Roda Kehidupan Sesi 2 adalah sebuah cerita yg menceritakan kehidupan seorang lelaki asal Kota Magelang yg mencari jatidirinya. Cerita ini adalah kelanjutan dari Roda Kehidupan (Sesi Pertama) yg dihentikan di part ke 22 karena kondisi kesehatan pasca kecelakaan tahun lalu sehingga tidak memungkinkan utk melanjutkan cerita. Dalam kesempatan ini gue, ceile Gue. Sesi 2 pake bahasa lo gue Dit? Sori ulang. Dalam kesempatan ini saya sebagai TS mengucapkan permohonan maaf karena cerita Roda Kehidupan sempat terhenti dan tidak ada kejelasan beberapa waktu lalu. Semoga di bagian kedua ini saya sanggup melanjutkan dan mengakhiri sebuah cerita yg sudah saya mulai di forum tercinta ini.
Seperti biasa, kalian mau anggap ini true story boleh, mau anggap fiktif juga gk masalah. Ini adalah cerita tentang sebuah kehidupan yg berputar seperti roda. Kadang ia berputar sangat cepat, namun tak jarang pula ia berhenti sangat lama. Cerita ini tidak hanya melulu membahas tentang lendir dan sejenisnya. Akan ada banyak air mata, keringat, bahkan darah yg akan menghiasi cerita ini. Untuk update cerita ini tergantung waktu ya, bisa sebulan sekali, sebulan dua kali, atau bahkan sebulan tiga kali.
Dan teruntuk kalian yg belum membaca cerita Roda Kehidupan Sesi Pertama, saya sarankan untuk membacanya terlebih dahulu.
Oke baiklah,
Guru BK-ku dulu bilang, "Saat SMA adalah saat massa transisi bagi setiap anak". Jadi kesimpulan dari sebuah kalimat tersebut ialah, Setiap kesalahan yg dilakukan oleh siswa SMA harus dimaklumi. Bukan begitu?
Kenalkan aku Adit, dan sepertinya aku tepat masuk di sekolah ini. Aku adalah seorang anak lelaki yg terlahir tampan dan manis. Sejak kecil aku tinggal di kota yg nyaman ini, Magelang. Sebuah kota kecil namun sangat indah. Aku mempunyai seorang Ibu berjenis kelamin perempuan. Oke cukup!
Magelang, September 2004
"Su tangi su koe MOS to su? (Njing bangun, kamu MOS kan Njing?)" Seru seseorang yg suaranya tak asing lagi buatku.
"Asu jam piro iki! (Anjing jam berapa ini!)"
"Asem! Koe kok ora nggugah aku to cuk? (Sial! Kamu kenapa gk bangunin aku?)" Seruku ketika mengetahui waktu sudah pukul 07.00 WIB.
"..."
"Aku bali sik cuk! Adus! (Aku pulang dulu ya cuk! Mandi!)"
"Hmm... Yo Su..." Jawab Gatot singkat.
"Koe ora MOS cuk? (Kamu gk MOS cuk?)" Tanyaku.
"Ngantuk su..." Jawab Gatot masih lemes di atas ranjangnya.
"Karepmu lah! (Serah deh)"
Pagi itu aku terbangun dari rumah kawan sekampungku, Gatot. Perlu aku cerita siapa Gatot? Oke! Gatot ialah sahabat terjancuk yg pernah ada di dunia ini. Dialah kawan yg selalu ada. Saat aku bahagia dia ada, saat aku terpuruk dia juga ada, ada dan tertawa melihat aku terpuruk. Satu-satunya nilai plus dari Gatot adalah dia mempunyai kakak yg sangat cantik, Mbak Laras. Uh uh uh.
"Owalah Diit... Hari pertama MOS ini, tidur dimana kamu semalam?" Ucap seorang Ibu yg tengah membuka sebuah warung sederhana di samping rumahnya.
Beliaulah Ibuku tercinta. Ibu yg sangat aku cintai dan hormati. Tujuanku hidup ini adalah membahagiakan seorang Ibu. Oh iya dan istri tentunya, takut dijitak sama bini kalo gk dicantumin.
Oke lanjut...
"Nemenin Gatot Buk..." Jawabku terburu-buru ke kamar mandi.
"Yowis kono ndang adus! (Yasudah sana buruan mandi!)"
"Nggeh Buk... (Ya Bu...)"
Setelah bertegur sapa dengan Ibu, aku pun langsung masuk ke kamar mandi. Waktuku mandi sambil nyanyi-nyani, lagu gk karuan malah kayak kampungan. Lagi asik nyanyi ada yg memanggil, aku cuek aja malah nyanyi makin kenceng...
"Woe itu bukannya lagu jamrud?"
"Oh iya lupa... hahaha"
Oke stop!
Usai mandi akupun langsung bergegas menuju kamar untuk ganti pakaian. Kulihat waktu telah menunjukkan pukul 07.30 WIB. "Modar," batinku.
Dan inilah kisahku...