Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Bimabet
========
QUEST#02
========​

Hari ini, Rabu 19 Mei. Hari ulang tahun Jessie yang ke-22. Hari spesial baginya juga sangat penting untukku sendiri.
Karena hanya pada hari ini tiap tahunnya aku dapat mengambil ZODIAC CORE TAURUS dari Jessie dengan melakukan TRIGGENCE dari CHARM.
Aku sudah tidak sabar untuk segera menjemput Jessie pulang kerja. Padahal ini baru jam 9 pagi dan aku masih di sekolah. Masih pagi dan aku senewen. Senewen kalau-kalau terulang kembali waktu kejadian bersama April bulan lalu. April tiba-tiba menghilang seperti diculik wedhus gembel. Eh... Kalong wewe, ya? Ngubek-ngubek semua tempat tongkrongannya sampe sore. Eh dianya baru muncul jam sembilan malam—cengengesan. Dasar April. Untung dia kemarin bukan lahir tanggal satu, ya? Bisa Ngapril Mop-in orang tiap kali dia ulang tahun.
Aku lalu menelpon ke HP Jessie...
--------​
“Halo... Jess... Selamat Ulang Tahun, ya...?” seruku ketika ia menjawab di sana.
“Makasih, Satria...” jawabnya.
“Semoga panjang umur... Murah rezeki... dan selalu sehat...” kataku dengan ucapan standar selamat ulang tahun.
“Makasih lagi...”
“Nanti pulang kerja... aku jemput, ya?” tawarku.
“Ng... tapi Satria...” jawabnya ragu-ragu. Ada apa? Gawat! Tuh, kan-tuh, kan? Langsung parno.
“Ada apa? Ada acara, ya?” cemasku.
“Nggak... Teman-temanku minta ditraktir... Cuma lima orang, sih... Makan pizza... Gak pa-pa, ya?” jelasnya.
“Trus...?” kataku lemas.
“Tapi Satria jangan khawatir, deh... untuk Satria pasti jadi... Paling sudah selesai jam 8 malam... OK? Janji, deh...” katanya menenangkan hatiku. Jam 8 malam. Hampir mirip kayak kejadian April. Beneran, deh. Hu-uh!
“OK... Nanti hubungi aku, ya... kalau sudah selesai...” mintaku.
Untung saja ia ingat janjinya dan akan meneleponku kalau acara dengan teman-temannya sudah selesai.
Tapi bagaimana kalau acaranya jadi melar dan berlanjut kemana-mana. Nyambung nyalon, dugem, karaoke, makan lagi, midnight sale... Bisa mati berdiri aku nunggu setahun lagi.
Selama jam pelajaran aku terus uring-uringan memikirkan rencanaku nanti malam. Hari ulang tahun Jessie. Mana pelajaran satupun gak ada yang nyangkut di kepala.
--------​
Tidak biasanya, Aya tidak menungguiku di parkiran mobil sepulang sekolah. Ia gak nongol lagi. Kemana dia? Padahal aku mau nyari hiburan untuk kegalauan ini. Pelukan mesra tepatnya. Aya bisa jadi hiburan yang empuk. Goyang-goyang bareng Aya nunggu sampe malam juga gak pa-pa, deh. Duh, desperate-nya aku kali ini.
“Halo... Aya? Sedang dimana?” tanyaku.
“Di tempat teman? Oo... Kenapa? Mau nginap di sana? Tidak merayakan hari ulang tahun kakakmu?”
“Oo... tadi pagi udah... Nggak pake acara tiup lilin? Cuma pake ucapan aja... Iya?... Pake kado... Apaan kadonya? OK, deh, rahasia... Udah? OK... Dag...” tutupku.
Aya menginap di rumah teman sekolahnya karena ada tugas kelompok katanya. Ini berarti Jessie akan sendirian di rumah. Kesempatan bagus. Aku akan dengan bebas beraksi melakukannya di rumah dengan Jessie. Mungkin Aya sengaja membiarkanku berduaan saja dengan kakaknya. Bagus, deh. Adek yang pengetian.
Aku harus memberitahu Jessie untuk persetujuannya. Lebih baik dengan SMS saja karena ia sedang kerja. Gak lucu juga kalo ia ditegor karena banyakan urusan pribadi.
Aya bilang mo nginep di rmh tmn. Rmh kln jadi kosong. Rayain ulang tahun di rmh aja ya?
Beberapa saat setelah pesan itu kukirimkan, Jessie membalasnya pendek dengan tanda jempol aja kalau malam itu ia setuju kami akan merayakan ulang tahun di rumah kontrakannya.
OK... Jangan sampai ada masalah kali ini. Jam 8 malam. Tetap semangat.
--------​
“Elo gak ke rumah cewek itu, Satria?” tanya Dewi. Tumben adik kembaranku ini ogah-ogahan ngisi perut. Beberapa teh botol dingin aja sudah kosong di atas meja makan.
“Iya... Hari ini, kan ulang tahunnya...” ingat Putri. Kalau yang ini makannya emang ngirit. Sering bersisa. Lebih banyakan maenan HP.
“Nanti malam... Sekarang dia masih kerja... Nanti malam pasti dapat, deh...” kataku yakin. Waduh! Seharusnya aku mengerem mulutku. Aku terus menikmati makan siangku. Ada bu Warni berdiri menunggu jadi pawang pengawas kami makan.
“Gimana masalah adiknya itu? Udah lo beresin, kan?” tanya Dewi lagi. Ia bersungut-sungut menusuk-nusuk potongan wortel, asparagus dan timun porsi makan siangnya. Kayaknya dia disuruh diet, nih.
“Udah... Aku malah udah jelasin ke dia semua masalahnya... Dia bahkan tau kalau aku ada main dengan kakaknya... Katanya sih dia gak masalah... asal aku mau menjadikannya salah satu pacarku. Tinggal cewek dengan core itu saja yang belum tau masalah segitiga dengan adiknya ini...” jelasku panjang lebar dengan bisik-bisik.
“Adiknya itu asik juga... Masa dia tau kalau elo punya banyak cewek... tapi dia masih mau jadi pacarmu... Asik banget, loh?” puji Dewi dengan suara normal. Hei! Ada orang lain disini. Bu Warni sampe mengernyitkan keningnya mencoba mencerna percakapan kami.
“Ah... Wi... Elo kayak nggak tau kehebatan Satria kita ini aja... Cewek mana yang nggak klepek-klepek kalau sudah rayuan berbisanya... Dijamin langsung ho-oh, deh...” Putri menambahi dengan ekspresi puas. Wah! Makin rusak reputasiku sekarang karena mulut ember ini anak dua.
Suasana tenang siang ini rasanya seperti masa damai sebelum datangnya badai nanti malam. Sebenarnya sangat mencekam sekali.
Untuk mengisi waktu, aku yang gak bisa tidur siang karena masih deg-degan khawatir, malah keluyuran. Ujungnya aku jadi belanja pakaian. Beli sana-sini. Dapat juga beberapa potong. Ini untuk penampilan aksi nanti malam. Gantengan dikit gak masalah, kan? Karena belanja sendirian aja—jomblo gitu, aku malah dipalak sama SPG-SPG mall ini untuk beli kosmetik pria. Apaan? Aku harus beli facial wash? Parfum? Minyak rambut? Hair tonic? Mana pada maksa genit lagi SPG-nya. Tak genjot tau rasa. Bonus dapat nomor HP.
--------​
Jam 8 malam tepat, aku sudah berada di depan rumah Jessie. Udah ganteng, rapi, wangi dan penuh percaya diri. Kupastikan diri untuk mengetuk pintu tiga kali. Tok-tok-tok!
Sesaat kemudian, pintu terbuka. Jessie... Aman. Dia ada di rumah. Selamet-selamet.
Wah... Cantik. Ia cantik sekali malam ini. Ia memakai make-up dan gaun malam berwarna biru tua yang pas sekali di tubuhnya. Rambutnya digelung ke atas memamerkan leher serta bahunya. Berarti ia udah pulang dari tadi dan menyempatkan diri untuk dandan.
“Jessie cantik sekali malam ini...” pujiku. Ini asli bukan gombalan. “Selamat Ulang Tahun lagi, ya...” ucapku lalu mengecup pipinya.
“Makasih...” jawabnya tersipu.
“Ini...”
“Bunganya bagus sekali... Untukku, kan?” ucapnya lagi saat aku menyodorkan sebuket mawar dengan 22 kuntum bunga. Jessie menciumi wangi kembang itu. Jumlah kuntumnya sesuai dengan umurnya. Aku spesial membeli bunga untuk malam ini. Untung ada toko bunga yang kulewati setelah belanja tadi.
Aku sedikit merasa bersalah karena pada misi pertamaku pada April, aku tidak memberikan hadiah seperti ini padanya. Jadinya kali ini aku membawa bunga mawar. Gombalan standar.
“Ayo... masuk, Satria...”
Lampu-lampu di rumah kontrakan ini sengaja ditemaramkan Jessie untuk memberi kesan romantis. Seperti waktu dengan April kemaren.
“Satria udah makan malam?” tanya Jessie.
“Hm... Belum...” jawabku. Apa Jessie akan menyiapkan makan malam seperti saat dengan April waktu itu juga? Candle Light Dinner.
“Aku gak bisa masak... Jadi... waktu n’raktir teman-teman pizza tadi sore... Jessie membawa satu take-away untuk dibawa pulang... Mau, kan?” tawar Jessie.
“Bolehlah...” jawabku. Aku memang lapar betulan. Belum makan malam.
Ia menarik tanganku untuk mengikutinya. Kukira akan ke meja makan, ternyata ia malah membawaku masuk ke kamarnya.
“Ke kamar, Jess?” tanyaku basa-basi. Padahal aku tahu apa maksudnya semua ini.
Kamarnya jauh berbeda dengan kamar Aya yang ceria. Kamar ini lebih dewasa dengan pilihan warna kuning gading dan hiasan lukisan pemandangan. Alas tempat tidur dan selimutnya berwarna putih dan coklat tua. Aromanya harumnya juga lembut seperti campuran melati gambir dan cendana.
Perabotan dalam kamar ini tidak banyak, hanya sebuah ranjang, lemari pakaian, meja kerja dengan PC dan sebuah kursi putar model kantoran. Karena hanya ada satu kursi di kamar ini, kami duduk di tepian ranjang.
Tanpa banyak bicara ia menyodorkan kotak take-away pizza itu. Ukurannya yang besar dan tak mungkin aku habiskan sendiri.
“Banyak sekali... Nggak bakalan abis, nih Jess...” kataku memegangi satu potong irisan pizza. Sebuah sambal sachet kusobek pake gigi.
“Ya.. gak usah diabisin semua... Secukupnya aja... Nanti sisanya disimpan lagi aja untuk sarapan besok...” jawabnya.
Sarapan besok...? Apa Jessie memintaku untuk menginap di sini? Apa ini karena gak ada adiknya; Aya di rumah. Ide bagus. Bisa semalam suntuk nih, kayak wayang kulit.
Aku mulai memakan potongan pertama. Enak juga; meat lover dengan pinggiran crispy. Jessie tidak ikut makan karena katanya sudah kenyang. Lalu potongan kedua... Rasanya sudah cukup. Sudah kenyang. Tersisa masih banyak potongan pizza besar.
“Abis traktir teman-teman tadi... langsung pulang ato kemana lagi?” tanyaku sambil menghabiskan potongan kedua ini susah payah. Nada pertanyaannya kubuat santai aja agar gak kedengaran seperti interogasi.
“Mereka ngajak karaoke lagi, sih... Tapi kutolak... Besok-besok aja alasanku... Kan uda janjian sama Satria... Janji itu hutang, kan?” katanya senyum-senyum manis gitu. Enak ngeliatin Jessie sambil makan. Gak terasa potongan kedua pizza abis.
“Udah, ah... Kenyang... udah dua potong...” kataku menyisihkan kotak pizza itu. Jessie meletakkan kotak pizza itu dan gelas minumku si sirup dingin merah ke atas meja kerja di samping ranjangnya.
“Tadi itu teman-teman staf cewek di lantai 20 semua yang minta traktir... Teman-teman dekat aja... Banyak yang lain, sih... Tapi takutnya biaya bulanan kami jadi sekarat...” ungkap Jessie membersihkan tepi mulutku dari remah pizza yang masih sisa dengan tisu. Biasa melakukan itu saat kami makan malam bersama, kubiarkan. Asik kayak penganten baru.
“Betah kerja di sana, Jess?” tanyaku.
“Betah, dong... Teman-temannya asik... Saling mendukung... Boss-nya juga asik banget—Papamu... Gitu, deh. Tapi ya itu... kerja untuk direksi itu kerjaannya banyak banget, kan? Ada beberapa perusahaan yang kami handle sekaligus... Cabang dari mana-mana juga ngelapornya ke kami-kami dulu...” jawabnya.
“Repot, dong?” kataku.
“Banget... Tapi untungnya jarang lembur... Entah kalau nanti-nanti... Abisnya ada rencana proyek baru... Sekitar bulan 9 atau 10 nanti...” jelas Jessie.
Kami terdiam bingung antara apa yang harus dilakukan berikutnya. Rasanya kikuk juga kalau aku langsung nyosor begitu saja...
“Gimana kabar sekolahmu? Lancar?” tanya Jessie. Ia perhatian sekali. Pastinya ia juga menanyakan ini pada adiknya.
“Ya... Gitu, deh... Lancar-lancar jambu...” jawabku ngasal.
“Lancar jambu? Apaan tuh?” herannya.
“He... he... hee... Kayak merah jambu itu, kan merah muda... Merah yang gak terlalu merah... Jadi lancar yang gak terlalu lancar... karena kebanyakan makan jambu air merah muda... Gitu...” jawabannya malah lebih ngasal.
Kami tertawa-tawa bersama. Gak sekeras kalau ada Aya, sih. Kalau ada tuh anak, pasti rame banget ketawanya. Bising ih tu anak memang.
“Mm... trus hadiah Satria cuma... bunga itu saja?” katanya memecah kesunyian malam itu setelah tawa kami barusan. Entah kenapa malam ini terasa sangat sepi. Mendadak gang yang biasa rame, malam ini jadi lengang. Apa semua ikut ngungsi bareng Aya? Asik penduduk gang sini. Pendukung Arsenal semua kayaknya. Tetap dukung walau gak pernah dapat tropi. *Apa hubungannya*
“Ng... Jessie... sudah mau...?” tanyaku meminta persetujuannya.
Ia mengangguk pelan saja.
Jreeng... Aku memulainya.
Mula-mula kucium pipinya... kedua pipinya. Kening lalu bibirnya. Lembut saja.
Berikutnya, Jessie sudah kurebahkan ke ranjangnya dengan perlahan sementara kami berpandangan erat penuh mesra dan aku mulai mencumbuinya. Beberapa lama kami berciuman di sana. Saling melumat bibir dan gulat lidah. Sebagai perangsang, aku membelai kulit lengannya.
Bercinta dengan Jessie tidak perlu grasak-grusuk seperti dengan adiknya. Jessie lebih suka diperlakukan dengan lembut dan perlahan. Penuh perasaan dan penghayatan.
Dari luar gaunnya, aku meremas pelan dadanya yang membusung. Bergantian kanan dan kiri. Lalu setelah beberapa lama begitu, tanganku sudah menelusup masuk dan menggenggam gunung itu tanpa menemukan branya.
Restleting yang menyatukan sisi kanan-kiri gaun di bagian belakang itu kulonggarkan. Kusisihkan bagian bahu gaun itu sembari terus mencumbui bibirnya. Jessie meloloskan kedua tangannya dari gaun hingga bagian atas tubuhnya terbuka untukku.
Aku melepas mulutku pada mulut Jessie dan mulai turun. Dari leher, dada hingga mengulum putingnya. Jessie sudah mendesah keenakan.
“Saatriiiaaahhh...” desahnya mendekap kepalaku. Jarinya menyisir rambutku secara acak. Kutarik semua gaun itu lepas dari tubuhnya. Jessie membiarkannya.
Jessie kini terlentang di depanku hanya memakai CD saja. Kali ini ia memakai CD spesial berwarna merah. Mungkin karena ini hari ulang tahunnya. CD itu kecil sekali karena hanya bagian yang setumpuk mlenuk itu saja yang dilindunginya dengan kain berenda bagian tengah, yang lainnya hanyalah tali yang melingkari pinggang dan belahan bokongnya.
Aku gemas sekali melihat CD seksi itu. Dari luar, aku mengusap-usap kain merah berventilasi itu. Panas beradiasi dari dalamnya dan mulai mengeluarkan baunya yang khas. Hmm... Enak sekali...
Lalu kujilati, masih dari luar, permukaan gundukan itu. Jessie sudah menggelinjang nikmat. Beberapa kali kulihat ia meneguk ludahnya sendiri, menahan perasaannya.
Jessie menarik kepalaku untuk sekali lagi mengulum bibirku lagi dengan penuh nafsu. Tanganku, lebih tepatnya jari tengahku, sudah menggosok-gosok belahan vaginanya. Tanganku yang lain kembali bermain-main dengan payudaranya.
Masih dengan begitu, Jessie membukakan celanaku hingga melorot dan mulai mengocok penisku dengan perlahan. Enak sekali rasanya merasakan sentuhan tangan wanita di daerah kejantananku ini. Ia sudah semakin mahir dan lebih piawai bercinta karena sudah berkali-kali mengekslorasi tubuhku beberapa hari saat check in.
Jessie bergerak, aku terpaksa melepas kedua tanganku dari vagina dan dadanya. Rupanya ia ingin bermain dengan penisku lebih dekat. Ia memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya setelah terlebih dahulu menjilati bagian kepalanya.
Dengan sedotan-sedotan yang semakin kuat juga divariasikan dengan jilatan-jilatan di seluruh bagian membuatnya semakin tegang dan membesar maksimal.
“Enak?” tanya Jessie saat lidahnya berkisar di kepala penisku. Lalu ditelannya lagi hingga dalam. Jessie memejamkan matanya saat melakukan deep throat. Menahan nafas dengan lidah dijulurkan keluar. Tekniknya makin ajaib.
Aku bagaikan sedang menyetubuhi mulutnya dengan pompaan kecil ke arah mukanya. Memang tidak semua batangku bisa muat ke dalam mulutnya karena terkadang ujung batangku menyentuh tenggorokannya.
Jessie yang sudah puas begitu, lalu beringsut naik ke ranjang lagi. Ia lalu dengan perlahan melepaskan CD seksi kecil berwarna merah itu dan mempertontonkan vaginanya yang sudah basah itu. Wah... Indah banget... Aku gak pernah bosan menatap keindahan itu. Selalu ada misteri di setiap lekukan dan ceruk daging di antara selangkangan wanita. Keindahan.
“Ini hadiah spesialnya...”
Sekarang waktunya untuk CHARM!
Aku mengingat pertama kalinya aku bercinta dengan Carrie... Tidak lama setelah kami berkenalan dan dicomblangkan Putri.
“Satria... Oooohhhh...” begitu desahan Jessie saat menyaksikan perubahan wujudku menjadi CHARM yang super menggairahkan wanita. Ia menggelinjang seperti cacing kepanasan. Seperti ada puluhan dildo bergetar merangsang sekujur tubuhnya. Menggelitik tiap titik rangsang hingga tak paham rasa malu atau tabu lagi. Sepertinya tak ada wanita yang sanggup melawan pesona CHARM ini.
Kejantananku yang ter-up grade menjadi 30 senti itu tetap mengacung dengan gagahnya.
Aku melangkah perlahan mendekati Jessie yang menggelinjang di sana, membukakan kakinya lebar-lebar. Aku bisa melihat sejumlah cairan bening menetes keluar dari lubang kecil kemaluannya yang beberapa hari lalu kuperawani.
Begitu berada dalam jangkauannya, Jessie lalu menyambar penisku dan menariknya hingga terarah pada liang vaginanya...
Ng? Apa ini?
Ada sepasang tangan lain yang memelukku dari belakang, meremas-remas otot lenganku. Kulit wajahnya dieluskan di tulang belikatku. Aku juga bisa merasakan sepasang puting payudaranya yang mengeras di punggungku. Rambut kemaluannya bergeser di bokongku.
Dari desahannya penuh birahinya, tak salah lagi—itu suara Aya. Tapi katanya ia akan menginap di rumah temannya. Kenapa ia ada di sini? Apakah ini akan menjadi masalah? Ia masuk rumah diam-diam sebelum atau sesudah aku datang. Ngumpet dulu di kamarnya dan bermaksud memberi surprise begini.
Apa yang sudah direncanakan Aya? Apa ia mau mengganggu prosesi pengambilan ZODIAC CORE kakaknya. Sekedar ikut merayakan? Surprise? Atau apa? Penasaran dengan pesona CHARM?
Karena terganggu pada kemunculan Aya yang tiba-tiba, perhatianku terpecah karena batangku sudah seperempatnya terbenam ke liang Jessie. Punggungnya melengkung dan mulutnya menganga terperangah. Sempit sekali. Dengan diameter CHARM sekarang ini, liang vagina Jessie mengatup erat sekali. Saat normalku saja, sudah sempit apalagi sekarang.
Aya asyik menciumi leherku dari belakang sementara kedua tangannya menggerayangi bagian depan tubuhku. Sesekali ia menggenggam batangku yang masih belum sepenuhnya masuk di dalam liang kakaknya. “Ahh... Gede banget...”
“Ayaa??...” seru Jessie baru menyadari kehadiran adiknya ada di ruangan ini bersama kami saat bersuara. Dalam keadaan bugil juga, memelukku dari belakang. Tapi ia tidak bisa berbuat lebih banyak karena tubuh dan pikirannya lebih mementingkan kenikmatan yang sedang kuberikan di kemaluannya. Semua aspek tubuhnya tidak bisa dikendalikannya dengan normal saat ini.
Aya mendorong-dorongkan pantatku hingga penisku lebih masuk ke Jessie. Aku merasakan rambut kemaluan Aya yang tipis itu juga gundukan vaginanya di bokongku. Enak sekali. Dadanya yang lebih besar dari Jessie juga menekan sampai gepeng.
“Jess... Enak sekali, kan? Aahhhh... Ssstttt... Uuhhhh..” desah Aya dari belakang. Jessie juga mendesah-desah keenakan saat aku dengan bantuan Aya memompa perlahan penisku di liang vaginanya. Sesekali mata keduanya bertemu dari balik ketiakku. Entah komunikasi apa yang terjalin saat itu. Lalu Jessie fokus padaku. Menatap mataku dengan pandangan mata penuh nafsu yang haus minta dipuaskan semaksimal mungkin sampai tetes terakhir.
Tanpa bantuan dorongan Aya, aku mendesakkan sebisanya penisku ke Jessie hingga ia melolong keenakan. Liangnya penuh oleh daging gilig penisku. Disumpal padat hingga merangsek rahimnya. Jessie meraung meremasi kedua dadanya dengan gemas. Kini ia masuk tahapan—meninggalkan permainan lembut menuju permainan keras.
Kusodok tubuhnya kuat-kuat kini dengan hentakan. Clob-clob-clob. Serupa tikaman senjata tajam penisku menghujami tubuh Jessie. Tergial-gial tubuhnya menerima lesakan kuat penisku. Dadanya berguncang kuat kalau tak dipeganginya sendiri. Seperti paku bumi dipancangkan di situs pembangunan gedung pencakar langit. Sebelumnya, belum pernah ia kuperlakukan seperti ini. Selalunya dengan sodokan lembut dan penuh perasaan. Ternyata ia-pun menyukai perlakuan begini. Ia bahkan lupa untuk memasangkan kondom padaku, terbuai pesona CHARM.
Batang penis CHARM-ku dilumat kuat oleh liang senggama Jessie. Belum pernah ia sampai seliar ini sampai vaginanya terasa mengunyah penisku berulang-ulang. Tapi aku tidak mau kalah dari serangan semacam ini.
“Auhh... auhh... ahh...” desah Jessie terhentak-hentak. Dilebarkannya pahanya lebar-lebar menyambut sodokanku. Pinggul Aya juga berayun bersamaku dalam dekapan eratnya mencengkram otot padat bentuk CHARM ini. Dijilatinya punggungku entah untuk tujuan apa. Mungkin ada kenikmatan tersendiri yang didapatnya dengan melakukan itu. Sesekali dicupanginya juga kulit punggungku.
“Aaarrhhh!” keluh Jessie tak lama mendapati kenikmatan puncak seks dari permainan kerasku. Orgasme membuat tubuhnya berkejat-kejat tegang dengan erangan kuat. Tak perduli keadaan sekitar atau tetangga sekitar. Kulit putih halusnya berkilat-kilat oleh peluh. Lalu lemas lunglai.
Kedua kakak beradik ini sekarang sedang menikmati seks bersamaku. Perasaanku kala dalam bentuk CHARM begini tidak sama dalam keadaan normalku. Yang ada didalam pikiranku saat ini adalah bagaimana cara terbaik memuaskan siapapun yang ada di hadapanku. Penilaianku saat ini, cara terbaik memuaskan Jessie adalah dengan cara bercinta dengan lebih kasar. Tidak perduli itu Jessie atau Aya. Siapapun tak masalah.
Masalah tentang rahasia hubungan kami bertiga terbongkar secara otomatis. Aku tidak terlalu bisa menebak akan bagaimana hasil akhir hubungan ini. Seharusnya ini tidak boleh terjadi seperti yang diprediksi kedua saudariku kalau akan terjadi clash antar keduanya tapi karena mereka berdua sedang terpengaruh pesona CHARM saat ini, jadinya mereka tak begitu memperdulikan masalah hubungan segitiga. Yang terpenting adalah mereka merasakan kenikmatan yang kutawarkan.
“Satria... aku juga mau... Masukkan kemari... Masukkan... Aahh...” Aya kini berpindah ke bagian depan, hingga ia menghimpit kakaknya yang masih berbaring lunglai dengan kakinya menjuntai di tepi ranjang. Pantat Aya menungging hingga aku bisa melihat belahan vaginanya yang dibukanya dengan jari. Dipandanginya dengan mata penuh birahi dan nafas berat, memohon-mohon untuk dipuaskan juga.
“Ini hadiah ulang tahun Jessie... Aya boleh giliran nanti...” tolakku sambil terus merojokkan batangku mulai lagi dengan semakin cepat berirama. Jessie menggeliat mulai menikmati dengan mengerang.
“Auuu...” rengek Aya. Sifat manjanya keluar.
Bagaimana kalau keduanya kupuaskan?
Aku memposisikan Aya agar tidak terlalu menghimpit tubuh Jessie hingga ia berdiri di lantai. Selangkangannya tepat di antara masukan penisku di vagina Jessie. Dengan begitu, penisku yang panjang sekaligus menggesek vagina Aya juga. Dengan begitu keduanya dapat kenikmatan juga. Keduanya kini berteriak-teriak keenakan. Ku remas-remas dada Aya yang menggantung juga mempermainkan putingnya.
Baik dari liang Jessie maupun tetesan vagina Aya, batang penisku sudah berlumuran cairan vagina dari kedua kakak beradik ini hingga semakin lancar berpiston keluar masuk. Aroma asli kamar ini sudah tercemar aroma vagina keduanya. Aroma yang sangat memabukkan. Kamar ini juga sudah riuh dengan lenguhan kami bertiga.
Sekali waktu, aku memberikan sentuhan tambahan dengan jariku yang kumasukkan ke liang Aya. Ia berorgasme karenanya seperti kejadian di kamar mandi beberapa hari lalu dan kemudian disusul Jessie entah untuk keberapa kalinya.
Mulut liang vagina Aya juga terkadang kugesek-gesek dengan kepala penisku saat membersihkan lendir yang menyelubunginya sisa dari kakaknya. Kutamparkan batang penisku ke bongkahan pantat Aya, membuatnya menjerit-jerit manja. Lalu kujejalkan masuk kembali pada vagina Jessie.
Dalam keadaan normal, adegan ini mungkin sulit terjadi pada Jessie dan Aya. Keduanya berhadapan, berpelukan dengan gencetan dada. Bahkan sekarang berciuman bibir dengan ganas—buntut dari gairah misterius yang kuberikan. Vagina Jessie terus kugempur dan sekaligus menggesek vagina Aya.
Seks threesome memang jarang kulakukan. Itupun paling dengan kedua saudara kembarku, Putri dan Dewi. Memang bagiku itu tidak sulit. Tapi kalau dipikir-pikir, masalahnya adalah Jessie sama sekali tidak tahu kalau aku juga ada main dengan adiknya. Lain dengan Aya yang sudah kuberitahu sebelumnya.
“Saatriaaahhh... Masukin dong... Uhh... Pasti enak bangeeet... kalo dimasukin... Mmm... Saatrriiaaahh...” pinta Aya terus karena aku tak kunjung mengabulkan permintaannya. Itu adalah hal yang berbahaya untuk dilakukan. Karena seharusnya percintaan versi CHARM ini dikhususkan untuk mendapatkan core istimewa dari target. Jessie targetku. Aya hidangan tambahan.
“Masuuukinnn... Masuuukin aaajaaahh... Mmm... Uuhh...” desah Jessie selagi menikmati penisku dan kuluman Aya pada puting payudaranya yang memerah. Wah! Kasih sayang Jessie pada adiknya bahkan melampaui nafsunya. Ia bahkan rela kenikmatan ini harus dibagi untuk sang adik tersayang.
Kasih sayangnya sudah menjadi sifat dasarnya hingga sanggup mengalahkan logika nafsunya yang seharusnya egois. Mungkin ini sifat utama keibuan dasarnya. Lebih mementingkan keluarga dari pada dirinya. Tipe ibu yang rela melakukan apapun demi anak-anaknya.
Berbahaya tidak, ya?
Sepanjang aku tidak ejakulasi TRIGGENCE pada Aya seharusnya tidak apa-apa. Seperti saat pertama kali aku menemukan CHARM ini dan mencobanya pada Putri dan Dewi, mereka baik-baik saja sampai sekarang karena kala itu aku sama sekali tidak ejakulasi. Hanya mereka berdua yang merasakan kenikmatan maksimal.
Kulepaskan penisku dan berpindah terarah pada bukaan vagina Aya yang merekah haus sentuhan. Menyadari kalau penisku sudah menempel di bukaan vaginanya, Aya semakin menjulangkan pantatnya dan melebarkan kakinya. Dipandanginya wajahku menanti masuknya penisku.
“Uhh... Uhhh... Aaahhh... Yaaa... Enaaakk banget, Satrriaaahh... Gede bangeeett...” desahnya menikmati penis upgrade CHARM-ku yang membesar dari biasanya mulai memasuki liangnya.
Pengganti kenikmatan untuk kakaknya, Aya makin gencar mempermainkan dada Jessie. Tapi ia tidak terlalu bisa melakukannya karena gempuran penisku lebih nikmat. Pantatnya gemetaran menerima tusukan-tusukan penuh penisku di vaginanya. Kedua bongkah pantat bulatnya kucengkram kuat selagi pinggulku berayun maju-mundur, melesakkan penisku ke vaginanya.
Liang vagina Aya menelan penisku dengan gerinjal-gerinjal sepanjang dindingnya yang berkontraksi konstan seiring nafas dan deburan jantungnya. Bertalu-talu cepat. Terasa seperti diremas-remas di dalamnya.
Jessie beringsut keluar dari timpaan tubuh adiknya dan memanjat naik. Duduk berjongkok di atas tubuh Aya dan meraih pipiku. Dengan condong ke depan, kami berdua berciuman. Liar sekali cipokan bibir Jessie dalam keadaan seperti ini. Tubuhnya bergerak-gerak binal nan erotis terus seakan ada ratusan lipan yang merayapi tubuhnya.
“Aaahh! Aahhh... Ahhh...” teriak Aya mendapatkan orgasme kenikmatannya. Tubuhnya yang berpeluh berguncang-guncang hebat lalu ngelongsor telungkup ke ranjang. Bahunya turun naik berburu oksigen segar.
Tahu adiknya sudah lemas, Jessie turun dari tubuh Aya dan menungging juga disampingnya. Memamerkan bokong putih yang tak kalah bulat dan seksi untuk menggantikan lahanku. Kesana tujuan penisku sekarang. Dengan mudah kuarahkan dan menembus masuk. “Ahhkk!” keluh Jessie menerima lesakan penisku.
Penisku segera bekerja optimal kembali untuk memuaskan target misiku kali ini. Seakan imbalan sepadan untuk kepuasan yang kuberikan ini adalah core istimewa miliknya yang akan segera kuambil pada saatnya tiba. Menggenjot keluar masuk vagina Jessie.
Pipi Jessie menopang diatas ranjang dengan bantuan tangan sebagian besar dadanya. Sementara bokongnya menjulang tinggi sedang kupompa kuat. Sprei ranjang sudah berantakan awut-awutan ditarik kedua perempuan ini kala menikmati tubuhnya memasuki surga dunia.
Kembali bagian bongkah bokong kujadikan cengkraman pegangan kala memacu tubuh di depanku. Posisi ini adalah posisi favoritku. Doggy yang membuat aku bisa mengendalikan penuh percintaan, yang bisa membuatku segera ejakulasi.
Sebaiknya ini segera kuselesaikan dan menjelaskan pada Jessie sebelum masalah ini semakin berlarut-larut. Masalah kami bertiga yang tidak boleh terus menjadi momok. Momokku dan terlebih bagi kedua bersaudara ini. Kalau aku juga dekat banget dengan adiknya. Dekat sudah saling tidur bareng.
Aku harus melakukan TRIGGENCE!
Sekarang sudah jam 22.52 WIB. Terlihat dari jam dinding di depanku. Untuk jaga-jaga karena aku tidak tau bagaimana efek TRIGGENCE bagi orang lain yang berada dekat dengan kami—Aya kugeser menjauh. Masih tetap di atas ranjang ini juga. Jangan sampai gara-gara ceroboh hingga mencelakainya.
--------​
Carrie... Aku sangat merindukannya... Carrie yang pertama kali... dan hanya Carrie yang mengetahui bagaimana membuatku ejakulasi secara instan... Itu ia dapat pada kali pertama kami bercinta...
Ini dia!
Perasaanku sangat melambung diikuti berbagai gelombang yang mengikutiku lalu menyusul dan berpacu bersamaku dan meluncur cepat...
CRRRRRRRRRRROOOOOOOOOOTTTTTTTT!
Aku sampai memejamkan mataku erat-erat dan merasakan kenikmatan yang tiada tara itu saat sperma CHARM yang banyak itu meluncur masuk memenuhi liang vagina Jessie dan berkumpul di rahimnya.
Ruangan terasa sepi... Telingaku terasa tuli... Karena teriakan nikmat dari Jessie yang menerima sperma CHARM itu. Bercampur juga dengan teriakan Aya yang tak disangka juga orgasme karena aura TRIGGENCE itu.
Bertumpuk tiga tubuh telanjang di atas ranjang itu. Jessie yang kutindih, Aya tidak jauh dari kami berdua dan aku diatas Jessie karena orgasme super yang kutimbulkan tadi. Nafas saling memburu, jantung berdegub kencang.
Perlahan kucabut penisku dari vagina Jessie yang melonggar. Walau dengan sperma sebanyak tadi, tidak akan ada yang keluar karena langsung habis terpakai untuk mengeluarkan ZODIAC CORE yang sebentar lagi akan kudapatkan.
Dari vagina memerah Jessie mengeluarkan seberkas cahaya terang. Ia mengambang terbang keatas dan berputar-putar sejenak mengitari kamar ini lalu berhenti di depanku. Berpendar cahaya terang.
Aku lalu menangkapnya. Terasa hangat sekali dan bertenaga. Terasa bergetar seperti memberi salam bagi pemilik barunya.
“ZODIAC CORE TAURUS... ZODIAC CORE keduaku...” gumamku.
INITIATE FORM-nya seperti bulan sabit berwarna biru muda dengan sebuah tonjolan ditengahnya sehingga akan mirip dengan bentuk kepala banteng dengan lambang TAURUS di dalamnya.
Lalu aku melihat SUB-HUMAN FORM yang berbentuk seorang wanita memakai penutup kepala yang lagi-lagi bertanduk banteng, Ia bersenjatakan tongkat panjang.

Taurus
Berganti kemudian dengan CREATURE FORM-nya dalam bentuk bayangan dalam di pikiranku. Bentuknya tinggi besar, lebih dari 2 meter. Ia memakai helm yang bertanduk banteng. Tubuhnya penuh otot gempal dengan sepasang tangan yang kuat.
“Hebat sekali... Sejauh ini aku sudah mengumpulkan 2 ZODIAC CORE... Kalau terus begini... aku pasti akan berhasil...” kataku ngomong sendiri.
“Satria ngomong ama siapa, sih..? Sini, dong...” gumam Aya yang rupanya sedang memeluk kakaknya. Jessie rupanya terlelap kelelahan.
Aku telah kembali ke bentuk normalku, lalu memeluk Aya dari belakang. Ia memintaku untuk bercinta dengannya lagi. Disamping kakaknya yang tidur. Gila, kan?
Aya menggapai penisku yang masih tegang dari tengah selangkangannya. Dengan mudah batangku sudah menelusup masuk ke vaginanya yang masih basah. Rasanya masih enak banget.
Dasarnya aku saja yang tidak bisa tegas menolak permintaan Aya yang manja. Aku meladeni keinginannya dan bercinta dengan Aya setelah TRIGGENCE CHARM-ku dengan kakaknya tadi.
Ahhh... Memang enak sekali...
--------​
Pukul 2 pagi, Jessie terbangun. Ia menggoyang-goyangkan tubuhku agar juga bangun.
Dengan malas aku menjawabnya...
“Satria... Aya kok ada di sini juga, sih?” bisiknya. Rupanya ia belum sadar juga apa yang terjadi. Ia pasti kaget melihat adiknya, Aya ada di ranjang ini juga, bugil dan sedang memelukku.
Aku berada di tengah-tengah mereka berdua...
“Ng... Jess... Sebenarnya... aku juga tadi ngeseks dengan Aya...” kataku sebagus mungkin agar ia tidak marah.
“Aya juga main denganmu?” kagetnya.
“Aa... Apa sih, ribut banget...” Aya rupanya juga terbangun karena keributan yang kami buat. Ia makin mengeratkan pelukannya padaku. Kakinya dikaitkannya kepingganku dan !
Duh... Ia hampir saja menendang kantong menyanku dengan tumitnya.
“Jessie gak marah, kan?” tanyaku.
“Apa dia juga suka padamu?” tanya Jessie balik. Matanya menatapku tajam. Dipandanginya lekat-lekat.
“I...ya... Aya suka sekali sama Satria...” malah Aya yang menjawab pertanyaan itu dari belakang punggungku.
Jessie terdiam beberapa saat lalu merapatkan tubuhnya padaku...
“Kalau begitu aku juga suka sekali juga sama Satria...” katanya lalu ikut-ikutan memeluk erat tubuhku seperti yang dilakukan Aya. Seakan itu menjadi jawaban mewakili masalah yang kuanggap pelik. Ternyata sebenarnya dengan mudah diselesaikan mereka berdua.
Aku tak perlu bertanya apa-apa lagi. Kuanggap sudah jelas penyelesaiannya.
Dua kakak beradik ini sekarang memelukku dari dua arah. Saat yang menyenangkan. Tak akan terlupakan dalam hidupku. Keduanya cekikikan tertawa tengah malam begini. Kalau tetangga mereka pada dengar mungkin akan dikira suara neng kunti lagi arisan. Arisan brondong.
Sialannya karena dipeluk erat oleh dua cewek telanjang begini... kontol sialan gak tau aturan ini jadi menggeliat bangun lagi. Apa belum cukup tadi menggasak dua perempuan? Jessie menyadarinya karena membentur perutnya dan berseru senang sekali. Aya juga jadi ikut senang juga.
Sampai pagi itu aku harus meladeni dua cewek ini bergantian. Padahal pagi ini juga aku harus sekolah, kan? Ini masih hari Kamis. Belum masanya libur.
Dengan berbagai cara dan gaya. Posisi dan aturan aku terapkan dalam menggarap mereka berdua. Mereka asik-asik aja menerimanya. Mungkin karena pada dasarnya mereka saling menyayangi sebagai kakak-adik, lebih mudah bagi mereka untuk saling berbagi. Selama ini mereka selalu bersama menghadapi segala macam bersama.
Keduanya senang sekali saat aku sedang menggauli salah satu dari mereka. Salah satunya akan membantu merangsang saudarinya dengan berbagai cara. Ciuman, jilatan, belaian. Mereka seakan tak kenal lelah walau sudah berulang kali orgasme.
Setelah satu mendapat kenikmatan klimaks itu, yang satunya lagi akan menggantikannya. Lalu setelah ia klimaks yang satunya akan kembali lagi. Seru sekali. Asik, deh.
Aku sudah dua kali ejakulasi. Keduanya kucrotkan di perut Jessie dan Aya. Aku jadi semakin penasaran dibuatnya dan terus menghajar mereka tanpa ampun.
Aku terus mengentoti mereka seakan tak akan ada hari esok saja. Keduanya sungguh membuatku gila... Padahal ayam uda mulai berkokok.
End Quest #02
 
Terakhir diubah:
lanjut gan Gemini Gemini, jadi kek ny bini Satria ada 15 lebih ya gan :D
 
Selanjutnya Gemini, yg wajahnya dua.
Ada yg khusus gak yah?
 
lanjut gan Gemini Gemini, jadi kek ny bini Satria ada 15 lebih ya gan :D

ya. selanjutnya adalah quest #03 untuk gemini. gemini biasanya digambarkan sebagai cerminan sosok zodiac kembar.
petualangan apakah yg menanti satria?
tungguin aja, Gemini.
kayaknya lebih dr 15 deh. he he he
 
Terakhir diubah:
Next gemini ya hmmmm.... :ngiler:
Bakal dapet prawan kembar nih loq gk saudari nya sendiri :horey: semoga begitu :khappy:
 
QUEST # 03
GEMINI


Benar-benar petualangan yang luar biasa. Kalau mencari ZODIAC CORE yang menggunakan seks seperti ini, aku akan selalu menghadapi seks yang semakin gila.
Bila pada ZODIAC CORE pertama, aku menemukan kalau pemilik core istimewa ZODIAC CORE ARIES adalah seorang wanita yang haus akan seks. Pemilik ZODIAC CORE kedua, TAURUS adalah seorang kakak yang perawan. Setelah aku mendapatkan perawannya, aku juga mendapatkan perawan adiknya. Gila, kan? Aseek.
Bagaimana dengan pencarian ZODIAC CORE ketiga, GEMINI? Akan seperti itu jugakah kejadiannya?
Sejauh ini aku masih juga bingung dengan tulisan yang muncul di halaman ketiga buku GOD MAESTER CORE itu. Saat kusentuhkan core TAURUS padanya muncul bacaan yang berbunyi:

TAURUS BERDIRI DI HEMBUSAN ANGIN. MENCARI DIANTARA GUNUNG DAN BUKIT. KEMUDIAN IA BERTANYA PADA BUMI, DIMANAKAH HARAPAN BERADA?​

Tentu saja ini tambah membuatku pusing. Memangnya apa arti semua kata-kata itu?
Berkat bantuan alat buatan Hellen, HP-ku kini sudah berganti lagi dengan software CHIC ver 1.5. Perbaikannya yang paling berarti ada dua jenis. Pertama Coremeter kini bisa membedakan antara panjang gelombang core milik wanita atau pria. Sehingga bila diperlukan, aku bisa sekaligus melihat kedua jenis panjang gelombang pria dan wanita.
Yang kedua adalah jangkauannya. Kini semakin luas dengan kisaran radius 200 meter. Ini berkat alat baru yang baru diciptakan oleh perusahaan software keluarga kami. Hellen memaksimalkan penggunaanya pada HP buatannya ini. Jadi tidak seperti generasi pertama dan kedua yang harus berada garis lurus dengan arah jangkauannya saja. Di versi ini, bila ia menangkap panjang gelombang core istimewa dalam jarak radius 200 meter–dimanapun, akan memberi tanda.
HP ini kini kembali berbentuk candy bar dengan touch screen 4 inchi. Tombolnya minim sekali. Hanya ada 3 tombol yang terlihat jelas. Tombol power, tombol kamera dan volume suara. Kalau aku akan menuliskan sesuatu ada dengan 2 cara, yaitu dengan on-screen keyboard dan pena stylus khusus dengan pengenalan tulisan tangan.
Selebihnya aku tidak banyak mengerti. Aku harus lebih banyak mempelajari gadget baruku ini. Untung Hellen juga menyertakan buku petunjuk pemakaiannya.
Hellen senang sekali mengutak-atik Coremeter ini. Bahkan ia berjanji akan membuatkan yang lebih bagus lagi pada versi-versi mendatang.
Aku percaya itu karena potensi dari program CHIC itu memang memungkinkan untuk pengembangan lebih jauh. Kurasa Hellen juga menyadari hal itu. Walau hanya mendapat ¼ bagian full version dari Oom Ron, ia bisa mengembangkannya sampai begini.
Aku langsung mengaktifkan fitur Coremeter dan mengatur panjang gelombang pada bagian wanita saja pada kisaran 1400 Hz. Ini angka aman karena perkiraan terbaik kami adalah di atas 1500 Hz. Memberi range 1400 Hz akan membuat batas terendah kriteria yang kucari.
Ia langsung menangkap 2 panjang gelombang core istimewa di rumah ini, yaitu 2500 Hz! Itu XOLA dan XOTA milik Putri dan Dewi. Sedang kepunyaanku tidak terdeteksi. Aku kan laki-laki...
Posisi kedua core istimewa itu langsung terlihat dilayar HP ini yang dari posisinya berada di kamar Putri dan Dewi. Cara kerjanya mirip sonar, yaitu memanfaatkan feedback/umpan balik dari gelombang yang dipancarkan Coremeter ini.
Bila menemukan panjang gelombang yang diinginkan dan tercakup dalam jangkauannya, ia akan memantulkan kembali gelombang yang telah dipancarkannya. Bila itu terjadi terus menerus aku akan selalu tahu dimana lokasi pemilik core dengan panjang gelombang itu.
Sejauh ini aku hanya menemukan dua panjang gelombang core istimewa itu saja. Itupun aku sudah pasti tahu karena milik saudaraku sendiri, Putri dan Dewi.
Kuharap aku akan seberuntung bulan lalu saat menemukan Jessie dengan core TAURUS-nya. Aku praktis hanya mencari tanpa hasil selama 1 hari saja. Hari kedua langsung ketemu.
Hari ini sudah 21 Mei. Hari pertama aku dapat memulai mencari ZODIAC CORE ketiga GEMINI. Hari ini sampai 21 Juni adalah rentang waktu GEMINI. Sang zodiak perlambang kembar.
Hanya ada dua hari libur misi pencarianku dari TAURUS. Jessie berulang tahun 19 Mei kemaren lusa. Dua hari itu kuhabiskan bersama-sama dengan kedua kakak beradik itu. Jalan bareng untuk ngafe, nonton, bermesraan juga.
--------​
Hari Sabtu ini, sebelum pelajaran dimulai, hampir semua teman-temanku yang punya pacar atau gebetan mulai kasak-kusuk untuk persiapan nanti malam, malam Minggu. Malam spesial bagi mereka yang pacaran.
Ada yang berkumpul dan membicarakan pasangannya. Ada yang sibuk melobi teman agar dipinjami sesuatu. Ada yang asik menelepon. Ada yang menghayal sendiri.
Yang paling kasihan adalah orang-orang seperti aku. Tidak punya pacar. Tidak tahu harus bertemu siapa malam Minggu ini.
Padahal aku punya beberapa cewek yang bahkan pernah kugauli, tapi aku tidak mau menganggap mereka sebagai pacarku.

========
QUEST#03
========​

Andrew
“Satria... Lo mau ngebantuin temen, gak?” tanya Andrew teman semeja baruku ini. Menggantikan Vivi Anne dan Yudha sebelumnya.
“Ngebantuin apa dulu?” tanyaku malas-malasan.
“Aku mau nyamperin anak SMU 76 yang gangguin cewekku...” katanya.
“Mo kau hajar, ya, Drew?” tanyaku balik.
“Iya... Dia berani-beraninya ngerebut cewekku... Dia mo kuhajar sampe babak belur... Biar tau rasa...” katanya dengan nada kesal. Andrew memang terkenal brangasan. Tukang berkelahi dan suka gonta-ganti cewek. Tidak heran ia punya cewek dimana-mana, abisnya orangnya ganteng dan juga kaya.
“Jadi... kenapa masih ngajak-ngajak aku..? Hajar aja ndiri” malasku. Memangnya aku suka berkelahi. Nanti ujungnya tawuran. Malas ah. Biar itu jadi masa lalu aja.
“Anak itu gak pernah sendirian... Dia selalu bersama teman-temannya...” lanjut Andrew terus ngelobi.
“Trus... Kita berapa orang?” tanyaku lagi tapi menerawang kemana-mana. Ke langit-langit, papan tulis, cewek manis berjilbab yang duduk di depan sana, sarang laba-laba di kaki meja sebelah, bangke kecoak kering di bawah kaki. Perasaan banyak banget sampah di kelas ini. Siapa yang piket kebersihan, ya?
“Kita berempat aja... Aku... elo... si Edward... sama si Odi...” terangnya tentang siapa-siapa saja yang ikut. Aku kenal dua nama lainnya. Biang kerok juga sih.
“Berempat aja cukup? Mereka biasanya berapa orang?” tanyaku lagi tapi sambil ngupil. Uih... Halo-halo Bandung... Upil ini sebesar jagung.
“Ya... berempat juga... Makanya aku ngajak elo.. Supaya jumlahnya pas... Kalo ada apa-apa bisa mano e mano...” jawabnya.
“Duh... Gimana, ya? Aku sedang ada banyak kerjaan, nih... Sibuk banget...” tolakku. Ini kan hari pertama aku memulai mencari ZODIAC CORE ketiga, GEMINI. Garuk-garuk kepala. Perasaan aku tiap hari keramas, deh.
“Sebentar aja... Paling gak sampai dua jam, deh...” desaknya terus. “Sama temen aja masa’ gak mau nolong...”
Setelah didesak terus, aku akhirnya luluh juga. Soalnya dia pakai acara ngancam-ngancam gak mau jadi temanku lagi.

Hari ini sekolah bubaran lebih cepat karena hari Sabtu. Sekitar jam 11.00 kami sudah pulang.
Dengan mengendarai mobil Andrew, kami berempat, Edward, Odi, aku plus Andrew sudah menuju sekolah tempat cewek Andrew belajar. SMA 76. Eh, ini kan sekolahnya Aya? Kok bisa lupa, ya? Aku duduk dibelakang dengan Odi sementara Andrew dan Edward di depan.
Sekolah itu juga sudah bubaran. Berjubelan anak sekolah berseragam putih abu-abu memenuhi pintu gerbang sekolah itu.
Mobil Andrew menunggu agak jauh dari sana dan kami mengawasi tiap siswa-siswi yang keluar dari gerbang utama. Manis-manis, euy. Yang cewek pastinya.
“Mana ceweknya, Drew?” tanya Odi tak sabaran. Edward juga sudah tak sabar. Seperti kumpulan kuda pacu yang menerjang pembatas begitu lampu hijau menyala. Aku diam saja. Lebih baik acara ini batal saja. Menambah masalah saja pakai acara berkelahi.
“Tuh...tuh... Itu dia...” akhirnya Andrew menunjuk seorang cewek yang baru muncul dari gerbang. Cantik juga kelihatan dari jauh begini.
“Trus... mana orangnya? Yang mau kita hajar itu...” Odi makin bersemangat. Ia merapat ke jok ke depan agar lebih jelas memandang gerbang sekolah tempat cewek itu berdiri. Sepertinya ia sedang menunggu dengan manis.
“Itu dia...!” seru Andrew menunjuk seorang pemuda seumuran kami, mengendarai sepeda motor sport warna hijau berknalpot bising cempreng, keluar dari gerbang sekolah.
Ia berhenti tepat di depan cewek itu. Setelah percakapan pendek, dengan senang hati ia naik ke boncengan pemuda itu. Duduk menyamping. Suasana semakin panas saudara-saudara.
Kami mengikuti motor itu. Karena motor itu melaju dengan kencang, Andrew juga mengekorinya dengan kencang juga. Sepertinya ia tahu kalau sedang dibuntuti. Wah... Mulai seru ini!
Ia memasuki jalan yang sepi. Andrew senang sekali melihat kebodohan anak itu karena ia akan bisa dengan mudah memotong jalannya dan menghentikan motor itu. Odi dan Edward memanas-manasi agar cepat bertindak.
Wah... anak itu percaya diri sekali... Ia sama sekali tidak gentar walau sendirian menghadapi kami berempat yang turun dari mobil. Tentunya cewek itu gak ikut diitung, ya? Aku turun malas-malasan... paling akhir.
“Eh, elo... Berani-beraninya elo ngambil cewek gue!” bentak Andrew.
“Elo itu siapa?! Siapa yang ngambil cewek elo, hah!” balasnya membentak. Anak ini pasti punya alasan kenapa ia tidak takut. Setidaknya ia bisa ilmu bela diri, bapaknya jendral atau sejenisnya. Atau ada yang lain...
“Ya... aku gak pernah jadi cewekmu! Enak aja!” malah cewek itu malah membela anak itu. Keduanya kini malah melawan dengan sengit.
“Cewek sialan! Gue ini cowokmu, tau! Elo itu milik gue!” Andrew marah sekali melihat ternyata ini ulah cewek itu sendiri. Atau cuma Andrew saja yang menganggap kalau cewek itu pacarnya. Rumit sekali. Kayak kisah sinetron picisan. Sialnya aku jadi figuran di sinetron ini. Mana nih sutradaranya? Aku mau minta nasi bungkus dulu. Gak usah dibayar juga gak pa-pa, deh. Cepat-cepat ada teriakan ‘cut’ gitu.
“Udah... Hajar aja, Dre...” sahut Edward mulai memperuncing suasana. Odi juga makin memperkeruh suasana dengan menuding-nuding cowok SMA 76 itu. Andrew terpancing emosinya dan...
Mereka berdua mulai berkelahi di sana... Seimbang juga. Sampai sini keadaan belum menjadi chaos karena masih 1 versus 1 aja yang bertarung.
Lalu entah bagaimana kejadiannya, jalan sepi ini sudah penuh dengan beberapa sepeda motor lain. Pengendaranya memakai seragam putih abu-abu... Keadaan yang menakutkannya adalah karena mereka semua adalah siswa-siswa dari SMA 76!
Berikutnya, kami sudah dikeroyok oleh puluhan orang. Sungguh tak berimbang, empat lawan puluhan. Aku tak tahu pasti jumlah mereka.
Tawuran tak seimbang seperti ini sudah biasa aja bagiku. Bogem, tendangan sudah biasa kurasakan dari kegiatan masa laluku yang sudah kenyang dengan hal beginian. Begitu juga dengan ketiga temanku. Beberapa orang sudah kujatuhkan dengan pukulanku. Begitu pula dengan Andrew, Odi dan Edward. Tetapi masih terlalu banyak yang menggantikan kejatuhan itu.

Beep! Beep! Beep!​
Tanda keberadaan core istimewa! Aku berusaha merogoh saku celanaku untuk melihat lokasinya...

Tak!
Sebuah tendangan yang tak begitu kuat membuat tanganku kehilangan pegangan pada HP-ku. Gadget pencari core istimewa itu melayang. Waduh...
Seperti gerakan slow motion pilem-pilem Holywood kulihat gadget andalanku pencari ZODIAC CORE itu melayang. Jangan pecah... aku terus memandanginya melayang dan jatuh di pinggiran jalan. Untung jatuh di rumput. Tidak akan pecah... Fiuh. Selamet-selamet. Jantungan beneran bisa aku.

Sekarang aku jadi marah. Tapi tidak sampai taraf marah sampe aku harus berubah menjadi RAGE. Kalau istilahku marah-marah jambu, deh. Kutandai orang yang menendang tadi. Ia lari ketengah arena dimana Andrew dan Odi sedang dipukuli keroyokan.
Saatnya menggunakan kekuatanku... Testing satu-dua-tiga!
Dengan kecepatan luar biasa ARIES aku mengejarnya. Ia terjungkang kala kusambar dan sekarang... giliran TAURUS. Koleksi teranyarku. Tanganku terasa hangat.
BLAAARRR
Aku menyebabkan lubang besar menganga di jalan aspal ini bak kejatuhan bom pesawat. Semua orang yang berada di sekitarku terlempar tanpa terkecuali, termasuk motor dan mobil. Semuanya berserakan di luar lingkaran lubang ini. Sebuah getaran besar meledakkan tanah, aspal dan udara.
Tak ada yang aman! Semua benda bersalto barengan di udara untuk beberapa kali lalu terbanting jatuh ke tanah berkat gravitasi.
Aku berdiri di tengah-tengah. Debu mengepul tebal.
Wah... Kekuatan tanganku jadi hebat sekali. Sekali pukul saja aku bisa membuat lubang di tanah sebesar ini. Untungnya tadi masih mawas diri dan memilih menghajar aspal–ala-ala Iron-man landing begitu. Kalau aku tadi milih memukul orang itu bisa langsung koit dia dengan tulang remuk.
Dengan sembunyi-sembunyi aku memungut gadget HP Coremeter-ku yang terjatuh di rumput jauh dari TKP ledakan. Melewati erangan puluhan orang yang mengaduh kesakitan. Ada yang pada megang kepala, dada, kaki, pantat, punggung. Mudah-mudahan sinyal core istimewanya masih ada.
Ada!
Sinyal itu ada di depanku... Di depanku ada sebuah mobil berhenti. Sinyal yang aneh sekali karena berasal dari dua objek. Besarnya adalah 1562 Hz.
Apa! Hilang! Seperti hilang begitu saja karena terpisah.
Kedua pintu depan mobil itu terbuka dan keluarlah dua orang penumpangnya...
Keduanya bertepuk tangan...
Dua orang gadis remaja berpakaian seragam SMA berdiri di samping mobil kelas city car berwarna biru metalik itu. Keduanya terlihat sangat mirip satu sama lain. Kembar identik... Cantik juga... Manis tepatnya.
--------​
Tidak seperti kami bertiga yang bisa dibilang tidak kembar identik karena masih bisa dibedakan jelas antara aku, Putri dan Dewi. Sebenarnya lebih tepat lagi kalau dibandingkan Putri dan Dewi. Garis persaudaraan memang terlihat tetapi mirip sama sekali tidak. Itu juga terjadi pada kembar lima, Diva, Athena, Venus, Aphrodite dan Hellen. Perbedaannya jauh sekali.
Tapi kedua gadis ini asli mirip sekali. Bagai pinang dibelah dua pakai laser pemotong berlian dengan sangat presisi. Tinggi, berat badan, perawakan, warna kulit, potongan rambut, gaya berpakaian, aksesoris dan caranya bergerak.
--------​
 
makasih bang ryu daah rajin update :D

semoga wangsitnya lancar jaya. huehehehehe
 
Aku mendekati mereka berdua melewati orang-orang yang mengaduh di jalanan, yang sudah kujatuhkan tadi. Dan penduduk sekitar yang mulai berdatangan setelah keributan barusan.
“Kamu hebat sekali, ya?” kata salah satu dari mereka yang berada di sebelah kiri.
“Kalian anak 76 juga?” kagetku melihat simbol sekolah di lengan kiri baju seragam sekolah itu.
“Ya... Kami juga mo liat siapa anak 105 yang berani dengan teman-teman kami...” jawab yang sebelah kanan.
“Ternyata... kamu dengan mudah mengalahkan mereka semua...” kata yang kiri.
“... dengan satu pukulan saja...” sambung yang kanan.
“Hebat banget...” lanjut mereka bersamaan.
Mereka bergerak dan membuka pintu mobil. Akan pergi.
“Tunggu... Boleh aku tau nama kalian berdua...?” teriakku bermaksud menahan mereka.
“Untuk apa kau mau tau nama kami...?” tanya yang kanan.
“... Kami gak mau kenalan denganmu...” sambung yang kiri.
Aku bengong mendengar jawaban sombong mereka. Apa karena aku anak SMA 105, musuh sekolah mereka. Sejak kapan sekolahku musuhan dengan sekolah mereka? Aku kira ini hanya karena masalah Andrew tadi saja. Lagian masalah sepele, kan?
Mobil itu berbelok balik arah dengan cepat dan ngebut meninggalkan tempat ini.
Sialan! Aku tidak boleh kehilangan jejak mereka. Salah satu dari mereka adalah pemilik core istimewa.
“XOXAM! Pinjamkan sayapmu!” aku lalu terbang melayang. Lalu dengan kecepatan ARIES aku mengikuti mobil gadis kembar itu. Mobil itu melaju dengan lincah di antara keramaian lalu lintas. Bisa dikatakan ugal-ugalan. Apa tidak lebih baik kalau mereka ikut rally?
Aku tetap mengikuti mereka dengan tetap memeriksa sinyal core istimewa itu. Ada... 1562 Hz. Tetapi kenapa tadi sempat menghilang, ya? Aku tega aja meninggalkan Andrew, Odi dan Edward di sana. Tanggung sendiri resikonya. Setia kawanku cuma sampai segitu aja kalau uda sampe taraf ini. Ini lebih penting dari urusan remeh kalian itu.
Mereka berhenti di pinggiran kota. Di dalam gang yang hanya ada kebun buah-buahan saja. Aku mendarat di balik pepohonan dan ngumpet mengawasi keduanya.
Saat mereka keluar sinyal kembali menghilang lalu muncul kembali saat mereka duduk di kap mobil dan mulai merokok.
Kompak sekali, ya?

“Kau mengikuti kami?” tanya salah satu dari mereka yang duduk di sebelah kiri saat menyadari aku keluar dari persembunyianku di balik pohon jengkol gede dan mendekati mereka.
“Padahal tadi kau tidak membawa kendaraan...” sambung yang sebelah kanan.
“Aku ngikuti kalian lewat udara... terbang...” jawabku asal. Mereka sepertinya mengerti kalau itu bercanda. Padahal itu memang kenyataan. Siapa yang bisa percaya omongan seperti itu? Anak kecil juga gak bakalan percaya. Terserah. Gue asik-asik aja.
“Apa kalian selalu ngomong sambung menyambung seperti itu, ya? Kayak pulau-pulau...” tanyaku penasaran. Tau, kan lagunya. ♪Sambung menyambung menjadi satu-Itulah Indonesia♪.... Skip. Itu sudah sampai pada taraf saling melengkapi. Mungkin kebiasaan keduanya sedari kecil.
“Apa urusanmu...?” kata yang kiri.
“Ini memang cara kami...” kata yang kanan.
Saat dekat dengan mereka, aku mencoba untuk melihat nama yang biasanya tercantum di dada kanan tiap murid sekolah. Dadanya gak gede-gede amat. Ukuran medium deh. 32B-an gitu-lah. Sialan... Rupanya mereka tidak menyematkan kelengkapan seragam sekolah itu. Boleh, ya? Aku aja pake, kok. Cuma udah pada dicoretin spidol semua kecuali dua huruf depan, huruf keempat dan keenam. Selebihnya hitam semua. Buset. Namaku jadi SA-R-A sekarang? Siapa nyoretin seragamku ini, ya? Aku kok jadi badung begini? Aneh juga. Suka bolos, ngelamun, tawuran, maenan cewek mulu. Eh, yang terakhir yang paling asik, sih.
“Kenalkan... namaku Satria...” cobaku seramah mungkin setelah membersihkan tanganku dari kotoran yang menempel. Ada bekas darah-darahnya pula tadi. Entah darah siapa aja.
Mereka memperhatikan tanganku sekilas dan membuang rokok yang sedang mereka hisap. Kukira akan menyambut tanganku... Masih kotor, ya?
“Ayo,... kita pergi dari sini...” kata yang kiri.
“Ya... Disini sudah mulai gak asik...” kata yang kanan.
Mereka berdua turun bersamaan dari kap mobil itu dan membuka pintu Yaris biru itu dan masuk. Waduh… mereka akan pergi!
Benar saja... Yang membawa mobil itu tetap saja dengan tangkas membelokkan mobil gaya drift untuk berputar menuju keluar. Membuat tanah lembab dan rumput di sekitarnya berterbangan. Aku kelabakan menghindar karena mereka tak perduli kalau aku masih berdiri di depan mobil.
Harus dihentikan...
RRRRMMMMMMMM!
Deru mobil itu membahana di kebun sepi ini. Ia tidak bisa bergerak karena aku mengangkat bagian samping kiri mobil hatchback kecil berpenggerak roda depan ini dengan kekuatan TAURUS. Ringan saja. Hebat, euy kekuatannya. Aku udah jadi supermen kalo begini.
“Hei! Apa yang kau lakukan dengan mobil kami!” teriak yang menyetir.
“Dia mengangkat mobil kita!” seru yang di sampingnya.
“Turunkan mobil kami!” teriak mereka bersamaan.
“Aku akan menurunkan mobil kalian... kalau kalian janji mau ngomong denganku... sebentar saja...!” teriakku di antara bising deru mobil yang terus saja dipacu pengemudinya. Roda depan terus berputar cepat tak melepas pijakan gas.
“Kau mau bicara apa?” tanya pengemudi.
“Kami gak punya waktu...” kata penumpang.
“Hentikan dulu mobilnya dan turunlah!” jawabku.
Akhirnya mobil ini berhenti juga. Putaran roda depannya berhenti. Aku mulai menurunkan bagian depan mobil ini perlahan.
BRRRMMMMMMMM!
Kurang ajar! Ia menginjak gas setelah kedua ban depan menyentuh tanah.
Langsung saja aku kembali mengangkat mobil itu. Tidak hanya bagian depannya aja tetapi semua mobil itu kuangkat keatas dengan kedua tanganku.
Ini hasilnya kalau jadi anak bandel seperti mereka ini... Mau maen-maen denganku?
--------​
“OK... kau mau ngomongin apa sama kami...?” tanya yang kiri.
“Jangan lama-lama... Kami sudah terlambat...” kata yang kanan.
“Pertama kenalan dulu... Namaku Satria...” ulangku mengulurkan tangan tanda perkenalan.
“Ya sudah tau... Aku Silva...” kata yang kiri tanpa mau menjabat tanganku. Tanganku cuma dilirik.
“Aku Silvi...” kata yang kanan tak juga mau menjabat tanganku. Sama juga, dia cuma melirik. Kalau sekarang memang kotor, ding. Tadi kan baru abis clean and jerk mobil. Tau deh bagian bawah mobil itu kotornya gimana. Apalagi mereka suka maen ngedrift-drift-an.
“Ng...?” aku jadi tak tahu harus memulai dari mana. Apa kesombongan mereka ini bisa menerima penjelasanku.
“Cepat! Katakan apa maumu!” kata Silva.
“Kami tak punya banyak waktu!” kata Silvi.
“OK... OK... Aku cuma mau menanyakan... sekitar 3 bulan yang lalu... apa kalian juga melihat satu mahluk asing keluar dari badan kalian?... Kejadiannya malam hari... Bentuknya aneh, bercahaya dan terbang ke atas...” kataku.
Mereka terdiam dan saling berpandangan.
“Pasti kalian melihatnya... Itu jadi berita di mana-mana, kan?... Bahkan diseluruh dunia...” lanjutku.
“Lalu kenapa?” seru Silva.
“Apa hubungannya?” seru Silvi juga.
“Mahluk itu bukan hantu... atau monster atau apapun yang orang katakan... Itu disebut core... Aku menginginkan salah satu core dari kalian itu...” jelasku. Memang tidak mudah menjelaskan ini.
“Salah satu...?” tanya Silva.
“Kami cuma melihat satu...” ujar Silvi.
“Satu...?” heranku. “Hanya satu?” Tidak mungkin hanya satu. Tiap orang memiliki satu core. Kemana core yang satunya lagi?
“Tunggu sebentar...” aku mengeluarkan HP-ku untuk kembali memeriksa Coremeter. 1562 Hz. Ini pasti berasal dari salah satu dari mereka. Aku akan menurunkan pencariannya menjadi mode manusia normal yang berkisar 500 Hz.
Tidak ada? Yang terdeteksi hanya satu core saja. Hanya satu core dihadapanku saat ini. Core istimewa itu saja. 1562 Hz.
Apa artinya ini? Aku tidak pernah membayangkan akan menghadapi hal seperti ini. Otak udangku yang lemot berderit-derit berpikir karena karat. Kebanyakan dibawa santai jarang dipake mikir. Kalau dijual pasti laku mahal karena masih kondisi 90% dari baru. Masih ada segel dan garansi toko. Nego tipis.
Apa karena mereka kembar identik sehinga mereka harus membagi segala hal bersama? Kamar yang sama. Pakaian yang sama. Penampilan yang sama. Kepribadian yang sama. Bahkan core yang sama.
Pasti itu!
Aku meminta mereka agak menjauh dan terbaca 781 Hz pada masing-masing mereka. Kalau keduanya digabung akan menjadi 1562 Hz. Jadi begitu...
--------​
“Mahluk itu berbentuk wanita...” kata Silva.
“Yang memegang dua pedang...” sambung Silvi.
“Aku dapat menjelaskan mahluk apa yang kalian lihat itu...” kataku mulai dengan informasi standar ini.
“Katakan dengan cepat...” kata Silva.
“.. dan singkat saja...” kata Silvi.
“OK... begini. Mahluk itu adalah inti terdalam dari diri setiap mahluk hidup… Tidak semua orang bisa memanfaatkannya. Hanya orang-orang tertentu yang bisa menggunakannya. Seperti apa yang terjadi pada saat itu... para core dipanggil keluar...” kataku sesingkat dan sejelas mungkin.
“Apa maksudmu dengan memanfaatkannya...?” tanya Silva.
“Bagaimana menggunakannya...?” tanya Silvi.
“Kalian lihat tadi aku menghentikan mobil kalian tadi... Itu adalah salah satu contoh memanfaatkan dan menggunakan kekuatan core...” jelasku.
“Menggunakan core dan kekuatanmu jadi bertambah?” tanya mereka bersamaan. Ada nada terkejut di dalamnya.
“Benar... dan itu baru satu jenis... Aku punya beberapa jenis core berbeda yang bisa kugunakan...” sambungku lagi.
“Jadi apa maumu dengan core kami ini?” tanya Silva.
“Apa kau mau mengambilnya?” tanya Silvi penuh curiga.
“Bukannya aku mau macam-macam... Tapi kalian tidak bisa memanfaatkan core itu... Aku meminta tolong pada kalian untuk memberikan core itu padaku...” mintaku agak merendah. Ini demi mendapatkan hati mereka yang keras. Sepertinya kedua kembar identik ini nyolot abis dan super ngeselin. Heran juga bisa ngobrol dan memuaskan keingin tahuan mereka saat ini.
“Memangnya kamu itu siapa?” cemooh Silva.
“Seenaknya meminta milik kami...” juga cemooh Silvi.
“Tolonglah... Aku sedang mengumpulkan 12 core seperti milik kalian untuk menyembuhkan seseorang...” kataku mengungkapkan maksud asli semua ini.
“Menyembuhkan seseorang?” tanya Silva.
“Penyakitnya apa?” tanya Silvi.
“Mm... Ia menderita hilang ingatan yang parah banget... Ia lupa segalanya... Dan ia harus memulai semuanya dari nol sama sekali... Seperti bayi yang harus belajar semuanya dari awal...” kataku. Itu adalah kondisi Carrie saat pertama sekali aku menyelamatkannya dari keadaan UNHOLY LIGHT.
“Amnesia parah...?” tanya Silva dengan kening berkerut.
“Siapa dia?” tanya Silvi tak kalah berkerut juga.
“Dia... pacarku...” jawabku berat.
Muka mereka berubah menjadi lain lagi. Tadinya mereka seperti sangat tertarik sekali dengan ceritaku. Tapi aku tidak mau memulai semua ini dengan kebohongan.
“Bagaimana...? Kalian mau menolongku?” tanyaku.
“Tunggu beberapa hari...” kata Silva.
“Kami akan memikirkannya...” kata Silvi.
“Beberapa hari?” apa beberapa hari masih sempat. Aku takut beberapa hari itu akan melewatkan hari ulang tahun mereka.
“Bagaimana aku bisa menghubungi kalian...? Setidaknya beritahu nomor telepon kalian...” kataku.
“Jangan menelepon kami...” kata Silva.
“Kami yang menelepon kamu...” kata Silvi.
Aku lalu memberikan nomor teleponku dan mereka berdua mencatatnya di HP mereka masing-masing. Dasar kembar identik. Warna, model dan jenis HP-nya sama. Nomer HP-nya pasti berurutan karena tidak mungkin memakai nomer yang sama.
Lalu aku pasrah saja melihat mereka pergi dari tempat kami berbicara ini. Tetap ngedrift, coy.
Aku tidak boleh tinggal diam saja. Aku harus mencari tau identitas mereka berdua.
“Alo... Hellen?” aku langsung menelepon Hellen, sepupuku.
“Ya... halo... Sebentar... Ini Tommy... Sebentar... Len!” teriak anak itu. Ia pacar Hellen.
“Halo... Mas Satria...? Ada apa? HP baruku berhasil tidak?” tanya antusias sekali.
“Ya udah berhasil... Orangnya sudah ketemu... Cuma mas minta dicarikan informasi tentang orang itu... Bisa, kan?” mintaku.
“Tentu bisa... Apa yang gak Hellen bantu untuk mas Satria... Namanya siapa...?” tanya Hellen.
“Namanya Silva dan Silvi...” kataku.
“Dua orang mas?” heran Hellen.
“Iya mereka ini kembar identik... Mirip banget...” jelasku.
“Oo... Karena itu... Ini kan ZODIAC CORE GEMINI... Mas ingat, gak kalau GEMINI itu lambangnya orang kembar... Pasti ZODIAC CORE kali ini ada pada mereka berdua...” jelas Hellen.
Benar juga kata Hellen. Kenapa dari tadi tidak kupikirkan.
“Apa mas Satria tau alamatnya?” tanya Hellen lagi.
“Enggak... Yang mas tau kalau mereka sekolah di SMA 76... Cuma itu saja...” jawabku.
“OK, deh... Eh, mas... Silpa dan Silpi pake huruf ‘f’ atau ‘v’?” tanya Hellen lagi.
“Huruf ‘v’... Victory...” jawabku.
“OK... Akan Hellen cari... Mas Satria tunggu aja, ya?” kata Hellen yakin. Aku yakin ia bisa mencarinya.
Sekarang aku harus pulang. Apa aku harus terbang lagi? Mobilku tertinggal di sekolah karena masalah perkelahian dengan anak SMA 76 tadi.
Ah... Enakan naik angkot seperti dulu...
 
Bimabet
:kentang: suhu... Ayo dilancrotkan... Seru kyaknya menghadapi si kembar yg arogan... Hehehehehe :semangat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd