Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Sepenggal Kisah - Nadia Safira (NO SARA!)

CHAPTER 3
Jajanan Kecil



Alunan lagu dari Passenger yang featuring bersama Ed Sheeran, berjudul Let Her Go, sedikit banyaknya mulai menenangkanku kembali dari pemikiran tentang kejadian yang baru saja terjadi beberapa saat yang lalu, kejadian yang kini, telah ku tinggalkan jauh di belakang sana. Coba deh kalian lakukan hal yang sama denganku, berkendara di malam hari, sendirian pula lalu di iringi lagu tersebut. Di jamin, perasaan kalian jadi tentram dan menyenangkan.

So!, Aku tak ingin ingat-ingat lagi, apa yang akan terjadi terhadap pasutri itu. Toh! Hanya sebuah kejadian yang numpang lewat saja dalam jalan kehidupanku ini, bukan? Dan tak akan mungkin, aku dan pasutri itu, khususnya sang wanita berkerudung merah muda itu, bakal di pertemukan kembali oleh semesta. Aku rasa itu sesuatu yang amat sangat mustahil terjadi. Apalagi luasnya negara NKRI ini, tak seluas daun kelor yang banyak di manfaatkan orang-orang buat menjadikan sebuah perumpamaan.

Well! Mari kita lanjutkan petualanganku ini, yang aku sendiri tak dapat menebak, kemana arah tujuan hidupku kedepannya.



Singkat cerita….



Aku menempuh perjalanan kurang lebih sejam lagi dari tempat warung makan yang ku singgahi tadi hingga tiba di Bandung. Hmm, apa yang mesti ku ceritakan pada kalian saat ini ya? Hanya proses di saat tiba di Bandung, kemudian mengarahkan kemudiku ini menuju ke hotel yang telah ku booking sejak tadi di Jakarta. Dan juga Bandung saat ini sedang di guyur hujan yang lumayan deras.

Seharusnya jika aku tiba lebih awal di sini, mungkin akan jadi acara yang menarik apabila aku bisa mendapatkan satu atau dua kembang bunga kota Parahyangan ini buat memanjakan diri ini – minimal secelup dua celup di kamar hotel. Tapi, kalo sudah jam segini aku rasa semua kembang bunga sudah pada molor di kamar masing-masing, atau mungkin juga sudah ada beberapa yang melayani sugar daddy seperti diriku ini. Ups! Maaf ralat, aku kan belum nikah jadi belum bisa di samakan dengan sugar daddy, bukan?

Oke abaikan saja….

Setelah tiba di hotel, ku arahkan segera mobilku ke parkiran yang tak jauh dari pintu lobby. Selesai parkir, aku melangkahkan kaki masuk ke dalam, yang tentu saja harus melewati proses pemeriksaan pihak security yang stand by di depan pintu.

Hal ini pasti kalian paham bukan, prosesnya. Apalagi hotel yang ku tempati inap malam ini adalah hotel kelas Bintang. Tak perlu ku sebutkan nama hotelnya ya, intinya hotel ini cukup terkenal dan salah satu hotel mewah di Bandung.

“Silahkan pak” begitu ujar securitynya di saat selesai memeriksaku.

Aku hanya mengangguk seraya melempar senyum padanya.


Begitu tiba di dalam, aku di sambut dengan mewahnya areal lobby dengan tata ruang yang sangat lega dan juga banyak terdapat ornamen-ornamen abstrak. Cukup kalian bayangkan saja ya, karena sekali lagi aku malas mendetailkannya.

Hanya sejenak saja aku mengagumi interior di lobby hotel ini, setelahnya ku langkahkan kaki ini menuju meja resepsionis untuk mengambil kunci kamarku. Aku sedikit mengernyit karena di sana, dari 3 orang yang ada di areal sini dan memakai seragam hotel, ada satu Wanita yang masih kerja hingga jam sekarang.

Hmm….

Apakah di hotel ini tidak memberlakukan – jika karyawan Perempuan jam kerjanya hanya sampai jam 11 malam saja?

Entahlah. Bukan urusanku juga.

Tanpa mikir Panjang lagi, aku pun menghampiri meja resepsionis. Dan rupanya, sang Wanita yang langsung melayaniku.


“Malam bapak” begitu ujarnya.

“Malam mbak” karena ku taksir dia masih muda, masih gadis, jadi aku cukup memanggilnya mbak saja.

“Ada yang bisa kami bantu?” jawabnya ramah sambil tersenyum manis. Aku melihat nametagnya, Natasya. Hhmm.. Nama yang cantik, secantik orangnya.

“Atas nama Rendi Widjaja, mbak Tasya, sudah booking via applikasi abc” sembari berucap, sembari ku tunjukkan ponselku padanya. Dimana, di layarnya – menunjukkan voucher buat tiket menginapku di hotel ini yang tentu saja sudah ku bayarkan lunas, selama 2 hari penuh.

“Oh baik Pak Rendi. Bisa Tasya pinjam KTPnya pak”

“Oh tentu bisa”

Dan ya! Terjadilah proses administrasi yang cukup singkat. Setelah itu, setelah di berikan kunci oleh Tasya, maka aku di persilahkan untuk ke kamar. Dengan di tandai juga ucapan lembut darinya – selamat beristirahat ya Pak Rendi, dan wajah yang tersenyum menggemaskan bikin bulu kuduk agak lumayan merinding. Hahaha!







Di kamar….

Karena aku terbiasa sebelum tidur, harus mandi dulu biar segar dan biar fresh, maka ku putuskan untuk segera melakukannya.

Tak sampai 10 menit, ku pungkasi acara mandiku dan segera mengenakan pakaian santai – berkaos oblong dan bercelana pendek saja. Karena memang aku tak ada niat sama sekali untuk keluar kamar lagi.

Apalagi kini waktu sudah menunjukkan nyaris pukul 3 pagi. Gila! Semoga aku bisa langsung segera tertidur agar besok, aku tak terlambat datang di acara pernikahan anak dari dosen terbaikku dulu di kampus.

Beres semua, aku langsung membaringkan tubuh di atas ranjang king size, menarik selimut dan…………………… mari kita tidur, kawan semua.



5 menit berlalu….

10 menit berlalu….




Anjir! Nyatanya aku sulit buat memejamkan mata dengan benar. Alias aku sulit buat tertidur. Alhasil, aku pun duduk, dan mulai memikirkan bagaimana cara agar aku bisa segera tertidur.

Mungkin membuka ponsel adalah pilihan yang terbaik saat ini. Dan yah! Aku pun melakukan hal tersebut. Membuka tutup applikasi social media. Yang rupanya semakin membuat sepasang mata ini terang sejadi-jadinya.

Yang bodohnya, aku malah membuka applikasi browser, dan mulai membuka salah satu forum yang lumayan ku senangi selama setahunan ini. Forum yang tanpa ku jelaskan, kalian semua paham apa nama forumnya, bukan? Dan tujuanku membuka forum ini tentulah ‘awal’nya iseng saja. Membuka yang khusus menunjukkan ‘Jajanan’ kota Bandung ini.

Namun rupanya, keisenganku ini berubah menjadi rasa penasaran setelah melihat salah satu thread yang di iklankan oleh sesepuh kota Bandung, tentang salah satu jajanannya yang begitu memikat hati. Tak perlu ku jelaskan bagaimana wajah dan kulit serta body Perempuan di dalam foto yang di posting ya, meski sepasang matanya di sensor. Karena, aku cukup melihat komen-komenan di bawah yang menautkan link FR mereka yang sempat menjadi langganan dari sesepuh pemilik thread. Dan dari situlah, berpegang pada hasil yang terlebih dahulu menyewa jajanan sesepuh tersebut, pada akhirnya aku beranikan diri buat mengirimkan pesan pribadi padanya. Yang ternyata, yang bersangkutan segera membalasnya. Wah kalong juga ya, jam segini belum tidur. Hahahaha!

Komunikasi terjadi, komunikasi yang tentu tak perlu ku jelaskan pada kalian detailnya. Yang hingga menarik kesimpulan jika aku tertarik dengan salah satu jajanannya yang ia pajang, dan menyiapkan 2 gepok buat membayarnya nanti saat paket jajanannya telah tiba di kamar. Serta ku jelaskan padanya jika aku menginap di hotel – dengan menyebut nama hotel yang ku maksud.

“Wah kebetulan banget suhu, kebetulan angle yang suhu pesan posisinya juga dekat banget dari hotel itu” begitu balasan dari sang pemilik lapak.

Wah! Kebetulan dong. Aku membatin.

Dan yah! Tanpa banyak cincong, aku di suruh menunggu sekitar 10 sampai 20 menit lamanya, dan nanti paket yang ku pesan akan tiba di depan kamarku.

Okelah….



=================================





Suara bel menyadarkanku dari lamunan. Hmm! Ternyata gak sampai 10 menit, paketku telah tiba di depan kamar. Aku yakin, yang membunyikan bel tersebut adalah sang pemilik lapak yang ku panggil super suhu tadi.

Tanpa lama-lama lagi, aku bergegas membuka pintu kamar.

Begitu pintu ku buka……



Degh!

Aku kaget! Sumpah, kaget banget.

Bukan karena paket yang di kirimkan padaku adalah paket kembang bunga jadi-jadian, melainkan….. Wanita yang kini berdiri di hadapanku, lebih tepatnya gadis yang kini berdiri di hadapanku, yang masih mengenakan seragam yang sama yang ku lihat tadi di bawah, lengkap dengan nametag yang bertuliskan…..



What the! Tasya?

Oh shit!

“Malam pak Rendi”

“M… mal malam. Tasya” fak! Kenapa aku malah sampai gugup membalas sapaan darinya ya?

“Boleh Tasya masuk?”

“Eh boleh…. Silahkan”

Aku mempersilahkan Tasya masuk dan dia langsung menyelinap ke dalam kamarku dengan cepat. Aku menutup pintu kamarku dan menguncinya. Ketika aku berbalik, Tasya berdiri di depanku dengan wajah tertunduk.

“Kita ngobrol dulu boleh, Pak?” begitu tanyanya. Aku tak mau menerka apapun, maupun tidak menyetujui keinginannya, atau – sampai langsung menerjangnya. Karena aku juga belum melakukan pembayaran euy!

“Sebelum itu, Tasya juga mohon izin, buat ganti lampunya yang lebih redup, boleh pak?”

Sopan!

Dan lembut.


Hanya itu yang langsung terlintas di pikiranku saat ini. Seakan-akan masih tak percaya, jika gadis ini, rupanya kerja sebagai resepsionis hanyalah sebagai kedok semata.

“Silahkan Tasya” balasku padanya.

Kemudian gadis itu bergegas buat mematikan semua lampu yang ada, termasuk lampu teras, dan hanya menyisakan lampu di atas pintu masuk yang hidup. Kini kamarku jadi temeram, termasuk terasnya yang kini juga agak gelap, aman dari pandangan orang dari luar.

Sambil Tasya tadi mematikan beberapa sakelar, aku pun ikut duduk di salah satu sofa yang ada di dalam kamar, karena aku memang mendapatkan kamar Suite yang lumayan luas dan nyaman.

“Boleh merokok?” begitu tanyaku, karena aku tentu harus menetralkan dalam sana dengan sebatang dua batang rokok.

“Silahkan pak. Lagian kamarnya juga kamar smooking kok” balasnya.

Sambil melempar senyum, aku mulai menyalakan rokok garpitku.

Sedangkan Tasya pamit sebentar membuatkan minuman yang tersedia di pantry kecil fasilitas kamar. Tak lama kemudian, Tasya duduk di sebelahku setelah meletakkan minuman yang dibuatnya di atas meja, dua gelas kopi susu sachetan.

“Silahkan diminum, Pak… Kalo rasanya kurang manis bilang aja, biar Tasya tambah gulanya…”

“Makasih, Tasya…” jawabku sambil mencicipi kopi buatannya. “Pas, kok”

Tasya tersenyum, walau suasana temaram aku masih bisa melihat wajahnya yang tersenyum, dan aku bisa melihat ada raut gundah disana, berbeda jauh dengan ceria yang tunjukkannya tadi di depan meja resepsionisnya.

Kami terdiam beberapa saat.

“Pak Rendi” panggil Tasya sambil menatapku.

“Ya….” Aku menoleh, balas menatap Tasya.

“Tasya minta maaf sebelumnya, sejujurnya, tadi di bawah, yang berdiri di samping Tasya, pak Rendi sempat lihat gak?”

Aku mengangguk, “Iya, sekilas saja”

“Nah, dia itu germo pak…. Dan rupanya, tadi dia sempat ngobrol ama Tasya, karena ada tamu hotel yang katanya lagi cari BO darinya, Cuma kebetulan cewek yang bapak inginkan lagi sulit buat di hubungi, makanya sejak tadi dia gerutu melulu”

Oh….

Pantes saja. Karena aku tadi melihat jelas foto-foto jajanan yang ku pesan dari sesepuh di forum. Cuma, memang agak beda dengan Tasya ini. Kalo Tasya mah, cantiknya kebangetan. Dan tak mungkin, dia adalah Wanita yang kini menari-nari di pikiranku. Dan satu hal yang kini membuatku agak sedikit kurang enak padanya. Karena aku langsung ketahuan jika demen jajan di luar. Tepok jidat!

“Lalu?” aku bergumam.

“Sekarang, Tasya boleh nanya gak?”

“Silahkan….” Balasku.

“Apa yang ada dipikiran Pak Rendi saat ini, tentang Tasya yang malam-malam datang ke kamar bapak….” katanya lirih.

“Yang saya pikirkan tentang Tasya, hmm?” tanyaku. “Jujur, gak ada…. Belum ada yang saya pikirkan”

“Bapak pasti mikirnya Tasya ini perempuan gak bener, nyamperin tamu hotel malem-malem…. Apalagi jelas-jelas, pak Rendi tadi pesan cewek ke temen Tasya”

“Ah iya, jadinya gimana yang tadi?” aku langsung bertanya, mumpung di ingetkan.

“Jujur, Tasya tadi rencananya mau lembur pak…. Karena Tasya malas pulang ke rumah malam ini”

“Malas kenapa Tasya?” tanyaku mulai penasaran.



Dia terdiam sesaat.



Aku malah memutuskan untuk menunjukkan senyum terbaikku padanya, sambil menatap ke dalam matanya. Aku bisa merasakan Tasya merasa sangat canggung saat ini. Mungkin ini adalah pengalaman pertama buat Tasya mendatangi tamu hotel tempatnya bekerja, malam hari pula, bahkan di saat masih jam kerja.

Jika ini bukan pengalaman pertama, maka perbuatan ini bisa dibilang baru beberapa kali Tasya lakukan, atau bisa juga jarang dia lakukan, aku tak bisa menebak yang mana. Bisa jadi ada sebuah jasa yang ingin Tasya tawarkan padaku.

Tapi rasa canggung dan ragu yang begitu terasa dari diri Tasya, membuatku tak mau gegabah menuduh Tasya sebagai player berkedok resepsionis. Aku ingin mendengarkan Tasya mengungkapkan yang sebenarnya dulu, tak berani menuduhnya yang tidak-tidak. Bahkan rasanya, tak tega walau hanya sekedar berprasangka.

“Ceritalah… Tasya, saya akan mendengarkannya.” kataku padanya sambil tersenyum.

“Hmm jadi begini. Tasya itu pengen kabur dari rumah Pak”

Wadau!

Wait! Jangan bilang dia ingin mengajakku ikutan kabur? Nope! Aku tak mau terlibat masalah dengannya nanti.

“Eh tunggu dulu pak, Tasya tidak bermaksud apa-apa…. Tasya hanya ingin jelasin, jika sejujurnya Tasya itu, besok harus nikah sama pria yang di jodohkan ama orang tua. Mana Tasya juga gak cinta ama dia, sumpah demi Allah Pak. Tasya gak mau nikah sama tuh cowok, mentang-mentang tajir malah se-enaknya mau ngajakin nikah Tasya, mana orang tua Tasya juga seakan-akan tersihir dengan gemilang harta yang di tunjukkan pihak dari pria itu”

“Sebelumnya, Tasya benar-benar minta maaf, Pak” kata Tasya perlahan. Matanya mulai berkaca-kaca.

“Intinya Tasya gak rela untuk nikah dengan pria itu, makanya Tasya memilih mau kabur saja dari rumah…. Dan meninggalkan semuanya.”

Aku menarik nafas dalam-dalam.

“Lalu pekerjaan kamu gimana Tasya?”

“Tasya mau meninggalkan semuanya, Pak… Tasya gak mau, hidup Tasya nantinya berantakan kalo harus memilih nikah sama pria yang bukan pilihan Tasya sendiri”

Aku ingin menyela, Cuma bingung mau ngomong apa lagi.

“Jadi…. Pas Tasya denger tadi temen Tasya mau batalin janjian dengan bapak, akhirnya Tasya pun menanyakan nomor kamar tamu. Eh Taunya Pak Rendi rupanya. Makanya, Tasya diam-diam samperin kamar bapak sekarang…. Sekiranya dan Tasya sangat berharap, Pak Rendi percaya sama Tasya, dan jika saat ini Pak Rendi ada uang lebih sebesar sepuluh juta, Tasya ingin pinjam dari bapak, karena Tasya ingin menggunakan uang itu buat meninggalkan semuanya di sini. Insha Allah, Tasya mau minta nomor bapak, jadi pas Tasya sudah dapat pekerjaan di kota lain nantinya, Tasya akan mengembalikan uang pak Rendi. Tasya janji Pak”

Dan perlahan….

Amat sangat perlahan, sepasang mata sendu itu mulai menitihkan air mata. “Tasya mohon Pak…. Hiks!” fiuh! Akhirnya, telaga pada kedua mata gadis itu mulai terbongkar. Mulai menatuhkan air bah, yang pada akhirnya meluluh lantahkan perasaan dan pertahananku ini.

Aku jujur tak sanggup untuk berkata tidak sekarang.

Entahlah! Mungkin karena aku berfikir, menolong itu adalah hukumnya baik. Karena aku selalu percaya, jika kita menolong orang lain dengan Ikhlas, berupa sejumlah uang, maka percayalah, sang pemilik semesta akan mengembalikannya berkali lipat banyaknya. Dan ini selalu ku buktikan.

“Hiks… Tasya mohon, hanya inilah jalan keluar yang Tasya bisa. Dan hanya pak Rendilah yang bisa melepaskan Tasya dari sengsaranya masa depan Tasya nantinya apabila Tasya tetap menikah dengan pria pilihan orang tua. Hiks… hiks”

Fiuh!

Aku mengambil nafas sejenak.

Entah kenapa, aku merasa Tasya jujur. Aku sama sekali tak ada firasat Tasya bercerita bohong. Aku begitu tersentuh dengan pengakuannya pada masalah yang dihadapinya. Aku juga tidak berprasangka buruk Tasya akan menipuku.

Aku sangat ingin bisa membantu Tasya.

“Saya akan membantu kamu, Tasya”

Tasya tampak sangat terkejut.

Wajahnya, ekspresinya, sungguh jangan tanyakan padaku bagaimana kini ku lihat.

“Pa… pak Rendi per… percaya sama Tasya?” tanyanya menatapku antara tak percaya bercampur senang karena begitu mudahnya dia mendapatkan solusi untuk masalahnya saat ini.

“Ya, saya percaya padamu” jawabku sambil tersenyum.

“Walau kita baru kenalan, Pak?”

“Iya… Tasya juga baru kenal saya malam ini, bukan? tapi sudah percaya pada saya dan mau rela untuk berbagi masalah yang sedang Tasya hadapi”

“Makasih banyak, Pak… hiks…. Hiks…. Makasih banyak… Tasya sama sekali gak nyangka akan terbantu secepat ini.” Yah dia malah mewek lagi.

“Terus terang tadi Tasya nyaris banget buat pasrah menerima takdir buat menikah besok…. Hiks…. Tapi ternyata Allah SWT memiliki rencana lain dengan memberikan keberanian pada Tasya buat menghampiri bapak…. Hiks…. ternyata Pak Rendi adalah penyelamat Tasya.”

Aku tersenyum menatap gadis cantik yang ada dihadapanku, yang berbicara sambil menatapku lekat, suaranya bergetar berlinang air mata. Aku semakin yakin dan percaya, Tasya tak akan menipuku.

“Ya sudah, mana no rekening kamu”

Tasya tampak mengusap wajahnya, menghapur linangan air matanya.

Setelah itu, Tasya bangkit dari kursinya, dan berlutut di depanku. Tangannya meraih telapak tanganku dan menciuminya. “Makasih banyak Pak… Makasih banyak…”

Aku segera berdiri dan menarik Tasya agar segera berdiri. “Busyet… Kok jadi sungkeman gini… lebaran masih jauh, Tasya.” Kataku bercanda sambil tertawa.

Tasya masih sesunggukan walau dia tertawa juga karena candaanku.

“Ya udah mana no rek kamu”

Tasya pun menyebutkan nomor rekeningnya. Aku yang tanpa berfikir lagi, segera melakukan transfer bukan sebesar 10 juta, melainkan ku lebihkan menjadi 15 juta jumlah yang ku transferkan ke rekening gadis ini.

“Done ya Tasya…. Semoga kamu mendapatkan pria yang sesuai ya”

Dan yah! Jangan tanyakan bagaimana ledakan tangisannya yang segera memelukku, dan tak henti-hentinya mengucapkan rasa terima kasihnya padaku.

Karena aku malas buat bercerita bagaimana kejadian saat ini, maka ku skip saja ya. Aku malas ikutan menceritakan bagaimana aku terharu.







“Pak, Tasya numpang mandi disini, boleh gak… lumayan gerah, habis kerja belum sempat mandi”

“Loh, katanya kamu lagi lembur tadi?”

“Gak jadi pak. Hehe, kan udah dapet bantuan dari bapak… jadi Tasya udah mau siap-siap pergi sekarang”

“Oh baiklah, kalo memang itu pilihan kamu, saya tidak bisa menahannya”

“Tasya permisi ya pak”

“Silahkan….”

Tasya kemudian masuk ke kamar mandi.

Sekitar setengah jam, Tasya sudah selesai mandi, segar sekali tampaknya dia.

Dia mengenakan jubah mandi hotel yang bahannya kaos berbulu seperti handuk. Segar, dan terlihat seksi.

“Maaf ya Pak, Tasya pinjem bentar baju mandinya”

“Iya gak apa-apa, kan jubahnya ada dua kok” balasku sambil mencoba berusaha berpaling, biar tak di anggap kurang ajar karena menatap tubuhnya yang Nampak menggoda.

Aku pun berdiri dari dudukku, rencananya sih mau ke kamar mandi buat cuci muka.

“Pak….” Tiba-tiba, Tasya memanggil, membuatku menghentikan Langkah.

Posisiku, kini berdiri dekat Led TV. Sedangkan Tasya berdiri di tepi ranjang. Sejarak semeteran lebih mungkin.

“Iya?” aku membalas.

Aku agak mengernyit, di saat gadis itu, kini menatap lekat ke mataku.

Apalagi di saat, sepasang kaki gadis itu mulai melangkah mendekat.

Semakin mendekat….

Hingga kini, gadis cantik itu berdiri sangat dekat denganku. Di hadapanku.

Tiba-tiba, tanpa aba-aba, gadis itu meraih tanganku. Lalu menggenggamnya.

Jangan tanyakan, bagaimana kini jantungku berdegub di dalam sana ya. Jangan kawan, karena kejadian ini amat sangatlah tiba-tiba. Bahkan aku belum sempat bereaksi, kini, tanganku di genggam erat olehnya.

Aku mencoba untuk menatap wajah cantik gadis berkulit putih dihadapanku ini, mengagumi kebersihan kulit wajahnya yang tanpa polesan make up, bersih.

Tangannya yang masih menggenggamku, kini mulai melakukan Gerakan kecil dengan mengusap. Bukan hanya itu saja, kini, Tasya mulai merapatkan tubuhnya ke tubuhku.

“Pak…. Rendishh” Desahnya lirih sambil menatapku.

“Tasya…. Kamu kena-” jawabku, tapi langsung terhenti, karena gadis itu menempelkan jari telunjuknya di bibirku, serta, semakin mendekatkan dirinya padaku.

“Stttttt….”

Sejurus kemudian, Tasya dengan perlahan meraih pinggangku, dan memelukku erat.

Entah karena terbawa suasana, atau mungkin secara insting, aku pun membalas perlakuannya, memeluk tubuhnya dengan sempurna.

Mendapatkan balasan dariku, kini Tasya mulai merebahkan kepalanya di pundakku.

“Jujur, Tasya masih gak percaya bisa dibantu Pak Rendi malam ini” bisiknya tepat di telingaku, meninggalkan rona geli membuat bulu kudukku meremang. “Sekali lagi makasih banyak ya, Pak”

Aku membelai rambutnya, “Sama-sama, Tasya… Saya senang bisa membantu kamu”

Tangan kananku membelai rambutnya, sementara tangan kiriku memeluk pinggangnya yang ramping. Wajah Tasya bersandar di pundak kiriku. Cukup lama kami berada di posisi ini.

Tasya kemudian menatapku, dan aku mendekatkan keningku hingga menempel ke kening Tasya. Mata kami masih lekat saling menatap, dan aku melihat mata Tasya semakin sayu, bibirnya sedikit terbuka. Jenak berikutnya, pinggulnya bergerak semakin rapat padaku, membuatku yakin Tasya dapat merasakan kekerasanku di bawah sana. Aku semakin erat memeluk pinggangnya, melekatkan tubuh kami berdua. Namun, aku tak mau bereaksi terlalu jauh. Takut aku salah bertindak nantinya.



Namun…..

Belum juga aku berfikir, apa yang akan selanjutnya ku lakukan.

Tiba-tiba saja gadis itu berbisik pelan.

Amat sangat pelan di sertai dengan desahan yang begitu syahdu. “Kak…. Maaf, Tasya lancang…. Memanggil kakak ke Kak Rendi.” Aku mengambil nafas, dan belum juga ku balas ucapan yang berupa bisikan itu. Dia melanjutkan.

“Malam ini, miliki Tasya, karena Tasya ingin merasakan untuk kali pertama dan terakhir ini dengan kakak….. Tasya mohon ya kak, buat Tasya Bahagia malam ini.”



Degh!



Bersambung Chapter 4
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd