Asal Mula Kebinalan Mita - Chapter 2
Beberapa pekan setelah kejadian di rumah tante Raka, dimana Mita menceritakan cerita kelamnya yang terjadi sekitar 3 tahun lalu, Raka menjadi over protektif dan sedikit agak posesif, dia tak menyangka bisa menyayangi Mita begitu dalam. Pasangan Raka dan Mita menjadi salah satu pasangan yang cukup dikenal di sekolah, selain duduk berdampingan di kelas, kemana-mana mereka pun selalu berdua. Terlepas dari rasa sayang atau cintanya kepada Mita, Raka menyimpan rasa nafsu untuk berbuat lebih jauh lagi dengan Mita saat berpacaran. Cerita Mita tentang perlakuan Omnya 3 tahun lalu terkadang membuat dia kesal dan cemburu, atau mungkin iri karena sejauh ini dia bahkan belum dapat bermesraan lebih jauh lagi seperti yang pernah dilakukan bersama mantan-mantannya.
Hari itu sekolah pulang lebih awal dikarenakan ada agenda pertemuan guru di luar kota, Raka menggandeng Mita keluar kelas dan mengajaknya untuk ke rumah tantenya, “Main ke rumah yuk, tanteku kayaknya lagi keluar kota, tadi pagi sempat bilang pulang agak malam”, ajak Raka. Mita awalnya ragu dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu di taman sekolah atau perpustakaan saja, namun Raka bersikeras ingin mengajaknya menonton DVD yang baru saja disewanya beberapa hari lalu sebelum dikembalikan besok.
Mita: “Tapi nanti jangan sore-sore ya pulangnya, nanti nenekku khawatir”
Raka: “Iya pasti, aku juga males nanti ditanya macam-macam darimana aja hehehe”
Mita: “Uhm oke deh, tapi makan bentar ya di kantin drpd kelaperan nanti”
Raka: “Iya bener juga, takutnya di rumah ga ada makanan”
Selepas makan di kantin, mereka bergegas menuju rumah dimana Raka tinggal bersama tantenya selama ini, dia sudah merencanakan akan kos jika kuliah nanti, dia tak enak terus-terusan menumpang di rumah tantenya namun selain itu, dia juga ingin mandiri dan bebas.
Sesampai di rumah, Raka memarkirkan motor tuanya dan mengajak Mita masuk.
Raka: “Yuk masuk, tuh bener lg pergi tanteku”
Mita: “Iya sepi bener perumahan ini”
Raka: “Aku bersih-bersih dulu sekalian ganti baju, kamu kalo mau minum ambil aja gelasnya di dapur ya”
Mita: “Iya gampang, aku juga mau cuci muka bentar”
Selesai bersih-bersih dan mengganti celana pendek dan kaos oblong, Raka menghampiri Mita yang sedang di sofa masih mengenakan seragam SMA-nya.
Raka: “Mau nonton film ini? Besok aku mesti balikin soalnya”
Mita: “Uhm kayaknya panjang filmnya, agak males sih”
Raka: “Mmm terus ngapain donk kita…hmmm”
Raka duduk di samping Mita dan mencoba merangkul pundaknya.
Mita: “Hmm gatau…terserah kamu…tapi…uhm”
Belum selesai Mita bicara, Raka merengkuh tubuh Mita lebih erat dan mencium bibirnya, dadanya berdegup kencang, bibirnya melepas dahaga setelah lama tak berpautan dengan bibir manis Mita. Sambil terpejam Mita menikmati kuluman di bibirnya yang sesekali disapu lidah Raka, dia juga berusaha melakukan hal yang sama dengan memagut bibir Raka yang agak tebal sambil sesekali menggigitinya perlahan. Tangan kiri Raka tak kuasa menahan diri untuk menjelajah payudara Mita, dia mengusapnya pelan sambil meremasnya dengan lembut dan membuat Mita mendesah, “Aku buka ya kemejanya…”, pinta Raka kala melepas pagutan bibirnya, anggukan pelan sambil malu-malu Mita tanda setuju membuat Raka tak sabar membuka kancing kemeja seragam SMA Mita.
Mita: “Pelan-pelan, nanti copot kancingnya..”
Raka: “Iyah sayang…”
Jari Raka agak gemetar, dia tak sabar membuka kemeja kekasihnya itu, walau bukan pertama kali melihat payudara Mita, namun momen saat itu memang sangat jarang didapati dengan keterbatasan waktu dan tempat disela kesibukan sekolah. Satu per satu kancing seragam SMA Mita terbuka, dibaliknya ada kaos dalam untuk menutupi siluet bra yang dikenakannya, tak seperti beberapa mantannya terdahulu yang lebih ‘berani’, Mita memilih tetap memakai kaos singlet berbahan halus untuk menutupi bra-nya yang rentan tercetak atau terlihat jelas karena tipisnya seragam SMA yang dikenakan.
Raka menyibak seragam SMA Mita dan meminta Mita untuk menanggalkannya, awalnya Mita ragu dan menolak, namun dengan segala rayuan dan sedikit ciuman di bagian depan lehernya yang membuat bulu halus Mita meremang, akhirnya dia luluh juga. Tak berhenti di seragam SMA kekasihnya, Raka juga meminta Mita mengangkat kedua tangannya untuk menanggalkan kaos singlet yang dikenakannya, lalu melemparkannya ke lantai. Mita menutup dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya, dia tampak malu dan menundukan wajahnya, sambil tersenyum Raka mengusap-usap bahu Mita yang terbuka dan berkata, “Uhm kalo kamu ga nyaman gpp, aku ga maksa kok”, walau dalam hati dia berharap sebaliknya. Perkataan manis Raka cukup berhasil, pelan-pelan Mita membuka kedua tangannya yang menutupi bagian dadanya, kedua payudara mungil Mita yang ditutupi bra warna krem berenda terekspos jelas di hadapan Raka.
Raka: “Aku boleh buka ininya?”, katanya sambil memegang tali bra Mita.
Mita: “Kamu sayang aku kan?”
Raka: “Iya, aku sayang banget sama kamu”, jawabnya sambil menatap wajah Mita.
Mendengar jawaban Raka yang sepertinya tulus menyayanginya, Mita membuka tali bra yang dikenakannya dan menaruhnya di atas sofa, sebelumnya Raka memang sudah melihat kedua payudara kekasihnya itu, namun kali ini benar-benar terlihat jelas tanpa kaos atau bra yang tersingkap.
Tak mau menunggu lama, Raka menciumi bagian dada Mita yang telanjang, dia menciumi kedua payudara Mita bergantian, begitu lembut, begitu hangat dan kenyal walau tak seberapa besar. Seperti anak bayi yang menemukan puting susu ibunya, Raka begitu nafsu menjilati puting susu Mita yang mengeras dan menghisapnya dengan lembut….”Achh sayang, geliii”, desah Mita yang merasakan pengalaman pertama puting susunya dihisap seorang lelaki. Raka begitu sabar menikmati kedua payudara dan puting susu Mita, walau dirasuki oleh nafsu dan gemas, dia tak ingin membuat Mita tak nyaman…dia suka sekali menghisap dengan kuat atau menggigiti puting susu mantannya sebelum Mita yang cukup binal, bahkan kadang mantannya yang meminta hingga meninggalkan memar atau lecet di bagian putingnya.
Raka: “Kamu suka? Enak?”, katanya sambil memilin puting susu Mita.
Mita: “Iyah suka, geli, agak ngilu tapi enakk…”
Tiba-tiba Raka berdiri tepat di hadapan Mita yang duduk di sofa bertelanjang dada, dia menggandeng tangan Mita dan mengarahkannya untuk mengelus penisnya dari luar celana pendek yang dikenakannya.
Raka: “Tolong usapin tititku sayang…”, katanya menggunakan kata titit yang sebenarnya agak kasar.
Mita agak kaget, tapi dia pasrah membiarkan tangannya dipandu Raka, dia sendiri sebenarnya penasaran dengan bentuk penis kekasihnya itu, walau sudah tahu bentuk penis dari gambar di buku pelajaran biologi dan pernah dipaksa memegang penis omnya beberapa tahun lalu, Mita tetap penasaran dengan bentuk penis Raka yang saat ini sedang dielusnya dari luar. Melihat Mita yang tampaknya tak berusaha melawan, Raka membuka celana pendek dan dalemannya sekaligus, penis hitamnya tegak mengacung di hadapan Mita yang baru pertama kali melihat bentuk kemaluan lelaki secara jelas, saat dipaksa Omnya beberapa tahun lalu, Mita memalingkan wajahnya ditambah kondisi kamar yang gelap, dengan terpaksa dia hanya membiarkan tangannya dipaksa mengocoki penis Omnya.
Raka meraih tangan Mita, dia memandu jari jemari Mita untuk menggenggam penisnya, “Mmm hangat ya…”, secara spontan Mita berujar, dengan sabar Raka membimbing Mita untuk mengocoki penis hitamnya yang berukuran sedang, mungkin karena postur tubuhnya yang gempal, namun Mita sepertinya belum paham mengenai ukuran penis, yang dia tahu bagian vital kekasihnya itu pas dalam genggaman tangan mungilnya. Setelah beberapa saat memandu Mita, Raka membiarkan Mita mengocoki penisnya perlahan secara mandiri, dia punya kesibukan lain memainkan kedua payudara Mita yang menggemaskan, sesekali dia memilin puting susunya kekasihnya dan sesekali juga mereka mendesah nikmat bersama.
“Boleh minta hisap tititku?”, pinta Raka yang beberapa kali menahan ejakulasinya.
Mita hanya menggeleng tanda tak mau, menggenggam dan mengocoki penis setelah trauma masa lalunya saja butuh kesiapan diri, apalagi memasukkan penis hitam itu ke dalam rongga mulutnya. Raka tak memaksa, dia duduk di samping Mita, memeluk kekasihnya dan mencium bibirnya dengan mesra sambil meremas-remas kedua payudara Mita bergantian, tangan Mita masih menggenggam dan mengocoki penisnya dengan ritme tak beraturan. Saat situasi semakin panas dan bergairah, tangan Raka menyelusup ke dalam rok Mita dan mengelus paha kekasihnya yang halus dan hangat, makin lama semakin dalam dan Mita tiba-tiba menepis tangannya, “Enggak! Jangan dulu, aku belum siap!”, kata Mita sambil melepaskan tangannya dari penis Raka.
“Iyaahh maaf, aku kebawa suasana, kita udahan dulu saja”, kata Raka walau dalam hatinya cukup jengkel karena nafsu yang tertahan.
“Aku kocokin ini kamu saja…maenin putingku”, kata Mita sambil mengelus penis Raka.
Meski tak sesuai apa yang diharapkan, Raka cukup senang Mita sudah bisa menikmati momen nakal saat itu, penis hitam dengan kepala berwarna merahnya semakin tegang dan keras, “Kamu keluar ya?”, kata Mita polos saat ibu jarinya mengusap lubang kencing Raka yang mengeluarkan cairan precum. “Bukan sayang, itu kayak pelumass…aku dikit lg keluar..archhh”, jawab Raka sambil menikmati kocokan pada penisnya yang mulai terasa nikmat, Mita ternyata cukup cepat belajar dan tak lupa sesekali dia menciumi payudara Mita dan menghisap puting susunya.
Mulustrasi:
“Ambilin celana dalamku, tolong”, pinta Raka, Mita mengambilnya dari lantai, sesaat dia bingun buat apa, namun tiba-tiba tubuh Raka mengejang dan melenguh panjang…”Archhh Mita sayangg…aku keluarrrrrr, pegang yang kencenggg”, jerit pelan Raka sambil menutup penisnya dengan celana dalamnya sendiri. Mita menggenggam kuat-kuat penis Raka dan merasakan ada sesuatu yang keluar dengan semprotan cukup kuat, ada sedikit lelehan cairan berwarna putih agak kuning dan lengket mengenai jarinya, sebagian besar menempel di kain celana dalam Raka yang menutup bagian atas penisnya. Beberapa kali Raka mengejang menyemprotkan spermanya, Mita hanya dapat menatap wajah kekasihnya yang sudah mencapai klimaksnya, dia sebenarnya penasaran untuk dapat merasakan sensasi puncak kenikmatan seperti yang Raka alami, namun dia sendiri masih takut dan belum siap menyerahkan seluruh tubuhnya untuk Raka, kekasihnya.