Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Masang tenda,ngopi dulu disini :D
Macet dikit gpp lah suhu,asalkan nanti bisa tamat aja .

btw,indexnya bisa kok,gue pake lewat hp.
 
Mohon maaf gan, Index yg gue buat udah bener belum sih? tiap ane klik pake hp kok gk lsg ke part-nya ya.. Tapi kalo pake pc lsg bisa menuju part yg dimaksud. Apa cuma gue doang? Njiiir gue gaptek banget yak.. hahahaha
klo buka di hp kadang langsung ke partnya kadang juga enggak om...
BTW lancroootkan gan
 
Masang tenda,ngopi dulu disini :D
Macet dikit gpp lah suhu,asalkan nanti bisa tamat aja .

btw,indexnya bisa kok,gue pake lewat hp.

Ok gan, semoga gk pake macet dah ;)
btw buka index lsg ke post atau masih harus scroll down lagi?
 
6. Bapak Semangatku

Sabtu siang di tahun 2003

Aku tertegun lesu melihat jam ditanganku. Satu jam lebih aku menanti seseorang yg bahkan aku tak tahu ia akan datang atau tidak. Tak ada janji, tak ada ucapan. Namun hatiku tetap ingin berada di tempat ini.

Entah berapa batang rokok yg telah kuhabiskan disini. Tak terhitung pula barapa kali lampu merah menyala di perempatan alun-alun.

Jantungku selalu berdetak lebih cepat ketika melihat angkutan umum berwarna biru berhenti di depan warung es kelapa muda ini.

Kulihat si emak yg selalu mengepalkan tangan kanannya dan tersenyum kearahku manakala melihat seseorang yg turun dari angkutan bukanlah orang yg aku maksud. Mungkin karena insting seorang ibu, si emak nampak paham aku tengah diselimuti kegalauan.

Jaman itu hape masih jarang gan, kalo sekarang mah enak tinggal bbm aja nanya posisi atau sekedar tanya mau kesini gk lu gt.

14.35 WIB, Aku memutuskan untuk pulang. Bodohnya aku menanti seorang cewek yg bahkan baru aku kenal. Hahahaha! Tawaku dalam hati menertawakan kebodohanku sendiri.

Kuhisap sebatang rokok ini sebelum aku buang dan memasukkan kembali bungkusnya ke dalam tas. Aku berjalan ke arah si emak lalu mulai merogoh kantongku untuk membayar dua gelas es kelapa muda yg telah habis aku minum.

"Udah mau pulang ya?"

"DEEGG!" Jantungku seakan berhenti sepersekian detik. Aku tak tau harus menjawab apa ketika sesosok cewek cantik menepuk pundakku dan menyapaku dari belakang.

"Ngggg... Bella... Emmm... Enggak kok, ini baru aja nyampe!" Spontan kujawab pertanyaan Bella.

Emak yg mengetahui gelagatku hanya tersenyum.

"Ya udah... Duduk sana yuk!" Ajak Bella.

"Mak dua ya..." Kataku seraya mengedipkan sebelah mataku ke Emak.

Aku berjalan menghampiri Bella yg telah duduk di bangku pojok itu.

"Sekarang kok jarang dibungkus ya?" Tanyaku memulai percakapan.

"Kan ada yg nemenin," jawab Bella kemudian menjulurkan lidah merahnya, "weeek..."

"Hehehe..." Aku hanya tersipu malu tak tau lagi harus berkata apa.

Bella Bella, dia memang paling bisa membuatku salah tingkah seperti ini. Selang beberapa saat kemudian dua gelas es kelapa muda yg ku pesan telah berada di depan kami. Bella nampak keahausan, dengan cepat ia menghabiskan setengah gelas tanggung itu.

"Uhhhukkk... Uhhhhukk..."

"Eh kamu gk apa-apa Bell?" Ucapku sedikit panik meihatnya tersedak.

"Hehe... Tenang, gk papa kok," jawabnya menenangkanku.

Setelah memastikan ia baik-baik saja, daripada bengong kukeluarkan rokokku lengkap dengan koreknya. "Ssstt... Fiiiuuuuhhh..." Kepulan asap keluar dari mulutku.

"Eh Bell, suka warna ungu ya?" Tanyaku karena melihatnya selalu serba ungu. Jaketnya tempo hari, gelang yg ia kenakan saat ini, dan berbagai macam aksesoris yg menempel di tasnya semua warna ungu.

"Eh... Kok tau?" Jawabnya singkat.

"Tau dong!" Kataku tersenyum.

"Udah lama Dit kamu ngerokok?" Tanya Bella. Kayaknya rada keganggu nih sama asepnya.

"Gk kok... Barusan aja, nih satu belum abis..."

"Maksudnya mulai ngerokoooook...."

"Oh hahahaha... SD sih Bell dulu kelas 6 kalo gk salah..."

"Wah parah! Gk takut mati?" Tanya Bella.

"Enggak lah, kan aku bawa korek..." Ucapku seraya memegang korek dimeja.

"Hiiiih... becanda mulu daritadi..."

"Hehehe..."

"Kurangin lah, sayang sama kesehatanmu tuh!" Ucap Bella udah kayak Guru BK aja, hehe.

"Iya deeh..."

Kamipun melanjutkan obrolan ringan, kutengok jam udah sore.


Kesan manis yg harus tampilkan seorang cowok. Tunjukkan kalo kamu anak baik-baik dan gk neko-neko. Ajak lah dia pulang kerumahnya sebelum ia meminta pulang terlebih dahulu. Itu akan sedikit menjadi nilai plus buat kamu.

"Eh udah sore nih, pulang yuk!"

"Eh iya juga ya... Yauda yuk!"

"Aku anter atauuuu....." Tanyaku.

"Aku pulang sendiri aja, gk bawa helm juga. Ntar malah ketangkep polisi!"

"Ya udah... Aku tungguin aja ya kayak kemaren ya..."

"Ok!" Jawab Bella seraya menganggukkan kepala dengan senyuman yg sangat indah. Maniis sekali.

Bella nampak berjalan ke arah emak untuk membayar es kelapa muda yg kami minum. Aku langsung bergegas ke arah emak. Dan kampipun terlibat perdebatan yg cukup panjang. Bukan-bukan, perundingan yg cukup rumit dimana menghasilkan kesepakatan bahwa Bella yg membayar es kelapa muda dengan alasan gantian karena aku yg membayar sabtu lalu.

Cukup unik memang pribadi seorang perempuan yg baru beberapa hari ini aku kenal. Tp itulah yg membuatku semakin... Emmmm, cukup cepat jika harus aku bilang cinta. Atau mungkin cinta pada pandangan pertama? Apa mungkin itu ada? I don't know...

Setelah meninggalkan warung si emak, kuantar Bella hingga seberang jalan.

Sambil menunggu angkot jurusan rumahnya datang, kami kembali mengobrol ringan. Dalam obrolan tersebut diketahui Bella sering jogging di Alun-alun ini.

Dan pikiranku pun langsuuuuuung........

"Besok pagi jogging yuk!" Ajakku semangat.

"Serius?" Jawab Bella.

"Iya Serius, aku juga suka jogging kok!"

"Ok.. Sebelum jam enam ya!" Kata Bella.

"Yoiii... Shubuh aku udh sampai sini kok Bell, tenang aja, Haha..."

Kesempatan nih besok pagi.. Aku tersenyum kecil.

Tak lama sebuah angkot berhenti tepat di depan kami.

"Aku duluan ya..." Ucap Bella pamit.

"Ok... Hati-hati Bell..." Kemudian kulambaikan tangan kananku ketika sebuah angkutan umum membawanya pulang.

---

Seperti biasa malam minggu adalah malam dimana aku dan teman-teman sekampungku menghabiskan waktu utk berkumpul. Namun kali ini aku memilih utk berada di rumah. Besok aku akan jogging bareng Bella. Sebuah kesempatan yg jarang terjadi. Bisa berantakan jika harus meladeni kawan-kawanku nongkrong di pos kamling untuk bermain gaple bahkan sampe mabuk-mabukan. Hahaha :p

"KRIIINGG..." Suara alarm yg sengaja aku setting jam 04.30 mengagetkanku pagi ini.

Mataku masih terasa sangat berat untuk kubuka.

Nampaknya aku terlalu bersemangat menyambut hari ini hingga aku tak bisa tidur semalam.

Setelah sholat shubuh, aku bergegas keluar dari kamar dan mengambil motor.

"Eeeehhh... Mau kemana koe le? Tumben banget pagi-pagi gini," kicau Ibuku heran melihat anaknya muncul sepagi ini.

"Jogging lah Bu... Biar sehat," jawabku.

"Wangi bener jogging aja," Ibu semakin penasaran.

Daripada mendapat pertanyaan yg aneh-aneh dari Ibu, aku langsung mengambil kunci motor yg selalu ditaruh di ruang tamu.

Setelah cukup panas motor kupanasi, aku mulai berjalan meninggalkan rumah. Udara pagi yg dingin tak menghalangi niatku untuk berlari pagi berasama Bella.

Aku semangat sekali pagi ini. "Oh yeeeaaah!"

Sesampainya di Alun-alun, suasana masih sepi. Sang surya belum menampakkan pesona indahnya. Sembari menikmati udara fajar yg masih berembun, kunyalakan sebatang rokok star mild favoritku.

"Fffiiiuuuuuhhhhh..." Nikmat sekali ternyata menghisap tembakau asli Indonesia sembari menunggu sinar terang sang surya.

Kupandangi keadaan sekitar, orang-orang mulai berdatangan utk berolahraga ataupun sekedar jalan-jalan santai.

Terlihat ada beberapa anak semangat berlari dengan teman-temannya, ada juga seorang kakek berjalam mondar-mandir di jalanan yg masih sepi itu.

"Ciee yg mau olahraga malah ngerokok..." Kata seorang cewek yg tiba-tiba telah duduk disampingku.

Reflek kubuang rokok yg aku pegang. "Hehehe... Eh Bella, udah daritadi Bell?"

"Hhhhmmm... Enak ya ngerokok pagi-pagi gini?"

"Hehehe..." Aku hanya tersenyum malu sembari menggaruk kepalaku yg tiba-tiba gatal.

"Gini lho Dit... Kamu tau kan bahaya rokok? Bukan cuma buat kamu aja, tp buat orang-orang yg ada di sekitarmu. Kamu gk mau kan membunuh orang-orang yg kamu sayang?" Oceh Bella terlihat serius.

Njiiir diomelin aku nya. Tapi seneng juga sih ada yg perhatian gitu.

"Iya Bell iya... Cuma iseng aja kok, sekali-kali juga," jawabku.

"Aahh kamu sih gitu... Alasan mulu."

"Enggak Bell enggak... Besok-besok gk lagi deh..."

"Kamu suka maen bola kan?" Tanya bella.

Aku mengangguk, "He'em!"

"Nah perokok itu cenderung memiliki detak jantung yang cepat, sirkulasi yang buruk, terus sering sesak nafas gitu karena terlalu banyak zat beracun yang masuk ke sistem pernafasannya itu Diiit.... Jangan sering-sering ngerokok lah!"

Aku hanya garuk-garuk kepala, bingung gk ngerti apa yg Bella jelasin.

"Ah udah yuk lari aja, biar ilang tu racun!" Seru Bella.

"Ok yuk!" Daripada terjadi perdebatan panjang akupun mulai pemanasan kecil.

Nampak Bella telah berlari lumayan jauh. Kayaknya sih emang bener, cukup sering juga ia berolahraga. Terlihat pintar sekali ia mengatur nafasnya.

Sekitar lima putaran kami berlari mengelilingi Alun-alun Magelang.

Selesai berlari, kami beristirahat santai di bawah pohon beringin.

"Makasih ya Dit udah ditemenin..." kata Bella masih ngos-ngosan.

"Iya, santai aja... Aku beli minum dulu deh, haus kan?"

Bella hanya mengangguk sambil berusaha melepas tali sepatunya yg sepertinya nampak susah itu.

Tak lama berselang kamipun minum air mineral yg kubeli.

Sayang sih kelapa muda emak belum buka, gk bisa ngebayangin gimana segernya kalo diminum habis olahraga gini.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul setengah delapan. Bella nampak sering melihat jam warna ungu yg ia kenakan di tangannya, gelagatnya ingin cepat-cepat pulang dia.

"Pulang yuk udah mau siang nih!" Kataku paham.

"Eh iya udah mau siang ya, gk kerasa.. Aku jg mau ngerjain tugas fisika," jawab Bella.

"Fisika ya... Hhmmm. Emang ngeselin tuh pelajaran dimana-mana!"

"...." Sejenak Bella pun bengong sanbil mengkerenyitkan alisnya.

"Gk kok, aku seneng pelajaran fisika, asik tau!"

"Haaah? Serius?" Tanyaku heran.

"Iya, bener... Nilaiku bagus terus lho," kata Bella sedikit menyombongkan diri.

"Boleh nih aku les di tempatmu..."

"Iya... Bilang aja klo ada yg gk paham," ucap Bella halus.

"Okelah... Aku bilang deh besok kalo butuh bantuan..."

"Iya..." Bella hanya menganngguk mau.

Dengan sedikit perundingan atau lebih tepatnya perdebatan yg lumayan rumit, akhirnya aku berhasil merayu Bella untuk mengantarnya pulang.

Walau cuma sampe di gapuranya aja sih. Tapi aku seneng bisa cewek cantik dengan senyuman yg manis ini.

Koe kok iso ayu tenan to Bell, mangan opo koe ki! Batinku konyol. :)

Selama perjalanan pulang tak henti-hentinya aku tersenyum sendiri membayangkan wajah cantik Bella.

Mungkin terlihat seperti orang gila jika ada yg melihatku senyam-senyum sendiri di atas motor gini. Betapa beruntungnya bisa sedekat ini dengan perempuan berparas cantik bernama Bella Sekar Puspita.

----

Sehari setelahnya aku ngotot sama Ibu agar gk masuk sekolah buat nganter Ayah ke stasiun lempuyangan Jogja. Hari itu Ayah berangkat ke Jakarta menggunakan kereta. Ayah sih ngebolehin aku bolos, bahkan Ayah malah nyaranin buat nunggu di rental ps depan buat nungguin Ayah berangkat jam 10an, biar nanti beliau yg nyamperin. Ada ya Ayah kayak gitu? Hahaha.

Dan benar saja, sebagai anak yg berbakti kepada orang tua, akupun mengikuti perintah Ayah buat nungguin beliau di rental ps depan. Hahaha :hammer:

Sesampainya di rental ternyata masih tutup, tapi aku ketok aja deh orang yg punya juga Mas Sapto, tetanggaku.

"Tok... Tok... Tok... Mas buka mas..."

Beberapa saat kemudian pintu rental pun terbuka, kulihat Mas Sapto cuma pake celana kolor.

"Wolah cah edan esuk-esuk wis tekan kene! (Walah orang gila pagi-pagi udah sampe sini aja!)" Ucap Mas Sapto saat ngebukain pintu.

"Hehe... disuruh Nungguin Bapak ps disini mas..."

"Pancen podo gemblunge kok yo bapak ro anak... (memang sama gilanya Bapak sama anak...)" Kata Mas Sapto. "Yowis mlebu, setel dewe yo... (yauda masuk nyalain sendiri ya)" Imbuh Mas Sapto mempersilahkan aku masuk.

Setelah masuk langsung kunyalakan ps dan tvnya. Seperti biasa, Winning Eleven menjadi pilihan utama jika maen ps. Jaman dulu belum kenal tuh yg namanya messi, cr7, ataupun bale. Yang ada cuma roberto carlos, batistuta, shevchenko, dan pemain dengan speed atau shoot yg gk ada tandingannya.

Akhirnya sekitar pukul 10.00 Ayah udah dateng.

"Wah Bapak diajari le kapan-kapan! (Wah Bapak diajari dong kapan-kapan)" Sapa Ayah yg ketika melihatku.

"Wew siap Pak!"

"Yowis yok keburu siang!" Ucap Ayah yg udah pake helm aja, tau deh helm siapa.

Setelah Ayah membayar ps yg aku maenin tadi, kami lantas jalan menuju stasiun lempuyangan. Kali ini aku ngebonceng. Ayah hebat juga naik motor ternyata, batinku. Tak sampai sejam kami udah sampe di stasiun.

"Ngopi ndisik yo le... (ngopi dulu ya Nak...)" Ucap Bapak ketika sampai di stasiun lempuyangan.

Kamipun ngopi santai di salah satu angkringan sekitar lempuyangan. Ayah ini doyan banget sama kopi. Aku sih gk begitu suka, doyan sih tapi gk se-addict Ayah. Kehidupan ini sudah pahit jangan ditambah lagi dengan pahitnya kopi, hahaha.

Bapak pesen kopi, aku pesen es jeruk. Kayaknya seger deh panas-panas gini minum es jeruk. Kamipun ngobrol udah kayak temen aja.

"Diinget-inget ya pesen Bapak..." Ucap Bapak seraya menikmati kopi kentalnya.

"Iya Pak..."

"Besok Bapak kirimin duit buat beli hape biar mudah komunikasinya..."

"Wah... iya Pak..." Ucapku semangat.

Akhirnya jam keberangkkatan Ayah akan tiba, kamipun beranjak meninggalkan angkringan tersebut. Aku diberi uang seratus ribu untuk membayar tanpa harus mengembalikan sisanya ke Ayah.

Lalu Ayah berjalan menuju pintu masuk stasiun, akupun mengikutinya dari belakang. Jaman itu masuk ke stasiun mah tinggal masuk aja tanpa harus nunjukin tiket dan ktp. Itulah sebabnya banyak penumpang ilegal waktu itu.

Beberapa lama kami menunggu, kereta Ayah pun tiba. Ayah memelukku dengan erat sambil mencium rambutku. Sedangkan aku hanya bisa diam pasrah.

"Jaga diri yo le..." Ucap Ayah lalu masuk ke dalam gerbong kereta. Aku lupa kereta apa waktu itu. Beberapa saat kemudian, kereta yg Ayah tumpangi mulai berjalan. Jauh dan semakin jauh...

----

Beberapa hari setelah keberangkatan Ayah, aku seakan kehilangan staminaku. Bawaannya lemes aja. Bahkan di sekolah akhir-akhir ini aku jd anak pendiam. Guru-guru pun heran kenapa aku gk bikin ulah lagi.

"Woe su koe ki ngopo to? Ket wingi kok koyo wong edan meneng wae! (Woe njing kamu ini kenapa? Dari kemarin kok kayak orang stres, diem aja.)" Tanya Prapto di sela-sela pergantian jam pelajaran.

"Rapopo su... Mung males wae! (Gk apa-apa njing, cuma lg malas aja!)" Jawabku santai.

"Cerita sama kita-kita Dit kalo lagi ada masalah..." Ucap Novi dari bangku depan.

"Enggak kok santai aja lagi... hehe..."

Ah teman-temanku ini memang perhatian. Tapi memang saat itu lagi males aja cerita sama siapapun, termasuk Kak Siska yg tiap jam istirahat nyariin aku di kelas bahkan sampe toilet.

Jam pelajaran terakhir pun berlalu gitu aja. Entah kenapa moodku hilang mau ngapa-ngapain. Hingga aku melihat anak-anak kelas satu sampe tiga lagi kumpul di depan aula sekolah. Pada ngapain sih mereka, tumben bisa kompak gitu.

Terlihat pentolan-pentolan tiap kelas di kerumunan itu. Ada Prapto juga disana ternyata. Wah kayaknya ada something wrong nih.

"Ngapain sih mereka Nov?" Tanyaku ke Novi saat jalan menuju gerbang.

"Kamu gk tau Dit? Mereka mau tawuran!"

"Wah sialan kok aku gk diajak..."

"Yeee... salah sendiri murung terus kerjaanya! Buruan sana samperin mereka!" Ucap Novi kepadaku, dasar Novi temen cewek nyuruh aku ikut tawuran ya cuma si Novi ini.

"Iya ini jg mau kesana..."

Tanpa pikir panjang aku nyamperin anak-anak yg lagi kumpul itu. Kak Agung terlihat sedang menjelaskan seauatu.

"Waiki bajingane kelas 2 lagi ketok! (Waini bajingan dari kelas 2 baru keliatan!)" Ucap Kak Agung ketika melihatku.

"Hahaha... Ono opo iki bro?" Tanyaku ke mereka semua.

"Wah koe su-su nek ono gelut-gelut ngene semangat tenan!" Kata Prapto sambil noyor kepalaku.

"....."

"Gini, sekolah kita mau diserang SMP 212!" Jelas Kak Agung. Agung ini semacam premannya sekolahku.

"Masalahe opo bro?" Tanyaku.

"Biasa, kemarin si ucup gk sengaja nabrak anak sana, udah minta maaf si ucup tapi mereka gk terima..."

"Wah yaudah ladenin aja bro!" Ucapku semangat.

"Yowis ayo berangkat, kita serbu dulu aja sekolah mereka!" Ucap salah satu anak.

"Yo ayo tapi ini dihabisin dulu minumannya!" Seru Kak Jefri.

Gila nih nekat juga maen minum di depan aula. Pasti akal-akalan Kak Jefri yg emang terkenal pemabuk berat di sekolah. Kamipun lantas menghabiskan minuman setan itu biar tambah semangat.

Entah kenapa semangatku mulai muncul lagi. Lumayan bisa buat luapin emosi kalo ketemu anak SMP 212. Toh udah lama juga aku gk terlibat dalam perkelahian. Kayaknya tawuran kali ini bakal seru.

SMP 212 ini emang terkenal suka rusuh. Muridnya kayaknya berandalan ****** semua, ada aja ulahnya yg gk mutu. Namanya aja serem bro SMP 212, sableng-sableng deh pasti anak-anaknya, hahaha.

Tapi sayang mereka salah pilih musuh, walau sekolah favorit, tapi SMPku ini gk ada mundurnya kalo soal ribut-ribut. Dulu waktu aku kelas satu aja kami malah tawuran sama anak STM, walau kalah juga sih tapi sempat jadi buah bibir saat itu.

Jarak sekolah kami dengan SMP 212 yg gk begitu jauh membuat kami mutusin untuk jalan kaki. Di perjalanan bisa dibilang jadi pusat perhatian. Gimana gk jadi pusat perhatian, lha kami membawa berbagai macam aksesoris macam kayu balok, malah ada juga yg bawa botol miras tadi buat senjata. Wah bakal surem nih kayaknya. Aku cuma bersenjatakan gir motor yg aku genggam erat. Lumayan lah sekali pukul bisa langsung ancur tuh muka.

Sesampainya di sekitar SMP 212 kami melihat seorang murid sekolah itu lari masuk ke lingkungan sekolahnya.

"Woe asu rene rasah mlayu! (Woe anjing sini jangan lari!)" Teriakku semangat.

Tiba-tiba kulihat botol kratingdeng bertebangan ke arah kami. Beberapa kawan kami ada yg bocor kepalanya.

"Bajingan beraninya dari jauh!" Umpat Kak Jefri, terlihat darah segar keluar dari keningnya. Njiir berdarah dia.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari dalam sekolah itu.

"Seraaaang....."
 
Bimabet
Kocak jg ceritanya,cengar cengir gw bacanya,updatenya tiap hari ya hu:D
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd