Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Sepenggal Kisah - Nadia Safira (NO SARA!)

Bimabet
Colek komandan pasukan rusuh @fq_lex
Biar nyolek pasukannya...
Maap ane gak hapal semua :ngakak

ijin nyimak ceritanya suhu @Phat-Phat

sekalian mengundang suhu-suhu yg lagi rebahan :

@kuciah
@Julid
@Byey
@check_mate
@PrinceOfLust
@sigitnoi
@kenthirkatrok
@bendhi
@Yhonoz
@Garonk84
@john2017
@Sonic110
@bocahculund
@Sierpa73
@kusuma_wijaya
@Sipancie

mohon maaf :ampun: bagi suhu-suhu yg kelupaan disebut namanya
Makasih jawilannya Om² Senior Mesumkuhhh
 
Wajib di tunggu 😁

Siap hu smoga suka


Masama hu

Colek komandan pasukan rusuh @fq_lex
Biar nyolek pasukannya...
Maap ane gak hapal semua :ngakak

Trims hu udh di ajekin yg laen ke mari

Sebuah prolog yg menarik wkwkw
makasih hu

Izin mantau suhu
monggo

Thread ini dalam pantauan.
Siap 86

Hadiiiiirrrrrr........ :pesawat: untuk meramaikan



suwun jawilanne kang @L-co

Selamat datang di thread baru ane hu

Nitip tenda bang
silahkeun

Opening nya kyk pernah baca
serupa tapi tak sama hu. mirip Putri Asyifa

Om tj kembali horeeee
Ane bukan TJ hu

Ikutan tengkurep dimarih Om @Phat-Phat a.k.a poligemek77
Silahkeun hu
 
Welcome suhu TJ
Salah org hu hehe

Thanks colekannya @fq_lex

Ikut hadir di sini Om @Phat-Phat
Silahkeun hu

Ikut nÿimak
Silahkeun hu.
Nyimak dulu ceritanya
Siap

Wahhh...welkambekk lah suhuu
Haha ane masih nubie hu

Siap pantau suhuu
silahkeun

Matok dlu biar gak lolos
Siap haha

Ikutan naruh sendal, tulung jangan dicomot ya🙏
Halo hu. Lama tak bersua di komen

Wah ada apa disini sih
Gak ada apa2 hu. seorang nubie lgi mencoba bikin cerita hehe
 
Bimabet
CHAPTER 2
Perjalanan Masih Panjang


Entah karena makanannya enak atau karena perut ini memang yang sudah lapar banget, alhasil nasi goreng yang ku pesan ludes tak bersisa. Lumayan sih harganya, lumayan murah maksudku, dan juga memang sesuai dengan porsi dan rasa yang di sajikan oleh warung makan ini.

Beres makan, ku seruput habis aqua dalam botol kemasan yang ku pesan tadi.

Awalnya aku berniat untuk menikmati garpit sebatang dua batang terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan. Yah! Memang awalnya demikian, bahkan aku juga sudah menyalakan sebatang rokok dan menghisapnya sesaat. Hembusan asap yang mengepul dari mulutku membuat ketenanganku mulai kembali hadir. Tapi begitu mataku kembali tanpa sengaja mengarah ke luar warung, kembali aku melihat sosok wanita yang berada di luar sana.

Busyet…

Masih belum bener juga motor lakinya ya?

Sejujurnya saat aku menikmati makananku tadi, aku memang berusaha keras untuk tidak melihat ke arah luar, berusaha untuk mengabaikan apa yang terjadi di sana. Cuma, itu hanya terjadi 15 menit lamanya, karena nyatanya sekarang, aku malah urung melupakan, malah yang ada, rasa kasihan dan penasaranku mulai terusik.

Sanggupkah aku untuk cuek dan mengabaikan mereka? Sebuah pertanyaan muncul dalam benak ini.

Kalo mau jujur….

Aku sungguh merasa amat sangat kasihan kepada istrinya yang masih duduk di pinggir trotoar dengan posisi kepala sudah rapat ke sepasang lututnya itu. Aku yakin jika wanita itu sudah sangat lelah dan ngantuk. Apalagi ketika ku lirik jam pada lenganku, rupanya sudah hampir jam 1 malam.

Aku memang bukanlah orang yang baik-baik amat, tapi jika melihat kondisi mereka di luaran sana, dan di perparah dengan orang-orang yang berada di sana dan berlalu lalang di dekatnya, seakan cuek dan tak mau ambil pusing dengan pasutri itu - seolah membuat jiwaku tergelitik. Setidaknya aku masih memiliki sisi baik meski itu secuil saja.


Karena alasan itulah, pada akhirnya aku memutuskan untuk menyelesaikan acara santai berasapku di dalam sini, dan segera berdiri menuju ke kasir di depan. Tak lupa ku bayar lebih dulu pesananku tadi, kemudian kembali memesan sebotol air minum. Setelah itu, aku berjalan keluar dari warung.

Begitu aku keluar, memang udara semakin dingin saja. Aku memang tak mengenakan jaket, hanya berkaos oblong berlogokan palu kecil di bagian dada kiri, dengan celana jeans serta sepatu, tapi demikian aku bisa merasakan betapa dinginnya suasana di malam ini. Aku saja rasanya ingin segera kembali ke mobil karena dingin yang tak bersahabat, bagaimana dengan istri pria pemilik motor butut itu ya?

Aku pun mau tak mau menghampiri.

“Permisi pak. Saya lihat sejak tadi motornya lagi bermasalah ya?” begitu tanyaku kepada si pria yang masih saja tak pantan nyerah buat menyalakan motornya.

Pria itu menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh dan menatapku sedikit kernyitan di dahi. Melihat respon penuh tanya darinya, aku melempar senyum seramah mungkin.

“Maaf pak. Tadi saya sempat lihat bapak kesulitan, saya lagi makan di warung seberang sana” ujarku melanjutkan, sambil tanganku menunjuk ke seberang jalan, lebih tepatnya ke warung makan tempatku tadi makan nasi goreng. “Pas saya selesai makan, saya lihat bapak belum beres juga”

“Oh iya pak. Ini motor saya gak tahu masalahnya apa tiba-tiba saja matol gak bisa di nyalain”

“Oh gitu? Bapak tahu bengkel dekat-dekat sini gak?” tanyaku buat memastikan, lebih tepatnya memastikan apakah dia sudah mengambil tindakan dengan mendatangi bengkel atau malah belum sama sekali.

Dia menggeleng.

“Bapak gak tahu atau bagaimana?”

Pria itu terdiam sesaat. “Kami bukan asli orang sini pak”

Tepok jidat!

Sama pak, tapi setidaknya bapak punya mulut buat bertanya, bukan malah diam dan tetap berusaha menyalakan motor bapak yang tanpa di ketahui masalahnya dimana.

Untung saja aku hanya berucap dalam hati kalimat tersebut, sedangkan aslinya, aku hanya melempar senyum saja padanya.

“Abi? Ada apa?”


Sebuah seruan lembut dari arah belakang membuat aku dan pria ini menoleh bersama. Ahh, rupanya wanita yang tadi.

“Ini umi…”

Belum sempat pria itu menyelesaikan, aku lantas menyela dengan cepat. “Maaf bu, sejak tadi saya lihat bapaknya kesusahan menyalakan motornya, nah, kebetulan saya yang lihat sejak tadi jadi bertanya-tanya ada apa sebenarnya…. dan mencoba untuk mencarikan solusi buat bapaknya”

Selesai aku berkata demikian, wanita itu berdiri dan……..

Tiba-tiba saja entah karena apa, pijakan sepasang kakinya itu tak mampu menopang tubuhnya, mungkin karena terlalu lama duduk dan juga lelah serta mengantuk, alhasil dia sedikit oleng ke samping, lebih tepatnya ke arah jalan raya.

“Eh umi?” sang suami malah cuma kaget dan tanpa mengambil tindakan apapun.

Sedangkan aku? Instingku langsung menangkap adanya bahaya yang mendekat. Aku yang berdiri dekat dari jangkauan wanita itu, teramat sangat jelas melihat cahaya lampu yang cukup terang serta siluet badan bis besar yang melaju kencang.

Benar saja…..

Bersamaan pula suara klakson bis besar itu menggema. Yang mesti di ingat kejadian ini amatlah sangat cepat terjadi, dan karena insting serta refleksku yang cukup cepat, menyadari bahaya tersebut akan segera menerpa wanita berkerudung merah muda itu, dengan amat sangat cepat aku bergerak ke arahnya dan meraih pergelangan tangannya. Bukan hanya itu saja, ku tarik tubuhnya untuk segera merapat kepadaku. Sepersekian detik kemudian, kedua tanganku merengkuh pinggang wanita itu serta menghempaskan tubuh kami berdua menjauh dari tepi trotoar untuk bergeser lebih ke dalam lagi.

Wushhhhhhhhhhhh!!!

Ahhh untung saja.


“Aaachhhh…..” sempat juga ku dengar wanita itu berteriak tertahan. Suaranya bergidik ngeri.

Nyaris saja……..

Body bis yang besar melaju kencang hanya beberapa centimeter di samping tubuh kami. Andai saja aku terlambat beberapa detik menarik tubuh wanita ini, aku tak bisa membayangkan akibatnya. Aku sedikit bernafas lega menghindarkannya dari kecelakaan yang bisa merenggut nyawanya. Sempat kulihat sepintas wajah pengemudi bis itu tidak kalah kaget melihat keberadaan kami yang hampir terjatuh dari trotoar. Untung juga sang pengemudi bis itu cukup sigap, ia membanting stir sedikit ke kanan menghindarkan dari kecelakaan yang mungkin terjadi.

Wanita itu masih cukup shock dengan kejadian barusan. Nafasnya tersengal, tanpa sadar ia memelukku.

Menyadari situasi, aku segera sedikit mendorong tubuhnya agar melepas pelukannya. Walau baru saja kami terhindar dari marabahaya, aku tidak mau suaminya berpikir aku memanfaatkan situasi, walaupun sejujurnya iya. Kurasakan sedikit tonjolan daging yang lembut ketika kedua payudaranya menghimpit dadaku.

Lumayan keras, padat dan berisi. Hanya itu kesimpulan yang dapat ku tebak, karena aku tak mau terlalu jauh menebaknya, takut malah pikiranku di kuasai kembali oleh iblis-iblis jahannam di dalam sana.

Sejurus kemudian, wanita itu segera memeluk suaminya sambil ber-istighfar. Aku pun sempat mendengar suara terisak di pelukan suaminya.




Setelah semuanya tenang, aku berinisiatif mengajak mereka berbicara kembali.

“Sebetulnya bapak dan ibu mau kemana? Dan darimana?” tanyaku mendekat.

Pria itu mengendurkan pelukannya dari sang istri, kemudian, wanita tersebut malah segera bergeser ke belakang suaminya. Posisinya agak nyerong sedikit ke samping. Mungkin dia mulai tersadar atas apa yang terjadi tadi antara dia dan aku. Atau mungkin, dia merasa malu dan mencoba untuk menghindar?

Entahlah. Abaikan aja. Aku juga tak berminat untuk menggoda istri orang, apalagi seorang wanita yang sangat tertutup sepertinya. Dalam kamusku, selama ini aku sangat tidak tertarik dengan wanita sejenisnya.

“Ini pak, kami mau ke Bandung, kami dari Jakarta” Oh, sama donk. Aku membatin.

Tapi, aku tetap melempar senyum seramah mungkin pada mereka berdua.

“Hmm, terus sekarang apa rencana bapak dan ibu? Apalagi saya lihat, motor bapak sepertinya memang benar-benar sudah tak dapat di andalkan lagi”

“Fiuhhh…. iy… iya juga sih”

“Atau gini aja pak. Karena ini sudah malem banget, bagaimana kalo bapak dan ibu, ikut saya ke Bandung, dan motor bapak kita titipkan saja ke warung makan tempat saya makan tadi, nanti besok baru kita pikirkan lagi bagaimana bagusnya, bagaimana pak, bu?”

Pria itu tidak langsung memberikan jawaban, malah menoleh ke istrinya.

Aku pun mau tak mau ikut menatap ke arahnya. Jenak berikutnya, aku lihat wanita itu yang menunduk, mulai memberikan jawaban dengan cara, menggeleng? Lah? Dia tidak mau menerima bantuan dariku kah? Masalahnya dimana?

“Maaf pak, istri sepertinya tidak mau menyusahkan orang lain”

Aku sejenak menarik nafas dalam-dalam, karena aku juga tak ingin memaksa lebih jauh lagi. Takut jika terjadi apa-apa karena ajakanku ini, malah di kemudian hari justru akulah yang akan menanggung segalanya.

“Baiklah….” aku memungkasi. Selanjutnya, ku raih dompet dari tas kecil yang selalu ikut serta bersamaku, dan baru saja ku ambil 3 lembar uang seratus ribu, dan ingin mengangsurkan kepada pria itu, tiba-tiba pria itu malah menolak.

“Jangan pak. Kami tidak mau berhutang budi kepada orang lain, apalagi orang yang baru kami kenal.”

Errrrr! Nih orang.

Aku hanya tetap memasang wajah tersenyum.

“Pak. Gini, saya tidak ada maksud apa-apa, jika pun bapak tidak ingin menerima pemberian saya ini, maka bapak anggap saja berhutang kepada saya dan di bayarkan sesuka hati dan seikhlasnya saja nanti di kemudian hari, pun saat kita di pertemukan lagi oleh sang takdir. Nyicil 10 ribu per pertemuan juga gak masalah kok”

Belum juga dia jawab beserta istrinya yang sudah bersembunyi di balik punggung sang suami, aku melanjutkan secepatnya. “Pak, kebetulan saya juga sedang terburu-buru ke Bandung, tapi saya juga sungguh tak tega melihat bapak dan ibu berdua berada di sini, tengah malam pula. Jadi, saya mohon dengan amat sangat ke bapak, terimalah pemberian saya ini… mungkin bisa di gunakan buat benerin motor bapak di bengkel nanti”

“Ku mohon pak, biar saya bisa melanjutkan perjalanan dengan tenang tanpa memikirkan kalian berdua di sini.”

Tak ingin memberikan ruang buat menjawab, segera ku raih tangan pria itu dan memberikannya uang 3 lembar itu padanya.

“Eh pak, ja….” belum sempat ia melanjutkan, aku sudah berbalik dan mulai melanjutkan langkah ini buat meninggalkan mereka berdua di belakang sana. Intinya, aku tak mau, setelah kepergianku nanti aku malah di bebani dengan memikirkan bagaimana nasib keduanya saat kuk tinggalkan.

“Pak…. pak”

Tak ku hiraukan panggilan dari pria itu, dan mulai berjalan buat menjauh dan semakin menjauh lagi darinya. Entah apa yang di pikirkan istrinya itu saat aku langsung memberikan uang pada suaminya dan bergegas pergi meninggalkan mereka tanpa kata terucap lagi.

Ya sudahlah….

Sudah bukan urusanku lagi.

Intinya, aku sudah membantu mereka meski tak seberapa, serta membantu wanita itu tadi untuk menghindarkannya dari bahaya yang nyaris menghampirinya. Nyaris menjadi korban tabrakan bis besar tadi, nyaris membuat pria itu berstatus duda.




Rupanya untuk menuju Bandung aku harus melewati pasutri itu yang kini, sudah mulai berjalan sambil mendorong motornya meninggalkan tempat itu.

Ahhh, kenapa kaki ini malah menginjam rem mobil tepat di belakang mereka, dan membuat mobilku markir di pinggir trotoar?

Yang anehnya lagi, aku malah keluar dan turun dari mobil.

“Pak…. bu,”

Keduanya langsung menoleh bersamaan ke belakang. Ke arahku berdiri.

“Eh pak?”

Aku melempar senyum pada pria itu.

“Maafkan atas sikap saya tadi, ya pak” ujarku, sembari berjalan mendekat dan mengulurkan tangan pada pria itu.

Pria itu, yang sampai sekarang tak ku ketahui namanya, menerimanya dan kami salilng bersalaman.

“Saya pamit dulu, mau segera ke Bandung…. gak apa-apa bapak dan ibu saya tinggal?”

“G… gak apa-apa pak” itu bukan suara pria itu, melainkan suara sang wanita yang tadi ku tolong, serta yang sempat ku rasakan pelukan hangat darinya. Anjir, tepok jidat. Sudah Rendy, ngapain lo inget-inget kejadian tadi. Sebuah monolog singkat mencoba untuk mengingatkanku kembali.

“Ya sudah, kalo begitu saya bisa permisi sekarang pak, bu?”

“Bisa pak” ujar mereka nyaris bersamaan.

“Silahkan pak”

“Ya sudah kalo begitu, saya pamit ya, Assalamualaikum wr wb” balasku dan pada akhirnya, aku pun tak pergi begitu saja tanpa meninggalkan kesan yang baik pada mereka.

Mereka tentu saja membalas ucapanku yang sekali lagi nyaris bersamaan.

Selama aku mengobrol ini, wanita itu - entah hanya karena perasaanku saja, dia sejak tadi memandangiku. Sesekali menunduk waktu ku balas tatapannya.

Setelah itu, ku pungkasi segera kebersamaan dengan pasutri ini, dan segera kembali ke mobil.

Saat menjalankan mobil, aku melewati mereka, membuka kaca, dan tanpa sengaja pula, wanita itu memandangku.

Aku hanya melambaikan tangan seraya berucap, “Pak…. saya permisi ya, sampai bertemu lagi di lain kesempatan”

“Iya pak…. sampai jumpa lagi” hanya suami yang membalas, istrinya tidak membalas.

Dan jenak berikutnya, aku pun mulai menjalankan mobil dan meninggalkan keduanya di belakang sana.

Entah apa yang terjadi denganku. Kenapa aku masih saja melihat mereka dari spion tengah, lebih tepatnya melihat ke arah wanita itu……


Wanita yang sampai sekarang, tak ku ketahui namanya.

Tak kusangka, pertolongan yang ku berikan tadi padanya, saat menghindarkannya dari tabrakan bis besar, sedikit memberikan efek yang kurang baik padaku.

Hadehhhh!

Semoga saja, aku dan wanita itu tak di pertemukan di kemudian hari.

Amiiin Allahumma Amin………………..


Bersambung Chapter 3
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd