akan masak. Hubungan sexual itu akan terasa lebih intens jika pasangan yang meminta, bukan kita sendiri yang memetik buah yang belum masak itu. Hari itu aku menjemput reni seperti biasa. Namun aku mengiringnya untuk ngopi sejenak di cafe daerah kemang. Ada sesuatu yang inggin aku bicarakan kepadanya.
“Besok loe berhenti kerja disana” Ucapku yang sempat membuat kedua bola mata reni terbelalak
“Terus gue makan pakai apa dik?” Balasnya
“Loe kerja sama gue” Ucapku
“Oh, iyah besok loe juga cari universitas baru”
“Loe harus kuliah” Lanjutku
“Cari tempat kuliah kelas karyawan aja , yang ada kuliah malam” Lanjutku lagi hingga membuat reni nampak speechless.
“Dik, loe serius?” Reni yang saat itu shock mendengar ucapanku
“Iyah, loe cewek gue, gue mau elu jadi cewek berharga bagi gue” Ucapku yang membuat reni pun tak kuasa mencengkram erat tanganku hingga menatapku dengan penuh harapan.
Aku sempat memberikan kunci apartementku kepadanya . Mulai besok aku menyurunya tinggal disana. Berhubung aku tidak ada waktu bertemu denganya untuk beberapa hari kedepan sehingga aku memberikan ia uang saku untuk survive dan ongkos bensin untuk mencari-cari kampus baru. Yap, doi punya motor matic jadi aku tidak perlu kawatir soal kendaraan. Pada hari selasa pagi aku baru bisa menemui reni karena senin aku sempat mengantar linda checkup kandungan yang waktu itu usianya masih genap 4 bulan. Awalnya tak ada yang aneh semua terlihat biasa-biasa saja , doi sempat memperlihatkan ku hasil pencarian universitas meminta pendapatku karena aku yang menyekolahkanya. Okay, aku cukup senanglah dengan semangatnya. Doi mengingginkan kuliah di kampus swasta yang biayanya yahhh....cukup mahal lah.
“Loe gak kerja dik? “ .
“Oh, iyah lupa ada kerjaan lagi banyak” ucapku
“Yah udah gihh sana kerja dulu.....” Sautnya
“Oh, okay-okay eh...gue kesini lagi hari senin depan yah...sorry banyak urusan”
“Iyah....makasih yah”
“mmm..dik....jangan lupa duit masuknya harus disetor” Sautnya
“Soalnya katanya bulan desember udah harus di lunasin” Lanjutnya
“Okay, wa in aja no rekening loe” Sautku
Aku merupakan orang yang sensitif dengan prilaku seseorang , mungkin aku memiliki bakat profiling. Jika ada sesuatu yang aneh itu rasanya amat begitu menyengat bagiku. Yap, saat itu aku merasa reni mengusirku secara halus dengan kalimat pengalihan yang cukup klasik. Sebelum aku angkat kaki dari apartementku aku sempat bertegur sapa dengan cleaning service yang aku kenal dekat. Yap, mas kawung. Kami berdua sempat mojok nongkrong di pintu darurat sambil asik merokok dan tentu saja aku inggin mendengar hasil pemantauanya beberapa hari ini tentang kegiatan reni di apartement. Mas kawung bilang kepadaku jika reni jarang berada di apartement. Perkataan darinya itu menimbulkan kecurigaan bagiku dan akhirnya aku pun kembali memerankan lakon bourne identitiy. Pada saat itu juga aku mengirimkan sejumlah uang puluhan juta ke nomor rekening reni yang akan dibayarkan untuk biaya masuk universitas. Sempatlah aku kabari lewat wa sudah ku transfer dan bukti screen shootnya aku kirm juga lewat e banking. Aku sempat menunggu dengan tenang sambil menonton TV di ruangan cleaning service sambil menunggu kabar dari mas kawung jika reni meninggalkan apartement.
“Mas-mas “ Ucap seseorang pria
“Oiii..opo wung? “ Sautku terkaget dari tidurku
“Reni metu mas” Saut mas kawung
“Ok....ok” Ucapku terburu-buru
“Wung, aku nyele jaket karo motor mu sek yo” Ucapku
“Oh, iyo yo siap mas....iki mas” Mas kawung memberikan jaket dan kunci motornya kepadaku
“Wung-wung awasi reni sek wung....”Ucapku
Begitu cepatnya reni keluar dari apartement , sehingga sempatlah aku kehilangan jejak darinya. Namun tak lama aku gas motor matic mas kawung dengan kecepatan tinggi berharap agar bisa menyusulnya. Kedua mata elang ini pun pada akhirnya menemui sosok seorang wanita yang kukenal dari postur tubuhnya dan motornya sedang membelokan motornya kearah indomaret. Ketika itu dari jarak 20 meter aku yang masih mengenakan helm full face dan jaket mas kawung sedang memperhatikan ia keluar dari indomaret dengan membawa barang belanjaan yang cukup banyak. Pokoknya yang terlihat dengan jelas itu botol coca cola dan sprite yang kurasa ia beli cukup berlebihan. Ku ikuti terus kemana laju roda motornya berjalan hingga akhirnya aku memasuki daerah cengkareng. Wuih......jauh bener...mau kemana nih?. Pikirku saat itu. Setelah ku ikuti kemana motor maticnya berkelok-kelok akhirnya ia pun memberhentikan motornya di depan suatu rumah kecil yang memiliki halaman yang luas dengan pagar bercat warna hitam. Di halaman rumahnya terdapat mobil offroad dan mobil kijang lama yang bisa dibilang sudah dimakan usia. Kedua bola mataku sempat memercing ketika seorang pemuda mungkin masih SMA-kuliah membukakan pagar ketika reni masuk. Agar tidak terlihat mencurigakan aku sedang mengawasi gerak-gerik mereka,aku sempat pura-pura mengoprak-oprek motor mas kawung di pinggir jalan sambil mengintip-ngintip keadaan apa yang terjadi di depan mataku. Ketika itu aku melihat pemuda itu merangkul pinggul reni , sementara itu reni terlihat amat riang dan berjalan genit mengikuti langkah pemuda itu masuk kedalam rumah sambil membawa barang belanjaan.
Back to 2-3bulan sebelum aku mengenal dekat koh eko.....
Aku memiliki banyak kenalan pengembang/devoloper yang diantaranya merupakan devolper besar yang amat begitu dekat denganku bahkan menganggapku sebagai saudara karena aku sering menolongnya. Kami benar-benar menjaga hubungan baik sampai akhirnya anaknya terkena musibah. Sore hari itu seorang bapak yang hatinya sedang hancur duduk bersamaku di teras rumah. Kedua bola matanya memandangi teduh sebuah patung kayu tanpa mengeluarkan satupun kata dari mulutnya. Perasaan ini membuatku sedikit awkward , namun sebelum aku membuka topik soal perumahan yang baru saja selesai sertifikatnya di pecah, ia pun berbicara kepadaku.
“Hari ini saya baru saja habis dari rumah sakit” Ucap pria tua itu
“Saya terpukul, mendengar kata dokter anak saya akan lumpuh”
Bluprint gambar pemetaan pun aku gulung kembali ketika mendengar sebuah kicauan seorang ayah yang tua rentah yang sedang merindukan anaknya.
“Dokter menyarankan , berobat ke singapore....”
“katanya tak ada jaminan untuk sembuh”
Aku pun menggeser kursiku mengusapi punggung pria itu yang semakin membungkuk menangis memikirkan nasib anaknya yang kutau korban narkoba. Berita terakhir yang kutau anaknya masuk rumah sakit overdosis.
“Syarafnya sudah rusak parah, ***ra-gara barang bajingan itu” Ucapnya dengan tubuh yang bergemetaran.
“JIKA POLISI GAK BISA MEMENJARAKAN BAJINGAN ITU, SAYA YANG AKAN BUNUH BAJINGAN ITU” Teriak pria itu dengan tremor tubuh gemetaran.
“Sabar pak” Ucapku
“Polisi sudah bekerja dengan baik, mungkin belum cukup alat bukti” Imbuhku
“Kamu orang hukum kan? Kamu pasti bisa penjarakan bajingan yang ngebuat anak saya seperti ini”Ucap pria itu hopeless
“Iyah, saya orang hukum pak, tapi saya bukan penyidik” Balasku
“Saya sudah menyewa pengacara tapi hasilnya Nol besar” Ucapnya dengan wajah yang lesu
“Tolong saya....saya bayar berapapun dik!!!” Ucap pria itu dengan nada hopeless
“Berapapun kamu mau “ lanjutnya dengan nada suara yang lemas.
Urusan dengan gembong narkoba aku sudah kapok. Tapi, entah angin apa yang memanggilku untuk menolong pria ini. Jujur aku tidak mengingginkan sebuah bayaran. Toh, untuk apa? Bagiku yang kumiliki sekarang dan di masa yang akan datang insya allah sudah cukup untuk membahagiakan orang-orang yang aku sayang. Tapi, aku percaya Tuhan itu ada dan keadilan itu ada. Selama masih ada nurani, disitulah letak keadilan yang hakiki. Karena bagiku keadilan yang seutuhnya itu berasal dari nurani seorang manusia. “There’s no justice for the ones who are in love” . Merupakan sebuah kata kiasan, keadilan itu tidak akan pernah ada bagi seseorang yang tidak inggin memberikannya secara Cuma-Cuma. Karena pada dasarnya tak ada yang adil di dunia ini.
“Bisa tolong panggilkan penyidik yang mengurusi kasus anak bapak?” Ucapku
“dulu saya pernah berurusan sama bajingan-bajingan model begini” lanjutku
“Mungkin ada yang bisa saya bantu”
“Bener dik??” Ucap pria itu mengcengkram pahaku dengan tenaganya hingga membuat ku tersenyum asam.
“Iyah bapak, saya minta bapak harus sabar dan tolong jangan ngelakuin sesuatu di luar hukum” Ucapku
“Baik-baik saya hubungi ***** sekarang” Ucap pria itu
Melihat orang itu bersemangat mencari nomor seorang penyidik di smartphonenya sambil memercingkan kedua bola mata sipitnya. Aku menjadi khawatir dengan harapan besar yang ia taruh kepadaku. Sebelum aku bertaruh dan memasuki sebuah medan yang belum kenal. Aku harus berkata jujur mau bagaimana pun juga aku hanya melakukan sesuatu sesuai dengan kemampuan yang aku miliki. Usai ia menelpon seorang penyidik yang ia kenal dekat aku pun berkata...
“Bisa bicara sebentar pak” Ucapku
“Yah-yah...bagaimana itu dik?” Ucap pria itu excited
“Saya minta bapak jangan pernah melakukan sesuatu di luar hukum jika saya gagal” Intonasi pengulanganku menatap kedua bola matanya dengan tajam.
“Ok-ok dik....saya janji tidak akan melakukan apa-apa saya serahkan semuanya sama kamu saja” Ucap pria itu.
“Okay” Jawabku singkat lalu aku pun berfikir.
“Jika terjadi apa-apa dengan saya. Saya titip keluarga saya” Ucapku memandangi pria itu dengan suatu keikhlasan. Hingga ia mencengkram erat tanganku lalu mengangguk-anggukan kepalanya hingga menunduk begitu lama.
---------------------------------