Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Roda Kehidupan

Hingga part 21 ini, siapa tokoh yg paling agan suka? *kalo udh vote boleh lho posting alasannya juga

  • Bella

    Votes: 11 5,9%
  • Novi

    Votes: 96 51,3%
  • Siska

    Votes: 17 9,1%
  • Fara

    Votes: 12 6,4%
  • Laras

    Votes: 34 18,2%
  • Vita

    Votes: 4 2,1%
  • Fitria

    Votes: 3 1,6%
  • Gatot

    Votes: 3 1,6%
  • Prapto

    Votes: 3 1,6%
  • Gk ada alias bodo amat

    Votes: 4 2,1%

  • Total voters
    187
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Baru ikut mantau hu..

Mantap adopted from real story kayaknya

Lanjutken
 
11. Kasihan Bapak

Dirumah yg sederhana ini aku duduk diruang tamu bersama Ibu. Akhir-akhir ini Ibu memang terlihat beda. Walaupun tak menjelaskan kepadaku yg sebenarnya, namun aku merasakan sesuatu yg aneh. Hingga akhirnya....

"Dit... Ibu mau ngomong sesuatu..."

"Iya Bu... Pripun? (Bagaimana?)"

"Bapakmu disana lagi kena musibah..."

"Hah??" Sumpah aku kaget waktu Ibu bicara. "Ada apa Bu Bapak?" Tanyaku panik.

"Bapak baik-baik aja kok, tapi Bapakmu kena tipu disana..."

"Kok bisa Buk?" Tanyaku masih panik.

Ternyata yg membuat Ibu akhir-akhir ini sering melamun dan murung karena Ayah kena tipu di Jakarta. Menurut penjelasan Ibu, Ayah dipercaya bos nya memegang uang gaji untuk karyawan. Namun pas mau nyerahin gaji itu ke karyawan lain, uang itu telah hilang dibawa lari temen nya sendiri. Intinya seperti itu.

"Dit..."

"Iya Buk..."

"Motor nya Ibu jual dulu gk apa-apa kan? Buat tambahan ganti rugi Bapak disana..."

"Iya Buk gk papa kok..." Ucapku sedih. Bukan sedih karena motor mau dijual, tapi sedih memikirkan nasib Ayah bagaimana di sana.

"Ibu juga udah pinjem duit Paklik mu kemarin..."

"Terus Bapak gimana Buk?"

"Bapak juga lagi cari tambahan buat ganti rugi, sekarang Bapak tinggal di rumah temen nya disana..."

Aku shock banget waktu itu, jujur aku merasa bersalah karena baru tau apa yg terjadi sebenarnya di dalam keluarga ini. Aku gk tau ternyata sepeda bernama keluarga yg Ayah kayuh saat ini sedang melewati aspal yg bergelombang.

"Sementara ini uang sakumu Ibu kurangin ya Dit... Ibu harus berhemat, pemasukan warung jelas gk cukup buat kita hidup..." Ucap Ibu menjelaskan.

"Iya Bu..." Kataku paham.

"Maafin Ibu ya Dit..." Kata Ibuku sedikit meneteskan air mata lalu memelukku.

"...."

Roda memang terus berputar, dalam waktu yg singkat saja kami harus berada di posisi bawah lagi. Semoga Tuhan selalu melindungi keluarga ini, doaku waktu itu.

---

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berganti hari, hari pun berganti bulan. Dalam sebulan ini aku benar-benar fokus sekolah saja. Semua kebiasaan bareng sahabat atau kawan-kawan aku tinggalkan begitu saja. Bahkan aku sering berada di perpus saat jam istirahat. Prapto dan Novi pun juga heran melihat perubahan ku saat ini, mereka ngotot ingin tahu apa yg terjadi padaku tapi aku tetap diam dan selalu bilang "gk papa kok, santai aja". Intensitas bertemu atau berhubungan dengan Bella pun berkurang drastis. Dia sadar ada perubahan pada diriku, dia selalu nasehatin agar cerita padanya tapi sekali lagi aku tak menghiraukannya. Aku benar-benar kacau, ntah apa yg aku pikir yg jelas aku ingin marah pada keadaan yg menimpa keluargaku ini.

Siang itu setelah sekolah usai seperti biasa aku langsung pulang. Novi dan Prapto sempat ngajak tongkrong dulu tapi aku menolaknya. Setelah pamit ke mereka aku pun lekas meninggalkan sekolah.

"Eh Dit..."

"Eh kamu Far..."

"Kok jalan kaki?"

"Hehe... Lagi pengen olahraga aja..." Jawabku bohong.

Beberapa hari ini aku sering jalan kaki waktu pulang sekolah. Lumayan jauh juga aku jalan kaki. Jarak antara sekolah sampai rumah sekitar 5-7 KM. Biar bagaimanapun aku tetap harus hemat, dan inilah salah satu cara agar berhemat.

"Bareng aja yuk, searah ini..."

"Gk usah Far... Nanti ngrepotin!"

"Kamu ini kayak sama siapa aja! Yuk jalan!" Ucap Fara seraya mundur ke boncengan belakang seakan memberikan tempat buatku duduk di depan.

"Iya deh..."

"Nah gitu dong!"

Selama diboncengan, Fara nanyain kenapa jarang balas sms nya dll. Aku hanya bisa jawab seadanya saja.

Karena gk pakai helm terpaksa aku lewatin jalan tikus biar gk ketahuan polisi. Fara heran kenapa aku bisa tahu jalan pedesaan kayak gini. Banyak yg ngelihatin kita, ntah itu cuma melihat Fara karena pakai seragam yg pendek dan ketat, atau melihatku karena heran anak SMP bisa boncengin cewek SMA kayak Fara.
Keren ya gue? :hammer:

"Wah baru kali ini lho aku lewat sini..."

"...."

"Eh Dit makan dulu yuk..." Ajak Fara di boncengan belakang.

"Aduh nanti kesorean Far..."

"Gk papa kok..." Kata Fara berharap.

"Iya deh... Traktir ya, hehehe..."

"Beres!" Ucap Fara lalu melingkarkan tangannya diperutku yg otomatis sesuatu yg empuk itu juga menempel di punggungku. Kulirik kaki mulus milik Fara juga menyilang, njiiir si Joni yg lagi bertapa mendadak bangun. :hammer:

Kami akhirnya berhenti di warung bakso di ujung jalan. Sepertinya enak, lumayan banyak yg makan disini.

"Pak kaleh nggeh... (Pak dua ya...)" Ucapku ke bapak-bapak penjual bakso.

"Iya mas... minumnya apa mas?" Kata si penjual bakso balik bertanya.

"Es jeruk sama es teh ya.." Jawabku asal karena gk tau Fara mau minum apa.

"Nggeh mas... monggo..."

Usai memesan aku duduk menghampiri Fara yg telah duluan duduk. Dia senyam-senyum aneh aja daritadi.

"Kenapa Far senyam-senyum gitu?"

"Gk papa... Lagi seneng aja..." Kata Fara dengan nada yg emang ceria.

"Seneng kenapa?"

"Ada deh..."

"Hmmm... Aku lagi pusing malah..." Kataku nyeplos.

"Eh kamu kenapa Dit?" Tanya Fara dengan raut muka yg tiba-tiba penasaran.

"Gk papa kok..."

"Hmm..." Oceh Kak Fara singkat bibirnya dimonyong-monyongin. Njiirr imut banget.

"...."

Tak lama kemudian bakso dan minuman pesanan kami datang. Fara milih es jeruk, yaudah aku yg es teh. Dibayarin ini, hehehe.

Sembari makan Fara cerita banyak banget, dia masih cerita seputar kehidupan di SMA nya, aku cuma iya-iya aja dengerin Fara.

"Kamu kok jadi pendiem gitu Dit?"

"Ah perasaan kamu aja Far..."

"Enggak... Aku perhatiin daritadi kamu emang gk kayak biasa nya..."

"..."

"Tuuh kan... Lagi ada masalah ya? Cerita lah sama aku..." Ucap Fara tulus.

"Enggak kok santai aja lagi..." Ucapku lalu memakan suapan terakhir bakso itu.

"Yakin?"

"Yakin..."

"Hmm... Yauda kalo gitu, tapi kalo ada apa-apa jangan sungkan cerita sama aku Dit..."

"Iya Far... Makasih ya..."

"Iya... Apapun itu, Tuhan gk akan memberi cobaan diluar batas kemampuan kita kok..."

"Iya Far... Tenang aja gk ada apa-apa lagi..." Ucapku tersenyum.

Hmm... Bener apa yg Fara bilang, Tuhan gk mungkin ngasih cobaan diluar batas kemampuan kita. Ah Fara, kenapa perhatian nya mampu membuatku tenang. Padahal sederhana aja ucapan nya barusan, anak SD juga tau. Tapi entah kenapa kata-kata itu membuat semangatku timbul.

Meski keluargaku sedang dirundung masalah, aku tetap harus survive menjalani hidup ini. Aku gk boleh cengeng dan meratapi nasib. Aku bukan anak kecil lagi, aku harus bisa menjadi lelaki sama seperti Ayah.

"Heh! Kamu kenapa senyum-senyum sendiri gitu!" Seru Fara mengagetkanku.

"Hehehe... gk papa kok, pulang yuk..."

"Yaudah yuk, aku bayar dulu ya..." Ucap Fara beranjak dari duduknya.

Kami pun pergi meninggalkan warung bakso itu. Selama perjalanan pulang, Fara makin erat melingkarkan tangannya di badanku.

Dan aku pun pulang dengan suasana hati yg berbeda, aku juga gk mau Ibu makin sedih kalo aku down.

----

Pagi ini seperti biasa aku harus menjalani kewajiban seorang siswa untuk sekolah. Aku telah bertekad untuk kembali semangat menjalani hidup.

Setelah mandi dan sarapan aku pamit ke Ibu untuk berangkat, ya... Aku ngangkot kali ini. Tak masalah buatku, toh dulu aku juga sering menggunakan roda transportasi ini kok.

"Njiiir tumben jam segini udah penuh aja..." Gerutuku sendirian nungguin angkot lewat.

Semenit, dua menit, lima menit, hingga sepuluh menit aku tak mendapatkan angkot. Tiba-tiba seorang cewek dengan motor 2 tak nya berhenti di didepanku.

"Ayok gih berangkat..." Ucap Fara tersenyum.

"Eh udah Far makasih, aku nungguin temen kok..."

"Halah bohong! Gih ayo... Keburu telat!"

"Hehe iya deh..." Kataku pasrah mengiyakan ajakan nya karena percuma Fara akan tetep maksa.

Semua terlihat indah saat aku boncengin cewek SMA cantik yg melingkarkan tangan nya di perutku. Sepertinya akan baik-baik saja, iya sepertinya... Hingga kutengok spion sebelah kanan.

Di spion aku lihat seorang pengendara motor memakai rompi hijau berada sedikit disisi kanan kami. Dengan hitungan detik si pengendara berompi hijau itu udah berada di depanku.

"Selamat pagi..." Ucapnya memberi salam.

"Pagi Pak..." Jawabku agak gugup.

"Saudara tau kesalahan saudara apa?"

"Tau Pak... hehehe.." Jawabku mencoba santai.

"Udah tau kenapa dilanggar??"

"Buru-buru Pak..."

"Sekarang bisa lihat surat-suratnya?"

"Far... Surat Far, STNK!" Bisikku ke Fara.

"Ini Pak, maaf ini adek saya tadi saya mintain tolong nganter Pak..." Kata Fara menjelaskan.

"Bisa lihat SIM nya?"

"Ini Pak..." Ucap Fara mengulungkan SIM ke arah Bapak-bapak yg mirip polisi itu. Eh sori dia memang polisi, polantas tepatnya. :bata:

"Bukan kamu, tapi kamu!" Ucap polantas itu menunjukku.

"Duh Pak..."

"Kenapa?"

"Saya belum punya Pak..."

"...." Si polantas geleng-geleng kepala.

"Baiklah karena saudara sengaja tidak memakai helm dan tidak bisa menunjukkan SIM, maka saudara saya tilang!" Ucap polantas itu lalu mengeluarkan kertas sakti berwarna merah.

"Duuh Pak..." Ucapku lemes. Kutengok Fara nyantai aja di boncengan belakang. Malah cengar-cengir dia. Aneh tu anak, hobinya cengar-cengir mulu.

"Ini kalo STNK nya mau diambil, silahkan ikut sidang..."

"Pak jangan Pak damai Pak..." Ucapku memelas. :(

"...." Polisi itu tak menggubris, ia malah menulis sesuatu di surat keramat itu.

"Nama?"

"Adit Pak..."

"Nama panjang?"

"Adit S A..."

"S A ?" Tanya sang polantas menatapku.

"Setyo Abadi Pak..."

"Oh..." Ucap sang Polantas senyam-senyum aneh.

Setelah kuberi alamat dan data diri lainnya, akhirnya surat tilang itu diberikan ke Fara.

Kemudian sang polantas itu mempersilakan Fara untuk melanjutkan perjalanan ke sekolah. Iya bener, cuma Fara doang yg disuruh. Aku disuruh naik angkot karena gk bawa helm.

Fara malah makin ketawa gk jelas... Njiir sial bukannya dibela malah diketawain.

"Iya Pak... saya ngangkot kok..."

"Lain kali jangan diulangi lagi!"

"Ya Pak..." Jawabku lemes. :((

Fara seperti memberi kode untuk nungguin di gang depan saat dia mau menjalankan motornya. Setelah polantas itu pergi, Fara nyamperin aku sambil ketawa cekikikan.

"Hahaha... Mukamu tadi lucu banget Dit..." Goda Fara.

"Hmm... Yauda kamu duluan aja Far, aku naek angkot aja..."

"Halah ayo berangkat, polisinya udah pergi tuh..."

"Nanti ketilang lagi gimana?"

"Lewat jalan tikus kayak kemaren aja Dit..."

"Okelah, tapi gk tanggung ya kalo ketilang lagi..."

"Hahaha... Iya-iya, hati-hati makannya..." Ucap Fara mempersilahkan aku buat nyetir motornya.

Sekitar 10 menit kemudian sampailah kami di sekolah dengan aman. Fara langsung pamit mau lanjutin perjalanan ke sekolahnya lagi.

"Yauda aku duluan ya Dit..." Ucap Fara tersenyum.

"Iya Far... Makasih ya, maaf jadi ketilang..."

"Teeerrrtt... Treeet..."

Kemudian aku berjalan santai menuju kelas. Di depan kelas terlihat beberapa anak sedang asik bercanda, mereka semua nampak ceria. Jadi iri melihatnya

"Woe su bengong aja!" Sapa Prapto ketika melihatku di depan kelas.

"Hahaha pie kabarmu cuk?"

"Pie kabarmu ndasmu! Kemaren kita juga ketemu sekarang udah nanya kabar!"

"Hahaha mbuh cuk! Yawes yok masuk..."

"Eh Adit udah senyam-senyum aja..." Sapa Novi ketika aku masuk kelas.

"Ni anak tadi dianter Kak Fara Nov, makannya jadi sarap gini..." Oceh Prapto.

"...."

"Lhah dasar, Bella apa kabar pak?" Tanya Novi.

"Ya gk gimana-gimana, udah nanti aja aku ceritain semua..."

"Iya deh..."

"Asu koe Dit, uripmu bejo tenan nek masalah wedokan!" (Anjing kamu Dit, hidupmu beruntung banget kalo masalah cewek!)" Keluh Prapto.

"Resiko orang ganteng cuk... hahaha..."

"Prek su prek! (Semacam umpatan yg aku sendiri juga susah mengartikan)" :bata:

Beberapa saat kemudian bel tanda jam pelajaran telah terdengar nyaring seperti suara kenalpot motor Fara.

Kegiatan belajar mengajar pun dimulai. Biasa saja sih, aku cuma bengong memperhatikan guru biologi yg sedang menerangkan materi di depan kelas.

Terlintas aku kepikiran masalah keluarga yg tengah aku hadapi, namun aku yakin Tuhan tak sekejam itu memberikan cobaan diluar batas kemampuan kita. Dan kehidupan sebagai siswa harus tetap aku jalani dengan semangat.

Di sela-sela pergantian jam Prapto dan Novi nanya kenapa aku akhir-akhir ini sering murung dan suka menyendiri. Aku janji nanti akan kuceritakan semuanya. Bukannya sahabat itu tempat kita untuk berbagi? Njiir kenapa aku jadi dewasa gini? :bata:

"Awas kalo nanti gk cerita!" Ancam Novi dari bangku depan.

Tak terasa jam pelajaran pun usai dengan meninggalkan tugas kelompok Bahasa Indonesia yg harus dikumpulkan pertemuan berikutnya.

Kita bertiga satu kelompok dan memutuskan mengerjakan tugas itu di rumah Novi.

----

Suara gemericik air hujan terdengar dari dalam rumah megah yg menyerupai istana ini. Kulihat jam telah menunjukkan pukul 15.50.

Sore ini aku dan Prapto berada dirumah Novi untuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia yg diberikan tadi.

Sebenarnya sejam yg lalu tugas ini pun telah selesai kami kerjakan. Namun saat hendak berpamitan ke Novi, tiba-tiba hujan deras mengguyur bagai gelombang pasang menerjang karang. Hingga akhirnya disinilah kami sekarang, menikmati suasana sore di rumah yg megah ini.

"Sampe jam berapa ni hujan?" Keluhku.

"Udah Dit... Jangan ngeluh terus, disyukurin aja kenapa sih..." Kata Novi menasehatiku.

"Iya tuh tau deh Adit ngeluh mulu dari tadi!" Ucap Prapto sambil asyik nonton film.

"Hmmm..."

"Yaudah aku suruh Bu Sri bikin mie aja deh ya..." Kata Novi menawarkan mie instant.

"Wuiiih... Boleh tuh Nov!" Sahut Prapto cepat.

"Oke, kamu mau rasa apa Dit?" Tanya Novi kepadaku.

"Emmm... Apa aja deh..." Jawabku singkat lalu tiduran di kursi.

"Kamu Prap?"

"Samaan aja..."

"Sip dah, tunggu ya..." Kata Novi seraya berjalan kearah tangga.

Kurebahkan tubuh ini di sofa yg sangat nyaman milik Novi. Pantes si Novi betah banget nyantai disini, taunya empuk banget gini.

Kuperhatikan sekelilingku, Prapto masih konsentrasi menikmati film yg ia tonton, gk tau juga apa judulnya yg jelas alien-alien.

Kulihat di bawah meja terdapat sapu lidi kecil, aku ambil aja deh untuk jahilin Prapto. Saat hendak mengambil sapu lidi itu, terlihat ada sebuah buku berwarna merah yg mengalihkan perhatianku.

Sejenak kupandang buku itu, di sampul depannya tertulis "WHAT IF". Wah kayak judul lagu nih, keren pasti! Lalu kuambil buku warna merah tersebut, saat hendak kubuka lembar pertama, tiba-tiba ada sesosok tangan yg merebut buku itu.

"Apaan sih Nov... Aku mau baca nih!" Seruku.

"Yee gk boleh, ini kumpulan lagu ciptaanku! Nanti kamu ejek pasti!" Kata Novi menyembunyikan buku itu di balik badannya.

"Enggak deh Nov.. Suer!" Ucapku meyakinkan Novi.

"Enggak-enggak... Gk boleh!" Ucap Novi lalu berjalan menuju kamarnya.

"......"

Tak lama kemudian Novi telah kembali, ia hanya senyam-senyum gk jelas melihatku dan Prapto. Aku pun kembali tiduran di kursi yg nyaman itu sambil menunggu mie instant datang.

"Nov... Masih lama mienya?" Tanya Prapto masih konsentrasi di depan layar kaca.

"Hmmm... Tungguin aja deh Prap..." Jawab Novi.

Selang beberapa menit kemudian, akhirnya mie instant yg hangat itu telah tersaji di diatas meja yg berada di dekat kami.

Kemudian kami pun menyantap mie tersebut dengan santai sambil menikmati sore yg indah di rumah Novi ini.

Usai menyantap mie kami mengobrol tentang permasalahan yg sedang aku hadapi ini. Aku ceritakan secara detail apa yg terjadi. Mereka nampak serius mendengarkan. Mereka tau mana saat serius dan mana saat bercanda.

Dan kalian tau gimana respon mereka?

"Yowis cuk koe seng sabar yo... Ojo ngroso dewe ngadepi masalahmu, iseh ono aku ro Novi seng selalu ono nggo kowe... Wis saiki ngekos wae ro aku, mangan tak tanggung su santai wae, nek udud tuku dewe!

"Yowis Dit... Kabeh iki mesti ono hikmah e. Mung siji aku gelo karo kowe, koe ngopo mlaku sakben bali sekolah? Koe ra nganggep aku? Nek mung motor aku yo duwe okeh, arep mbok nggo yo oleh!"


Yang jika ditranslate:

"Yaudah cuk kamu yg sabar aja ya... Jangan merasa sendiri ngadepin masalahmu, masih ada aku dan Novi yg selalu ada buat kamu... Udah sekarang ngekos aja sama aku, urusan makan biar aku tanggung tapi kalo rokok kamu beli sendiri!"

"Yaudah Dit kamu harus kuat ya... Semua pasti ada hikmahnya. Satu yg aku kecewain dari kamu, kenapa kamu harus jalan pas pulang sekolah? Kamu anggap aku ini apa? Kalo cuma motor aku juga punya, banyak malah kamu tau itu, mau kamu pinjem juga gk masalah!"

Ini bukan cerita persahabatan anak kuliah atau orang kantoran. Kita berbicara tentang persahabatan anak SMP yg sudah memaknai persahabatan ini adalah segalanya dan lebih dari apapun.

Seasu-asunya Prapto, dia memberi nasehat dan solusi yg sedemikian hebatnya. Dan sejutek-juteknya Novi, ah dia memang selalu perhatian.

Jadi aku masih gk percaya ada orang yg tega membunuh sahabatnya sendiri.

"Iya gk Jess?"

"Lhoh Jess siapa Dit?"

"Ya Jessica, Jessica Kumala Wongso..."

"Sopo kui su?"

"masa gk tau sih?"

"enggak!"

"Ah yo wis Lupakan!"

"Woe Mas ini tahun berapa Mas! Kalo bikin cerita yg jelas!" Teriak momod diluar sana.

"Oh iya Om Mod maaf..." :bata:

Oke cukup.

Karena waktu hampir gelap, aku dan Prapto akhirnya pamit juga untuk pulang. Novi nganter kita sampe jalan raya buat nunggu angkot. Si Prapto dapat angkot duluan meninggalkanku yg entah bagaimana nasibnya.

"Yaudah aku anter aja Dit..."

"Yaudah yuk kalo dipaksa... haha..."

Dan akhirnya akupun diantar Novi dengan mobilnya. Wah lumayan deh jadi irit.

"Eh Dit gimana ceritanya kamu tadi pagi sama Kak Fara?" Tanya Novi fokus mengemudi.

"Oh... gk sengaja aja tadi..."

"Terus Bella gimana?"

"Menurutmu gimana?" Aku balik tanya.

"Datengin aja Dit, minta maaf ke dia karena kamu juga udah cuekin dia sebulanan ini..."

"Iya deh..."

----

Sore hari menjelang matahari terbenam di suatu sudut ruangan rumah Bella, "Jadi gitu Bell..."

Sore ini aku sengaja berkunjung ke rumah Bella hanya untuk meminta maaf seperti yg Novi sarankan kemarin. Aku tau Bella khawatir karena melihat perubahanku padanya. Untuk itulah aku datang kesini menjelaskan semuanya dan minta maaf. Yang jelas aku gk mau Bella mikir macem-macem tentang diriku.

Aku jelasin intinya kenapa aku jarang balas smsnya, gk pernah nemuin dia lagi, dan lain-lain. Aku juga cerita motorku telah dijual.

Nampak raut wajah Bella berubah menjadi sedih, aku gk tau apa yg ia pikirkan saat ini.

"Harusnya kamu bilang Dit..."

"Iya Bell maaf..."

"Kamu gk tau kan gimana khawatirnya aku?"

"Aku cuma gk tau aja pengen menyendiri kemarin..."

"Itu namanya kamu egois..." Ucap Bella sedikit emosi.

"Maaf Bell..."

"Yauda kamu yg sabar ya... Semua pasti ada hikmah nya kok..." Kata Bella kali ini halus.

"...."

"Dit..."

"Iya Bell..."

"Aku sayang sama kamu..."

DEG... Sayang? Untuk beberapa saat kami terdiam, aku gk tau harus ngomong apa. Sempat aku berpikir untuk ungkapin rasa sayangku sekarang. Namun ketika aku mau mengucapkan sesuatu, Bella mendahului nya.

"A..."

"Tapi..." Sejenak Bella menghentikan bicaranya. Lalu dia ambil nafas panjang. "Aku gk yakin aku mampu jauh dari kamu atau enggak..."

"Maksudnya Bell?" Kuberanikan diri untuk bertanya.

"Kamu berubah dan kita jarang ketemu sebulan ini aja aku udah gk kuat... Padahal pacaran aja belum..." Ucap Bella.

"Aku masih gk ngerti Bell..." Perasaanku mulai gk enak.

"Setelah lulus nanti aku pindah Dit..."

DEG! Kaget waktu Bella ngomong pindah. Gk tau kenapa perasaanku jadi kacau. Kenapa tiap orang yg aku sayang selalu pergi? Pikirku waktu itu.

"Kemana?"

"Surabaya... Ayah pindah dinas disana..." Jawab Bella, kini matanya berkaca-kaca.

"..."

"Aku gk yakin kita mampu hubungan jarak jauh jika kita pacaran nantinya..."

"...."

"Maaf Dit..."

Aku gk bisa berpikir jernih waktu itu, saat aku mau bangkit dari keterpurukan keluargaku, namun Bella malah seakan membantingku hingga remuk.

"Iya... Aku paham kok..." Kataku mencoba untuk tetap tenang.

"Boleh aku tanya sesuatu ke kamu?" Tanya Bella dengan nada yg serius.

"Iya boleh..."

"Perasaanmu selama ini gimana ke aku?" Tanya Bella.

"...."

"Ditt..."

"Biasa aja Bell..." Kataku bohong.

"Maksudnya biasa aja?" Tanya Bella lagi.

"Ya biasa aja..." Ucapku masih bohong, aku gk mau terlihat cengeng dan lemah kali ini. Aku pikir sama aja, aku bilang cinta pun kita gk mungkin pacaran.

"Oh..." Ucap Bella singkat lalu air matanya keluar deras membasahi pipinya.

Aku bingung gk ngerti kenapa jadi seperti ini. Aku juga gk tau apa yg harus aku lakukan.

"Makasih..." Ucap Bella singkat lalu masuk ke kamar nya.

Ada apa ini? Kenapa dia yg marah? Harusnya disini aku yg harus marah. Aku berharap banyak pada Bella. Namun kenyataannya Bella sendiri yg menghancurkan. Jika memang harus hubungan jarak jauh aku tak masalah, aku siap komitmen dengan hubungan kita nantinya. (Dan kelak aku akan tau betapa susahnya long distance relationship).

Sore itu aku benar-benar patah. Setelah pamit pulang dengan orang tua Bella, aku jalan kaki menyusuri trotoar di pinggir jalan. Entah tak ada tujuan kali ini, aku tak tau harus kulangkahkan kemana kaki ini berjalan. Aku benar-benar seperti angin yg tak berarah.

Tak terasa aku sudah berada di desaku, padahal sangat jauh jarak rumah Bella dengan rumahku. Ah memang benar apa kata orang, rumah adalah tujuan terakhir untuk pulang. Dan malam ini seperti ada yg menuntunku untuk pulang.

Sesampainya di gapura kulihat ada Gatot yg lagi tongkrong di depan pos kamling.

"Owalah Su seko ngendi koe tak goleki ket mau! (Owalah dari mana aja aku cari daritadi!)" Sapa Gatot dengan kocaknya.

"Ngopo su?"

"Ayo mabok!"

"Yowis yok ok! Aku juga lagi pusing!"

"Sini patungan..."

"Nih..." Kataku seraya memberikan duit limaribu.

"Jiancok limaribu dapat opo cuk?"

"Ciu wae su! Lagi kere nih"

"Yawes yok cabut!"

"Berdua doang?" Tanyaku.

"Ayok senggel menang sopo le ngombe!" (Ayok tarung aja menang siapa kita minum!)"

Dan akhirnya kita pun membeli satu liter ciu untuk kami berdua. Kali ini kami akan minum di balai kampung yg memang disalah gunakan untuk mabok anak-anak.

Selama perjalanan pulang setelah membeli minuman iblis itu, kuceritakan masalah cintaku yg kandas dengan Bella. Kalo masalah Ayah yg kena tipu kayaknya Gatot sudah tau, secara keluarganya juga deket sama keluargaaku. Jadi gk perlu aku cerita, dia juga gk nyinggung. Tapi si setan satu ini bukannya memberi semangat malah nyukurin aku gara-gara patah hati.

"Wis ayo timbang mumet ngombe wae... (Udah Ayo timbang pusing minum aja kita!)" Ucap Gatot sambil mengoplos minuman itu dengan fanta warna merah.

"...."

"Nih ini baru CinTa, CIufaNTa... Hahaha..." Ucap Gatot memberikan satu sloki minuman itu.

"Hahahaha..." Akupun tertawa lepas. Lupa kalo sedang patah hati. Oh iya patah hati, sedih lagi deh aku...

"Bell... I Love you Bell..." Ocehku gk jelas.

"Gatot Adit! Apa-apan kalian!"

"Siapa tu cuk cantik banget!" Tanyaku dengan nada malas dan mata yg berat untuk aku buka.

"Asu, Mbak Laras Cuk!"

"Haaa?"

Bersambung......

"Dit study tour besok kamu ikut kan?
"belum tau juga Nov.."
"Ah ayo su ikut, mabok arak kita nanti!"
"Aku pikirin lagi deh cuk..."
 
kwkwkwk efek sidang kopi

walah bella pasti nyesek tuh waktu om bilang biasa aja, padahal areke ngarep akeh ng sampean...
maklum seh jek smp durung paham atine cah wadon, tapi si joni wes paham malah wes wisuda wkwkw
 
Wealadalah, wajebulane sampean mau lgi nonton sidang kopi sianida to hu.....

. Mator suwon hu apdetane,,
Di tggu klanjutane hu... ☺☺☺
 
CINTA = CIufaNTA =))

hetdah ngakak gue baca ini ahahahahahaha
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
fara, bella, dn siska memilih ninggalin adit :galau:

apa ini efek embuh ketahuan bini nulis cerita ya :pandaketawa:


:pandapeace:
 
kwkwkwk efek sidang kopi

walah bella pasti nyesek tuh waktu om bilang biasa aja, padahal areke ngarep akeh ng sampean...
maklum seh jek smp durung paham atine cah wadon, tapi si joni wes paham malah wes wisuda wkwkw

Aku yo ngarep akeh bro neng Bella... tapi malah ngono :(
nek joni sih wis dewasa bro :beer:
 
Bella gmn ya perasaan nya... Si adit ni g mau jujur sih... Ah...
 
Siska pergi, sekarang bella juga mau pergi.
:galau:
Beruntung ente hu punya sahabat yg perhatian.

BTW slogan CiNta nya leh uga hu. :D
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd