Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA RAHASIA SEBUAH HATI (NO SARA)

BAGIAN 5



Denta Pov

Kehilangan tambang pasir ternyata tidak membuat usahaku mundur. Kenyataannya, satu bulan sejak tambang pasirku diambil orang, ternyata daganganku semakin laris. Setiap hari berdatangan orang-orang untuk membelanjakan uangnya di toko bangunanku. Apalagi pembeli datangnya seperti air bah. Belum selesai melayani yang satu sudah datang puluhan yang baru.

Kulihat banyak orang berlalu lalang di dalam tokoku, memilih barang untuk kemudian mereka beli dan bawa pulang. Aku menyukai keadaan semacam ini. Sambil duduk di kursi empuk tempat orang akan membayar barang belanjaan mereka, aku hanya tinggal menunggu uang datang berjubelan. Toko barang bangunanku ini memang letaknya cukup strategis. Lokasi ini memang terletak di jalan utama kota. Setiap orang yang menuju atau pulang dari kota kabupaten pasti akan melewati tokoku.

Sejenak aku melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul 15.30 sore, kemudian aku melanjutkan melayani pembeli. Setelah transaksi selesai, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling toko. Dan tak lama aku melihat sosok pria tinggi berkulit putih pucat yang tersenyum lebar padaku. Saat pria itu membuka kacamata hitamnya, aku semakin tahu siapa pria itu.

“Andrew … Benarkah kau Andrew?” Ucapku setengah berteriak.

“Syukurlah … Kau masih mengenalku.” Ucapnya dengan aksen Inggris kental dan Bahasa Indonesia yang terdengar lucu.

“Ini surprise …!” Aku setengah berlari menghampirinya. Langsung saja aku memeluk pria bule itu dan menepuk-nepuk punggungnya pelan. Ya, Andrew adalah pria berkebangsaan Australia yang sudah menjadi sahabatku sejak kecil. Kami berdua dibesarkan di lingkungan yang sama. Saat itu Andrew bersama orangtuanya pernah menatap di sini sekitar 10 tahun lamanya.

“Senang bertemu lagi.” Andrew membalas pelukanku.

“Benar Andrew … Aku pikir, kita gak akan bertemu lagi.” Kataku seraya mengurai pelukan kami. “Tapi, bagaimana kamu bisa menemukan aku di sini?” Tanyaku kemudian.

“Sebelum ke sini tadi, aku ketemu Asep Edun. Dia yang memberitahuku kalau kamu di sini.” Jawab Andrew dan aku mengerti sekarang. Orang yang bernama Asep Edun adalah teman kami semasa di sekolah dasar. “Apakah masih sibuk?” Kemudian Andrew bertanya.

“Oh tidak … Tidak terlalu … Apa kamu ingin mengajakku ke suatu tempat?” Jawabku yang kulanjutkan dengan pertanyaan.

“Kalau kau tidak keberatan.” Ucap Andrew.

“Kalau begitu tunggu sebentar.” Kataku lalu mencari salah satu anak buahku untuk menggantikan posisiku sementara.

Beberapa menit kemudian, aku sudah berada di dalam mobilku bersama Andrew. Tidak kusangka bahwa aku akan berjumpa dengannya lagi. Kalau kuhitung belasan tahun kami berpisah. Sepanjang perjalanan kami pun bercerita tentang betapa indah dan asyiknya kehidupan masa kecil kami dulu, sesekali diisi dengan lelucon yang mengocok perut.

Akhirnya kami sampai di sebuah restoran cepat saji dan kami duduk berhadap-hadapan, memandang wajah satu sama lain sambil tersenyum aku bergumam dalam hati, ‘tak ada satupun yang berubah darinya.’ Dia tetaplah sahabatku yang ramah, antusias dan cukup filosofi dalam menjalani setiap tantangan dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Sebelum aku mulai bercerita, dia sudah mulai dengan antusiasme yang tak kunjung padam.

Katanya jika bertemu denganku, lebih cocok membahas mengenai bisnis dan karir, bukan cerita mengenai cinta dan rumah tangga. Aku sedikit kaget mendengarnya. Kenapa mengenai topik yang satu itu tak perlu dibahas? Setelah mencerna ucapan sahabatku itu aku mengangguk mengerti, mengapa ia bisa berbicara seperti itu. Ternyata saat ini Andrew sedang hancur hatinya karena mengetahui istrinya selingkuh. Dia pergi ke Indonesia sekedar untuk menentramkan hatinya yang sedang kacau balau.

“Em, apa pekerjaanmu sekarang?” Tanyaku untuk membelokkan arah pembicaraan.

“Aku adalah seorang insinyur telematika. Aku bekerja sebagai programer alat-alat telekomunikasi. Sebelum aku resign, aku bekerja di perusahaan telekomunikasi. Dan sekarang aku pengangguran.” Jawab Andrew sambil tersenyum.

“He he he … Walau pengangguran kamu kan kaya raya. Orangtuamu adalah pengusaha sukses dan mempunyai banyak harta.” Celotehku.

“Ya, aku mendapat harta warisan yang banyak dari kedua orangtuaku.” Ucapnya lirih. Aku menaikan kedua alisku. Terkejut akan ucapannya.

“Sebentar … Warisan … Berarti orangtuamu sudah tiada? Begitu maksudmu?” Tanyaku.

“Mereka meninggal dunia sekitar tiga tahun yang lalu. Kecelakaan lalu lintas.” Jawabnya sendu.

“Oh, maaf … Aku bukan bermaksud …” Ucapanku langsung dipotong Andrew.

“Oh … Come on, Denta … Kita di sini bukan untuk bersedih-sedih …” Kelakarnya sambil tersenyum lebar.

Akhirnya percakapan kami pun cukup panjang. Tak terasa, ini sudah gelas kedua aku memesan coffee latte untuk menemani perbincangan kami yang terhitung sudah hampir dua jam. Andrew memesan segelas minuman bersoda ukuran large, katanya kangen dan ia sudah lama sekali tak minum, minuman bersoda. Ya, aku berpikir jika dia sudah kangen sekali dengan sesuatu, aku yakin dia rela melakukan apa saja, untuk mencicipi atau merasakan sesuatu yang sudah lama tak dia rasakan.

Aku tipe orang yang sangat menggemari perbincangan, diskusi ringan, dan menikmati hal-hal yang menurutku lucu juga sekaligus menyenangkan. Bukan berpikir terlalu dalam, tetapi aku senang sekali perbincangan yang cukup berkualitas. Bukan gosip, bukan juga membicarakan masalah orang lain. Tapi lebih berbagi hal-hal ajaib yang pernah aku rasakan dan yang sahabatku rasakan.

“Jadi apa yang sekarang sedang kamu rencanakan?” Tanyaku padanya.

“Untuk sementara aku akan tinggal di sini sampai situasi dan kondisi di Australia membaik.” Jawabnya.

“Sebegitu gentingnya.” Selorohku tanpa sadar.

“Ha ha ha … Maksudku jika gugatan ceraiku selesai di pengadilan. Istriku atau mantan istriku tidak mau bercerai. Dia ingin bertahan dengan perkawinannya. Dia selalu mengejar-ngejarku agar aku mencabut gugatan ceraiku. Itu yang aku maksud.” Jelas Andrew.

“Oh … Aku paham …” Aku bergumam sambil tersenyum.

“Andrew … Sebenarnya aku gak ingin menanyakan tentang masalah percaraianmu. Tapi, aku sangat penasaran. Bagaimana ini bisa terjadi?” Tanyaku ragu-ragu.

Andrew terdiam dan menghembuskan nafasnya keras. Akhirnya Andrew pun berkata, “Lima bulan yang lalu, aku membelikan istriku hp iphone terbaru. Setelah membantunya setting email dan memindahkan akun instagram, facebook, dan whatsapp-nya, aku mendapatkan kejutan dari pesan notifikasi facebook yang tiba-tiba masuk. Dari apa yang kubaca, istriku bertemu teman-teman lamanya di reuni sekolahnya satu bulan sebelumnya. Istriku juga bertemu dengan seorang pacar lamanya yang bernama Peter. Setelah reuni, mereka menjadi sering bertemu yang awalnya hanya untuk mengobrol, yang kemudian menjadi rayuan, kemudian berciuman, dan kemudian naik ke ranjang. Aku membaca percakapan mereka di facebook. Istriku memutuskan hubungan mereka, dan menolak untuk bertemu lagi. Istriku menolak ajakan laki-laki itu untuk berhubungan seks lagi untuk ketiga kalinya, yang berarti bahwa mereka sudah berhubungan seks dua kali sebelumnya. Penyesalan yang sudah terlambat. Sangat sangat terlambat! Kenapa dia tidak menolak saja sejak pertama kalinya? Ya, aku menceraikannya tapi dia menolak. Aku bukan laki-laki banci tolol yang mau menerima kembali istri yang sudah selingkuh.”

“Maafkan aku Andrew.” Aku turut bersedih setelah mendengar ceritanya itu.

“Tidak apa-apa, santai saja.” Kulihat Andrew tersenyum miris.

“Terima kasih … Em, apakah kamu berniat mencari pengganti mantan istrimu? Mungkin kamu ingin wanita disini?” Tanyaku dengan nada bercanda bermaksud mencairkan suasana.

“Tidak! Aku tidak akan menikah lagi. Aku trauma diselingkuhi oleh orang yang aku cintai. Aku sudah tidak percaya pada makhluk yang bernama wanita.” Jawab Andrew tegas.

“Tidak semua wanita begitu. Aku percaya masih ada wanita yang setia di dunia ini.” Aku coba memberinya nasehat.

“Jangan terlalu percaya pada wanita, karena wanita itu bisa melukai tanpa luka. Wanita cenderung lebih rapi dan pintar daripada pria dalam meredam kecurigaan suaminya. Wanita memiliki ketakutan ketahuan selingkuh yang jauh lebih besar ketimbang pria. Karena itu mereka sangat terorganisir dalam mengarang cerita untuk menutupi aksi perselingkuhannya. Salah satu cara yang kerap dilakukan wanita berselingkuh yakni selalu mencari alasan agar bisa hang out atau ngumpul dengan sebagian rekannya.” Jelas Andrew yang entah darimana hasil analisanya itu.

“Artinya, wanita atau istri lebih pandai berselingkuh daripada laki-laki.” Aku berkomentar.

“Benar … Wanita sangat peduli keamanan dan kenyamanan, tak seperti pria yang kadang grasa grusu dan tak bisa menahan hasratnya. Wanita jauh lebih restrict dalam menjaga privacy-nya saat tengah berselingkuh. Alih-alih menyembunyikan nama pasangan selingkuhnya di address book hpnya atau menghapus sms-sms mesranya, wanita pilih cara yang lebih cerdas yaitu beli hp atau buat alamat e-mail baru.” Papar Andrew.

“Oh … Begitu ya?” Gumamku yang secara tidak langsung aku mendapatkan ‘ilmu’ baru dari Andrew.

“Wanita cenderung menghabiskan banyak waktu dalam merencanakan perselingkuhannya. Bahkan, mereka hingga memiliki nomer hp baru untuk berkomunikasi dengan selingkuhannya. Wanita memiliki insting yang Lebih tajam dari pria. Daya insting wanita lebih kuat pada lingkungan sekitarnya. Seolah-olah memiliki indra keenam, para wanita selingkuh begitu jarang ketahuan atau digrebek oleh suaminya. Mereka tahu kapan mesti maju dan kapan sebaiknya mundur. Bila instingnya mengatakan situasi aman jadi mereka akan segera menghubungi selingkuhannya untuk bertemu dengan aman tanpa perasaan takut. Dan karena memiliki insting yang kuat itu juga banyak istri yang dapat mengertahui perselingkuhan suaminya, dan bahkan tidak sedikit yang berhasil menggerebek suaminya yang tengah selingkuh.” Lanjut Andrew.

“Ok, aku terima analisamu. Tapi, tidak bijak juga mengeneralisasi kalau semua wanita tidak setia.” Kataku ingin mengoreksi pemikiran sahabatku itu.

“Kau harus tahu bahwa kemampuan dan keinginan berselingkuh itu sudah ada dalam cetak biru DNA manusia, tidak laki-laki saja, wanita juga punya. Jika ada yang memantiknya maka tidak seorang pun bisa mencegahnya, termasuk dirinya sendiri. Dua orang yang terlibat di perselingkuhan sedang dimabuk asmara. Mereka baru saja merasakan saling jatuh cinta sehingga kondisi psikologisnya banyak dipengaruhi oleh hormon-hormon 'cinta', antara lain serotonin, dopamine, dan adrenalin. Apalagi dalam hubungan yang terjalin secara rahasia, adrenalin seolah-olah mendorong mereka untuk makin menikmati petualangan tersebut. Hormon serotonin, dopamin, dan adrenalin tersebut berkolaborasi menciptakan perasaan yang menggebu-gebu di antara kedua pelaku perselingkuhan. Lalu efek lanjutannya, mereka pun terhanyut dan mengira bahwa mereka telah menemukan pasangannya yang paling tepat. Dan, pelaku selingkuh pun menganggap bahwa pasangan selingkuhnya adalah sosok yang lebih bisa memahami kebutuhan dirinya, dibandingkan dengan pasangan sahnya.” Jelas Andrew yang membuatku melongo.

“Kamu belajar dari mana? Tiba-tiba saja kamu menjadi pakar perselingkuhan.” Tanyaku heran.

“Ha ha ha … Hanya sekedar pengetahuan, agar aku lebih berhati-hati mencintai seseorang.” Andrew pun tertawa terbahak-bahak.

Tiba-tiba smartphoneku berdering, pesan Whatsapp menghentikan obrolanku dengan Andrew. Ternyata pesan yang kuterima berasal dari Uci yang menanyakan keberadaanku. Langsung saja aku membalas pesannya kalau aku sedang bersama seorang sahabat yang lama tidak bertemu, dan aku pun menyuruh Uci untuk pulang duluan dan mengambil anak-anakku di rumah pengasuh. Tak lama, aku mendapat balasan dari Uci dan akan melakukan semua perintahku.

Aku dan Andrew pun melanjutkan obrolan dengan tema yang berbeda, diantaranya rencana-rencana Andrew selama di kota ini. Udara yang lumayan dingin ala pegunungan membuat obrolan kami semakin hangat. Riuh canda dan tawa terus saja mengalir di setiap obrolan kami, disela cerita-cerita kebandelan masa lalu. Sebenarnya aku masih ingin ngobrol lebih lama lagi dengan Andrew, namun waktu juga yang memisahkan kami. Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 malam dan waktu kami untuk berpisah.

Aku antar Andrew ke hotelnya, baru kemudian aku melajukan mobilku ke arah rumah. Tidak lama aku berada di jalanan, hanya sekitar 15 menitan aku sudah sampai di rumah. Keadaan rumah sudah sangat sepi karena semua orang sudah tidur. Saat masuk ke dalam kamar, kulihat istriku sudah terlelap. Perlahan aku ke kamar mandi lalu membersihkan badan. Selesai mandi dan masih berbalut handuk, aku kemudian menuju ke lemari pakaian. Aku ambil pakaian yang biasa aku pakai untuk tidur dan memakainya.

Aku pun merebahkan diri di samping istriku. Rupa-rupanya gerakan kasur membangunkannya. Istriku langsung membalikkan badan dengan mata terbuka kecil, mata yang baru bangun tidur. Langsung saja kubelai rambutnya dan kucium keningnya.

“Papa pulang malem lagi. Kan sudah ada Uci yang menggantikan papa. Ngapain saja sih pa?” Tanya istriku dengan nada kurang senangnya.

“Maafin papa ya ma … Tadi itu papa bertemu lagi dengan sahabat papa waktu kecil. Dia ngajak makan dan ngobrol sampai larut malam.” Jelasku lemah lembut.

“Kalau gak ada keperluan yang sangat mendesak, jangan pulang malem-malem pa … Bisa kan papa ajak sahabat papa makan di rumah.” Kata istriku.

“Oh ya … Papa gak kepikiran sampai situ.” Kataku sambil memeluknya.

Tiba-tiba istriku mencium bibirku dengan hangat dan mesra yang begitu lama. Tentu saja aku tidak mungkin melarangnya, dan aku sudah bisa memastikan kalau istriku ini sedang horny. Aku balas ciumannya namun otakku bertanya-tanya, “Ada apa dengan istriku?” Aku merasakan ada perubahan pada diri istriku. Hampir satu bulan belakangan ini gairah seks istriku seperti meledak-ledak. Aku bahkan sampai kewalahan melayaninya.

Tak pelak, kami pun melakukan hubungan suami-istri. Malam itu dan malam-malam sebelumnya, istriku begitu liar layaknya kecanduan dengan rasa yang ditawarkan. Dia seperti singa betina yang sedang birahi. Aku sampai terkejut saat istriku menggulingkan tubuhku, kini dia berada di atas tubuhku. Aku tak menyangka kalau istriku begitu agresif, dan hal ini tentu saja membuatku semakin bingung sekaligus heran. Wida bergerak di atas tubuhku dengan nafas memburu tak beraturan. Makin lama semakin liar dan panas, membuat kami semakin mendekati titik kulminasi. Dan akhirnya tubuh kami serentak meregang, menghasilkan kenikmatan secara maksimal bersama-sama. Tubuh istriku yang penuh peluh kenikmatan ambruk di atas tubuhku, napasnya menderu di dekat telingaku, detak jantungnya kencang kurasakan di dadaku.

Perlahan-lahan napas kami berdua mulai berangsur-angsur teratur. Istriku pun membaringkan dirinya di sisiku. Kami tak lagi bicara dan mulai mempersiapkan diri untuk mengarungi alam mimpi kami masing-masing. Karena kelelahan, aku pun tertidur dengan dikelilingi kebingungan dengan perubahan istriku. Namun setelahnya, aku tidak ingat apa-apa lagi.
-----ooo-----​



Wida Pov

Hari ini adalah hari sabtu yang cerah, secerah semangat pagiku untuk pergi ke sahabat baruku. Lusi adalah nama sahabat baruku, yang diperkenalkan Abdi tiga minggu yang lalu, untuk membantuku dalam hal penampilan. Aku dan Lusi bertemu beberapa kali dan kami langsung akrab begitu saja. Lusi adalah seorang wanita keturunan Tionghoa, berusia 34 tahun, berstatus janda anak satu, yang memiliki paras cantik, juga memiliki tubuh yang proporsional, rambutnya panjang dan hitam legam. Aku langsung menyukainya karena perangainya yang humble dan murah senyum.

Tidak lebih dari satu jam perjalanan, mobilku masuk ke sebuah rumah yang memiliki halaman yang cukup luas. Kulihat Lusi sudah menungguku di teras rumahnya. Seperti biasa senyumnya tidak pernah lepas dari wajahnya. Aku disambut dengan peluk cium oleh sahabatku ini. Kemudian aku dibawa masuk ke dalam rumahnya. Kami pun memilih dapur sebagai tempat kami ngobrol.

“Tadi malam Abdi meneleponku. Dia ingin kamu bergabung dengan komunitas kami.” Ujar Lusi seraya memberiku segelas coklat panas.

“Komunitas? Komunitas apa?” Tanyaku sambil mengambil bungkus rokok putih dari dalam tasku, lalu membakarnya sebatang, kemudian mengisap dan menghembuskan asapnya pelan. Ya, aku mulai merokok sekitar dua minggu yang lalu karena Lusi ajarkan.

“Nama komunitas kami adalah Bermuda Community.” Jawab Lusi sembari membakar rokok yang sejak tadi ada di jemarinya. Setelah menghembuskan asap rokok, Lusi melanjutkan ucapannya, “Komunitas kami adalah LSM yang berbadan hukum dan bergerak di bidang kegiatan sosial. Kami sering melakukan kegiatan bakti sosial ke daerah-daerah dan banyak penghargaan yang telah komunitas ini terima dari berbagai pihak.”

“Sebenarnya, aku kurang tertarik dengan LSM. Pekerjaanku di kantor kayaknya tidak memungkinkan untuk aktif di LSM kamu.” Kataku sejujur-jujurnya.

“Kegiatan sosial kami sebenarnya kamuflase saja. Yang sebenarnya terjadi adalah kami semua bersenang-senang. Kami adalah komunitas seks bebas. Setelah acara bakti sosial selesai, seluruh anggota bersenang-senang di sebuah hotel atau penginapan.” Jelas Lusi membuatku melongo.

“Kenapa harus begitu cara mainnya?” Tanyaku penasaran.

“Alasannya adalah bagi anggota yang mempunyai suami atau istri, dapat dengan mudah mencari alasan untuk keluar bersenang-senang. Tinggal bilang ada acara amal di anu, kemungkinan besar akan mendapat ijin dari suami atau istrinya.” Jawab Lusi lalu menghisap rokoknya.

“Masuk akal.” Kataku yang juga lantas menghisap rokokku.

“Alasan kedua, anggota komunitas ini adalah pria atau wanita dengan seleksi ketat. Syarat menjadi anggota komunitas adalah harus tampan untuk laki-laki dan mempunyai kejantanan minimal 17 senti juga kuat dalam bercinta. Selain itu, keanggotaan laki-laki ditentukan oleh suara mayoritas anggota wanita. Syarat untuk wanita adalah cantik dan menarik yang keanggotaan ditentukan oleh anggota laki-laki. Minimal 2/3 anggota laki-laki yang menyetujui calon anggota wanita untuk menjadi bagian dari komunitas ini.” Jelas Lusi lagi.

“Wow! Keren …” Kataku takjub.

“Sebelum kamu menentukan ikut atau tidak. Kamu harus melihat ini dulu.” Ujar Lusi sembari mengambil sebuah buku tebal dari sebuah lemari dan memberikannya kepadaku.

Ternyata buku tebal yang aku pegang adalah buku yang berisikan identitas anggota komunitas. Buku ini berisikan halaman biodata yang memuat identitas anggota, yaitu nama lengkap, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, kebangsaan, pekerjaan, agama, beserta foto. Kubuka satu persatu halaman, tentu kuperhatikan secara seksama foto-foto yang ada di buku tersebut. Aku menjadi takjub karena foto-foto yang kulihat adalah pria-pria tampan dan wanita-wanita cantik. Usianya pun relatif muda-muda, aku tidak melihat anggota yang berusia lebih dari 40 tahun, bahkan ada anggota yang masih berumur 19 tahun.

“Aku ikut!” Kataku sangat yakin sambil menutup buku.

“Ok … Kalau begitu kamu harus difoto untuk disebar kepada anggota pria, biar mereka yang menentukan apakah kamu layak menjadi anggota komunitas.” Ujar Lusi bersemangat sekali.

“Baik … Aku siap …” Kataku sambil bangkit dari duduk.

“Hi hi hi … Siap apanya? Kamu harus membuka bajumu alias telanjang. Yang difoto bukan hanya wajah, tetapi semua bagian tubuhmu termasuk vaginamu.” Kata aku yang sontak membuatku terkesiap.

“Memang harus begitu?” Tanyaku penuh keheranan.

“Ya … Penilaian anggota pria adalah kesempurnaan wanita. Wajah cantik saja tidak cukup, kulit harus tanpa cacat dan bersih, payudara kencang, pantat padat, dan lain-lain yang menurut mereka layak.” Lusi terus tersenyum melihat kekagetanku.

“Tapi … Apakah aku layak?” Aku menjadi ragu.

“Aku beberapa kali melihatmu telanjang. Aku pikir kamu sangat layak.” Ucapan Lusi membesarkan hatiku.

Lantas aku membuka pakaian pun hingga tak sehalai benang pun menempel di tubuhku. Sebelum acara pemotretan Lusi membantuku merias wajah dan merapikan rambutku. Setelah semuanya dirasa siap, Lusi mulai memotretku, dari pose yang biasa saja sampai pose-pose yang tidak sepantasnya aku lakukan, seperti pose mengangkang di kursi sambil membuka bibir vaginaku sehingga terlihat rongga peranakanku. Acara pemotretan pun akhirnya selesai juga. Segera saja aku memakai pakaianku kembali.

“Nah … Foto-foto ini akan aku kirim ke anggota pria melalui email. Kita tunggu lamanya satu minggu. Apakah mereka menyukaimu?” Ujar Lusi sembari melihat-lihat hasil jepretannya.

“Ah … Aku gak pede …” Lirihku yang juga sedang melihat potret-potretku di smartphone Lusi.

“Hi hi hi … Kamu cantik loh dan perfect. Kamu pasti diterima menjadi anggota komunitas ini.” Lusi berkata sambil merangkul bahuku.

“Ya … Semoga saja …” Aku memang berharap.

Aku dan Lusi bergerak ke sebuah ruangan yang di dalamnya terdapat seperangkat komputer lengkap dengan meja kursinya. Lusi kemudian mengirim foto-fotoku sejumlah email dan meminta konfirmasi secepatnya. Tidak kurang dari 50 email yang dikirimi foto-fotoku. Setelah selesai, kami kembali ke dapur dan melanjutkan obrolan kami.

“Kamu harus tahu, Wida. Komunitas ini sangat ekslusif. Kerahasiaan sangat dijaga. Tidak sembarangan orang yang bisa menjadi anggota di komunitas kami ini. Hanya orang-orang yang direkomendasikan oleh anggota komunitas yang bisa bergabung bersama kami.” Jelas Lusi sembari membakar rokok keduanya.

“Ya, aku mengerti. Kalau ketua organisasi ini siapa?” Tanyaku setelah meletakkan gelas minuman coklatku ke atas meja.

“Namanya Robby Prayogo Soemitro. Pasti kamu tahu Pak Soemitro, orang terkaya di negeri ini. Nah, Robby itu anaknya Pak Soemitro.” Jawab Lusi.

“Oh … Keren dong. Urusan dana operasional pasti sangat lancar.” Aku terkagum-kagum setelah mengetahui ketua Bermuda Community.

“Ya … Robby meng-handle semua biaya operasional komunitas ini, dan aku salah satu penanggungjawab pengelola keuangannya. Tapi sayang, akhir-akhir ini Robby tidak bisa ikut acara-acara kami karena sibuk dengan pekerjaannya. Setelah bapaknya memberikan Robby beberapa perusahaan, Robby praktis tidak pernah lagi berkecimpung dengan agenda kegiatan Bermuda Community.” Kata Lusi.

“Em … Apakah kamu pernah berkencan dengannya?” Tanyaku dengan nada genit.

“He he he … Bukan berkancan tapi seks. Aku pernah beberapa kali. Tapi, tidak semua anggota wanita pernah main seks dengannya. Robby itu orangnya sangat memilih pasangan. Aku salah satu orang yang beruntung bisa tidur dengannya, mungkin karena aku salah satu pengurus Bermuda Community yang mempunyai kesempatan berdekatan dengannya. Banyak sekali wanita yang ingin tidur dengannya tetapi harus kecewa karena Robby menolaknya.” Jelas Lusi dengan senyum penuh arti.

“Selain kaya, pasti dia tampan.” Kataku menebak-nebak.

Kulihat Lusi memainkan smartphonenya lalu memberikannya padaku, “Ini orangnya.”

Di layar smartphone yang kini di tanganku terpampang sebuah wajah yang sangat tampan. Aku pernah melihat wajah Pak Soemitro di televisi, media cetak atau media sosial. Kuakui kalau Pak Soemitro sosok pria yang tampan. Sudah pasti gen ketampanannya menurun pada Robby. Namun yang kulihat ketampanan Pak Soemitro dengan Robby agak berbeda. Jika Pak Soemitro tampan asli Indonesia, sedangkan Robby ketampanannya bercampur dengan wajah orang-orang barat.

“Robby seperti orang bule ya …” Kataku sembari memberikan lagi smartphone pada Lusi.

“Robby itu blasteran Jawa dan Rusia. Ibunya orang Rusia asli.” Jawab Lusi masih dengan senyumnya.

“Ah … Aku lupa. Istri pertama Pak Soemitro adalah wanita Rusia.” Aku baru teringat tentang Pak Soemitro. Pasalnya istri Pak Soemitro yang sekarang adalah orang Indonesia. Pak Soemitro dengan istri pertamanya sudah bercerai belasan tahun yang lalu. “Apakah aku ada kesempatan bercinta dengan Robby?” Tanyaku bercanda.

“Kesempatan pasti ada saja. Tapi kayaknya sangat sulit mendapatkan kesempatan itu. Sekarang ini Robby sangat sulit ditemui. Lagi pula, Robby punya belasan permaisuri yang cantiknya luar biasa. Kita ini gak akan bisa mengalahkan kecantikan para permaisurinya.” Ucapan Lusi barusan membuatku terkejut.

“Belasan permaisuri? Maksudmu istri-istrinya?” Tanyaku sangat penasaran.

“Bukan … Mereka bukan istri Robby. Tepatnya wanita peliharaan. Wanita-wanita yang aku sebut permaisuri adalah wanita-wanita yang diberikan fasilitas mewah dan kebutuhan hidup yang melimpah ruah, asalkan mereka mau melayani Robby layaknya sebagai suami. Kalau kamu percaya, satu wanita diberikan istana beserta barang-barang mewah di dalamnya. Hidup mereka benar-benar bagaikan seorang ratu. Apa yang permaisurinya minta, Robby pasti mengabulkannya.” Jelas Lusi dan aku terbengong mendengarnya.

“Wow!” Desahku takjub.

“Kamu harus tahu juga kalau istri Abdi adalah salah satu permaisuri Robby.” Kata Lusi dan kini aku benar-benar terperanjat.

“Benarkah?” Tanyaku sambil menggeser kursiku mendekati Lusi.

“Istri Abdi sangat cantik. Pantas Robby menyukainya. Abdi tak berdaya saat Putri, maksudku istri Abdi, dibawa oleh Robby. Sebenarnya Abdi sangat terpukul, tapi gak bisa berbuat apa-apa karena istrinya yang dengan sukarela bahkan senang hati dibawa Robby.” Jelas Lusi.

“Abdi pernah bilang kalau istrinya selingkuh. Aku juga bertanya, kalau tahu istrinya selingkuh, kenapa tidak menceraikannya.” Kataku.

“Sebenarnya bukan selingkuh. Tepatnya ditinggal oleh istrinya. Masalah tidak menceraikan istrinya, aku tidak tahu. Abdi juga tidak pernah bilang padaku.” Ucap Lusi sambil menghela napas.

“Bagaimana bisa Robby membawa istri Abdi?” Tanyaku lagi.

“Ya … Awalnya dari komunitas ini. Saat itu ada acara perayaan ulang tahun Robby. Abdi membawa istrinya ke acara itu, dan bertemulah Putri dan Robby. Putri terkena rayuan Robby dan memilih untuk tinggal bersama Robby. Abdi yang seorang bajingan pun sempat depresi saat istrinya diambil Robby.” Lusi kemudian membakar lagi rokoknya yang ketiga.

“Kalau begitu, Robby jahat juga ya …” Kataku dengan nada kurang senang.

“Hi hi hi … Bisa dibilang begitu. Tapi, siapa wanita yang tidak akan tergoda oleh Robby. Selain ganteng, dia juga kaya raya. Jika saja kamu mendapat kesempatan digoda Robby, aku yakin kamu pun akan bertindak sama dengan Putri.” Ujar Lusi sambil terkekeh ringan.

Kali ini aku tidak ingin bertanya lagi. Informasi ini cukup bagiku sampai di sini. Aku tidak ingin mendengar kisah nelangsa Abdi yang akan membuat mood-ku berkurang. Akhirnya aku dan Lusi ngobrol seputar kegiatan Bermuda Community. Ternyata sudah banyak sekali kegiatan-kegiatan amal besar yang komunitas ini ikuti. Bahkan setiap ada bencana yang terjadi di berbagai belahan bumi, Bermuda Community akan dengan sigap memberikan bantuan berupa materi maupun barang-barang yang dibutuhkan.

“Lus … Aku minta lagi dong obat yang tempo hari kamu kasih. Punyaku habis.” Aku tiba-tiba teringat akan obat penambah stamina yang diberikan Lusi dua minggu yang lalu.

“Enak ya ke badan.” Lusi bangkit lalu berjalan ke arah lemari kayu di samping lemari es.

“Enak sekali, Lus. Aku merasa semangat setiap hari.” Kataku. Tak lama Lusi memberikan sebotol kecil obat yang kuinginkan. “Sebenarnya, apa sih nama obat ini? Biar aku bisa beli di apotek.”


“Obat itu gak dijual bebas. Gak bakal ada di apotek. Nama obatnya neurotransmiter.” Jawab Lusi.

“Lalu … Kamu dapet dari mana?” Tanyaku penasaran.

“Itu obat dari Robby untuk anggota komunitas saja. Harganya sangat mahal itu. Satu botol sekecil itu sampai satu jutaan.” Jawab Uci.

“Wah! Mahal sekali …” Kataku sembari menggeser botol obat ke arah Lusi.

“Kataku tadi, obat ini gratis untuk anggota komunitas. Ini ambilah!” Lusi mendorong kembali botol obat ke arahku.

“Terima kasih …” Kataku sembari mengambil obat yang diberikan Lusi lalu memasukannya ke dalam tas.

“Aku sarankan jangan terlalu sering minum obat itu. Saat-saat tertentu saja, misalnya pada saat gak enak badan. Obat itu ada efek sampingnya.” Ujar Lusi.

“Oh … Apa efek sampingnya?” Tanyaku.

“Libidomu akan naik. Pengennya bercinta melulu.” Lusi lantas mengulum senyum.

“Wah! Pantas saja aku sering horny belakangan ini.” Aku pun ikut tersenyum.

“Obat itu selain bisa menghilangkan rasa tak enak di badan juga bisa membuat mood jauh membaik dan pemicu timbulnya rasa bahagia. Ya seperti yang aku bilang tadi, efek sampingnya gairah seks kita akan meningkat.” Jelas Lusi lagi.

“Tapi gak bahaya kan?” Tanyaku bernada canda.

“Tidak sih … Tapi kasihan saja suamimu. Bakal kewalahan tuh … Hi hi hi …” Lusi terkekeh.

“Gak apa-apa. Kan ada Abdi … Hi hi hi …” Candaku lagi yang diakhiri dengan tawa kecil.

“Oh ya … Ngomong-ngomong, Abdi sedang tugas ya?” Tiba-tiba Lusi menanyakan Abdi.

“Dia sedang ditugaskan kantor ke pedalaman. Tugas lima hari. Besok juga sudah pulang.” Jawabku.

Tak terasa, hari sudah sampai di tengah-tengah. Aku pun berpamitan pada Lusi untuk kembali ke rumah. Aku menginjak pedal gas tidak sampai setengah. Kendaraanku melaju dengan kecepatan sedang, biar lambat asal selamat. Setengah jam sudah berlalu, aku mulai memasuki wilayah kota tempat tinggalku. Saat aku melintas di depan restoran masakan khas sunda, tiba-tiba mataku melihat mobil suamiku terparkir di area parkir restoran. Kebetulan perutku sedang minta diisi, langsung saja mobilku masuk ke pelataran restoran itu.

Begitu sampai, aku memarkirkan mobil di dekat pintu keluar restoran karena tempat yang kosong hanya di sana. Rupa-rupanya restoran penuh oleh pengunjung. Wajar saja jika restoran penuh, karena ini jam makan siang dan yang aku singgahi adalah salah satu gerai makan yang cukup terkenal. Aku membuka pintu restoran dan mengedarkan pandangan, mencoba melihat sekeliling restoran, mencari posisi suamiku. Tak disangka, aku melihat lambaian tangan dari sudut restoran, dan ternyata itu suamiku.

Aku langsung mendekati ke mejanya, ternyata suamiku tidak sendirian. Dia bersama orang bule. Sesampainya di meja mereka. Aku langsung dikenalkan pada orang bule sahabat suamiku itu yang bernama Andrew. Sungguh, aku agak terkesiap tatkala menatap wajahnya. Langsung saja jantungku berdetak tidak jelas. Ya ampun, wajah orang bule itu adalah wajah yang kulihat di buku keanggotaan Bermuda Community. Aku sangat mengingatnya karena aku memperhatikan fotonya cukup lama karena selain aneh ada orang asing yang menjadi anggota komunitas, wajahnya pun sangat tampan. Tiba-tiba aku merinding tatkala merasakan hal aneh pada tatapannya. Ketakutanku kini semakin nyata. Tubuhku menggigil seperti terkena siram air es. Aku menahan nafas dan duduk di kursi sebelah suamiku. Aku tidak berani menatap wajah Andrew. Aku berusaha menguatkan hatiku, dan berharap sahabat suamiku itu tidak mengetahui kalau aku baru saja mendaftar menjadi anggota Bermuda Community.

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Bimabet
kepelukan siapa akhirnya Wida berlabuh...Robby atau Andrew secara ekslusive atau jadi milik bersama para pria anggota komunitas yg penting nikmaaaaatttt
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd