Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sanggar Aa Drajat

Kisah 3 : Wagino dalam dilema (bagian 6)


"Manusia lebih senang kebohongan yang menyenangkan, daripada menghadapi kebenaran yang pahit"
(Kata mutiara Aa Drajat)

*****

Saya janji mau beliin si Sari hape baru. Masalahnya, duit darimana ? Tabungan saya udah habis dipake sumbangan kawinan si Emma. Pemasukan juga terhenti karena saya saya nggak jualan sekian lama kan?

Mana si Sari maunya hape iphone 13 pula. Ada satu rencana yang ingin saya coba, mudah-mudahan berhasil.

"Sari...." Panggil saya.

Hening, tak ada jawaban dari kamar. Saya longok dari balik hordeng penyekat kamar, Sari terlihat sudah tidur dengan hape masih menyala menampilkan video musik di aplikasi Yutub.

"Sari...." Panggil saya lagi untuk meyakinkan. Dia tetap tak merespon, artinya udah tidur nyenyak.

Saya menyelinap melalui hordeng lalu jongkok di samping si Sari.

"Sari...." Saya panggil sambil menggoyangkan badannya. Dia tidur seperti batang pisang, tak bergerak.

Ini waktunya, batin saya berbisik.

Disaksikan jam dinding yang berdetak dengan irama membosankan tok tok tok, lampu kamar 7 watt LED yang bercahaya putih, lagu Billie Elish pada Yutub, saya mengamati anak gadis saya yang tengah tidur.

Sebuah botol Pucelle Eaue De Luxe Cologne Azure tergeletak di samping bantal. Oh ini rupanya yang menyebarkan aroma wangi gadis remaja yang begitu segar.

Sari berbaring terlentang, walaupun sudah memasuki usia dewasa tetapi wajah Sari masih kekanakan dan terlihat tanpa dosa. Rambutnya yang hitam sebahu terlihat acak-acakan di bantal, tetapi poni panjangnya masih rapi di kening dengan anak-anak rambut yang halus menawan.

Baju kaus bergaris-garis mencetak dada kecilnya yang kian kecil disaat dia tidur. Tetapi dada kecil itu terlihat naik turun dengan irama teratur. Bajunya yang pendek tidak dapat menutupi seluruh perutnya, pusarnya terbuka menantang jamahan tangan.

Saya menelan ludah sewaktu pandangan semakin turun ke bawah. Celana pendek yang dikenakan Sari begitu longgar, membuat saya bertanya-tanya apakah dapat dengan mudah saya singkapkan? sepertinya memang mudah, tapi siapa tau susah? Ah lebih baik saya coba menarik bagian karet pinggangnya. Ya, benar, karet itu tidak terlalu ketat dan cukup longgar.

"Sari...." Saya memanggilnya cukup keras, disertai goyangan keras di pinggangnya. Dia tak bergerak, malah mendengkur makin keras. Aman, pikir saya.

Denggan dua tangan, saya menarik karet pinggang celana pendek itu. Tak ada kesulitan, celana pendek berbahan polyester itu tertarik ke sampai dibawah perutnya. Celana dalam pink bergambar kartun mulai terlihat. Dada saya cukup bergemuruh menahan debaran jantung.

Celana pendek itu saya tarik lagi lebih ke bawah, tapi tak bisa. Pantat sari menahannya. Apa saya paksakan aja menarik lebih keras? Tapi kalau dia terbangun bagaimana?

Ada rasa ragu, banyak rasa bimbang, tetapi lebih banyak lagi rasa butuh pada uang. Dan saat itu pikiran saya buntu, kecuali kalau saya dapatkan cairan memek Sari untuk campuran kuah dagangan saya. Tanpa itu saya sangat meyakini bahwa jualan saya nggak akan laku.

Mahluk hitam berbulu itu saya yakini masih tetap ada dan bisa membuat dagangan saya laku kalau saya mencampurkan cairan memek anak gadis saya. Jangankan mahluk hitam berbulu itu, saya aja merasa terangsang dengan pemandangan Sari yang tergolek tanpa daya dibuai mimpi.


Heran, tiba-tiba saya mencium wangi parfum Pucelle yang dipakai Sari menjadi tipis, tergantikan oleh wangi lain yang perlahan-lahan memenuhi kamar. Wangi parfum apa ini? seperti wangi melati.

Saya nekat, dengan dua tangan perlahan-lahan saya tarik celana pendek Sari melewati pantatnya. Memang tanpa kesulitan berarti, dan celana pendek itu perlahan-lahan turun melalui lututnya hingga akhirnya lepas dari kaki Sari yang kecil namun terlihat begitu halus mulus dan kencang tak berlemak.

Aa dengar kan? jantung saya sekarang degdegan. Nih lihat A, tangan saya gemeteran sekarang. Padahal saya cuman bercerita mengenai kelakuan bejat saya. Aa juga degdegan kan? Oh nggak ? Tapi kok Aa tangannya gemeteran? Oh iya A, mungkin Aa emosi dan marah dengan kelakuan bejat saya.

Sari tergolek tanpa daya dengan celana dalam merah jambu bergambar kartun. Saya harus dapatkan cairan kemaluannya, tapi nanti dulu. Saya ingin memuaskan mata saya menikmati indahnya tubuh anak gadis saya yang mungil namun aura seksualnya begitu kuat.

Mungkin dia nanti setelah selesai sekolah bisa jadi pramugari, atau barangkali jadi polwan? kan polwan sekarang cantik-cantik menawan.

Atau barangkali jadi PL Karaoke? Pikiran nakal saya yang tak waras terasa semakin menggila. Terbayang kalau si Sari jadi PL dan dijamah tubuhnya oleh om-om seusia saya. Wooo... titit saya jadi tambah tegang.

Kalau jadi penyanyi dangdut pantura gimana? Pasti pekerja-pekerja kuli bangunan dan para pedagang asongan akan sangat menikmati mengintip celana dalam merah jambu-nya kala sedang bergoyang sensual diatas panggung.

Ah nggak cocok, dada Sari terlalu kecil untuk jadi penyanyi dangdut. Rasanya lebih cocok jadi simpanan pejabat atau pengusaha kaya. Terbayang pejabat gemuk berperut gendut dengan rambut menipis tengah menggenjot Sari. Saya makin bernafsu dengan pikiran kotor saya.

Tangan saya gemetaran ketika menjamah celana dalam merah jambu-nya. Wangi melati terasa semakin kuat di kamar, tetapi saya sudah tidak terlalu memperhatikan lagi.

Kehangatan menjalar pada jemari saya yang menelusuri lekuk-lekuk bukit di balik celana dalam merah jambu itu. Dengan sedikit tekanan, bukit itu melesak karena empuk seperti Dunkin Donut berbalut gula rasa strawberry.

Perlahan jari telunjuk saya turun kebawah, menelusuri bukit empuk itu hingga mencapai lembah hangat. Terasa cukup lembab.

Sepanjang garis lembah yang hangat itu saya telusuri turun naik.

Dong..
Dong..
Dong..

Saya terlonjak kaget dengan suara jam dinding yang menunjukkan pukul 3 tepat dinihari. Cepat-cepat saya berdiri dan siap mengambil langkah seribu kalau Sari bangun dari tidur lelapnya.

Tapi, begitulah si Sari, tidurnya sangat lelap. Dia tak terbangun dengan suara berisik dari jam dinding.

Saya kembali berjongkok, tapi karena sudah tau si Sari tidurnya kaya kebo maka saya beranikan diri untuk melakukan sesuatu yang lebih bejat.

Satu tangan saya memegang lutut kirinya yang lurus terlentang, satu tangan saya yang lain memegangi pergelangan kakinya. Terasa mulus di tangan, tapi bukan itu maksud tujuan saya. Saya mengangkat pergelangan kakinya, dan dengan tangan yang memegang lutut saya mengarahkannya agar Kaki sari yang sebelah kiri terbuka.

Dengkuran nafas Sari tetap terdengar teratur, membuat saya makin berani untuk berbuat gila. Nafas saya sendiri terasa sesak, bukan karena asma tapi karena nafsu.

Bapak macam apa saya ini, yang dengan seenak hati berbuat cabul terhadap anak gadisnya yang tengah mekar?

Ah... tapi kemaren juga kan si Sari diremas-remas sama kakek tua itu malah diam. Sebal juga saya.

Ujung titit saya berasa gatal sekali.
Saya coba garuk, tapi kok tetap gatal ya?

Gatal !

Heran saya dibuatnya.

Kaki sari yang terbuka, sekarang membuat selangkangannya semakin terlihat. Celana dalam merah jambu-nya makin terlihat menawan. Apalagi di tengah-tengah selangkangan yang membukit itu tercetak jelas segaris lembah yang basah.

Hmm... saya sudah bisa mengambil sampel cairan kemaluannya untuk campuran penglaris bakso. Tapi ah, ingin menikmati dulu pemandangan indah itu.

Gusrak gusrak gusrak.

Saya menggaruk titit saya yang gatal.

Gatalnya kok semakin menjadi.

Mungkin pengen ditempelin di lembah yang menantang itu.

Saya nyengir jahat.

Ah, layak dicoba.

Saya memerosotkan sarung, dan dibalik sarung itu memang saya nggak pakai apa-apa. Senyuman jahat saya tambah lebar, menjadi senyum iblis. Terbayang sudah titit saya yang tegang kalau bersarang di atas celana dalam merah jambu itu. Pasti nikmat bersentuhan.

Tapi senyum saya berubah setelah saya melirik titit saya yang terasa gatal.

Ah itu apa?

Kok rasanya ada yang berubah di titit saya?

Di tengah sinar lampu LED 7 watt, saya perhatikan baik-baik titit saya yang gatal.

Loh, kok di ujung helmnya ada garis-garis halus? apa itu ???

Saya mengusapnya.

Rambut.... !

Bagaimana bisa?

Kok di ujung titit saya yang berbentuk seperti helm itu numbuh bulu halus?

Sejak kapan?

Entah.

Pandangan saya beralih lagi ke tubuh Sari yang tergolek. Selangkangannya yang terbungkus celana dalam merah jambu terlihat begitu menggiurkan.

Lebih baik saya lupakan dulu bulu-bulu halus yang tumbuh di ujung titit saya itu.

Dengan bagian bawah bertelanjang, saya berlutut di sela-sela kangkangan kaki anak gadis saya yang tergolek tanpa daya.

Saya bersujud, di atas selangkangan Sari.
Hidung saya menghirup udara beraroma gadis remaja.
Aroma itu begitu memikat, memenuhi seluruh otak bapak bejad ini.

Bagai seekor anjing kampung kelaparan busuk yang penuh budug, saya menghirup udara yang menguarkan aroma manis nikmat di sekitar selangkangannya.

Mata saya semakin nanar, lidah saya terjulur menjawil-jawil lembah yang masih terlindung celana dalam merah jambu.

Makin lama, nafsu saya semakin meninggi.

Sari seakan pingsan, tak terganggu dengan jilatan-jilatan lidah saya yang menggila di atas permukaan celana dalamnya.

Uuuuh aroma harum yang manis itu membuat nafsu saya semakin kelaparan. Saya coba menyelipkan lidah saya dari bagian samping celana dalam Sari.

Berhasil.

Lidah saya menyelinap melalui karet di samping celana dalamnya.

Aaah... gurih sekali bibir vaginanya.

Saya menjulurkan lidah berusaha menggapai celah itu dari samping celana dalam.

Hampir sampai.... !

Saya julurkan lagi lebih panjang.

Aaah dikit lagi sampai !

Saya paksakan julurkan lebih panjang.

Hmmm...sssh... lezat.

Lidah saya terjulur menjilati lembah gurih yang basah.

Tapi rasanya mungkin lebih enak kalau menjilat sampai dalam.

Saya menjulurkan lagi lidah saya makin panjang.

Nah kan... aduuh gurih bangeeet celah itu.

Lidah saya makin panjang dan makin panjang, berusaha masuk kedalam celah memek Sari.

Dan....

Masuk...

Hmmm.... aaakhkk gjjrlkjldrj...

Saya menggeram-geram nggak jelas.

Tapi.... kok lidah saya rasanya panjang banget ya?

Iya...


slurp... slurpp... aaakhh


Ah... apa emang iya lidah saya panjang? kok bisa?

Saya melepaskan jilatan lidah saya di sela celana dalam merah jambu, lidah yang melesak di balik daging basah yang gurih.

Dengan posisi merangkak diatas selangkangan anak gadis saya yang ranum, saya memperhatikan wajah anak saya yang tetap lelap.

Ujung titit saya terasa sakit dan gatal, tuh kan sampe menggelembung helmnya. Ada bulu-bulu halus yang tumbuh disana.

Wkwkwk... memek perawan Sari pasti ketagihan dicoblos titit bapaknya yang berbulu pada bagian helmnya.

Terbayang, Sari menjerit-jerit keenakan.

Ah, tapi jangan sampai dia bangun.

Saya kan cuman mau bikin memeknya basah dan mengeluarkan cairan untuk diambil sebagai penglaris bakso.

Tapi sayang juga sih kalau dipikir-pikir, masa cuman diambil cairan memeknya aja? Mumpung anak gadis saya yang cantik ini tergolek tanpa daya, kenapa nggak coba merasakan memek itu?

Gak usah dimasukin lah ....

Cukup diolesin aja di sela-sela daging bibir vaginanya itu.

Tuh kan banyak cairannya.

Licin pasti.

Saya menyeringai.

Dengan satu lutut saya berlutut di sela kedua paha Sari yang mengangkang, satu kaki saya yang lainnya menapak di kasur, tepat di sebelah luar paha Sari.

Titit saya mengacung tegang.

Rasanya titit saya kok makin besar aja ya dari hari ke hari?

Dengan satu tangan, saya menyibak celana dalam merah jambu Sari. Memeknya terkuak, nyaris tanpa bulu.

Saya merunduk, mendekatkan ujung titit saya yang cenut-cenut dan gatal ke belahan memek yang celana dalamnya tersibak.

Tap.

Oooh...

Enak !

Wel.. uwel uwel.

Uuuh...

Gurih !

Sek.. usek usek.

Emmh...

Nikmat !

Kepala titit saya yang membonggol, membesar, berbulu halus itu menggeleser-geleser di sepanjang celah memek anak gadis saya yang lelap.

Licinnya cairan yang keluar dari memek Sari membantu saya dengan cukup lancar naik turun.

Plep.

Bibir memek Sari yang berwarna merah dadu serasa membelai ujung titit saya sampai ke tengah batang.

Apa dimasukin aja ya?

Ah jangan.

Bahaya.

Saya terus menikmati gesekan bibir memek yang belum pernah dinikmati oleh titit manapun kecuali bapaknya sekarang ini.

Saya terengah-engah dengan getaran-getaran nikmat yang diberikan oleh memek perawan Sari pada ujung titit saya yang membonggol.

Ah sial.

Lobang pantat saya terasa mengempot.

Kayanya bahaya nih...

Lobang pantat saya mengempot lagi tanpa diperintah.

Aduh sayang banget kalau saya ngecrot sekarang.

Kenikmatan itu serasa tak mampu ditahan lebih lama.

Dong
Dong
Dong
Dong

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan jam 4 pagi.

Sari tak terganggu dengan suara berisik jam dinding.

Saya tetap menikmati gurihnya selangkangan Sari yang kian berair licin. Cairan licin yang membuat geseran-geseran itu terasa menggelitik bagai listrik.

Iiih... pengen dimasukin.

Jangan !

Nanti bisa dipenjara.

Iya, nggak akan.

Cuman digesek doang kok.

Ah sialan, celana dalam merah jambu ini tadi begitu menawan dan menggairahkan. Tapi sekarang rasanya cuman menghalangi aja.

Saya bangkit dan melepaskan gesekan titit saya.

Kedua kaki Sari saya rapatkan.

Celana dalam itu perlahan-lahan lepas melalui lutut.

Indah.

Hanya itu yang bisa saya katakan.

Bibir memek Sari masih rapi sekali.

Bahkan kacang itilnya tak kelihatan.

Jadi saya coba kangkangkan lagi pahanya agar selangkangannya terbuka.

Nah, baru kelihatan tuh kacang itilnya.

Kecil sebesar biji kacang hijau.

Bibir vaginanya sedikit menganga, tapi tak bisa saya lihat bagian dalamnya.

Mungkin karena masih begitu rapat.

Dengan dua jari, saya kuakkan bibir vagina Sari ke kiri dan kekanan. Nah baru kelihatan bagian dalamnya memerah dadu.

Heran, kenapa si Sari nggak bangun ya? tidurnya kayak kebo banget. Malah bukan hanya kayak kebo, ini sih kayak pingsan.

Ah peduli setan.

Memek anak saya terlalu indah untuk dibiarkan.

Saya mendekat, lalu merangkak ke atas tubuh Sari dengan bertahan pada dua tangan agar tidak menindihnya.

Dengan merendahkan pantat, ujung titit saya yang gatal mulai bersentuhan lagi dengan celah memek Sari.

Ya setan... enak banget.

Mata saya terpejam-pejam menikmati.

Pantat saya turun naik, menggeser-geser kepala titit saya turun naik di sepanjang lembah basah yang licin.

Aroma melati sudah tak saya perdulikan, rasanya sih sudah nggak berasa. Yang tercium adalah aroma memek perawan yang begitu manis.

Sssh
Aaah

Sssh
Aaah

Air liur saya sampai terjatuh-jatuh menetes di leher Sari.

Oh nikmatnya.

Saya menggesek makin cepat.
Kadang terlalu kuat menekan hingga bonggolan kepala titit saya sedikit masuk di celah itu.

Ih mau keluar kalau kaya gitu sih.

Bisa langsung crot kayanya kalau aja ditekan masuk.

Ah udah segini aja nggak usah ditekan.

Air liur saya menetes makin banyak.

Lidah saya terjulur panjang bagai anjing.

Mmmh... nak...

Enak nggak?

Ah... sayangnya kamu nggak sadar sedang dinikmati memekmu oleh titit bapak.

Ah, sialan.

Barusan terlalu kencang menekan.

Tuh kan mau keluar jadinya.

Tahan !

Aduh nggak bisa.

Aduh

Aduh

Kenikmatan sudah berada di ujung tititku.

Sekuat tenaga saya menahannya.

Tapi kenikmatan memek perawan anak kandungku yang begitu licin lembut itu membuat titit bapaknya tak berdaya didera kenikmatan.

Padahal titit bapaknya ini cuman digesek di sepanjang celah lembah memeknya.

Enaknya nggak kepalang.

Apalagi kalau dimasukin ya?

Saya mengejang.

Aduuuh.... ga kuat.

Cprot.

Aaaah...

Sepertinya cairan putih kentalku muncrat ke sela-sela memek Sari.

Cprot...

Aduuh... gimana kalau dia hamil?

Cprot...

Saya hanya bisa berkelojotan dalam kenikmatan yang memuncrat-muncrat.

Srooot

Rasa nikmatnya ngga berhenti berhenti.

Badan ini sampai berasa hilang tenaga.

Dan saya terus memuncratkan ejakulasi terus dan terus dan terus.

Aneh, kok bisa banyak banget?

Entah berapa kali saya muncrat.

Yang jelas tubuh saya seperti kehilangan banyak cairan.

Akhirnya saya berhenti juga muncrat-muncratnya.

Kenapa ya kok bisa enak banget dan lama banget orgasme saya?

Mungkin karena memek anak saya terlalu nikmat?

Bisa jadi.

Dengan lemah, saya bangkit lalu duduk termenung dengan nafas terengah engah.

Saya lihat selangkangan anak saya.

Banyak cairan yang membuat memeknya mengkilap.

Tapi... itu kan cairan memek si Sari doang?

Lalu muncratan air mani saya mana?

Kayanya tadi luar biasa banyak banget keluarnya.

Kok... nggak ada?

Ih iya, nggak ada.

Apa saya nggak keluar air mani?

Ah rasanya keluar banyak.

Dug...
Dug dug dug...
Dug dug dugdugdugdugdugudgug

Suara bedug di kejauhan terdengar.

Perlahan... sebuah suara yang begitu tajam di telinga saya terdengar.

Suara azan subuh !

Kenapa azan itu begitu terasa menyakitkan di telinga?

Ah saya harus buru buru merapikan si Sari.

Tanpa kesulitan, saya mengenakan celana dalam merah jambunya. Begitu juga dengan celana pendeknya. Saat itu saya yakin, di memek sari nggak ada cairan mani saya.

Jadi kemana cairan mani saya hilangnya?

Ah... suara azan itu...

Membuat tubuh saya seperti terbakar panas.

Aduuh... kenapa?

Segera saya berdiri lalu melangkah meninggalkan Sari yang masih tergolek. Suara azan makin keras terdengar.

Sari mulai bergerak-gerak.

"Hoaaaahem...." dia menguap dan menggeliat tanpa membuka mata.

Saya saat itu makin merasa terbakar dengan suara azan.

Secepat kilat saya berlari menuju kamar saya.

Wangi aroma manis perawan yang tadi memenuhi ruangan sekarang hilang oleh bau amis ikan busuk.

"Pak...." Suara sari yang memanggil, tidak saya hiraukan.

Sepintas lalu, saya melihat bayangan tubuh saya berkelebat di cermin hias milik Sari.

Ah... ???

Mata saya begitu merah seperti darah, dengan lidah menjulur meneteskan air liur.

Ada apa dengan saya ???


Bersambung ke
Kisah 3 : Wagino dalam dilema (bagian 7)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd