Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Sop snerek,,mrai kelingan byen pas krjo jogo rental PS nek pasar rejowinangun, pendak ndino mangane sop snerek,,
 
Udah ya sedih2 nya.. ane apdet nih bentar lagi, ane makan dulu tapi, lagi dibuatin nasi goreng sama bini... :hammer: hahaha pamer dikit :haha:
 
Ijin :baca: suhu...
Aaahh...jadi inget kota asalnya suhu...pernah tinggal disana 5 tahun sejak 2001..
Kota penuh suka dan duka..

Lanjuuut suhu...:semangat:
 
19. Must On

Ada yg pernah bilang kepadaku, bahwa kehidupan itu tak ada yg abadi. Ada juga yg pernah bilang kepadaku bahwa dunia ini hanya sementara.

Hari ini tepat seminggu kepergian Ayah. Minggu yg sangat berat untuk aku lalui. Aku gk pernah tau kekuatan seperti apa yg Tuhan berikan kepada aku dan Ibuku sehingga kami bisa tetap tabah dan kuat menghadapi ujian ini.

Ada banyak temanku yg selalu hadir dirumah untuk tahlilan selama tiga hari mendoakan Almarhum Ayah. Prapto pun juga bolos sekolah selama dua hari untuk menemaniku dirumah. Dia paham betul jika aku benar-benar down saat ini dan membutuhkan teman.

Hari ini aku akan kembali ke sekolah setelah seminggu penuh tidak mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Biar bagaimanapun aku harus bangkit dan kembali menjalani rutinitasku seperti biasa.

"Buruan Dit udah siang!" Ucap Mbak Laras yg pagi ini sengaja mengantarku sekolah.

"Iya Mbak sik bentar..." Kataku seraya memakai sepatu di teras rumah.

Mbak Laras, dia adalah seorang wanita paling aku kagumi dan hormati setelah Ibu. Entah kenapa dia sangat perhatian dan sayang kepadaku. Walau kami gk ada hubungan darah sama sekali, namun ia sangat peduli kepadaku. "Kamu udah Mbak anggep kayak adek Mbak sendiri Dit..." Begitulah kata Mbak Laras pada malam hari setelah tahlilan dirumah kemarin. Gatot pun tak ada masalah aku dekat banget sama Mbak Laras, dia ngerti kalo Kakaknya itu nganggep aku juga adeknya.

"Buk... Adit sekolah dulu ya..." Pamitku ke Ibu.

"Iya... Hati-hati yo le, sekolah yg bener..." Ucap Ibuku tersenyum. "Maaf lho Ras jadi ngerepotin kamu terus..." Imbuh Ibu ke Mbak Laras.

"Santai aja Budhe, sekalian Laras ke kampus kok..." Jawab Mbak Laras ramah.

Usai pamit, kupacu motor Mbak Laras ini meninggalkan rumah. Dia maksa aku yg nyetir.

"Masak cewek boncengin cowok sih? Buruan keburu telat kamu!" Seru Mbak Laras.

"Iya Mbak..."

Selama perjalanan Mbak Laras memelukku dari jok belakang. Jelas ini bukan hal yg lumrah sebagai kakak-adek. Dasar Mbak Laras, nganggep adek tapi diperlakukan kayak pacar. Aku juga gk nolak sih kalo jadi pacarnya :hammer:

Sesampainya di depan sekolah aku langsung turun dari motor Mbak Laras. Mbak Laras pun lalu menyeret pantatnya maju di jok depan.

"Aku masuk dulu ya Mbak..."

"Sini salaman dulu..." Suruh Mbak Laras.

Akupun mengulurkan tanganku dan disambut uluran tangan Mbak Laras.

"Sekolah yg bener ya..." Ujar Mbak Laras lalu mencium tanganku. Iya kok bener, ujar Mbak Laras lalu mencium tanganku. Dia nyium tanganku. Njiiir apa lagi ini?

"Eh Mbak! Kok pake cium-cium tangan sih!" Seruku grogi. Takut kalo ada yg lihat, bisa jadi omongan aku, anak SMP macarin mahasiswi. :hammer:

"Hahaha..." Njiir malah ketawa dia.

"Yowis Mbak aku masuk dulu ya..."

"Oke..."

Kemudian aku berjalan menuju kelas. Aku gk tau kenapa selama aku jalan banyak adek-adek kelas yg memandangku dengan tatapan Iba. Sebenarnya risih dengan tatapan itu, tapi aku berusaha untuk bersikap wajar.

Sesampainya di kelas, teman-teman menyambutku bak pahlawan yg telah lama hilang. Mereka mengucapkan bela sungkawa lagi dan bilang kalo kelas sepi kemarin-kemarin.

"Sepi cuk kelas gk ada kamu..." Ucap Prapto ketika aku duduk disampingnya.

"Kamu harus kuat ya Dit... Jangan pernah merasa sendiri..." Kata Novi dari bangku depan.

"Iyo-iyo... Makasih yo semua..."

Aku sungguh beruntung mempunyai sahabat-sahabat yg baik dan selalu ada. Eh tapi apa bener yg Mbak Laras bilang ya? Kalo Novi suka sama aku. Duh kenapa jadi mikirin ini.

Selama pelajaran berlangsung aku lebih banyak diam dan memperhatikan guru-guru memberikan materi di depan. Entah kenapa rasanya gk ada semangat untuk usil dan bercanda seperti hari-hari sebelum Ayah tiada. Anak-anak pun paham dengan keadaanku yg masih duka ini. Mereka gk lagi selengekan kayak biasanya.

"Dit..."

"Iya Nov, gimana?"

Kami berdua ngobrol disebuah warung jus saat pulang sekolah. Novi maksa ditemenin minum jus siang itu. Sebenernya udah aku tolak karena aku juga ingin cepat pulang buat kerja di pasar. Tapi percuma, Novi langsung narik tanganku secara paksa.

"Masih sedih ya?" Tanya Novi seraya memainkan sedotan yg ada di gelas jus mangga miliknya.

"Begitulah..." Jawabku sambil tersenyum.

"Kamu harus tetap kuat Dit..."

"Iya Nov..."

"Oiya, kamu kerja ya?" Tanya Novi menyelidiki.

"Tau darimana?"

"Kemarin lusa aku kerumahmu, kamu gk ada..." Ucap Novi lalu menyeruput jus nya dengan sedotan. "Terus aku ketemu temenmu yg nonton konser itu..."

"Gatot?"

"Iya... Dia bilang kalo kamu lagi dipasar, kerja..."

"..." Njir sial si gatot ini emang ember.

"Sejak kapan kamu kerja disana Dit?"

"Udah lama, setengah tahunan ini..."

"Kok gk bilang ke kita-kita?"

"Malu aku Nov..."

"Kenapa harus malu?" Teter Novi.

"..."

"Diit..."

"Ya malu aja, kerjaanku disana cuma kuli panggul Nov! Aku takut kalo kalian ngejauhin aku setelah tau aku kerja jadi kuli panggul!" Seruku ke Novi.

"PLAAAKKK!"

"Kamu pikir kita temen macam apa? PLAAAKKK!" Seru Novi lalu nampar pipiku lagi.

"...." Aku hanya diam gk tau mau ngomong apa.

"Denger ya, aku gk peduli kamu kerja apa disana... Aku cuma, Maaf maksudku kita, Kita cuma menyayangkan aja kamu gk jujur. Aku sama Prapto heran kenapa kamu ngeluh capek terus disekolah kemarin-kemarin... Kalo kamu ada masalah bilang Dit!" Seru Novi penuh emosi, matanya berkaca-kaca.

"Maaf..." Kataku tertegun lesu.

"Terserah deh!" Ujar Novi lalu ia beranjak dari duduknya dan jalan menuju jalan raya. Njiir kenapa lagi si Novi.

"..."

Aku hanya duduk terdiam melihat Novi pergi gitu aja. Aku gk tau kenapa sikapnya aneh begitu. Selain pusing mikirin Novi yg makin hari makin aneh, aku juga malas rasanya ngeladenin sikapnya disaat seperti ini. Aku cuma pengen waktu bisa berputar lagi agar Ayah tak terlibat dalam kecelakaan itu.

Sekitar sepuluh menit aku masih tertegun duduk di warung jus, tiba-tiba terasa pundakku ditepuk oleh seseorang.

"Ayok Pulang..."

"Iya..." Ucapku tersenyum melihat Novi kembali datang menghampiriku.

"Maaf aku emosi..." Ucap Novi saat kita jalan menuju jalan raya buat nunggu angkot.

"Iya... gk papa kok Nov..."

Hanya kata itu yg kami ucapkan hingga angkot datang. Entah kenapa aku jadi pendiam, Novipun demikian.

"Aku duluan Dit..." Pamit Novi lalu masuk kedalam angkot warna biru jurusan rumahnya.

"Iya... Hati-hati..."

Usai Novi pulang, ntah kenapa aku malah kembali lagi ke warung jus itu. Kupesan segelas jus melon lalu duduk di bangku tadi. Kuambil rokok super yg aku simpan di tas dan menyulutnya. Saat ini otakku benar-benar kacau. Entah kenapa pikiranku bercabang kemana-mana. Kunikmati rokok dan jus ini dalam kesendirian. "Ya Tuhan... Kenapa berat sekali ujian yg Kau berikan kepadaku?" Batinku.

Tak terasa sudah empat batang rokok kuhabiskan, gelas pun telah kosong. Setelah membayar, kuputuskan untuk segera pulang.

---

Hari-hari setelahnya kujalani dengan biasa saja. Novi masih dalam diamnya, Prapto tanya berkali-kali kenapa sikapku dan Novi aneh. Akupun menjawab seadanya saja. Bella masih seperti Bella yg biasanya, dia tetap selalu ceria dan memberikan senyuman manisnya itu tiap berjumpa denganku.

Aku sekarang jadi lebih giat bekerja agar lekas bangkit dari keterpurukanku. Aku gk mau meratapi nasib dan sedih berlarut-larut. Walaupun kata Mbak Laras ini cuma pelarian atau pelampiasan, tapi dia mendukung selama itu bersifat positif.

"Tapi kamu tetep jaga kesehatan lho ya..." Ucap Mbak Laras di teras rumahku sore hari selepas maghrib.

"Iya Mbak..."

"Besok Mbak bantu ngomong ke Budhe soal kamu kerja... Ini udah saatnya kamu jujur ke Ibumu!"

"Iya Mbak..."

"Oiya gimana sekolahmu?"

"Lancar Mbak..."

"Kapan ujiannya?"

DEG... Iya ujian, aku hampir ujian. Dan setelah ujian Bella pergi. Ya Tuhanku... Kenapa aku selalu dijauhkan dengan orang-orang yg aku sayang?

"Heh Dit diem aja!" Seru Mbak Laras mengagetkanku.

"Maaf Mbak..."

"Ngelamunin apa?" Selidik Mbak Laras.

Akhirnya kuceritakan kalo setelah ujian nanti aku pisah sama Bella karena dia pindah ke Surabaya sama keluarganya.

"Yg sabar aja Dit, kalo jodoh gk kemana..."

"Hmmm.. Iya Mbak..."

"Ajak jalan gih Bella, udah lama kan kalian gk jalan?"

"Iya sih mbak, udah lama..."

"Yaudah buruan telpon atau sms lah, sekalian kalian refreshing gitu..." Kata Mbak Laras memberi saran. Masuk akal juga sarannya.

"Iya Mbak nanti aku sms deh..."

"Nah gitu dong!"

"Eh Mbak, tau gk masa aku sama Novi diem-dieman gitu sekarang..." Curhatku.

"Kenapa emangnya?"

"Jadi dia tuh tau kalo aku kerja, terus marah-marah gitu..."

"Tuh kan Mbak bilang apa, dia tu suka sama kamu..."

"Gk kok Mbak, kita ini temenan daridulu..."

"Ah mana ada temen yg marah-marah gk jelas gitu..."

"Tau ah Mbak, terus aku harus gmn Mbak?"

"Udah diemin aja dulu, cewek emang gitu sih..."

"Sampe kapan?"

"Ya liat perkembangannya dulu Dit, terus kamu minta maaf ke dia setelahnya, beliin apa kek yg murah aja..."

"Iya deh Mbak..."

"...." Mbak Laras pun tersenyum manis.

"Oiya mbak kapan jadi KKN nya?"

"Bulan depan Dit, kayaknya bakal ngekos mbak disana..."

"Emang jadinya dimana?"

"Di Desa Turaturu..."

"Mana tuh?"

"Lereng gunung merbabu sana..."

"Wah jauh ya?"

"Heem... Eh Dit, cewek yg kemaren ikut bantu-bantu dibelakang pas tahlil itu Fara kan? Anaknya Bu Marni desa sebelah..." Tanya Mbak Laras. Fara emang rutin datang ke rumah setelah maghrib buat bantu-bantu di dapur pas acara tahlilan Ayah.

"Iya Mbak, kenapa gitu?"

"Gk papa sih... cantik ya sekarang..." Goda Mbak Laras.

"Apaan sih Mbak..."

"Hehehe... Yaudah yuk, masuk... Mbak ke dapur dulu..." Ucap Mbak Laras lalu beranjak ke dapur.

Malam ini seperti biasa, selama 40 hari keluarga dan tetangga-tetangga dekat selalu yasinan/tahlilan dirumah untuk mendoakan Almarhum Ayah. Hanya keluarga dan tetangga dekat saja yg hadir, untuk yg umum sudah selama 3 hari setelah kepergian Ayah.

Usai yasinan, aku tiduran sambil nonton tv di bareng Ibu. Suasana rumah sungguh berbeda pasca Ayah pergi. Seperti ada yg kurang di keluarga ini. Ibu selalu tidur di depan tv selama tiga mingguan ini. Aku paham Ibu yg paling terpukul atas kepergian Ayah, namun beliau sungguh hebat. Ibu selalu memperlihatkan senyumnya kepadaku walau kutahu hati beliau sangat hancur.

"Buk..."

"Ngopo le?"

"Mboten Buk mboten sios... (Gk Bu, gk jadi...)"

"Wis gk usah mikir macem-macem... kita harus kuat menghadapi cobaan ini, yg penting kamu harus tetap kuat, Ibu juga kuat kok..." Jelas Ibu membelai rambutku.

"Nggeh Buk..."

Keren ya Ibuku, beliau memang seorang perempuan tangguh yg diciptakan Tuhan di dunia ini. Entah hati dan tubuhnya terbuat dari apa, yg jelas Beliau adalah Ibu terbaik di dunia ini. Love you Buk...

Sebelum tidur kusempatkan sms Bella ngajakin ketemu besok sekalian ngobrolin rencanaku untuk refreshing seperti yg Mbak Laras sarankan.

To: Bella
Malem sayang, bsk ketemu yuk beli es kelapa muda.

From: Bella
Yeey asik, akhirnya... hahahaha


"Kenapa Bell?" Balasku.

"Gk papa sayang..."

"Yaah.. Oiya kapan2 jalan yuk..."

"Weits.. kemana?"

"Ya bsk kita bahas aja deh ya.."

"Oke sayang..."

"Aku tungguin depan masjid ya, aku gj bawa motor soalnya, hehe.."

"Iya Dit santai aja.."

Setelah smsan sama Bella, beberapa saat kemudian aku pun tertidur juga.

---

Sabtu siang usai pulang sekolah kutunggu Bella di depan Masjid Agung seperti yg kita janjikan semalam. Tak lama menunggu, sebuah angkot warna biru berhenti di sebelum masjid. Kulihat sosok wanita manis turun dari dalam angkot itu dan tersenyum kepadaku. Senyuman yg sangat manis, senyuman yg sangat aku suka.

"Yok Dit, haus banget aku..."

"Oke..." Ucapku lalu berjalan menuju warung kelapa muda emak.

Sesampainya di warung si emak, Bella langsung duduk di bangku tempat biasanya kami duduk. Sedangkan aku memesan dua gelas es kelapa muda.

"Dit... Kamu masih suka ngerokok ya?" Tanya Bella ketika aku duduk di depannya.

"Emmm... Gk kok Bell..."

"Ah yg bener?" Tanya Bella curiga.

"Ya kadang-kadang sih Bell, cuma sesekali kok..." Jawabku sedikit berbohong.

"Ya kalo bisa jangan sesekali Dit!"

"Wuiih jadi harus beberapa kali gt?" Kataku senyam-senyum.

"Hhhmmm... Serah lah!"

"Oh... Hehehe, iya Bell iya..."

Beberapa saat kemudian dua gelas es kelapa muda pesanan kami telah datang. Langsung aku minum dengan cepat.

"Bell... Jadi kan kita maen?" Tanyaku seraya mengutak-atik kelapa muda yg masih ada di dalam gelas.

"Emang udah ada tujuannya?" Tanya Bella.

"Gimana kalo kita ke Ambarawa Bell?"

"Wuiih... Rawa pening ya?" Ucap Bella semangat. "Emang kamu tau jalannya?" Tambah Bella.

"Tau dong, aku dulu pernah kesana kok!" Jawabku mantap.

"Sama siapa?" Tanya Bella menyelidiki.

"Sama temen-temen sekampung! Keren pokoknya!"

"Oh... Kirain, ya udah jadi kapan nih?" Tanya Bella antusias.

"Besok yuk..."

"Oke! Aku juga belum pernah kesana say..." Kata Bella manja.

"Iya Bell aku tau kok, kamu kan anak rumahan... hahahha..." Ejekku.

"Hhmmmm....."

Setelah mengobrol ringan kesana-kemari, akhirnya habis sudah kelapa muda yg segar ini. Setelah membayar dua gelas es kalapa muda itu, kuantar Bella pulang kerumahnya pake mobil. Mobil warna biru lebih tepatnya. :hammer:

---

Keesokan harinya aku jemput Bella dirumahnya. Kupinjam motor Mbak Laras pagi tadi buat jalan sama Bella. Tampak ia sudah siap dan duduk di teras depan, wajahnya sangat antusias menyambut hari Minggu ini.

"Yuk Dit buruan!" Kata Bella ketika aku sampai depan rumahnya.

"Pamit dulu Bell..." Kataku.

"Percuma, pada pergi semua kok..."

"Wah.. dirumah aja yuk!" Godaku.

"Nih!" Ujar Bella seraya mengepalkan tangannya.

"Hehe, becanda Bell.. Yaudah yuk!" Ajakku seraya menghidupkan mesin motor ini.

Lalu perlahan kujalankan kuda besi ini pelan melewati beberapa rumah tetangganya. Bella sangat cantik hari ini. Ia mengenakan kaos ketat warna merah muda yg ditutupi jaket jins abu-abu dan menggunakan celana jins panjang hitam ditambah sepatu kets warna putih, Stylish!

Bella nampak menikmati perjalanan menuju Ambarawa ini, terlihat dari spion ia asyik melihat pemandangan pegunungan sambil memelukku erat. Setelah satu jam kami berjalan, akhirnya sampai juga kami di Ambarawa.

"Kemana dulu nih Bell?" Tanyaku.

"Emm... Terserah kamu aja Dit, gk tau aku..."

"Bukit Cinta yuk!"

"Ok..." Kata Bella singkat masih asyik melihat pemandangan alam yg indah.

Objek wisata bukit bintang ini ada di sekitar danau rawa pening. Rute menuju Bukit Cinta sangat indah dengan pemandangan danau rawa pening dan beberapa pohon yg menjulang tinggi menambah asri suasana.

Sesampainya di Bukit Cinta, Bella nampak senang. Dari sini kami bisa melihat pemandangan danau rawa pening yg ditumbuhi tumbuhan eceng gondok.

"Keren ya Dit..." Ucap Bella ketika melihat danau rawa pening.

"Iya Bell... Seger juga udaranya..."

"Naek kapal yuk Dit!" Ajak Bella.

"Emmm... Kapal? Perahu kali Bell!" Kataku menjelaskan. Lalu sejenak aku berfikir, dulu pas sama temen-temen biaya sewa perahu sangat mahal, kalo cuma berdua gini bisa gawat.

"Ayok Dit!" Seru Bella.

Aku teringat saat temen sekampungku bercerita kalo di rawa pening bisa juga menyewa perahu nelayan, murah lagi. Kemudian tanpa pikir panjang kucari nelayan yg berada di sekitar danau tersebut untuk menyewa perahunya.

"Kok naik perahu kecil Dit?" Tanya Bella heran.

"Biar lebih romantis Bell..." Kataku dengan alasan yg brilian. :hammer:

Awalnya aku takut juga aku, perahu yg kami naiki ini bergoyang kesana-kemari padahal belum digayung. Jangan-jangan ada anaconda di dalam air nih.

Bella terlihat gembira, dia duduk di depanku memandangku penuh makna.

"Diiit... sampe Australia bisa?"

"Sampe Afrika juga bisa Bell..." Ucapku lelah karena mendayung perahu ini.

"Kamu bisa romantis juga ya..." Ujar Bella.

"Iya dong..."

"Wah Dit aku seneng deh..."

"Akupun..."

"Kamu mau gk nyebur ke danau ini demi aku?" Tanya Bella, mulai lagi konsletnya.

"Hah? Buat apa?"

"Kalo aku minta mutiara di dasar danau ini, kamu mau ambilin?"

"Disini mana ada mutiara Bell..."

"Ya misalnya..."

"Emm... Mau, biar kita bisa jual tu mutiara..." Kataku asal.

"Yeee... kok dijual?"

"Ya biar kaya raya kita Bell, biar bisa ngajak kamu keliling dunia naik kapal besar, gk kayak gini..." Ucapku mesra.

"Aaaaaaa... So sweet...." Ucap Bella manja.

"Kesitu yuk Bell..." Ajakku seraya mengarahkan perahu ini ke arah tanaman eceng gondok.

"Oke, ngikut pilot nya aja deh... Hehehe..."

"Nahkoda Bell, bukan pilot!"

"Ah sama aja, sama-sama sopir juga..."

"...." Njiir percuma debat sama Bella.

Lalu kudayung perahu ini lebih cepat menuju tanaman eceng gondok yg tumbuh rimbun diatas danau ini. Kemudian kupetik setangkai tanaman itu dan menyerahkannya ke Bella.

"Terimalah persembahanku ini tuan putri..." Kataku seraya menyerahkan tanaman eceng gondok itu dengan sedikit menundukkan kepala.

"Hehehe... Terima kasih wahai pangeranku!" Balas Bella tersenyum manis. Sangat manis, wajahnya memerah menambah pesona cantiknya.

"Kelak aku akan memberimu seribu tangkai lagi di pernikahan kita..."

"CUUUPP...." Tiba-tiba Bella mencium keningku. Sejenak kami salah tingkah.

"Balik yuk..." Kata Bella memecah kehingan sesaat itu.

"Oke sayangku..." Kataku seraya mendayung perahu ke tepi danau.

Sesampainya di tepi, kuajak Bella pergi menuju goa ular yg dibuat untuk menggambarkan legenda danau rawa pening ini

"Diit... Gelap banget sih, mana bau pesing lagi!" Keluh Bella.

"Iya nih... Balik aja yuk!

"Iya yuk, lagian takut ada setan aku!"

"Tuh ada apaan di belakangmu Bell..." Godaku.

"Mana?"

"Ituuu.... Waaaaa..." Kataku lalu lari.

"Aaaaadiiiitt....." Seru Bella ikut lari.

"Whaahaha..."

"Gk lucu tau!"

Akhirnya tak sampai seperempat jalan, kami mengurungkan niat menyusuri goa ini. Lalu kami duduk-duduk di sekitaran danau menikmati udara segar.

"Kemana lagi nih?" Tanya Bella.

"Makan yuk..."

"Dimana?"

"Ya disekitar sini aja..."

Kemudian kuajak Bella makan di warung yg berada di tempat wisata ini. Sambil makan, kami mengobrol ringan seputar seputar pemandangan di tempat ini.

"Dit... Makasih ya..."

"Iya Bell, kamu seneng kan?"

"Bangeeeeeet...."

Ah sial manis banget senyumnya. Batinku.

"Dit..."

"Heem..."

"Kamu yg kuat ya pokoknya... Ikhlasin Bapak, biar beliau terang jalannya..."

"Iya sayang..." Ucapku tersenyum.

"Kehidupan itu tak ada yg abadi, kita di dunia ini hanya sementara Ditt..."

"Iya Bell... Makasih ya..." Ucapku lalu kukecup mesra keningnya. "CUPP..."

"..."

Akhirnya karena waktu juga semakin sore, kami memutuskan pulang kembali menuju Magelang. Selama perjalanan pulang, Bella memelukku dengan erat, ia terlihat sangat kelelahan. Ia senderkan kepalanya di pundakku.

Setelah satu jam lebih menempuh perjalanan pulang, sampailah kami di depan rumah Bella.

"Masuk dulu yuk Dit..." Kata Bella ketika turun dari boncengannya.

"Udah hampir gelap Bell... Gk enak... Lagian kamu capek banget kayaknya, langsung buat tidur aja deh..." Kataku.

"Oh... Yaudah, iya nih capek banget... Makasih ya sayang... Aku seneng kok!"

"Iya Bell... Aku duluan ya..."

"Hati-hati lho sayang..." Kata Bella tersenyum manis. Sangat manis.

Akupun pulang menuju rumah. Kupacu kuda besi ini dengan cepat. Tak sampai lima belas menit sampailah aku di gapura rumah. Kuarahkan motor ini ke rumah Mbak Laras dulu buat baliin motornya.

"Makasih ya Mbak..."

"Iya... Santai aja lagi Dit.."

"Gatot ada Mbak?"

"Pergi dia, tau deh kemana..."

"Oh yaudah aku pulang dulu Mbak..."

"Oke..."

Setelah itu aku berjalan pulang. Kulangkahkan kaki ini santai sambil sesekali menyapa tetangga yg lagi duduk-duduk di teras rumahnya.

Sesampainya di halaman rumah, kulihat ada sesorang wanita duduk di teras bersama Ibu. Aku hanya bisa melihat punggung dan rambutnya karena dia duduk di depan Ibu yg menghadap halaman. Wah ada tamu, pikirku.

Dengan santai kulangkahkan kaki ini menuju rumah, sesampainya di dekat teras, aku kaget saat tamu itu menoleh kearahku.

"Adiiitt....."
 
Wah siapakah gerangan yg bertamu ke rmh adit....

Tunggu jawabannya di sini aja ... 😅😅😅
 
Wa yo mbuh, kan seng ngerti cuman sampean.

tpi fillingku si siska seng bertamu 😂😂😂😂
 
Kehidupan itu abadi,karena pada hakikatnya kematian hanyalah peristiwa ruh meninggalkan jasad.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd