Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Remake: Masa Lalu Istriku yang (cukup) binal - Kisah Nyata

Cerita kisah nyata berikutnya pilih yang mana?


  • Total voters
    35
  • Poll closed .
Chapter 5 Part 4 (Finale)

Malam pertama mungkin adalah malam yang ditunggu untuk setiap pasangan yang baru menikah, terutama yang benar-benar menjaga kesuciannya hingga pernikahan, malam yang akan dikenang dan menjadi cerita indah di awal bahtera pernikahan.

Malam itu, Om Sadewo sesaat terkenang malam pertama bersama istrinya, malam dimana dia ingin meluapkan segala fantasi, nafsu birahi dan rasa cinta kasih sayangnya kepada istrinya di atas ranjang, namun rasa lelah setelah seharian acara pernikahan membuat mereka hanya bermain seadanya dan baru bisa benar-benar bermain dengan lepas di ranjang saat malam kedua dan seterusnya, namun cerita persetubuhan penuh nafsu dan liar mereka tak berlangsung lama, istrinya hamil beberapa bulan setelah pernikahan dan menjadi lebih konservatif dalam bercinta setelah melahirkan anak pertama.

Om Sadewo sudah bertekad, malam itu, malam terakhir bersama Mita akan menjadi malam terakhir penuh kenangan yang berkesan untuk mereka berdua, malam yang mungkin akan sulit dilupakan dimanapun mereka berada ke depannya nanti. Empat utas tali yang sudah disiapkan berjejer rapih di samping ranjang, ditutup dengan sehelai baju agar Mita tidak curiga, sekembalinya Mita bebersih diri sebelum tidur, Om Sadewo gantian ke kamar mandi untuk menyegarkan dirinya, efek obat kuat mulai terasa dan penisnya terasa kencang walau hanya membayangkan apa yang akan dilakukannya bersama Mita malam itu.

Sekembalinya dari kamar mandi, Om Sadewo mendekati Mita yang sedang memakai krim malam dan lotion dengan warna segar yang menambah keharuman tubuhnya setelah mandi, Mita duduk membelakangi Om Sadewo menggunakan kemeja putih miliknya yang tampak kebesaran dan menjadi seperti daster atau baju tidur. “Uhmm harumnyaaa sayang Om ini…hmmmm”, godanya sambil mendekati Mita, berdiri dibelakangnya lalu membungkuk mencium tengkuknya.

“Hmmm gelii Om, merinding nih jadinya…gara-gara ketiduran kok jd ga begitu ngantuk ini…hmmm”, kata Mita sambil mengusapkan lengan kanannya dengan lotion.

“Yahh bagus donkk, uhmm kancingnya belum ditutup nih atasnyaa…jadi gemes ngintip teteknya”, kata Om Sadewo yang melihat ke bagian dada Mita yang agak terbuka, payudaranya agak terlihat dengan putih susu yang belum mengeras, dia merabanya namun ditepis oleh Mita.

“Tuhh kan mulai nakal lagi, masih belum puas memangnya?”, kata Mita manja sambil menepis tangan Om Sadewo pelan.

“Uhmm sama kamu ga akan pernah puass…pengen terusss…sini yukkk”, kata Om Sadewo berbisik di telinga Mita sambil menjilat cuping telinganya, lalu dia mengajak Mita ke ranjang setelah selesai dengan ritual malamnya.

“Kemejanya buka aja, Om juga buka kaos dan celananya ini…”, kata Om Sadewo sambil mengecup pipi Mita dan mengusap lengannya.

Seperti terbius, Mita menuruti Om Sadewo dan menanggalkan kemeja yang baru saja dikenakannya, dia menatap Om Sadewo yang juga sudah telanjang bulat, penis gemuknya tampak mengacung begitu tegak mengeras, mengingatkan pada bentuk penis mantannya sebelum Darren yang pernah ‘memperkosanya’ saat SMA ketika baru beberapa bulan pacaran.

“Mau dihisap Om?”, tanpa disadari, Mita menawarkan diri dan langsung berlutut di hadapan Om Sadewo, dia menikmati penis gemuk itu dengan lembut seperti biasanya, dimulai dengan jilatan pelan di biji pelir dan batangnya, hingga merasakan gurihnya cairan precum Om Sadewo yang membuatnya ketagihan.

Om Sadewo yang berdiri tegak begitu menikmati pelayanan Mita pada penisnya, dia menatap gadis itu sambil membelai rambutnya. Entah sudah berapa penis yang gadis ini pernah nikmati dalam mulutnya, yang pasti dia sangat beruntung bisa menjadi salah satunya walau sesaat. “Enak titit Om? Mita suka ya?”, tanyanya memancing Mita.

Mulustrasi posisi Mita dan Om Sadewo:


“Uhmm slurppp…ehhmm iyahhh sukaa”, jawab Mita sambil terus mengulum penis gemuk itu, terlihat kebesaran dalam mulut mungilnya tapi dia sangat menikmati hangatnya penis itu di dalam rongga mulutnya, apalagi saat berdenyut, Mita akan menghisapnya kuat-kuat membuat Om Sadewo mengerang kenikmatan sambil menjambak rambutnya.

“Arcgghhhh sudah sayang…jangan sampe keluar dulu..yuk sini Om gendong”, kata Om Sadewo sambil menahan ejakulasinya, dia mengangkat Mita berdiri dan menggendongnya ke ranjang sambil menatap wajah manisnya.

“Om mau ikat Mita, ini pake kain halus kok jadi ga sakit…mau yaa”, kata Om Sadewo sambil mengambil tali kain yang sudah disediakannya.

“Iyahh tp jangan kenceng-kenceng ya Om”, kata Mita sambil menyerahkan pergelangan tangannya untuk diikat dan disambungkan ke kepala ranjang.

Kedua tangan Mita sudah terikat ke ujung kanan dan kiri kepala ranjang, Om Sadewo mengambil dua tali lagi sambil mengusap paha dan betis Mita, dia mengikat pergelangan kaki Mita bergantian kanan dan kiri dan mengikatkannya ke ujung kanan dan kiri kaki ranjang. Tak cukup sampai disitu, dia mengambil sapu tangan untuk menutup mata Mita.

“Om kok pake ditutup matanya, ga akan aneh-aneh kan ini”, jujur saja Mita agak khawatir namun dia juga penasaran dengan pengalaman yang akan diberikan Om Sadewo.

“Enggak sayang, biar Om bisa puas nikmati setiap inchi bagian dari tubuhmu dan kamu ga bisa duga bagian mana yang akan Om sentuh…”, kata Om Sadewo mencoba meyakinkan Mita.

Selesai dengan prosesi mengikat Mita di ranjang, Om Sadewo berdiri menatap tubuh telanjang gadis muda itu yang terikat membentuk huruf X dan mata tertutup. Belahan kemaluannya merekah merah terbuka lebar, begitu menantang lelaki manapun yang melihatnya.

Mulustrasi posisi Mita saat diikat, sesuai pengakuannya:


Om Sadewo mulai menikmati tubuh Mita, dia mencium kaki Mita sambil sesekali menjilati kulitnya mulai dari kaki kiri, lalu merambat terus menciumi betisnya sambil mengusap-ngusap dengan lembut. Erangan dan desahan Mita semakin menambah nafsunya, dia berhenti sejenak saat tiba di lutut kiri Mita, menatap belahan kemaluan gadis itu yang mulai berkilatan terkena sinar lampu tanda mulai basah. Ciumannya berpindah ke kaki kanan Mita, betisnya hingga lutut dan mengusap-usap paha mulus Mita yang hangat.

“Boleh gigit pahanya?”, tanya Om Sadewo sambil kedua tangannya mengusap-usap kedua paha Mita.

“Iyahh tapi jangan keras-keras”, kata Mita.

Begitu dapat persetujuan Mita, dia menciumi penuh nafsu paha Mita sambil mencubitinya, dan dengan rasa gemas dia mengigiti beberapa bagian paha Mita baik kanan maupun kiri hingga sedikit meninggalkan bekas. Erangan dan jeritan kecil Mita justru membuatnya semakin bernafsu, gigitannya semakin keras dan membabi buta di hampir seluruh bagian paha Mita terutama bagian dalam.

“Auwww ahhhh Om pelan-pelan donk, nanti berbekas”, protes Mita sambil menahan sakit dan geli.

“Uhm iyahh…memeknya basah ini…mau dijilatin?”, kata Om Sadewo menggoda Mita sambil mengusap perut mulusnya yang rata.

Mita hanya mengangguk lemah, dia suka cara Om Sadewo menikmati bibir vagina dan klitorisnya, tidak seperti Darren kekasihnya yang kadang tak sabar dan malah lebih sering memainkannya dengan jari dibanding dengan sapuan lidahnya.

“Ini memeknya udah dimasuki berapa titit sayang? Mita sering dientotin pacar-pacarnya ya?”, Om Sadewo mulai memancing perbincangan nakal untuk mengeluarkan sifat binal Mita, dia sengaja mengulur waktu untuk menyentuh kemaluan gadis itu walau dia begitu menginginkannya.

“Uhmm ga sering, udah 2 apa 3 titit yang ngerasain, udah ah Om jangan tanya-tanya terus, Mita maluuu..”, katanya dengan nada manja menggemaskan.

“Slurrppp, ehmm enakk banget memek kamu rasanya…”, tiba-tiba Om Sadewo menjilat belahan kemaluan Mita yang terbuka lebar, rasa gurih cairan dari kemaluan Mita menempel terasa di lidahnya. Mita selalu merawat kemaluannya dengan baik hingga saat ini, Om Sadewo sendiri sangat senang menikmati kemaluan Mita yang wangi dengan bibir vagina dan klitorisnya yang begitu kenyal saat dihisap atau digigiti perlahan.

Mulustrasi saat memek Mita dinikmati Om Sadewo dalam posisi terikat:


“Argghhh iyahh disitu Om…uhmm enakkk”, tubuh Mita menegang merasakan kenikmatan yang diberikan Om Sadewo tatkala lidah Om Sadewo menari-nari di kemaluannya, menyapu dengan lembut dari bawah hingga menjilati klitorisnya.

Menikmati kemaluan Mita tentu tak cukup hanya menjilati dan menciumi daerah sekitarnya, Om Sadewo yang semakin diburu nafsu mulai menikmati bibir vagina Mita dengan mengulumnya sama seperti ketika menikmati bagian puting susu Mita, dia menghisapnya dengan pelan pada awalnya dan semakin kencang saat terpancing desahan Mita yang tiada henti, bibir vaginanya begitu kenyal dan membuat Om Sadewo tak tahan untuk mengigitnya.

“Auwwww…auww Om jangan digigit, sakittt huuuhh, dijilatin aja atau diisepin tapi jangan kenceng-kenceng…”, jerit Mita merasakan sedikit sakit di bagian bibir vaginanya yang digigit Om Sadewo.

“Uhmm iyahhh sorry, gemes soalnya”, kata Om Sadewo, kali ini dengan jarinya dia membuka bagian atas kemaluan Mita, tepatnya diantara kedua bibir vaginanya untuk memainkan klitoris berwarna merah kecoklatan yang menjadi salah satu titik lemah gadis itu, “Hmmm Om jilatin ya itilnya…”, kata Om Sadewo.

Mita tak mampu menahan orgasmenya, permainan oral Om Sadewo di kemaluannya membuat dirinya mengejang dan…”Achhhh Omm…Mita keluarr”, erangnya ketika mencapai puncak kenikmatan.

Om Sadewo memasukan jari tengah tangan kanannya ke dalam liang vagina Mita dan mengoreknya perlahan, jarinya begitu hangat dan basah dalam liang vagina yang baru saja dibanjiri cairan orgasme Mita. “Mita sering memeknya dimainin pake jari juga sama pacar-pacarnya?”, tanyanya nakal sambil memainkan jari tengahnya dalam lubang vagina Mita.

“Uhmm iyahh lumayan sering…tp lbh suka pake titit, ouchh geliii”, ujarnya polos sambil mengigit bibirnya sendiri menahan sensasi geli kala jari tengah Om Sadewo meliuk-liuk dalam lubang vaginanya.

“Paling banyak pernah dimasukin berapa jari sayang?”, goda Om Sadewo yang kali ini posisinya duduk di samping kiri tubuh telanjang Mita yang terikat ke ranjang.

“Gatauuu, dua mungkin, gatau ah Mita ga inget, jangan tanya terusss”, kata Mita yang mulai gusar karena terus ditanya-tanya Om Sadewo sementara lubang vaginanya masih terasa geli bercampur nikmat dimainkan jari tengah Om Sadewo.

“Uhmmm tahannnn….”, kata Om Sadewo yang lalu membungkuk mengulum bibir Mita sambil memasukan jari telunjuk tangan kanannya bersamaan dengan jari tengahnya, diikuti jari manis dan kelingkingnya sehingga empat jarinya masuk dalam lubang vagina Mita yang hangat, sempit dan basah.

Agak susah mencari ilustrasi seperti posisi yang Mita ceritakan saat kemaluannya dimasuki empat jari, kurang lebih seperti dibawah tapi posisi Om Sadewo sambil mencium bibirnya:


Mita meronta, “Efhmmmmm…uhmmm”, namun bibirnya tertutup rapat oleh bibir Om Sadewo, dia sengaja melahap bibir manis Mita sambil memasukan empat jarinya bersamaan supaya Mita tidak menjerit. Keempat jarinya dibiarkan sejenak dalam lubang vagina Mita, hingga gadis itu mulai berhenti meronta dan lubang vaginanya mulai bisa sedikit beradaptasi dengan empat jemarinya yang masuk hingga ke dinding rahimnya. Om Sadewo menggerakkan empat jarinya bersamaan untuk mengocok liang vagina itu, namun Mita kembali meronta dan mengigit bibirnya! “Keluarinn Om, gamauu!! Sakit! Jangan digerakin lagi…please, pake tititnya aja…”, rintih Mita memohon Om Sadewo menghentikan aksinya.

Tak sampai hati, Om Sadewo mengeluarkan keempat jarinya perlahan dari liang vagina Mita, “Maaf sayang…Om kebawa nafsu”, katanya penuh bualan, “Om mau buka iketan kakinya ya”.

Om Sadewo membuka ikatan kedua kaki Mita, dia memposisikan kedua kaki Mita miring ke arah kiri sehingga bulatan pantat kirinya terlihat jelas begitu padat, tiba-tiba Om Sadewo menampar pantat kiri Mita sambil berkata, “Mita mau dientot sekarang? Mau dientot ga?”, katanya berulangkali sambil menampari pantat kiri Mita hingga tampak merah.

“Auwww Omm jangan keras-keras, sakitt…iyahh mauuu, Mita mau titit Om”, jerit kecil Mita sambil menikmati sensasi liar yang diberikan Om Sadewo.

Om Sadewo mengarahkan penisnya ke liang vagina Mita yang terhimpit diantara belahan pantatnya, begitu sempit dan agak sulit dengan posisi itu, namun akhirnya bisa masuk juga secara perlahan. Sambil mengusap pantat kiri Mita yang merah bekas tamparan, Om Sadewo menggerakan penisnya keluar masuk dalam liang vagina Mita sambil meracau, “Oucchhh sayang, Om bakal kangen sama kamu nanti, kangen juga ngentotin memekmu ini…ohhh Mita”.

“Uhmmm buka tutup matanya Om…ssshh ahhh”, pinta Mita dengan desahan-desahan yang akan dirindukan Om Sadewo ke depannya nanti.

Om Sadewo membuka kain yang menutup mata Mita, dengan pandangan sayu, Mita menatap lelaki yang sedang menyetubuhinya, lelaki yang terpaut usia 18 tahun darinya, yang selama 3 bulan terakhir mengisi hari-hari kesepiannya saat Darren mulai sedikit melupakannya….”Mita mau keluar….ssshhh ahhhh jangan cepet-cepet…”, tubuhnya mengejang merasakan sesak penuh kenikmatan dalam liang vaginanya yang semakin basah saat mendapatkan orgasmenya, “Om belum mau keluar?…”, tanya Mita dengan polos.

Mulustrasi posisi Mita saat disetubuhi Om Sadewo:


“Belum…Om puasin kamu dulu…”, kata Om Sadewo mencabut penisnya yang masih tegak perkasa, dia mengembalikan posisi pinggul Mita kembali dan merebahkan tubuhnya di samping Mita yang masih terikat kedua tangannya.

“Capek? Sampe keringatan tuh…”, kata Om Sadewo sambil menyeka peluh keringat Mita di keningnya.

“Iyah lemes, dari kemarin orgasme terusss…Om kuat banget sihhh?”, jawab Mita dengan wajah lemas dan sayu.

Om Sadewo tak menjawab, dia menghampiri wajah Mita dan mencium kening dan berlanjut ke bibirnya dengan lembut, sesaat sebelum bibirnya terkecup, Mita mendengar ucapan lirih Om Sadewo, “Om sayang banget sama kamu”. Mereka berciuman bibir begitu mesra seperti sepasang kekasih yang akan berpisah, tangan Om Sadewo meremas payudara Mita bergantian sambil memilin puting susu kenyalnya, “Isepin teteknya…”, ujar Mita saat ciuman mereka berhenti sesaat. Kedua payudara Mita memang tidak sebesar payudara istrinya, namun bentuk mungil bulat yang begitu padat membuat Om Sadewo selalu merasa gemas dan bernafsu untuk meremas dan mengigitinya.

Mita memejamkan mata membiarkan Om Sadewo menikmati kedua payudara mungilnya, sesekali dia menggigit bibirnya sendiri untuk menahan nyeri saat bagian sekitar puting susunya digigiti Om Sadewo, sudah seringkali Om Sadewo meninggalkan memar atau bekas gigitan di payudaranya hingga butuh waktu berhari-hari untuk hilang, itupun jika malam berikutnya payudaranya tidak dinikmati Om Sadewo lagi. Sambil tangannya memainkan kemaluan Mita, mencubit-cubit kecil klitoris dan bibir vaginanya yang masih agak bengkak, Om Sadewo menghisap kedua puting susu Mita bergantian begitu kuat. “Tahan sayang…Om gemes banget sama pentilmu!”, kata Om Sadewo sambil tangan kirinya membekap mulut Mita, dia mengigit kedua puting susu Mita bergantian dengan cukup kuat dan agak menariknya dengan giginya berkali-kali, Mita berteriak kesakitan namun hanya samar terdengar karena bekapan tangan Om Sadewo.

Mulustrasi saat puting susu Mita digigit Om Sadewo:


“Sakitttt…perihhh Omm lecet pastii itu”, rintih Mita setelah Om Sadewo puas menikmati kedua payudara dan puting susu Mita.

“Iyahhh, ga tahan pengen gigit pentilmu…uhm buka pahanya sayang”, kata Om Sadewo sambil memposisikan tubuhnya diapit kedua paha Mita, dia mengarahkan penisnya kembali ke liang vagina Mita, namun sebelumnya dia mengoleskan pelumas ke penis dan bibir vagina Mita, walau sudah basah namun dia ingin memastikan Mita tetap nyaman saat disetubuhi dirinya.

“Arcchh enaknya memekmu, Mita suka?”, kata Om Sadewo ketika penisnya melesak ke dalam hangatnya liang vagina wanita itu. Mita hanya mengangguk dan menatap wajah Om Sadewo, setiap sendi tubuhnya sebenarnya sudah terasa ngilu dan lemas, namun setiap liang vaginanya dimasuki penis gemuk Om Sadewo, kembali nafsu birahinya terpancing. Om Sadewo menggerakan penisnya keluar masuk liang vagina Mita dengan ritme tak beraturan, kadang cepat kadang lambat, kedua tangannya memegang leher Mita yang mulutnya terbuka menganga mendesah-desah kenikmatan.

“Ouuchhh Mita, Om sayang kamu…Om gamau ninggalin kamu…sshhh ahhh Om mau hamilin Mita ya…mau keluar didalammmm!!!”, kata Om Sadewo yang melantur tak jelas namun membuat Mita terhenyak.

“Uhmmmm enggak, enggak, jangan Om…jangan keluar di dalammm…Mita gamau hamil”, kata Mita sambil meronta menggelengkan kepalanya.

“Om pengen banget hamilin kamu, biar Om tinggalin istri Om….Om sayang banget sama kamu Mita!!!”, racaunya makin tak jelas, entah apakah benar dari hatinya atau hanya terbakar nafsu.

“Gamauuu…ehhmmm Mita gamauu, pleaseee”, pinta Mita dan tiba-tiba tanpa disadari air matanya menetes, seketika dia terbayang apa yang akan terjadi pada dirinya atau keluarga Om Sadewo jika benar-benar dihamili.

Mulustrasi posisi Mita saat Om Sadewo bilang ingin menghamilinya (kebetulan baru semalam dapat detailnya bagian ini):


Melihat Mita yang mengeluarkan air mata, Om Sadewo tak sampai hati dan tiba-tiba mencabut penisnya dan berbaring di samping Mita sambil memeluknya. “Iyahh enggakk, maafin Om…Om tau batasan kita”, Om Sadewo mengecup kening Mita dan seketika sadar akan kebodohan atas ucapannya.

Beberapa saat setelah menenangkan Mita, Om Sadewo mengambil kondom dan memakainya di penisnya. Dia mengambil posisi yang sama seperti sebelumnya, memasukkan penisnya perlahan dan menyetubuhi Mita kembali, namun kali ini lebih lembut untuk membuat Mita merasa nyaman.

“Kalo pake kondom boleh keluar di dalam?”, tanya Om Sadewo, padahal dia sudah berulangkali melakukan itu saat malam-malam tidur di kamar Mita.

“Iyahh bolehhhh”, kata Mita.

Sambil mencium bibir Mita, Om Sadewo terus menggerakkan penisnya keluar masuk liang vagina Mita dan dalam waktu yang bersamaan tubuh keduanya menggelinjang sambil mengerang, “Arrhghhhh ssshhh ahhh Om keluar…”, kata Om Sadewo yang diikuti Mita yang berkata, “Iyahh Mita juga, kerasa titit Om berdenyut-denyut pas keluar tadii”.

Om Sadewo membiarkan penisnya sesaat dalam liang vagina Mita hingga agak melayu, dia mendekap tubuh Mita dan menciumi wajahnya, dia tahu dalam beberapa hari ke depan dia akan sangat merindukan wajah manis Mita dan keindahan tubuhnya yang tak bosan untuk dinikmati.

Sebelum benar-benar tertidur, Om Sadewo masih beberapa kali menyetubuhi Mita yang sudah sangat lemas, dia membuka ikatan tangan Mita dan memeluknya hingga keesokan siang.

“Bangun Om, Mita mau balik ke kamar ya…”, kata Mita sambil membangunkan Om Sadewo yang masih lelap tertidur.

“Ouhhh udah jam berapa ini, iyah, tapi nanti Om belikan makan ya, kalo boleh Om ke kamar kamu”, kata Om Sadewo yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya.

“Sudah hampir jam 12 siang, iya boleh ke kamar, tapi….”, jawab Mita.

“Tapi apa??”, tanya Om Sadewo memotong Mita.

“Tapi udahan dulu begituannya, tetek Mita sakit, perih putingnya…memeknya juga…”, kata Mita malu-malu sambil menunduk.

Om Sadewo mengusap wajah Mita yang duduk di tepi ranjang, “Iya sayang, besok kamu kan kerja, Om juga kan mesti packing dan pulang sore ini”.

Setengah hari di Minggu itu menjadi saat-saat terakhir mereka bersama, setelah makan dan bercengkrama di kamar Mita, Om Sadewo berkemas dengan rasa enggan dan mengecup kening Mita berpamitan untuk pulang kembali ke keluarganya. Mita sudah menguatkan hati dan dari awal memang menahan perasaannya untuk tidak terlalu dalam menyayangi lelaki yang tak mungkin bisa untuk bersamanya ke depan. Setelah akhir pekan nan liar, Mita harus menjalani beberapa hari ke depan dengan rasa perih di puting susu yang lecet dan juga kemaluannya terutama di bibir vaginanya.

Hidup terus berjalan dan Mita sudah kembali berhubungan secara intens dengan Darren walau lewat blackberry, dia begitu bahagia karena mendengar kabar dalam beberapa bulan lagi Darren akan kembali dan berjanji akan melamarnya.

Sekitar 2 bulan setelah Om Sadewo meninggalkan kos, tiba-tiba Mita dikejutkan ketukan di pintu kamarnya di hari minggu.

“Om! Ngapain?”, Mita terkejut melihat Om Sadewo di depan pintu kamarnya.

“Hi Mita, Om boleh masuk?”, katanya sambil tersenyum.

Mita mempersilahkan Om Sadewo masuk namun tidak menutup menutup pintu kamarnya seluruhnya, tiba-tiba Om Sadewo memeluknya sambil berkata, “Om ga bisa lupain kamu, Om sayang banget sama kamu”.

Mita tertegun sejenak dan dengan halus melepaskan diri dari pelukan Om Sadewo, “Ohh enggak Om, ga boleh, kita sudah tau kondisi masing-masing, Om harus kembali ke keluarga, dan Mita sudah punya plan ke depan dengan Darren, cerita kita menjadi kenangan indah masing-masing saja!”, kata Mita dengan tegas tanpa berusaha melukai hati Om Sadewo yang tampaknya terbawa perasaan.

“Humm iya, Om tau, makasih buat semua kenangan indah, Om kebetulan lewat habis ada perlu, kalau boleh Om mau cium kamu untuk terakhir kalinya”, kata Om Sadewo dengan tatapan tegar.

Mita mendekatkan wajahnya ke Om Sadewo dan mereka berciuman bibir cukup lama hingga Mita tersadar dan berkata, “Sudah yah, kembali ke kehidupan masing-masing ya Om, makasih juga untuk 3 bulan yang menyenangkan…Mita juga sayang Om tapi kita ga boleh berhubungan lagi, Om harus kembali ke keluarga Om”.

Om Sadewo mendekap Mita erat, berpamitan dan sebelum pulang mengecup kening Mita, “I love you Mita…”.
 
Terakhir diubah:
Gila, baper Bacanya....
 
suwun updet terakhirnya @theriot
Sama2 hu
Makasi ceritanya suhu @theriot

Akhirnya tamat juga...
Iya dipanjang2in malah keluar dari genre kisah nyatanya nanti
Gila, baper Bacanya....
Apa lg dengerin ceritanya langsung sambil ML, ane ga nyangka aja hubungannya hampir sedalam itu 😅, kirain secelup dua celup doank ga pake hati
Bro @theriot ...close to perfection 👍😎👍
Thæñkÿøû
Sip sama2 hu
 
Bimabet
mantap bang ditunggu karya selanjutnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd