Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA RAHASIA SEBUAH HATI (NO SARA)

BAGIAN 3

Wida Pov

Aku tatap wajah tampan laki-laki yang sedang menggendongku, sementara tanganku melingkari lehernya. Harus kuakui jika dia sangat tampan, bentuk wajah, mata, hidung, dan bibirnya sempurna di mataku. Senyumannya juga sungguh indah dan menawan, membuat lenyap semua nestapa. Aku merasa bahagia. Bersamanya aku merasa lengkap sebagai wanita. Tak ada yang terasa kurang.

Ternyata Abdi membawaku ke ruang ganti wanita. Dia menurunkan tubuhku lalu membawaku ke tempat bilas. Di sana aku ditelanjanginya namun aku hanya diam saja. Setelah itu, Abdi menyirami tubuhku dengan guyuran air shower. Aku pun tersenyum karena aku seakan diperlakukan seperti seorang anak yang dimandikan bapaknya. Aku biarkan Abdi menyabuni tubuhku. Mula-mula dada, punggung, pantat lalu menuju kewanitaanku. Tangan-tangan kekar itu meraba-raba seluruh tubuhku sangat sensual, tak terasa desahan nafsu mulai keluar dari mulutku. Air shower mengalir deras membasahi tubuh kami berdua. Sementara itu desahan-desahan nafsuku membahana di ruangan shower yang luas. Tubuhku serasa terbakar dengan panasnya birahi.

Ketika Abdi meremas payudara kiriku, aku mengambil busa sabun yang ada di payudara kananku kemudian aku usapkan ke tubuhnya. Aku lantas memotong sabun di tangan Abdi. Sekarang kami saling menyabuni. Kuberanikan diri mencium bibirnya. Abdi membalasnya dengan lembut. Entah dorongan dari mana yang membuat tanganku menyentuh tonjolan kejantanannya yang masih terbalut oleh celana renangnya. Terkaget aku merasakan kekerasan dan serasa aneh menyentuhnya, ternyata tongkat sakti dalam sentuhanku sungguh lain dari kepunyaan suamiku. Sesuatu yang sedang aku raba ini lebih panjang dan lebih gemuk. Kuusap-usap batangnya yang sangat keras itu. Aku yang tidak tahan menahan keinginanku, akhirnya aku memberanikan diri untuk memasukkan tanganku ke dalam celana renangnya. Jari-jariku langsung menyentuh bulu kemaluannya yang lumayang lebat. Kemudian aku masukan tanganku lebih dalam hingga menemukan batang kemaluannya. Aku tarik batang itu ke atas dan mengelusnya dengan sangat lembut. Sungguh, apa yang kupegang sangat mengagetkan aku. Tanganku hampir tidak cukup memegangnya. Panjangnya pun melebihi kepunyaan suamiku.

Tiba-tiba Abdi melepas ciumannya dan dengan terengah-engah dia pun berkata, “Ratuku … Izinkan aku …”

Aku tahu Abdi sudah sangat terbakar oleh nafsunya dan menginginkanku. Aku lantas tersenyum dan menganggukan kepala sebagai tanda persetujuan. Abdi pun membuka celana renangnya. Aku menahan napas saat melihat kejantananya yang agung itu sudah siap sepenuhnya. Perlahan Abdi membalikkan tubuhku sehingga aku menghadap tembok. Tak lama berselang, pinggangku agak ditariknya hingga aku sedikit menungging. Aku bisa merasakan penisnya beradu dengan pantatku. Aku bergerak mundur untuk membiarkan penisnya meluncur diantara kakiku. Kemudian aku bisa merasakan batang itu meluncur sepanjang bibir vaginaku. Tidak menembus, aku hanya menggesek batang yang keras itu, menikmati sensasi yang baru ini dari penis keras dan besar yang menekan ke dalam bibir vagina telanjangku.

Akhirnya Abdi mencengkram kuat pinggangku, sedetik berikutnya aku mendelik dan menahan napas saat terasa sesuatu yang membelah vaginaku. Saat itu juga, aku mendapatkan rasa yang sangat nikmat dari tekanan pada vaginaku. Dia mulai memompa ke dalamku dengan dorongan dangkal, setiap dorongan menekan masuk semakin ke dalam vaginaku. Penisnya terasa bergerak lebih dalam dan semakin dalam, menyentuhku di mana aku belum pernah disentuh. Kemudian aku sadar bahwa penisnya sedang memukul leher rahimku.

"Oh Tuhan! Oh ya! Setubuhi aku! Lebih keras … lebih keras ...!" Aku mengarang dan meracau karena kenikmatan.

Abdi mulai ke menyetubuhiku lebih cepat, lebih keras. Aku sangat menikmati inci demi inci batang penis Abdi saat membelah liang vaginaku, terasa nikmat luar biasa. Aku bereaksi dengan mendesah merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Tubuhku merinding, sementara Abdi terus menghentakkan kejantanannya seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar. Aku pun mulai merintih-rintih tak terkendali.

“Terus sayang … Teruuusss…!” Desahku.

Rasa nikmat itu sungguh luar biasa. Rasa nikmat itu terasakan di sekujur tubuhku, terutama di bagian dalam vaginaku. Akibat gerakan brutal itu, aku merasakan kalau sebentar lagi akan mengantar diriku menuju titik orgasme. Gerakan Abdi kian lama semakin cepat. Liang vaginaku kini sudah sangat basah, hingga pada setiap tusukan terdengar bunyi gesekan yang sangat jelas. Aliran libido yang meledak seolah memompa tubuhku dan menekannya ke segala arah. Tentu saja hal tersebut menandakan bahwa aku sungguh menikmati perbuatan terlarang ini.

Dan akhirnya tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Abdi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.

“Oohhh…!!!” Dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.

Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Abdi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sibuk mengatur nafas.

“Terima kasih ratuku,” bisik Abdi beberapa saat kemudian.

“Hmmm…” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Abdi bergerak-gerak di dalam vaginaku dan tak lama keluar dari dalam tubuhku.

Abdi membalikan badanku kemudian memelukku dengan begitu lembut penuh kasih sayang. Diusap-usap rambutku perlahan. Terdengar suara yang dalam dan bersahaja miliknya, “Wida … Aku tidak bisa mengatakan apapun tentang peristiwa yang tak direncanakan tadi. Kamu pantas membenci dan marah kepadaku. Kamu juga boleh memaki, menampar dan mengataiku apapun kepadaku, karena aku memang pantas menerimanya.”

“Aku tidak menyesal apalagi marah, Abdi … Bahkan tadi itu, aku sangat menyukainya.” Jawabku pelan dan malu-malu.

“Benarkah?” Senyum Abdi pun terbit.

“Ya …” Jawabku semakin pelan sambil membalas pelukannya.

Memang, apa yang diberikan Abdi barusan adalah pengalaman pertamaku yang mungkin sulit untuk dilupakan. Aku sangat menikmatinya bahkan mungkin aku malah kecanduan mereguk nikmat bermain seks dengannya. Selain rasa nikmat yang kudapat, aku juga merasakan sensasi luar biasa yang tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Sensasinya begitu menghanyutkan dan membekas karena pergerakan arus birahiku sangat terpuaskan. Aku seperti tenggelam dalam semesta pesona yang memabukkan.

“Kita harus segera berpakaian … Ada yang ingin kutunjukkan padamu.” Ucap Abdi sambil mengurai pelukannya.

Aku hanya terdiam namun terkejut. Belum sempat menanyakan apa yang ingin ia tunjukkan, Abdi pun langsung pergi dari hadapanku dengan tubuh telanjangnya. Laki-laki itu keluar begitu saja dari ruang ganti wanita. Sekali lagi, aku hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala. Aku lantas mengeringkan tubuh dengan handuk yang disediakan hotel, kemudian berpakaian dan berdandan. Setelah semuanya terlihat baik, aku keluar ruang ganti. Ternyata Abdi sudah berapakaian rapi dan menungguku di depan ruang ganti wanita.

“Mari my princess!” Abdi mengulurkan tangannya.

Dengan rasa penasaran yang membuncah, aku sambut uluran tangannya. Ternyata Abdi tidak membawaku keluar dari kolam renang melainkan dia membawaku ke pintu lain yang aku perkirakan pintu itu adalah penghubung antara kolam renang dengan hotel. Benar saja, aku dibawanya ke dalam hotel dan langsung ke sebuah ruangan. Sesampainya di ruangan itu, sontak saja mataku terbelalak dengan perasaan hati yang terharu biru. Aku benar-benar tidak menyangka kalau Abdi melakukan ini untukku.

Di sebuah meja terlihat sebuah kue ulang tahun berukuran sedang. Terdapat dua buah lilin dengan bentuk angka tiga dan nol ditancapkan di atas kue sebagai simbol usiaku. Air mataku tiba-tiba menetes merasa terharu, di saat semua orang tidak peduli, ternyata masih ada yang mau merayakannya denganku. Bagiku ulang tahun adalah momen kegembiraan karena pada hari itu sejenak orang menyisihkan waktu memberi ucapan selamat, mendoakan bahkan ada yang memberi kado. Sejak kecil aku sangat memaknai hari ulang tahun sebab hari ulang tahun adalah hari yang paling istimewa untukku.

“Selamat ulang tahun ratuku …” Ucap Abdi sambil mencium buku tanganku mesra.

“Oh … Terima kasih … Terima kasih …” Kataku sembari menahan isak haru yang tak kuasa aku tahan. Isak haru yang bukan lagi bahagia, tetapi aku sangat terharu akan ketulusannya.

“Mungkin aku tidak bisa memberimu kado terindah, namun ucapan dan doa yang tulus dari dalam hati ini bisa membuat kita untuk tetap saling menyayangi dan bersama selamanya. Semoga di hari spesial ini dapat membawa kebahagiaan yang melimpah. Hari ini tepat 30 tahun umur kamu, semoga panjang umur, sehat selalu, rezeki berlimpah dan harapan kita berdua tercapai.” Ucap Abdi yang membuat hatiku semakin terenyuh.

Kata-kata selamat ulang tahunnya sangat menyentuh kalbuku. Aku tidak bisa membalas ucapan selamat ulang tahunnya, aku malah menangis sesegukan karena semua rasa bersatu untuk mencipta sesuatu mustahil untuk ditentang. Laki-laki di sampingku lah yang telah membuatku bahagia seperti ini. Mutahil bagiku untuk tidak mencintainya.

“Ayo! Kita potong kuenya …” Ucapan Abdi itu membuyarkan lamunanku.

Kami pun bersama-sama memotong kue ulang tahun. Setelah kue dipotong, kami pun saling menyuapi kue. Bagiku hal ini merupakan perayaan ulang tahun yang sangat berkesan. Walaupun sangat sederhana tetapi mampu menyentuh hatiku yang terdalam.

“Kamu sangat cantik hari ini. Em… Bolehkah aku minta satu permintaan padamu?” Kata Abdi.

“Iya …” Jawabku.

“Karena ini adalah hari ulang tahunmu, aku cuma pengen kamu nyanyi lagu Happy Birthday.” Katanya yang membuatku melongo keheranan.

“Tapi kan … Seharusnya kamu yang menyanyikan lagu itu untukku. Ini hari ulang tahunku.” Tentu saja aku protes.

“Ayolah, please…!” Abdi merengek sambil tersenyum.

Akhirnya aku bisa bernyanyi di depan orang yang aku sayang. Walau suaraku tak seindah yang dia kira. Aku tahu dan aku mau bernyanyi karena aku pernah melihat film yang mengajarkanku, “Ketika lagu dinyanyikan, tidak perlu berakting, tidak perlu ekspresi wajah, hanya satu bernyanyi karena kau mengerti bagaimana rasanya bisa bernyanyi.

Aku pun bernyanyi lagu ‘Happy Birthday’ untuk diriku sendiri. Abdi memujiku kalau aku mempunyai suara yang indah. Kerap kali aku merasa tersanjung dan senang ketika Abdi memuji-muji diriku. Dan aku meresponnya hanya dengan senyuman. Kami pun memakan kue ulang tahun itu sampai perut kami benar-benar kenyang. Akhirnya Abdi mengajakku ke tempat lain, dan aku pun hanya mengikutinya. Perjalanan kami pun berujung ke sebuah kamar hotel. Tak sedikit pun niatan aku menolak ajakan Abdi untuk memasuki kamar hotel yang sengaja dia sewa untuk kami. Kemudian, Abdi membawaku ke balkon kamar hotel. Di sana, aku dan Abdi menyalakan kembang api bersama-sama di tengah-tengah indahnya malam. Ya walau tanpa kami sadari ternyata nyalanya tidak seindah yang kami kira.

“Ya ampun …. Maaf yaa cuma kayak gini!” Kata Abdi yang menyesali acara kembang apinya.

“Iya gak papa ... Aku seneng kok.” Kataku sambil tersenyum.

Lalu aku dan Abdi duduk di bangku cinta yang ada di balkon kamar hotel. Kami saling berpelukan dan menyandarkan kepalaku di dadanya yang bidang sambil melihat bintang-bintang. Aku merasakan kenyamanan yang sebelumnya belum pernah aku rasakan bahkan saat aku bersama suamiku. Tiada suara pun yang keluar dari mulut kami untuk beberapa saat lamanya. Hanya suara kendaraan yang hilir mudik di jalanan yang terdengar. Tiba-tiba Abdi berbicara memecah keheningan.

“Aku sangat mencintaimu ratuku. Aku sangat ingin bahagia bersamamu.” Ucap Abdi begitu lembut.

Aku menghela napas sejenak lalu berkata, “Aku juga sangat mencintaimu, tapi aku tak bisa meninggalkan suami dan anak-anakku untukmu. Terlalu banyak hal yang telah kucuri dari suami dan anak-anakku, perhatiannya, rasa cintanya. Terlalu banyak yang telah kurenggut dari mereka dan aku akan selalu menjaga keutuhan keluargaku karena untuk menghilangkan rasa bersalahku karena terlalu banyak menyakiti mereka. Kalau harus jujur siapa yang paling kucintai, aku tidak ragu untuk memilihmu. Aku mencintaimu, tapi kita tidak bertemu di waktu yang tepat.” Jelasku.

“Ya, aku tahu.” Lirih Abdi.

“Aku tidak menyesali perasaanku yang luluh karena kehadiranmu. Kamu membawa sesuatu yang ajaib sehingga aku kembali menemukan semangat hidupku. Kamu harus tahu, hal yang paling menyedihkan adalah harus kehilangan kamu. Aku bukan perempuan yang mudah bilang rindu, tapi aku ingin mengaku bahwa selama beberapa hari yang lalu aku sangat merindukanmu. Kamu berhasil menumbuhkan rasa penasaranku, kamu berhasil membuatku kembali merasakan debaran aneh karena jatuh cinta.” Jelasku lagi.

"Ratuku ... Aku akan selalu mencintaimu …" Abdi berbisik di telingaku, membuat geratan kecil yang menstimulus syarafku.

Aku menoleh ke samping, dimana ia membisiku tadi. Tatapan kami bertemu dan seketika kami berdua saling tersenyum. Tahu apa yang kami inginkan. Abdi mendekati wajahku dan segera menciumku yang juga sedang menunggunya. Kupejamkan mataku dan menikmati bibir Abdi yang manis. Tangan Abdi memijat bahuku pelan, namum kurasakan sentuhannya tak lama menetap di bahuku. Tangannya menjalar ke leher hingga dadaku, seolah-olah ia sedang berusaha menemukan sesuatu. Aku menggeliat saat kedua tangan Abdi menyentuh kedua dadaku.

"Sayang ... Aaahhh …" Aku mendesah keenakan.

"Aku sangat menyukainya, ratuku …." Tangan Abdi terus meremasi kedua gundukan milikku dan kembali mengajakku berciuman. Aku bersandar di dadanya yang bidang tanpa melepas sedikit pun ciuman itu.

Remasan Abdi membuatku mendesah kecil karena rasa geli sekaligus nikmat secara bersamaan. Ya, aku menikmati sentuhan itu. Ciuman Abdi berpindah ke pipi, telinga dan leherku. Ia memberi kecupan kecil di setiap senti leherku, membuatku menggeliat lagi. Tangannya menyelinap ke dalam pakaianku. Menelusuri kulit perut dan naik hingga ke bra yang aku kenakan. Dilepaskan kedua dadaku dari penopangnya, sehingga Abdi bisa langsung menyentuh payudadaku. Aku mengerang saat kedua jari Abdi mencubit puncak payudaraku, sedikit sakit. Tapi, tak membuatku jera. Beberapa kali Abdi menariknya dan aku hanya mengerang nikmat.

Abdi memutar tubuhku sehingga kami saling berhadapan. Tangan Abdi bersiap melepas kancing bajuku. Aku menatapnya penuh hasrat. Melihat tak ada penolakan dariku, Abdi segera melanjutkan niatnya. Ditariknya pakaianku lepas dari tubuhku, begitu pula dengan braku. Aku menunduk malu. Tatapan Abdi ke payudaraku yang polos sangat intens.

"Payudara kamu sungguh indah, ratuku ... Seperti buah yang sudah ranum dan siap untuk dinikmati." Katanya penuh kekaguman.

Kata-kata Abdi begitu menggoda. Ia mengambil daguku dan kembali mencium bibirku sambil kedua tangannya lihai memanjakan payudaraku. Remasannya lembut, sambil sesekali memberi cubitan yang menambah sensasi aneh. Perlahan tubuhku dialiri perasaan hangat dan payudaraku mengeras. Ciuman Abdi meninggalkan bibirku, ia beranjak ke kedua daging kenyal milikku dalam genggaman. Melahapnya dengan penuh gairah. Aku kembali mendesah pelan.

Tak lama, Abdi bangkit dari bangku cinta. Mataku menangkap sesuatu yang menonjol di balik celana panjangnya. Abdi menatapku dan aku tahu apa yang ia inginkan. Tanganku terangkat, menyentuh benda itu dan meremasnya pelan. Abdi tersenyum, sadar bahwa wanitanya ini sudah satu step lebih berani. Abdi segera melepas celana panjangnya. Aku tak bisa menyembunyikan rasa kagetku saat melihat miliknya yang sudah ereksi sempurna itu dibebaskan dari dalam celananya.

Abdi duduk bersandar di sampingku, dibimbingnya tanganku untuk memainkan miliknya, sementara satu tangannya menjelajahi sekitaran pahaku. Aku terbuai pada sentuhannya, apalagi saat jari-jari Abdi tengah mengelus-elus kewanitaanku yang tersembunyi di balik celana dalam. Gairah dan hasratku seakan telah lepas dari kurungannya, memberikan isyarat agar aku harus 'menikmati' semua sentuhannya. Kubiarkan jarinya menelusuri kewanitaanku. Aku mendesis, sensasi yang luar biasa kurasakan saat jari Abdi bergerak merangsang daging kecil yang ada di sana. Kucengkram lengan Abdi, tak tahan dengan perlakuan Abdi di bagian paling sensitifku.

"Aaaahh … Geli, sayang .... Geliii ..." Aku merintih. Namun, kali ini Abdi tidak menghiraukanku.

Abdi memandangi wajahku yang tersiksa karena kenikmatan yang dibuatnya. Gesekkannya semakin cepat hingga membuat tubuhku menegang. "Sayaaannggghh….." Aku mengerang saat nyaris mencapai puncak. Beberapa detik kemudian, tubuhku lemas dan kurasakan cairan mengalir di bawah sana. Ternyata tidak sampai disitu, Abdi kemudian menggendongku masuk ke dalam kamar hotel. Direbahkannya tubuhku yang setengah telanjang itu di atas kasur busa. Perlahan, Abdi menarik lepas pakaian yang tersisa di tubuhku, sehingga tidak ada penghalang di antara kami.

Selanjutnya, laki-laki itu menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis vaginaku. Walaupun aku sudah mendapat orgasme, tapi entah kenapa aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini. Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang masuk dan menggelitik lubang vaginaku. Ternyata Abdi memasukkan jari tangannya ke celah vaginaku. Ia memutar-mutar telunjuknya di dalam lubang vaginaku, sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku.

“Ooohh … Sayaanngghh …” Aku mengerang keenakan.

Selanjutnya ia menelusupkan kepalanya di selangkanganku, lalu bibir dan lidahnya melumat habis vaginaku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Abdi yang masih terengah-engah di selangkanganku. Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi. Ketika kenikmatan birahi benar-benar menguasaiku, dengan tiba-tiba, Abdi melepaskanku dan dengan cepat ia menindihku. Dari kaca lemari yang terletak di sebelah samping ranjang, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam di kasur busa ketika tubuh Abdi yang tinggi besar mulai menindihku. Dadaku deg-degan melihat adegan kami melalui kaca lemari itu. Tampak aku yang telanjang digumuli oleh lelaki yang juga sedang telanjang, dan laki-laki itu bukan suamiku.

Abdi kembali melumat bibirku. kali ini teramat lembut. Aku pun membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Abdi. Abdi terpejam merasakan seranganku, sementara tangan kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi. Bermenit-menit kami terus berpagutan saling memompa birahi masing-masing. Peluh kami mengucur deras dan berbaur di tubuhku dan tubuh Abdi. Dalam posisi itu kurasakan benda yang kenyal dan sangat keras mengganjal di atas perutku. Aku semakin terangsang luar biasa ketika kusadari benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Abdi yang besar dan panjang. Tiba-tiba kurasakan batang zakar itu mengganjal tepat di bibir lubang kemaluanku. Rupanya Abdi sedang berusaha memasukkan batang penisnya ke vaginaku.

“Aaaaahh …” Aku mendesis kenikmatan.

Aku menggeliat hebat ketika ujung penis yang besar itu mulai menerobos masuk. Walau pun mulanya sedikit sakit, tetapi selanjutnya rasa nikmatnya sungguh tiada tiara. Abdi terus menerus mamaju-mundurkan batang penis sebatas bibir vaginaku. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih terus berpagutan. Dan secara perlahan batang kemaluannya mulai melesak ke dalam lubang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang penis Abdi yang sangat-sangat besar itu. Aku hanya dapat terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan.

“Ooohh … Aaahh … Aaahh … Aaahh …” Aku melepaskan ciuman hanya sekedar untuk mendesahkan kenikmatan yang sedang aku rasakan.

Begitu besarnya penis milik Abdi, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karena tubuhnya yang berat, batang penis Abdi semakin tertekan ke dalam vaginaku dan melesak hingga ke dasar rongga vaginaku. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang zakar menggesek-gesek dinding vaginaku. Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Abdi dengan menggoyang pantatku. Kini tubuh rampingku seperti timbul tenggelam di atas kasur busa ditindih oleh tubuh besar dan kekarnya Abdi. Semakin lama, genjotan Abdi semakin cepat dan keras, sehingga badanku tersentak-sentak dengan hebat.

”Teerruss sayanghh...! Ennaak sayanghh...! ” Erangku. Sungguh ini permainan seks yang paling nikmat yang pernah kurasakan dalam lima tahun ini. Aku sudah tidak berpikir lagi tentang kesetiaan kepada suamiku. Abdi benar-benar telah menenggelamkan aku dalam gelombang kenikmatan.

Entah sudah berapa lama aku dihujami kenikmatan, tiba-tiba saja aku semakin merasakan nikmat yang luar biasa di sekujur tubuhku. Badanku mengelepar-gelepar di bawah himpitan tubuh Abdi. Seketika itu seperti tidak sadar, kuciumi lebih berani bibir Abdi dan kupeluk erat-erat. Aku sudah mulai merasakan datangnya orgasme yang akan segera menderaku. Cairan cintaku sudah membanjir. Tahu aku hampir orgasme, Abdi semakin kencang menghunjam-hunjamkan batang kejantanannya ke vaginaku.

“Aaaahh sayaaanngghh … Aaaakkkuuuu …. Aaaaaaccchhh ….” Aku pun mengerang ketika badai orgasme menerjangku. Seketika dengan refleks tangan kananku menjambak rambut Abdi, sedangkan tangan kiriku memeluknya erat-erat. Pantatku kunaikkan ke atas agar batang kemaluan Abdi dapat menancap sedalam- dalamnya. Setelah kenikmatan puncak itu, tubuhku melemas denagn sendirinya. Abdi pun menghentikan genjotannya.

“Bagaimana rasanya my princess?” Abdi menggodaku dengan hidungnya ditempelkan ke hidungku.

“Lezat sekali sayang …” Kataku hampir terdengar berbisik.

”Aku belum keluar sayang ... Tahan sebentar ya... Aku terusin dulu ...! ” Ujarnya lembut sambil mengecup pipiku.

Aku hanya tersenyum sebagai tanda persetujuanku. Abdi memulai lagi pekerjaannya yang belum tuntas. Secara perlahan ia memasukan kejantanannya ke dalam diriku lalu menariknya sampai batas tertentu dan memasukannya kembali. Dia menekan penisnya keluar masuk secara terus menerus. Tangannku memegang pinggulnya dan wajahnya makin terlihat jantan. Kulirik ke bawah untuk melihat vaginaku yang dihajar batang kejantanan Abdi. Aku terbelalak karena tak mengira vaginaku bisa dimasuki penis sebesar itu. Dan yang lebih aku terkejut, batang zakar besar seperti itu nikmatnya tiada terkira.

Gerakan Abdi semakin lama semakin kencang memompakan penisnya. Sementara mulutnya tidak henti-henti menciumi pipi, bibir dan buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu tiba-tiba nafsuku bangkit kembali. Kurasakan kenikmatan mulai merambat lagi dari selangkanganku yang dengan kencang dipompa Abdi. Maka aku balik membalas ciuman Abdi dengan penuh nafsu, semantara pantatku kembali berputar-putar mengimbangi penis Abdi yang masih perkasa menusuk-nusuk lubang vaginaku. Kini kami kembali mengelapar-gelepar bersama. Tiba-tiba Abdi bergulung, sehingga posisinya kini berbalik, aku di atas, Abdi di bawah.

“Apa yang kamu lakukan?” Tentu aku bertanya karena heran.

“Sekarang kamu yang aktif, ratuku …” Jawab Abdi santai.

“Ta..tapi … Aku gak bisa.” Kataku malu-malu.

“Coba dulu … Gerakan saja pinggulmu.” Titah Abdi.

Dengan posisi tubuh di atas Abdi, pelan-pelan aku putar-putar pantatku, maju- mundur, kiri-kanan, mencoba untuk mengocok batang penis Abdi yang masih tertanam di lubang vaginaku. Aku dorong ke depan dan kebelakang pantatku. Penisnya menusuk ke dalam vaginaku, sedangkan payudaraku habis dipreteli olehnya.

”Tuuh… Biisaa kaan...!” Katanya setengah mendesah.

Aku hanya tersenyum senang dan sekarang aku seperti kesetanan ketika aku di atas seperti ini karena memang terasa lebih nikmat. Vaginaku menekan sementara penis Abdi terus di dalam kehangat vaginaku. Dalam posisi ini terasa sekali kejantanannya memporak-porandakan ketenangan vaginaku. Cengkraman liang vaginaku terasa sekali bergesekan dengan batang kemaluan Abdi.

Saat aku sedang asik menikmati permainan panas ini, tiba-tiba aku mendengar dering telepon dari dalam tas kerjaku yang terletak di meja kecil samping ranjang. Jujur, aku sangat terkejut dan langsung saja teringat pada Denta, suamiku. Tanpa berlama-lama segera aku sambar tak kerjaku itu tanpa melepaskan tautan kelaminku dan Abdi karena memang tas kerjaku bisa kujangkau tanpa harus bergerak jauh. Benar saja apa yang kuperkirakan, Denta meneleponku.

“Suamiku …” Kataku sambil menatap wajah Abdi yang ada di bawahku. Abdi pun memberi kode untuk aku mengangkatnya.

“Hallo …” Sapaku pada Denta setelah menggeser ikon berwarna hijau ke atas.

“Ma … Papa harus menginap di lokasi karena banyak sekali masalah yang harus diselesaikan.” Kata Denta di sana.

“Iya …” Aku hanya menjawab dengan satu kata.

“Ya sudah ya … Papa harus kembali ke tambang …” Ucapnya lagi.

“Iya …” Aku jawab dengan kata yang sama.

Telepon pun terputus dan entah kenapa aku menjadi marah pada suamiku. Aku marah karena kecewa. Kecewa karena dia benar-benar melupakan hari ulang tahunku, hari yang bagiku sangat istimewa. Aku banting smartphoneku ke atas kasur dan langsung bergerak lagi di atas tubuh Abdi. Aku akan tidak peduli lagi padanya. Ya, aku tidak peduli. Akhirnya aku lampiaskan kekecewaanku itu dengan menggali kenikmatan bersama laki-laki di bawahku. Semakin lama gerakanku semakin panas dan geolannya pun semakin cepat dan liar.

Hanya selang lima menit, lagi-lagi kenikmatan tak terkira segera akan menderaku. Aku semakin kuat menghunjam-hunjamkan vaginaku ke batang penis Abdi yang kokoh dan perkasa itu. Tubuhku yang ramping langsung jatuh di atas tubuh Abdi lalu mendekap laki-laki itu sangat erat.

“Sayanghh … Aku hampir sampai …” Bisikku dengan napas terengah-engah.

Mengetahui hal itu, untuk yang kedua kalinya, Abdi langsung bergulung membalikku, sehingga aku kembali di bawah. Dengan napas yang terengah-engah, Abdi yang telah berada di atas tubuhku semakin cepat memompa selangkanganku. Tak ayal lagi, rasa nikmat tiada tara terasa di sekujur tubuhku. Lalu rasa nikmat itu seperti mengalir dan berkumpul ke selangkanganku. Abdi kupeluk sekuat tenaga, sementara napasku semakin tak menentu. Kini Abdi memompaku sangat keras. Kejantanannya begitu kuat menghujam di celah kenikmatanku.

”Teruss ... Aaahh teruss … Aakuu.. keluaarr sayaanghh...! ” Erangku menyambut orgasmeku.

Sementara tubuhku masih terus menggelepar-gelepar dalam tindihan tubuh Abdi. Belum reda kenikmatan orgasme yang kurasakan, tiba-tiba Abdi mendengus-dengus semakin cepat. Tangan kekarnya mendekapku erat- erat seperti ingin meremukkan tulang-tulangku. Ia benar-benar membuatku tak bisa bergerak, dan napasnya terus memburu. Genjotannya di vaginaku semakin cepat dan keras. Kemudian tubuhnya bergetar hebat.

“Aakuu... Maauu… Keluuarr sayang...! ” Erangnya tidak tertahankan lagi.

Melihat Abdi yang hampir keluar, pantatku kuputar-putar semakin cepat. Aku juga semakin erat memeluknya. ‘Seeerr.. Seeerr.. Seeerr..!’ Sperma Abdi terasa sangat deras muncrat di lubang vaginaku. Abdi memajukan pantatnya sekuat tenaga, sehingga batang kejantanannya benar-benar menancap sedalam-dalamnya di lubang kemaluanku. Aku merasa lubang vaginaku terasa sangat hangat oleh cairan sperma yang mengucur dari kemaluannya. Sperma Abdi luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang vaginaku terasa basah kuyup. Bahkan karena sangking banyaknya, sperma Abdi merembes hingga ke bibir vagina dan pahaku.

Untuk beberapa saat Abdi masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. Dan tak lama kemudian gelora kenikmatan itu berangsur-angsur menurun. Setelah itu, Abdi berguling ke sampingku. Aku termenung menatap langit-langit kamar. Begitu pun dengan Abdi. Aku memang merasakan sedikit penyesalan dan berdosa, namun rasa sesal dan dosa itu sudah tidak ada artinya untuk saat ini. Semuanya sesuai dengan yang sudah aku tekadkan sejak awal, dan sekarang sudah terjadi. Takdir sudah tidak bisa lagi diubah. Aku sudah menjalankan apa yang memang ada di jalanku. Akhirnya aku memantapkan hati, aku tidak menyesal dengan apa yang kulakukan.

“Ratuku … Apa kamu marah padaku?” Tanya Abdi yang ternyata sudah menghadapkan wajahnya padaku. Kepalanya dia sangga oleh tangan kirinya.

Aku pun menyamping dan menghadapkan wajahku padanya dan berkata, “Sama sekali tidak, sayang. Aku hanya merasa bodoh saja. Kenapa aku bisa mencintaimu?”

“Tidak ada yang pintar untuk masalah hati, princess … Semua orang akan tak berdaya jika berhadapan dengan yang namanya cinta. Cinta itu seperti virus, tidak terlihat namun bisa di rasakan. Jika sudah menyebar maka akan sulit untuk disembuhkan.” Kata Abdi yang bisa membuatku tersenyum lagi.

“Kamu ini ternyata pandai juga merayu.” Kataku sambil mencubit hidungnya.

“Aku tidak merayumu, princess … Aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan." Katanya lalu mengambil tanganku dan diciuminya.

“Apakah kamu sering merayu istrimu?” Tanyaku.

“Sering sekali … Tapi …” Abdi menghentikan ucapannya. Terdengar sekali nadanya berubah sendu. Tapi, itu yang membuatku menjadi penasaran.

“Kalau kamu tidak keberatan … Bolehkah aku tahu?” Tanyaku sangat berhati-hati.

“Sebenarnya aku tidak ingin menceritakannya pada siapa pun. Tapi aku akan menceritakan aib ini padamu. Hanya padamu.” Abdi terlihat menatik napas dalam-dalam dan menghempaskannya sekaligus. Lalu ia pun melanjutkan perkataannya, “Sepertimu, aku menikahi orang yang sangat kucintai. Di awal pernikahan, kami hidup bahagia dan saling mencintai. Tetapi keadaan berubah ketika usia pernikahan kami masuk tahun ketiga. Istriku tiba-tiba kasar dan tidak menghargaiku. Dia sering marah-marah tanpa sebab. Setelah aku selidiki ternyata istriku mempunyai kekasih, seorang pria yang kaya raya. Aku tak perlu menyebutkan siapa dia, yang jelas dia seorang anak konglomerat terkenal di negeri ini.” Abdi berhenti bercerita.

“Kalau kamu tahu, kenapa kamu mempertahankan pernikahanmu?” Tanyaku merasa heran.

“Untuk itu, aku tidak bisa memberitahumu. Maaf …” Tampak sekali air mukanya semakin mendung. Terbayang kesedihan mendalam di matanya sehingga aku tak ingin lagi mendesaknya. Namun tetap aku merasa penasaran.

“Maafkan aku …” Kuusap wajahnya selembut mungkin.

“Tidak apa-apa. Kamu memang perlu mengetahuinya.” Katanya sambil tersenyum.

Kami pun melanjutkan obrolan dengan tema ringan. Lama kelamaan kami berbincang tentang masalah seks. Bagiku obrolan seks memang terdengar tabu, tetapi siapa sangka obrolan seperti itu bersama Abdi bisa bikin kami lebih mesra. Belaian dan rabaan menjadi bumbu obrolan kami. Dan akhirnya kami sama-sama terangsang. Kami saling pagut saling regut. Peri dan mambang bermunculan dari dalam khayalan, menggoda kami yang sama-sama menggelinjang telanjang dan memadu kasih.

Malam ini menjadi malam yang paling indah. Malam yang bertabur bintang dan peluh panas akan sebuah percintaan yang tak akan terlupakan. Kami pun melanjutkan percintaan kami dengan penuh makna. Saling menyebut satu sama lain. Saling memuji. Saling memberikan satu sama lain. Akhirnya sepanjang malam ini kami habiskan waktu untuk memacu birahi kami. Benar-benar menyalurkan hasrat. Tak terhitung berapa kali aku mencapai puncak kenikmatan. Di akhir malam, kami lemas namun segar secara batin, siap memulai kembali rutinitas esok hari.

Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd