Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Remake: Masa Lalu Istriku yang (cukup) binal - Kisah Nyata

Cerita kisah nyata berikutnya pilih yang mana?


  • Total voters
    35
  • Poll closed .
Bimabet
sini aja bang
 
Prolog

Cerita berdasarkan kisah nyata ini dibuat berdasarkan hasil polling sebelumnya

Asal Mula Kebinalan Mita - Chapter 1

Cast:
Raka: Tinggi sekitar 169cm, bodi gempal, rambut berombak, berkulit agak hitam, anak basket, suka motor tua, kos
Mita: Tinggi sekitar 168cm, bodi langsing, tocil, bokong bulat padat, rambut panjang bergelombang, bibir mungil merah, kulit bersih kuning langsat, tinggal dengan neneknya

Alur cerita dibuat seakurat mungkin dengan kejadian aslinya dengan beberapa detail tambahan untuk menambah keseruan/kemesuman cerita ini.

Kisah ini TS dapatkan langsung dari narasumber utama, yaitu Mita, saat sedang foreplay ketika sudah menikah dan mulai muncul kejenuhan dalam bercinta, TS iseng memulai percakapan nakal kembali setelah berhasil mengorek soal perselingkuhannya dengan si Om di kos waktu LDR-an saat masih pacaran dengan TS:

TS: “Mah, waktu pas pacaran dulu, kamu inget ga waktu bilang pernah ditelanjangin mantan kamu? Aku ga percaya kamu cuma ditelanjangin doank”
Mita: “Apa sih Pah? Kok bahas itu lagi?”
TS: “Penasaran aja, soal si Om kamu kan waktu itu bilang cuma deket aja, eh taunya dientot berulangkali, sampe pernah disekap di kamarnya pula!”
Mita: “Uhhh emang mau denger? Yakin ga marah? Kalo si Om kamu kan ga pernah ketemu dan tau orangnya, kalo mantanku dulu kan kamu tau orangnya!”
TS: “Iya yakin, penasaran aja, kamu pacaran 3 tahun diapain aja dulu sama mantanmu yang posesif itu!”

Dan sedikit demi sedikit walau terpenggal sana sini tidak di waktu yang sama, Mita akhirnya terbuka mengenai hubungan dengan mantannya dulu, berikut kisahnya:


Chapter 1: Kisah Cinta di Penghujung SMA

Sebagai seorang gadis yang menghabiskan waktu dari lahir hingga lulus SD di suatu kota di luar pulau, Mita memang agak kesulitan berteman baik dengan sejenis maupun lawan jenis, selain itu neneknya yang dititipkan orangtuanya untuk menjaga dan mendidik Mita juga terbilang cukup ketat memonitor dirinya di awal-awal tahun dia pindah ke kota S saat SMP.

Setelah 3 tahun beradaptasi dengan kota S dan sekolahnya, Mita baru bisa mulai luwes dalam berteman dan aktif dalam kegiatan olahraga atau ekstrakulikuler lainnya di luar jam sekolah, bahkan dia juga berusaha belajar memperbaiki penampilannya yang lugu dan polos agar seperti beberapa teman wanitanya yang mulai pacaran atau memiliki ketertarikan pada lawan jenis. Mita sendiri memang belum berniat pacaran dan fokus pada studi atau aktifitas di luar jam sekolahnya saja, walau pernah merasakan conta monyet sesaat namun entah apa bisa dibilang berpacaran atau tidak…hingga tiba masanya kelas 3 SMA.

Sudah beberapa hari Mita didekati seorang teman lelaki yang satu kelas dengannya, padahal belum genap sebulan mereka memulai tahun ajaran baru. Teman lelakinya itu cukup populer walau boleh dibilang tidak terlalu ganteng, namun lelaki itu memiliki kharisma dan cukup terkenal suka berganti pacar dari kelas 1, mungkin juga karena dia anak basket dan beberapa kali pernah membawa prestasi untuk sekolah. Lelaki itu bernama Raka, sepanjang yang Mita tahu, Raka bukan berasal dari kota S dan tinggal di kota itu bersama saudara atau tantenya, tepatnya Mita tidak terlalu tahu dan kebetulan tidak mau tahu juga.

Raka: “Hi Mita, kamu latihan volley nanti sore?”

Mita: “Eh Raka, iya kalo ga ujan”

Raka: “Oh kebetulan, aku juga latihan basket di lapangan sebelahnya, uhm kalau boleh pulangnya bareng aja”

Mita: “Wah ga usah, udah biasa naik angkot kok”

Raka: “Yah gpp, aku sekalian lewat mau beli sesuatu”

Mita: “Ya liat aja nanti, lagian belum tentu jadi ikut latihan juga”

Sore hari Mita mengikuti latihan volley, walau tidak terlalu mahir, namun dia menggemari olahraga itu untuk membuat tetap bugar. Saat berjalan menuju gerbang sekolah, Raka dengan motor tuanya mencegatnya.

Raka: “Gimana latihannya? Yuk ikut aku aja, daripada naek angkot lama nunggunya”

Mita: “Ehm okay, nebeng ya”

Mita agak ragu sebenarnya, dia sudah tahu Raka dari SMP dan pernah satu kelas namun tidak terlalu akrab, setelah beberapa tahun tidak sekelas, di kelas 3 SMA baru mereka sekelas lagi. Dengan agak canggung, Mita naik ke jok belakang motor tua itu dan berusaha untuk berpegangan pada bagian samping jok agar tak perlu memegang badan teman lelakinya itu. Dengan perjalanan kurang lebih 15 menit, tak banyak pembicaraan yang mereka lakukan, rata-rata hanya seputar sekolah saja, namun begitu sampai di depan rumah tempat Mita tinggal bersama neneknya, tiba-tiba hujan turun dan kebetulan nenek Mita sedang berada di depan rumah. Sang nenek yang tidak pernah melihat cucunya diantar teman lelaki langsung mempersilahkan Raka untuk berteduh, Raka yang memang cukup supel dan ramah sempat menolak, namun akhirnya berteduh juga setelah Mita juga memaksanya dan tampak tak enak hati sudah diantar pulang.

Raka: “Duh maaf ya jadi ngerepotin”

Mita: “Iya gpp, aku juga makasih udh dianterin, aku ganti baju dulu ya”

Mita masuk ke dalam rumah menuju kamarnya, usai berganti pakaian, kaos dan celana pendek, dia ke kamar mandi untuk mencuci muka untuk menyegarkan diri sedikit.

Raka: “ Eh Mita, ini aku dibuatin teh sama nenekmu, jadi ga enak”

Mita: “Oh aku gatau malah, gpp, lumayan kan sambil nunggu hujan”

Mereka bercengkrama beberapa saat sambil menunggu hujan reda, sedikit banyak mereka mulai saling mengenal diri masing-masing setelah beberapa tahun hanya sekedar menyapa jika bertemu di sekolah.

Singkat cerita, akhirnya mereka resmi berpacaran setelah sekitar satu bulan cukup intens berkomunikasi, dan sepertinya juga dikarenakan Raka berhasil mencuri perhatian nenek Mita yang suka akan kesopanannya.

Sekitar dua sampai tiga bulan pacaran, mereka banyak menghabiskan waktu untuk saling mengenal lebih dalam dan terlihat begitu normal, seperti sering jalan bareng, makan bareng, antar jemput atau menghabiskan waktu berdua saja baik di sekolah atau di teras rumah Mita.

Raka: “Sayang, besok sabtu pulang sekolah mampir ke rumah tanteku yuk”

Mita: “Jangan dulu ah, nanti aja, nanti ditanya macem-macem sama tantemu”

Raka: “Loh justru tanteku lagi pergi, kita bisa sewa dvd nonton film berdua”

Mita yang sedang kasmaran akhirnya mengiyakan ajakan Raka, dan hari itu sepulang sekolah, dia minta ijin ke neneknya untuk besok Sabtu pergi bersama Raka. Neneknya agak khawatir sebenarnya, biasanya Raka yang datang ke rumah di hari Sabtu dan menghabiskan waktu berdua Mita di teras rumah atau sekedar beli makan di luar. Dengan beberapa pesan dan nasihat, akhirnya Mita diijinkan juga dengan syarat jam 4 atau 5 sore paling lambat sudah kembali ke rumah, yang neneknya tidak tahu dan tidak diberi tahu adalah tantenya Raka tidak ada di rumah pada hari Sabtu itu.

Dengan sepeda tuanya, Raka menjemput Mita di hari Sabtu siang setelah tantenya pergi, dadanya berdegup kencang, dia begitu senang dapat berduaan bersama Mita di rumah tantenya yang kosong. Selama hampir 3 bulan pacaran, tak banyak aktifitas fisik yang dilakukan, berbeda dengan pacar-pacarnya terdahulu, Mita begitu spesial dan menantang, untuk bergandengan tangan dan mencium pipinya saja membutuhkan usaha dan kesabaran, Mita selalu mengelak dan malu-malu, apalagi mereka tak punya banyak waktu berduaan di suatu tempat yang sepi.

Mita berdiri menunggu Raka di depan rumah, dengan celana jeans, kaos dan rambut kuncir kudanya, Mita begitu manis walau tidak banyak berdandan seperti pacar-pacar Raka terdahulu. Setelah berpamitan, mereka menuju rumah dimana Raka tinggal bersama tantenya, perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit namun mereka mampir sebentar untuk makan bakso pinggir jalan untuk mengisi perut.

Sesampainya di rumah.

Mita: “Tenang banget ya perumahannya, adem suasananya”

Raka: “Iya, rata-rata buat rumah invest dan biasanya kalo weekend pada keluar kota”

Setelah memarkirkan kendaraannya, Raka mengajak Mita masuk ke dalam rumah bergaya minimalis itu, setelah melewati ruang tamu yang tidak terlalu besar, ada ruang tengah tempat menonton tv lengkap dengan sofa berukuran sedang.

Mita: “Aku mau cuci muka dulu donk, tdi agak berdebu di jalan”

Raka: “Iya, toiletnya di pojok itu, aku juga mau cuci muka, mau ganti celana pendek bentar, gerah”

Sambil menunggu Raka, Mita yang sudah selesai mencuci muka duduk di sofa sambil melihat beberapa keping film dvd yang tampaknya disewa oleh tantenya Raka, tantenya ini sering keluar kota untuk urusan pekerjaan, dan dengan usia hampir paruh baya dan masih belum menikah, tampaknya tantenya Raka ini masih menikmati status singlenya.

Raka: “Mau nonton film apa?”

Mita: “Duh kaget, enggak tau ini kayaknya bagus deh”

Mita menunjukkan satu film komedi romantis dan Raka mengikuti kemauan Mita untuk memutar filmnya. Mereka duduk bersampingan di sofa dengan agak canggung, biasanya mereka duduk bersama di samping lapangan basket yang kadang sepi atau teras depan rumah neneknya Mita, sehingga tidak berani terlalu berdekatan dan kadang hanya berpegangan tangan saja. Raka yang tak ingin membuat Mita merasa tak nyaman meminta ijin untuk merangkul pundaknya dan menempelkan tubuh Mita ke tubuhya bersampingan, mereka serius menikmati alur cerita film yang diputar sambil bercengkrama mengenai film favorit atau aktris/aktor favorit masing-masing.

“Sayang, aku boleh cium bibir kamu?”, kata Raka saat film tengah diputar kira-kira setengahnya.

Mita menatap Raka sesaat, jantungnya berdegup kencang, dia belum pernah dicium bibirnya selama ini oleh lelaki manapun, dan ketika kekasih yang disayanginya ini meminta, ada dorongan besar dalam dirinya untuk menyetujuinya dan secara spontan Mita mengangguk pelan.

Raka mendekatkan wajahnya dekat ke wajah Mita, mengusap pipi kekasihnya itu sambil menyentuhkan bibirnya ke bibir Mita, rasa hangat dan nyaman membuat Mita memejamkan matanya menikmati kecupan lembut di bibirnya, bibir Raka dengn aktif mengulum lembut bibir bagian bawah dan atas Mita bergantian, Mita tak tahu harus bagaimana namun nalurinya berkata dia harus melalukan hal yang sama seperti yang Raka lakukan. Sedikit agak canggung dan kaku, namun bibir mereka akhirnya saling berpagutan, tangan kanan Raka memegang bagian belakang leher Mita dan mengusapinya dengan lembut, tak mampu menahan lagi, penisnya mulai mengeras di balik celana pendeknya, Raka mulai dirasuki nafsu birahi dan tanpa disadari tangan kirinya meremas payudara mungil Mita sebelah kiri.

“Auwww, Raka!”, Mita kaget menghentikkan ciuman di bibirnya sambil menepis tangan Raka.

“Uhm maaf sayang, maaf, aku terbawa suasana”, kata Raka agak panik, dia menjaga jarak masih dalam posisi duduk di sofa dengan Mita.

“Jangan begitu, aku maluuu…”, kata Mita dengan nada agak kesal.

“Iyah iyah maaf sayang, aku salahh..maaf ya, kamu malu kenapa memangnya”, kata Raka yang berulangkali minta maaf sambil mengatupkan kedua tangannya.

“Dadaku kecil, ga spt mantan-mantamu”, ujar Mita pelan sambil menunduk malu.

Raka mengangkat wajah Mita dengan memegang dagunya, “Enggak! Kamu pacarku yang paling maniss…aku sayang kamu Mita”, rayu Raka sambil tersenyum.

“Gombal aja kamu, cowok pasti gitu kalo ada maunya ya?”, kata Mita dengan muka agak cemberut namun tetap terlihat manis.

Raka tak menjawab dan langsung mendekatkan jarak duduknya dengan Mita lagi, dia mencium kembali bibir kekasihnya itu sambil mendekap Mita, ciumannya semakin penuh nafsu mulai dari bibir menjalar ke pipi, leher hingga sekitar telinga Mita, lalu dia berbisik, “Boleh pegang dadamu lagi?”. Mita yang tak pernah merasakan cumbuan mesra lelaki sebelumnya seperti terhipnotis dan hanya mengangguk pelan sambil berkata, “Iyah tp remasnya jgn kenceng-kenceng”.

Raka menyentuh payudara Mita yang tertutupi kaos dan bra yang Mita kenakan, payudaranya memang tidak begitu besar, namun begitu kencang dan menggemaskan. Mita tampak canggung dan bingung mau bagaimana, dia menyandarkan tubuhnya di sofa dan membiarkan tangan nakal Raka mengusap-usap kedua payudaranya bergantian sambil sesekali meremasinya pelan. Walau hanya dari luar kaos yang dia kenakan, Mita merasakan sesuatu yang membuat perutnya tergelitik dan kemaluannya menjadi lembab karena ada cairan yang membasahinya.

“Boleh ga liat dalemnya? Sebentar ajaa…”, kata Raka yang tampaknya mulai diburu nafsu, apalagi penisnya sudah begitu kencang dan sesak dalam celana yang dia kenakan.

“Nanti tantemu pulang, gamau ah!”, jawab Mita sambil melirik ke arah pintu.

“Malem kok pulangnya, jarang pulang cepet kalo keluar kota”, kata Raka meyakinkan Mita.

Tak diduga, Mita pelan-pelan menyingkap kaosnya hingga terlihat perut putih mulusnya dengan bulu-bulu halus, dan tentu saja pandangan Raka terkesima pada bongkahan payudara Mita yang ditutupi bra berenda warna merah muda. “Cuma liat aja ya..inii…”, kata Mita sambil memegang ujung kaosnya yang disingkap ke atas.

Raka tak bisa menahan diri melihat perut mulus Mita yang rata dan begitu bersih, dia mengusapnya dengan lembut hingga membuat Mita mendesah pelan, tangannya mulai menjelajah bagian diantara kedua payudara Mita, begitu halus dan hangat kulitnya.

“Hmm pengen liat putingnya..”, kata Raka sambil menyelipkan jarinya masuk dari bagian atas bra Mita dan tanpa diduga Mita berkata, “Iya disingkap aja bra-nya tapi jangan dibuka..”.

Mendapat angin segar dari kekasihnya yang tampaknya sudah terpancing birahinya, Raka pelan-pelan menyingkap kedua bra Mita, “Uhmm gemes liatnya..”, kata Raka spontan sambil terpana melihat kedua payudara mungil Mita dengan puting susu yang tak seberapa besar, dengan aerola berwarna coklat muda dan bagian ujung putingnya yang berwana coklat kemerahan.

“Aku cium ya”, kata Raka, dan tanpa menunggu persetujuan Mita dia langsung mengarahkan bibirnya ke puting susu Mita, tak berani melangkah lebih jauh, Raka hanya mengecup kedua puting susu Mita bergantian dan menatap wajah Mita yang tampak malu-malu.

Raka tak kuasa menahan penisnya yang tertahan dalam celananya, dia menggenggam tangan kiri Mita dan mengarahkan untuk mengusap penisnya dari luar celana pendeknya, tiba-tiba Mita menarik tangannya, “Enggak, jangann…”, Mita menangis sambil mengatupkan wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Raka agak panik melihat Mita yang tiba-tiba menangis, “Maaf sayang, gpp kalo gamau..maaf ya”.

“Iyahh gpp, aku cuma..uhmm agak trauma..”, kata Mita pelan sambil sedikit sesenggukan.

Raka mengusap bahu Mita dan membetulkan posisi bra dan kaos Mita yang tersingkap, dia memberi waktu untuk kekasihnya itu menenangkan diri, lalu dengan penasaran Raka bertanya, “Kamu trauma kenapa? Maaf aku ga tanya dulu tadi”.

“Aku malu ceritanya, aku blm pernah cerita soal ini ke siapapunn…”, kata Mita sambil menyeka sisa airmatanya.

“Gpp, kalo kamu mau cerita aja, kalo enggak jg gpp”, kata Raka sambil membelai rambut Mita yang agak berombak.

Sempat terdiam sesaat, Mita menarik napas dan memberanikan diri untuk bercerita.

“Kejadiannya sekitar 3 tahun lalu sebelum masuk SMA, waktu itu Om ku lg pulang ke rumah nenekku karena kuliahnya sedang libur menunggu sidang. Waktu itu sudah hampir tengah malam mungkin, aku ga inget sebenernya, kamu tau kan kamarku ada di tengah deket pintu menuju ke halaman belakang? Nah, kamar Om ku kan ada di belakang, biasanya dia nonton bola sampai larut malam dan kadang aku masih suka denger pas dia kembali ke kamarnya, kebetulan kan lewat kamarku. Malam itu yang aku tau, dia sedang nonton bola, aku bisa denger dari kamar, tp ga lama aku ketiduran. Entah jam berapa, aku kebangun dan kok merasa ada yang menggerayangi tubuhku, karena lampu kamar dimatikan awalnya aku ga bisa tau siapa, pas aku mau teriak tiba-tiba mulutku dibekap dan sosok itu berbisik ngasih tau aku untuk ga teriak, atau dipukul. Seketika aku tau itu suara Omku, dia meraba bagian dada dan perutku, dan pas mau kebawah lagi aku mohon sambil menangis tertahan untuk berhenti..”, Mita menghela napas sebentar sambil menahan diri untuk tidak menangis.

“Hmm terusss?? Dia ngapain kamu??”, kata Raka dengan penuh emosi.

“Akhirnya dia behenti meraba tubuhku dari luar, aku pake kaos dan celana pendek tidur, dia meraba dari luar, tapi sempet meremas bagian dadaku dan agak sedikit mencubit putingku. Aku nangis tapi ga berani bersuara, tanganku dipegang diusap-usap, aku ga liat dgn jelas tp yang pasti dia nurunin celananya sendiri sampe selutut, tanganku diarahkan untuk pegang itunya..”, kembali Mita menghela napas mengingat kejadian malam itu.

“Itunya?? Maksudnya penisnya??”, kata Raka makin emosi.

“Iyah..aku takut dan nangis agak ditahan, tanganku dipaksa megang penisnya yang tegang, terus dia kayak ngocokin penisnya itu pake tanganku, aku berusaha ngelepasin tanganku dari penisnya, tapi dipegang kuat. Sambil tangan kirimya megang tanganku di penisnya dan ngocokin gitu, dia mendesah-desah dan tangan kanannya ngeraba dadaku lagi sambil ngeremes-remes, agak sakit dan ngilu..aku ga inget berapa lama, yang pasti terasa lama banget dan aku gatau mesti gimana, dan tiba-tiba tanganku yang dipaksa pegang batang penisnya dipindahin ke bagian depan penisnya..yang aku inget, dia mendesah panjang dan tanganku kerasa basah, lengket dan hangat..dia ngeluarin itunya di tanganku..banyakk, ga lama dia ngambil tissue yang ada di atas meja belajarku dan ngebersihin tanganku, sebelum keluar dia cium keningku trus ngancem aku supaya jangan bilang siapa-siapa, aku nangis sampe tertidur dan sejak itu aku selalu pastikan kamarku terkunci sebelum tidur”, kata Mita dengan mata berkaca-kaca sambil menatap sayu Raka.

“Brengsek!! Ga boleh dibiarin itu!!”, kata Raka penuh emosi.

“Jangan, ga usah! Aku udh berdamai dengan kejadian itu, aku cuma merasa kotor dan minder setiap dideketin cowok, aku minta…kamu jangan cerita ke siapapun soal ini bagaimana pun kita ke depannya nanti”, kata Mita lembut sambil mengusap dada Raka.

Seketika Raka kagum dengan Mita dan dengan cerita itu malah semakin timbul rasa sayang untuk menjaga kekasihnya itu, “Mita aku cinta kamu”, ujarnya pelan, dan bibir mereka saling berpagutan sambil berdekapan penuh kehangatan.
 
menarik ceritanya
 
Asal Mula Kebinalan Mita - Chapter 2

Beberapa pekan setelah kejadian di rumah tante Raka, dimana Mita menceritakan cerita kelamnya yang terjadi sekitar 3 tahun lalu, Raka menjadi over protektif dan sedikit agak posesif, dia tak menyangka bisa menyayangi Mita begitu dalam. Pasangan Raka dan Mita menjadi salah satu pasangan yang cukup dikenal di sekolah, selain duduk berdampingan di kelas, kemana-mana mereka pun selalu berdua. Terlepas dari rasa sayang atau cintanya kepada Mita, Raka menyimpan rasa nafsu untuk berbuat lebih jauh lagi dengan Mita saat berpacaran. Cerita Mita tentang perlakuan Omnya 3 tahun lalu terkadang membuat dia kesal dan cemburu, atau mungkin iri karena sejauh ini dia bahkan belum dapat bermesraan lebih jauh lagi seperti yang pernah dilakukan bersama mantan-mantannya.

Hari itu sekolah pulang lebih awal dikarenakan ada agenda pertemuan guru di luar kota, Raka menggandeng Mita keluar kelas dan mengajaknya untuk ke rumah tantenya, “Main ke rumah yuk, tanteku kayaknya lagi keluar kota, tadi pagi sempat bilang pulang agak malam”, ajak Raka. Mita awalnya ragu dan lebih memilih untuk menghabiskan waktu di taman sekolah atau perpustakaan saja, namun Raka bersikeras ingin mengajaknya menonton DVD yang baru saja disewanya beberapa hari lalu sebelum dikembalikan besok.

Mita: “Tapi nanti jangan sore-sore ya pulangnya, nanti nenekku khawatir”

Raka: “Iya pasti, aku juga males nanti ditanya macam-macam darimana aja hehehe”

Mita: “Uhm oke deh, tapi makan bentar ya di kantin drpd kelaperan nanti”

Raka: “Iya bener juga, takutnya di rumah ga ada makanan”

Selepas makan di kantin, mereka bergegas menuju rumah dimana Raka tinggal bersama tantenya selama ini, dia sudah merencanakan akan kos jika kuliah nanti, dia tak enak terus-terusan menumpang di rumah tantenya namun selain itu, dia juga ingin mandiri dan bebas.

Sesampai di rumah, Raka memarkirkan motor tuanya dan mengajak Mita masuk.

Raka: “Yuk masuk, tuh bener lg pergi tanteku”

Mita: “Iya sepi bener perumahan ini”

Raka: “Aku bersih-bersih dulu sekalian ganti baju, kamu kalo mau minum ambil aja gelasnya di dapur ya”

Mita: “Iya gampang, aku juga mau cuci muka bentar”

Selesai bersih-bersih dan mengganti celana pendek dan kaos oblong, Raka menghampiri Mita yang sedang di sofa masih mengenakan seragam SMA-nya.

Raka: “Mau nonton film ini? Besok aku mesti balikin soalnya”

Mita: “Uhm kayaknya panjang filmnya, agak males sih”

Raka: “Mmm terus ngapain donk kita…hmmm”

Raka duduk di samping Mita dan mencoba merangkul pundaknya.

Mita: “Hmm gatau…terserah kamu…tapi…uhm”

Belum selesai Mita bicara, Raka merengkuh tubuh Mita lebih erat dan mencium bibirnya, dadanya berdegup kencang, bibirnya melepas dahaga setelah lama tak berpautan dengan bibir manis Mita. Sambil terpejam Mita menikmati kuluman di bibirnya yang sesekali disapu lidah Raka, dia juga berusaha melakukan hal yang sama dengan memagut bibir Raka yang agak tebal sambil sesekali menggigitinya perlahan. Tangan kiri Raka tak kuasa menahan diri untuk menjelajah payudara Mita, dia mengusapnya pelan sambil meremasnya dengan lembut dan membuat Mita mendesah, “Aku buka ya kemejanya…”, pinta Raka kala melepas pagutan bibirnya, anggukan pelan sambil malu-malu Mita tanda setuju membuat Raka tak sabar membuka kancing kemeja seragam SMA Mita.

Mita: “Pelan-pelan, nanti copot kancingnya..”

Raka: “Iyah sayang…”

Jari Raka agak gemetar, dia tak sabar membuka kemeja kekasihnya itu, walau bukan pertama kali melihat payudara Mita, namun momen saat itu memang sangat jarang didapati dengan keterbatasan waktu dan tempat disela kesibukan sekolah. Satu per satu kancing seragam SMA Mita terbuka, dibaliknya ada kaos dalam untuk menutupi siluet bra yang dikenakannya, tak seperti beberapa mantannya terdahulu yang lebih ‘berani’, Mita memilih tetap memakai kaos singlet berbahan halus untuk menutupi bra-nya yang rentan tercetak atau terlihat jelas karena tipisnya seragam SMA yang dikenakan.

Raka menyibak seragam SMA Mita dan meminta Mita untuk menanggalkannya, awalnya Mita ragu dan menolak, namun dengan segala rayuan dan sedikit ciuman di bagian depan lehernya yang membuat bulu halus Mita meremang, akhirnya dia luluh juga. Tak berhenti di seragam SMA kekasihnya, Raka juga meminta Mita mengangkat kedua tangannya untuk menanggalkan kaos singlet yang dikenakannya, lalu melemparkannya ke lantai. Mita menutup dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya, dia tampak malu dan menundukan wajahnya, sambil tersenyum Raka mengusap-usap bahu Mita yang terbuka dan berkata, “Uhm kalo kamu ga nyaman gpp, aku ga maksa kok”, walau dalam hati dia berharap sebaliknya. Perkataan manis Raka cukup berhasil, pelan-pelan Mita membuka kedua tangannya yang menutupi bagian dadanya, kedua payudara mungil Mita yang ditutupi bra warna krem berenda terekspos jelas di hadapan Raka.

Raka: “Aku boleh buka ininya?”, katanya sambil memegang tali bra Mita.

Mita: “Kamu sayang aku kan?”

Raka: “Iya, aku sayang banget sama kamu”, jawabnya sambil menatap wajah Mita.

Mendengar jawaban Raka yang sepertinya tulus menyayanginya, Mita membuka tali bra yang dikenakannya dan menaruhnya di atas sofa, sebelumnya Raka memang sudah melihat kedua payudara kekasihnya itu, namun kali ini benar-benar terlihat jelas tanpa kaos atau bra yang tersingkap.

Tak mau menunggu lama, Raka menciumi bagian dada Mita yang telanjang, dia menciumi kedua payudara Mita bergantian, begitu lembut, begitu hangat dan kenyal walau tak seberapa besar. Seperti anak bayi yang menemukan puting susu ibunya, Raka begitu nafsu menjilati puting susu Mita yang mengeras dan menghisapnya dengan lembut….”Achh sayang, geliii”, desah Mita yang merasakan pengalaman pertama puting susunya dihisap seorang lelaki. Raka begitu sabar menikmati kedua payudara dan puting susu Mita, walau dirasuki oleh nafsu dan gemas, dia tak ingin membuat Mita tak nyaman…dia suka sekali menghisap dengan kuat atau menggigiti puting susu mantannya sebelum Mita yang cukup binal, bahkan kadang mantannya yang meminta hingga meninggalkan memar atau lecet di bagian putingnya.

Raka: “Kamu suka? Enak?”, katanya sambil memilin puting susu Mita.

Mita: “Iyah suka, geli, agak ngilu tapi enakk…”

Tiba-tiba Raka berdiri tepat di hadapan Mita yang duduk di sofa bertelanjang dada, dia menggandeng tangan Mita dan mengarahkannya untuk mengelus penisnya dari luar celana pendek yang dikenakannya.

Raka: “Tolong usapin tititku sayang…”, katanya menggunakan kata titit yang sebenarnya agak kasar.

Mita agak kaget, tapi dia pasrah membiarkan tangannya dipandu Raka, dia sendiri sebenarnya penasaran dengan bentuk penis kekasihnya itu, walau sudah tahu bentuk penis dari gambar di buku pelajaran biologi dan pernah dipaksa memegang penis omnya beberapa tahun lalu, Mita tetap penasaran dengan bentuk penis Raka yang saat ini sedang dielusnya dari luar. Melihat Mita yang tampaknya tak berusaha melawan, Raka membuka celana pendek dan dalemannya sekaligus, penis hitamnya tegak mengacung di hadapan Mita yang baru pertama kali melihat bentuk kemaluan lelaki secara jelas, saat dipaksa Omnya beberapa tahun lalu, Mita memalingkan wajahnya ditambah kondisi kamar yang gelap, dengan terpaksa dia hanya membiarkan tangannya dipaksa mengocoki penis Omnya.

Raka meraih tangan Mita, dia memandu jari jemari Mita untuk menggenggam penisnya, “Mmm hangat ya…”, secara spontan Mita berujar, dengan sabar Raka membimbing Mita untuk mengocoki penis hitamnya yang berukuran sedang, mungkin karena postur tubuhnya yang gempal, namun Mita sepertinya belum paham mengenai ukuran penis, yang dia tahu bagian vital kekasihnya itu pas dalam genggaman tangan mungilnya. Setelah beberapa saat memandu Mita, Raka membiarkan Mita mengocoki penisnya perlahan secara mandiri, dia punya kesibukan lain memainkan kedua payudara Mita yang menggemaskan, sesekali dia memilin puting susunya kekasihnya dan sesekali juga mereka mendesah nikmat bersama.

“Boleh minta hisap tititku?”, pinta Raka yang beberapa kali menahan ejakulasinya.

Mita hanya menggeleng tanda tak mau, menggenggam dan mengocoki penis setelah trauma masa lalunya saja butuh kesiapan diri, apalagi memasukkan penis hitam itu ke dalam rongga mulutnya. Raka tak memaksa, dia duduk di samping Mita, memeluk kekasihnya dan mencium bibirnya dengan mesra sambil meremas-remas kedua payudara Mita bergantian, tangan Mita masih menggenggam dan mengocoki penisnya dengan ritme tak beraturan. Saat situasi semakin panas dan bergairah, tangan Raka menyelusup ke dalam rok Mita dan mengelus paha kekasihnya yang halus dan hangat, makin lama semakin dalam dan Mita tiba-tiba menepis tangannya, “Enggak! Jangan dulu, aku belum siap!”, kata Mita sambil melepaskan tangannya dari penis Raka.

“Iyaahh maaf, aku kebawa suasana, kita udahan dulu saja”, kata Raka walau dalam hatinya cukup jengkel karena nafsu yang tertahan.

“Aku kocokin ini kamu saja…maenin putingku”, kata Mita sambil mengelus penis Raka.

Meski tak sesuai apa yang diharapkan, Raka cukup senang Mita sudah bisa menikmati momen nakal saat itu, penis hitam dengan kepala berwarna merahnya semakin tegang dan keras, “Kamu keluar ya?”, kata Mita polos saat ibu jarinya mengusap lubang kencing Raka yang mengeluarkan cairan precum. “Bukan sayang, itu kayak pelumass…aku dikit lg keluar..archhh”, jawab Raka sambil menikmati kocokan pada penisnya yang mulai terasa nikmat, Mita ternyata cukup cepat belajar dan tak lupa sesekali dia menciumi payudara Mita dan menghisap puting susunya.

Mulustrasi:


“Ambilin celana dalamku, tolong”, pinta Raka, Mita mengambilnya dari lantai, sesaat dia bingun buat apa, namun tiba-tiba tubuh Raka mengejang dan melenguh panjang…”Archhh Mita sayangg…aku keluarrrrrr, pegang yang kencenggg”, jerit pelan Raka sambil menutup penisnya dengan celana dalamnya sendiri. Mita menggenggam kuat-kuat penis Raka dan merasakan ada sesuatu yang keluar dengan semprotan cukup kuat, ada sedikit lelehan cairan berwarna putih agak kuning dan lengket mengenai jarinya, sebagian besar menempel di kain celana dalam Raka yang menutup bagian atas penisnya. Beberapa kali Raka mengejang menyemprotkan spermanya, Mita hanya dapat menatap wajah kekasihnya yang sudah mencapai klimaksnya, dia sebenarnya penasaran untuk dapat merasakan sensasi puncak kenikmatan seperti yang Raka alami, namun dia sendiri masih takut dan belum siap menyerahkan seluruh tubuhnya untuk Raka, kekasihnya.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd