Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sweet Potatos (Real Story)

Cheese Cake

Judulnya cheese cake, namun pasti mengandung bahan kentang sebagai komposisi adonannya. So buat suhu yang anti kentang, tidak disarankan membaca cerita cemilan ini..

Setelah 2 minggu tak bersua dengannya, rasa rindu tentunya menggugah hati untuk berjumpa dengan pujaan hati. Yap, wanita jutek namun manis yang senantiasa membuat rasa penasaran.

Walau Mia yang kini lebih banyak mengisi hari hariku. Saban hari dia selalu menghubungiku, dengan panggilan sayang tentunya. Jauh lebih perhatian dan ekspresif dibanding Arin. Bahkan sejak Subuh, Mia sudah menyapaku, menanyakan apakah aku sudah berangkat atau belum, dan ujung2nya dia berharap melakukan Video Call untuk menuntaskan rasa kangennya.

Jadinya 2 minggu ini aku lebih sering menggunakan mobil saat berangkat kerja. Pagi sore, Mia selalu menemaniku bermacet macetan selama perjalanan. Entah kenapa dia seperti semakin baper terhadapku, semakin cemburuan juga tentunya. Beberapa kali dia menanyakan apakah aku juga memiliki cewek lain selain dirinya, namun kujawab dengan sedikit mengambang. Sebenarnya Aku sudah berusaha sedikit pasif terhadapnya. Namun, Jarak yang memisahkan serta status berkeluarga yang kusandang seolah tidak menyurutkan semangatnya untuk menyayangiku, entah apa yang diharapkannya dariku.

Untungnya selama ini dia bisa paham semisal aku sudah berada di rumah, dia tidak sampai menelpon atau meminta video call. Aku kasihan sebenarnya, karena biar bagaimanapun hubungan ini bakal mentok dan tak berujung.

Kehadiran Mia sedikit banyak membuatku sedikit menepikan Arin. Walau sesekali aku tetap menanyakan kabarnya supaya tidak dikira menghilang. Biar bagaimanapun aku tetap memiliki rasa rindu kepada Arin.

Rasa penat dan lelah setelah seminggu lebih disibukkan dengan rutinitas kerjaan kantor, membuatku ingin sedikit bersantai tentunya. Dan, Jumat kemarin kuajak Arin untuk bertemu setelah membuat janji malam sebelumnya.

Sekitar jam 6 sore kujemput Arin di kantornya. Namun, untuk menghindari panggilan Video Call dari Mia sewaktu waktu, sedari pagi kuhindari untuk melakukan Video Call dengannya, agar dia tidak mengetahui aku sedang membawa mobil hari itu. Selain itu, WA Mia sejak jam 5 kurang sengaja tidak kubalas hingga kira kira sejam lebih, lalu kemudian baru kubalas dan mengabari kalau aku sudah di rumah, sehingga Mia tidak berharap VC denganku. Hufftt..repot ya sekarang 🤪.

Kutawarkan Arin untuk pergi ke Mall yang parkirannya biasa menjadi tempat aku mengeksploitasi tubuhnya, atau ke cafe yang terdapat bengkel serta beberapa mobil ikonik di parkiran belakangnya. Dua tempat yang sebenarnya memang menjadi modus buatku untuk berasik masyuk dengannya.

Arin yang seolah bisa membaca pikiranku, langsung memilih cafe karena dia ingin menghindari adegan mesum di parkiran yang bakal terulang, namun dia lupa kalau dia kubuat sampai khilaf dan pertama kalinya kusentuh payudaranya dari dalam dan menggigit tanganku sampai berbekas, justru di parkiran cafe tersebut.

Jalanan sore itu cukup macet, dan juga lokasi cafe yang letaknya agak jauh dibanding lokasi cafe langganan yang biasa kami kunjungi. Sekitar 20 menit akhirnya kami sampai di lokasi, namun dewa mesum nampaknya sedang tidak berpihak kepadaku kali ini.

Lokasi parkiran tersebut agak penuh, sempat terjadi miskom antara satpam cafe dengan pemilik bengkel sehingga kami yang menjadi korban ketidakpastian parkir dan akhirnya diarahkan untuk parkir di depan. Mood Arin sedikit menurun, dan menawarkan untuk mencari tempat lain. Akhirnya setelah membaca kondisi yang pastinya bakal tidak menguntungkan, kuturuti permintaan Arin dan kemudian kami berpindah tempat.

Salah satu mall di bilangan Jaksel yang belum sempat kami kunjungi selama ini akhirnya menjadi tempat alternatif. Namun kondisi jalanan Kemang yang lumayan macet sore itu, membuat perjalanan kami menjadi terhambat. Mobil pun hanya bisa berjalan merayap hampir tidak bergerak.

Seakan tak ingin menyia nyiakan waktu yang terbatas, lalu kutarik tubuh Arin hingga bersandar di bahuku lantas kupeluk dengan tangan kiri. Bahkan untuk memindahkan tuas matic serta handle rem pun aku terpaksa menggunakan tangan kanan. Di kala mobil berhenti, kuciumi ubun ubun kepalanya berulang kali. Dan tak cuma sebatas itu, kuselipkan tangan kananku yang sedang menganggur ini ke dalam sela bajunya hingga menyentuh bagian payudaranya.

Arin tidak protes bila kupegang payudaranya dari dalam, namun lain halnya bila sekedar kuremas dari luar, yang seolah menunjukkan kesan kurang sopan. Beberapa menit berlalu, dan situasi jalanan tak kunjung berubah, akhirnya kami putuskan untuk menepi di tempat nongkrong terdekat dari lokasi kami. Kebetulan beberapa ratus meter di depan terdapat starbuc*s, akhirnya kubelokkan mobil dan mencari slot parkir di halaman yang tersedia.

Setelah mencuri curi kesempatan berciuman sesaat dan menggrepe grepe kembali payudaranya, akhirnya kami turun dan memesan kopi dan seporsi cheese cake, lalu memilih ruang smoking area di bagian rooftop bangunan tersebut. Notbadlah tempatnya, cukup nyaman dan romantis untuk menghabiskan malam ini dengannya.

Seperti biasa kami berbincang bincang, dan Arin banyak bercerita mengenai dirinya terutama mengenai kerjaan dan niatannya untuk balik kampung, karena situasi tempat kerjanya yang agak kurang nyaman saat ini. Sedikit berat juga sebenarnya membayangkan kalau dia sampai pulang kampung, sehingga kucoba memberi pertimbangan baik dan buruknya semisal dia sampai pulang kampung.

Tak terasa sudah pukul 20.30 saat ini, biasanya kusisakan sedikit waktu untuk bisa bermesum ria sebelum mengantarkannya pulang. Namun entah kenapa, saat itu timbul topik mengenai aku dan dia, termasuk masalah sex yang selama ini tidak pernah kami bahas. Sehingga akhirnya membuatku tertarik membahasnya secara lebih terbuka dan blak blakan.

"Emang kamu nyaman dengan hubungan kita seperti ini. Ketemu jarang, komunikasi juga jarang. Sebenernya apa yang kamu harapkan dari hubungan ini?" Tanyaku

"Ya kamu kan tau, aku ga terlalu suka dengan chat, lebih enak ngobrol saat ketemu. Karena klo di chat kan bisa multitafsir, akhirnya malah berprasangka" jawab Arin

"Iya si..tapi kan namanya hubungan itu klo dah jarang ketemu kan paling ga, adalah komunikasinya, nanya lagi apa, ngingetin apa gitu. Ya ga mesti sering, biasa biasa aja" kataku

"Ya aku si biar sama sama nyaman aja, biar ga terlalu posesif. Aku emang ga terlalu perhatian si orangnya, mantan suamiku juga pernah bilang kayak gitu" jawab Arin

"Ya aku paham si, sedikit banyak kita sama, aku juga cuek dan pendiem klo di keluarga, tapi rame kalo sama orang lain. Kan bintang kita sama. Tapi aku ga bisa cuek juga klo sama orang lain, hehe" jawabku

"Terus yang kamu harapkan apa donk kalo gitu?" Lanjutku menyelidik

"Ya buat teman curhat juga, kayak aku biasa suka cerita sama kamu" jawabnya

"Teman curhat? Kalo itu kan bisa sama temen cewek kamu juga? Hehe" jawabku

"Tapi kan ga bisa sambil dipeluk hahaha" jawabnya tertawa

"Lah..klo sesama cewek kan bisa sambil pelukan juga, beda sama cowok malah jadi aneh hehe" jawabku

Arin pun ikut tertawa mendengar perkataanku barusan.

"Tapi sayang ga si?" Pancingku dengan mimik wajah menginterogasi

"Ih..kamu tu nanyanya kayak gitu?" Jawabnya dengan ekspresi malu

"Sayang ga?" Kejarku lagi

"Menurut kamu?" Tanyanya balik

"Yee..ditanya malah ngasi tebakan. Kadang adakalanya aku menikmati maen tebak tebakan sama kamu, namun ada suatu titik dimana aku berharap suatu jawaban langsung dari kamu" jelasku panjang lebar

"Kalo kamu sayang ga? Kamu aja ga pernah bilang" jawabnya yang masih terlihat berat menjawab pertanyaanku.

"Lah kan selama ini aku sudah sering manggil sayang" jawabku

"Ah gitu doank..kan beda" jawabnya ngeles

"Jadi sayang ga si?" Kejarku lagi

"Hehe..iya sayang" jawabnya sambil malu malu.

"Huffttt..setelah 9 bulan dan 2x break akhirnya dia bilang sayang" ledekku sambil tertawa

"Hahaha..2x break ya..yang habis pulang dari Bandung itu" ujarnya seraya mengingat

"Oh iya, mengenai "berhubungan" itu yang pernah kamu bahas kalo di chat, emang sengaja ga kujawab. Itu emang udah prinsip aku, kalo pacaran sejak sebelum nikah emang yang sewajarnya. Jadi aku emang ga bisa kalo sampe begitu, walau orang nyangkanya karena statusku kayak gini mungkin dianggap bisa, tapi aku ga sama kayak cewek lain kalo misal kamu nyari yang bisa diajak berhubungan begitu. Misal ntar ada yang mau nyeriusin aku pun, aku juga ga bakal mau klo sampe melebihi kewajaran gitu.

Deghh..seketika rasa kecut dan pesimis muncul di hati saat itu juga.

"Ya aku si bukannya nganggap kamu begitu. Tapi gini, kita kan dah sama sama dewasa, udah tau juga soal itu, ya aku mikirnya si seperti kebutuhan aja. Aku si mengalir aja, ga mau maksa walau aku juga ga bohong, kalo aku pastinya mikir ke arah situ. Inget ga waktu di Bandung, walau benernya aku bisa aja buat kamu sampe khilaf kan?" Jawabku sedikit bijak dan membuat situasi supaya cooling down.

"Hehe..iya si pas di Bandung itu. Aku juga ga bakal lanjutin si kalau kamu dari awal udah kurang ajar" jawabnya

"Hah..kurang ajar gimana?" Tanyaku heran

"Ya Aku juga ga bodoh bodoh amat, kamu kan awalnya coba coba, terus pelan pelan deh setahap demi setahap (baca:grepe)

"Hahahhaa.." tawaku terbahak mendengar dia mengetahui modusku ke dia selama ini.

"Ya biar ga gitu gitu aja si" jawabku beralasan

"Emang kamu ga ada rasa pengen gitu ya?" Tanyaku menggoda

"Enggak kok, biasa aja" jawabnya

"Ya kamu cewek si, bisa nahan. Beda sama cowok. Tapi kalo kamu pengen, bilang ya? Hahaha" godaku lagi

"Ih..najoongg.." jawabnya sambil memalingkan muka.

"Aku misal klo dah sampe begitu, ntar malah pengennya kamu cuma jadi milik aku. Nah aku ngebayangin juga gimana misal berada di posisi istri kamu dirumah. Selain itu aku juga ga pengen jatuh sampe dalem banget misal hubungan ini berakhir. Ya klo kamu bisa balik ke keluarga..nah aku?" Tanyanya retoris

Aku hanya bisa terdiam menelaah kata demi kata yang keluar dari mulutnya. Walau apa yang dia katakan benar adanya, namun tak kusangka dia telah memikirkan sejauh ini serta mengungkapkan segala resiko yang akan dia tanggung.

Entahlah, rasa pesimis tentunya telah menyelimuti pikiranku saat ini, walau membuat semangatku untuk bisa menaklukkannya semakin menjadi jadi. Mungkin butuh waktu lebih lama untuk bisa membuatnya takluk di pelukanku, sehingga saat ini kuputuskan untuk mendapat kepuasan birahi dari Mia saja...
Minggu depan 🤭🤫

Huuft.... berat klo udh kyk gini, pernah ngerasainnya dan skrg pun cmn sekedar cerita2 d telp.
 
Aku juga pernah dpt di timtam apk, hampir persis ama arin,, dia workoholic,, jarang chat, klo temu ngoceh nya kek burung..
Tiap dating cuma duduk dengerin dia cerita,,
Lambat laun aku testing grepe nenennya,,
Dia diam malah mendesah (pdhl di outdoor/taman 😅)
Next date aku ajak piknik wisata lokal,,
Awalnya biasa aja,, mo pulang aku nekadtin mampir di hotel,, check in..
Langsung aku sosor, warming up..
Dan dapat hu..
Walau sekali ronde🤣🤣

Stlh wik² dia buru2 cuci2 pake baju,
Rasane seperti "jajan" abis di pke langsung packing, g da mesra2 an lagi
 
hu ... ente pulang kantor pulang malem mulu ga dicariin/dicurigain bini hu??

kok kayaknya gampang2 aja escape nya hehehe
 
Fresh Meat~bukan LKTCP

Alias daging segar, seakan teringat dengan kasus impor daging yang melibatkan seorang petinggi partai yang sedang bersama seorang wanita di sebuah kamar.

Terinspirasi dengan kata "Impor Daging" yang akan menjadi cerita kali ini.

Sekitar sebulan tidak bertemu dengannya, sejak pertemuan pertama kali kami yang berujung dengan kencan kilat alias One Night Stand.

Mia, wanita yang kini lebih banyak mengisi sebagian waktuku dibanding Arin. Hampir setiap hari Mia selalu menghubungiku, sekedar menyapa, menanyakan sedang apa dan selalu memintaku untuk video call tentunya. Video Call ibarat sudah menjadi candu buatnya. Kadang aku sampai harus menolak panggilan VC darinya bila sedang di kantor. Dan pastinya sedikit membatasi ruang gerakku untuk meetup dengan Arin.

Kalau aku berangkat ke kantor dengan menggunakan mobil, tentunya dia akan meminta VC baik pagi maupun sore hari saat perjalanan pulang ke rumah. Sedangkan tiap hendak bertemu dengan Arin, tentunya aku mesti menggunakan mobil, supaya bisa lebih intim tentunya. Misalnya saja seperti Jumat yang lalu saat jadwalku bertemu Arin, aku mesti sedikit berbohong kepadanya kalau sedang tidak membawa mobil hari itu.

Ya memang tidak selalu merepotkan juga, ada kalanya dia menjadi penghibur yang selalu menemani kala aku bermacet ria.

Mia ini sangat berkebalikan dengan Arin yang cuek dan cool. Mia lebih agresif, manja dan perhatian. Kalau boleh memilih, idealnya si pribadi diantara mereka berdua, tidak terlalu cuek dan agresif, namun sedang sedang saja.

Hampir dalam setiap obrolan kami, Mia selalu menanyakan kapan kami bisa bertemu kembali. Dan seminggu terakhir ini, aku selalu berpikir untuk merealisasikannya dengan berbagai pertimbangan tentunya. Salah satu pertimbangannya yaitu apakah sebaiknya aku yang pergi ke Surabaya, atau mendatangkan Mia ke Jakarta. Akhirnya dengan segala pertimbangan yang matang, kuputuskan Mia saja yang ke Jakarta. Setelah menyesuaikan jadwal pekerjaan kami masing masing, akhirnya Senin kemarin waktu yang kupilih untuk meng "impor daging" Mia ke Jakarta. Tentunya dengan pertimbangan harga tiket pesawat yang biasanya relatif murah di awal pekan.

Aku sengaja mengambil cuti sehari, Senin kemarin. Sekitar jam 10 pagi kujemput Mia di bandara, dan kemudian segera menuju ke area Jaksel untuk mencari makan siang dan survei lokasi hotel yang telah kupantau sebelumnya dari aplikasi perjalanan. Tempat parkir mobil yang aman dan tersembunyi serta lokasi yang strategis menjadi pertimbanganku. Namun ternyata pada saat kami berdua survei langsung saat itu, beberapa hotel tersebut tidak sesuai dengan ekspektasiku. Akhirnya setelah makan siang di sekitaran blok m, kuputuskan memilih hotel sesuai Plan B, memang kurang strategis lokasinya namun lebih nyaman dalam hal privasi.

Sekitar jam 2 siang kami tiba di hotel, dan aku langsung melakukan reservasi di resepsionis. Tadinya sempat terpikir melakukan pemesanan di aplikasi perjalanan, karena selain lebih praktis terkadang ada diskon harga yang lumayan tentunya. Namun akhirnya kuurungkan, karena histori pemesanan di aplikasi biasanya tidak bisa dihapus, entah mungkin karena keterbatasan pengetahuanku juga. Kalau histori pemesanan tiket pesawat, mungkin aku masih bisa beralibi, namun urusan hotel bakal lebih rumit penjelasannya menurutku. Dan tidak lupa, aku menggunakan ID Mia tentunya, untuk keamanan selanjutnya.

Setelah mendapat kartu akses, kami pun segera menuju ke lantai 7 tempat kamar smoking kami berada. Namun yang sedikit mengganggu, view kamar kami mengarah ke area pemakaman, sungguh pemandangan yang cukup mengganggu sugesti, terutama kaum hawa.

Mia langsung menyerangku dengan ciuman bertubi tubi ke bibirku sembari memelukku. Aku pun berusaha mengimbangi serangan yang dilancarkan Mia. Dan saat aku mulai mengarahkan ke adegan yang lebih intim....

"Aku lagi dapet" kata Mia sedikit menyesal

"Jeggeeerrrr..." bagai tersambar petir di siang bolong, membuatku langsung terbaring lemas seketika itu juga.

"Kamu kenapa? Kok gitu si?" Tanya Mia seperti merasa bersalah

"Gpp kok" jawabku lemas

"Iihh..kok gitu si?" Ujar Mia lagi

"Ya gpp kok..cuma dari kemarin udah ngebayangin bakal enak enak aja si" jawabku kecut

"Hmm..maaf ya" kata Mia

"Ya mau gimana lagi, bukan salah kamu juga kan" jawabku berusaha menghiburnya, walau sedikit gondok

"Tapi tinggal dikit kok, semoga aja besok dah bersih" kata Mia

"Iya.." jawabku sedikit mendapat harapan

Bersambung....
 
Fresh Meat~bukan LKTCP

Alias daging segar, seakan teringat dengan kasus impor daging yang melibatkan seorang petinggi partai yang sedang bersama seorang wanita di sebuah kamar.

Terinspirasi dengan kata "Impor Daging" yang akan menjadi cerita kali ini.

Sekitar sebulan tidak bertemu dengannya, sejak pertemuan pertama kali kami yang berujung dengan kencan kilat alias One Night Stand.

Mia, wanita yang kini lebih banyak mengisi sebagian waktuku dibanding Arin. Hampir setiap hari Mia selalu menghubungiku, sekedar menyapa, menanyakan sedang apa dan selalu memintaku untuk video call tentunya. Video Call ibarat sudah menjadi candu buatnya. Kadang aku sampai harus menolak panggilan VC darinya bila sedang di kantor. Dan pastinya sedikit membatasi ruang gerakku untuk meetup dengan Arin.

Kalau aku berangkat ke kantor dengan menggunakan mobil, tentunya dia akan meminta VC baik pagi maupun sore hari saat perjalanan pulang ke rumah. Sedangkan tiap hendak bertemu dengan Arin, tentunya aku mesti menggunakan mobil, supaya bisa lebih intim tentunya. Misalnya saja seperti Jumat yang lalu saat jadwalku bertemu Arin, aku mesti sedikit berbohong kepadanya kalau sedang tidak membawa mobil hari itu.

Ya memang tidak selalu merepotkan juga, ada kalanya dia menjadi penghibur yang selalu menemani kala aku bermacet ria.

Mia ini sangat berkebalikan dengan Arin yang cuek dan cool. Mia lebih agresif, manja dan perhatian. Kalau boleh memilih, idealnya si pribadi diantara mereka berdua, tidak terlalu cuek dan agresif, namun sedang sedang saja.

Hampir dalam setiap obrolan kami, Mia selalu menanyakan kapan kami bisa bertemu kembali. Dan seminggu terakhir ini, aku selalu berpikir untuk merealisasikannya dengan berbagai pertimbangan tentunya. Salah satu pertimbangannya yaitu apakah sebaiknya aku yang pergi ke Surabaya, atau mendatangkan Mia ke Jakarta. Akhirnya dengan segala pertimbangan yang matang, kuputuskan Mia saja yang ke Jakarta. Setelah menyesuaikan jadwal pekerjaan kami masing masing, akhirnya Senin kemarin waktu yang kupilih untuk meng "impor daging" Mia ke Jakarta. Tentunya dengan pertimbangan harga tiket pesawat yang biasanya relatif murah di awal pekan.

Aku sengaja mengambil cuti sehari, Senin kemarin. Sekitar jam 10 pagi kujemput Mia di bandara, dan kemudian segera menuju ke area Jaksel untuk mencari makan siang dan survei lokasi hotel yang telah kupantau sebelumnya dari aplikasi perjalanan. Tempat parkir mobil yang aman dan tersembunyi serta lokasi yang strategis menjadi pertimbanganku. Namun ternyata pada saat kami berdua survei langsung saat itu, beberapa hotel tersebut tidak sesuai dengan ekspektasiku. Akhirnya setelah makan siang di sekitaran blok m, kuputuskan memilih hotel sesuai Plan B, memang kurang strategis lokasinya namun lebih nyaman dalam hal privasi.

Sekitar jam 2 siang kami tiba di hotel, dan aku langsung melakukan reservasi di resepsionis. Tadinya sempat terpikir melakukan pemesanan di aplikasi perjalanan, karena selain lebih praktis terkadang ada diskon harga yang lumayan tentunya. Namun akhirnya kuurungkan, karena histori pemesanan di aplikasi biasanya tidak bisa dihapus, entah mungkin karena keterbatasan pengetahuanku juga. Kalau histori pemesanan tiket pesawat, mungkin aku masih bisa beralibi, namun urusan hotel bakal lebih rumit penjelasannya menurutku. Dan tidak lupa, aku menggunakan ID Mia tentunya, untuk keamanan selanjutnya.

Setelah mendapat kartu akses, kami pun segera menuju ke lantai 7 tempat kamar smoking kami berada. Namun yang sedikit mengganggu, view kamar kami mengarah ke area pemakaman, sungguh pemandangan yang cukup mengganggu sugesti, terutama kaum hawa.

Mia langsung menyerangku dengan ciuman bertubi tubi ke bibirku sembari memelukku. Aku pun berusaha mengimbangi serangan yang dilancarkan Mia. Dan saat aku mulai mengarahkan ke adegan yang lebih intim....

"Aku lagi dapet" kata Mia sedikit menyesal

"Jeggeeerrrr..." bagai tersambar petir di siang bolong, membuatku langsung terbaring lemas seketika itu juga.

"Kamu kenapa? Kok gitu si?" Tanya Mia seperti merasa bersalah

"Gpp kok" jawabku lemas

"Iihh..kok gitu si?" Ujar Mia lagi

"Ya gpp kok..cuma dari kemarin udah ngebayangin bakal enak enak aja si" jawabku kecut

"Hmm..maaf ya" kata Mia

"Ya mau gimana lagi, bukan salah kamu juga kan" jawabku berusaha menghiburnya, walau sedikit gondok

"Tapi tinggal dikit kok, semoga aja besok dah bersih" kata Mia

"Iya.." jawabku sedikit mendapat harapan

Bersambung....
Kentangnya ganti jd Daging impor masi mengandung darah segar suhu wkwkw
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd