Melihat kesekitar, setengah percaya tidak percaya, kemudian menatap lekat-lekat apa yang sekarang ada di hadapan gue ini.
Hanya ada pungggung kurus Weni, yang terlihat sepintas dari kilatan cahaya rongga-rongga ventilasi kamar.
(Posisinya Weni tidur membelakangi ane gan. Jadi ane bisa jelas ngeliatin punggung dia).
Dibalik baju piyama tidurnya yang tipis, nampak jelas sekali tonjolan tulang punggungnya yang tercetak miris.
Kurus sekurus-sekurusnya. Badan weni ternyata bener-bener kurus. Entah karena banyak pikiran atau karena hal lain, sampai-sampai badan dia digerogoti menjadi seperti itu. Jujur gue seketika merasa iba sama dia.
Kenapa remaja sebelia Weni, harus siap menghadapi problematika permasalahan hidup yang sangat pelik? keluarganya yang terpecah belah. Hidup seorang diri tanpa ayah dan ibu.
Ayahnya kerja di tempat yang amat jauh. Jarang nelpon, jarang tanya-tanya kabar pula. Lalu ibunya? si jalang sialan itu udah hilang kontak sejak menikah lagi.
Bagaimana bisa tubuh yang didalamnya terdapat tulang belulang sekecil itu, bisa menanggung beban yang amat teramat berat?
****