RyuzakiKen
Tukang Semprot
========
QUEST#02
========
QUEST#02
========
Hari ini, Rabu 19 Mei. Hari ulang tahun Jessie yang ke-22. Hari spesial baginya juga sangat penting untukku sendiri.
Karena hanya pada hari ini tiap tahunnya aku dapat mengambil ZODIAC CORE TAURUS dari Jessie dengan melakukan TRIGGENCE dari CHARM.
Aku sudah tidak sabar untuk segera menjemput Jessie pulang kerja. Padahal ini baru jam 9 pagi dan aku masih di sekolah. Masih pagi dan aku senewen. Senewen kalau-kalau terulang kembali waktu kejadian bersama April bulan lalu. April tiba-tiba menghilang seperti diculik wedhus gembel. Eh... Kalong wewe, ya? Ngubek-ngubek semua tempat tongkrongannya sampe sore. Eh dianya baru muncul jam sembilan malamcengengesan. Dasar April. Untung dia kemarin bukan lahir tanggal satu, ya? Bisa Ngapril Mop-in orang tiap kali dia ulang tahun.
Aku lalu menelpon ke HP Jessie...
--------
Halo... Jess... Selamat Ulang Tahun, ya...? seruku ketika ia menjawab di sana.Makasih, Satria... jawabnya.
Semoga panjang umur... Murah rezeki... dan selalu sehat... kataku dengan ucapan standar selamat ulang tahun.
Makasih lagi...
Nanti pulang kerja... aku jemput, ya? tawarku.
Ng... tapi Satria... jawabnya ragu-ragu. Ada apa? Gawat! Tuh, kan-tuh, kan? Langsung parno.
Ada apa? Ada acara, ya? cemasku.
Nggak... Teman-temanku minta ditraktir... Cuma lima orang, sih... Makan pizza... Gak pa-pa, ya? jelasnya.
Trus...? kataku lemas.
Tapi Satria jangan khawatir, deh... untuk Satria pasti jadi... Paling sudah selesai jam 8 malam... OK? Janji, deh... katanya menenangkan hatiku. Jam 8 malam. Hampir mirip kayak kejadian April. Beneran, deh. Hu-uh!
OK... Nanti hubungi aku, ya... kalau sudah selesai... mintaku.
Untung saja ia ingat janjinya dan akan meneleponku kalau acara dengan teman-temannya sudah selesai.
Tapi bagaimana kalau acaranya jadi melar dan berlanjut kemana-mana. Nyambung nyalon, dugem, karaoke, makan lagi, midnight sale... Bisa mati berdiri aku nunggu setahun lagi.
Selama jam pelajaran aku terus uring-uringan memikirkan rencanaku nanti malam. Hari ulang tahun Jessie. Mana pelajaran satupun gak ada yang nyangkut di kepala.
--------
Tidak biasanya, Aya tidak menungguiku di parkiran mobil sepulang sekolah. Ia gak nongol lagi. Kemana dia? Padahal aku mau nyari hiburan untuk kegalauan ini. Pelukan mesra tepatnya. Aya bisa jadi hiburan yang empuk. Goyang-goyang bareng Aya nunggu sampe malam juga gak pa-pa, deh. Duh, desperate-nya aku kali ini.Halo... Aya? Sedang dimana? tanyaku.
Di tempat teman? Oo... Kenapa? Mau nginap di sana? Tidak merayakan hari ulang tahun kakakmu?
Oo... tadi pagi udah... Nggak pake acara tiup lilin? Cuma pake ucapan aja... Iya?... Pake kado... Apaan kadonya? OK, deh, rahasia... Udah? OK... Dag... tutupku.
Aya menginap di rumah teman sekolahnya karena ada tugas kelompok katanya. Ini berarti Jessie akan sendirian di rumah. Kesempatan bagus. Aku akan dengan bebas beraksi melakukannya di rumah dengan Jessie. Mungkin Aya sengaja membiarkanku berduaan saja dengan kakaknya. Bagus, deh. Adek yang pengetian.
Aku harus memberitahu Jessie untuk persetujuannya. Lebih baik dengan SMS saja karena ia sedang kerja. Gak lucu juga kalo ia ditegor karena banyakan urusan pribadi.
Aya bilang mo nginep di rmh tmn. Rmh kln jadi kosong. Rayain ulang tahun di rmh aja ya?
Beberapa saat setelah pesan itu kukirimkan, Jessie membalasnya pendek dengan tanda jempol aja kalau malam itu ia setuju kami akan merayakan ulang tahun di rumah kontrakannya.OK... Jangan sampai ada masalah kali ini. Jam 8 malam. Tetap semangat.
--------
Elo gak ke rumah cewek itu, Satria? tanya Dewi. Tumben adik kembaranku ini ogah-ogahan ngisi perut. Beberapa teh botol dingin aja sudah kosong di atas meja makan.Iya... Hari ini, kan ulang tahunnya... ingat Putri. Kalau yang ini makannya emang ngirit. Sering bersisa. Lebih banyakan maenan HP.
Nanti malam... Sekarang dia masih kerja... Nanti malam pasti dapat, deh... kataku yakin. Waduh! Seharusnya aku mengerem mulutku. Aku terus menikmati makan siangku. Ada bu Warni berdiri menunggu jadi pawang pengawas kami makan.
Gimana masalah adiknya itu? Udah lo beresin, kan? tanya Dewi lagi. Ia bersungut-sungut menusuk-nusuk potongan wortel, asparagus dan timun porsi makan siangnya. Kayaknya dia disuruh diet, nih.
Udah... Aku malah udah jelasin ke dia semua masalahnya... Dia bahkan tau kalau aku ada main dengan kakaknya... Katanya sih dia gak masalah... asal aku mau menjadikannya salah satu pacarku. Tinggal cewek dengan core itu saja yang belum tau masalah segitiga dengan adiknya ini... jelasku panjang lebar dengan bisik-bisik.
Adiknya itu asik juga... Masa dia tau kalau elo punya banyak cewek... tapi dia masih mau jadi pacarmu... Asik banget, loh? puji Dewi dengan suara normal. Hei! Ada orang lain disini. Bu Warni sampe mengernyitkan keningnya mencoba mencerna percakapan kami.
Ah... Wi... Elo kayak nggak tau kehebatan Satria kita ini aja... Cewek mana yang nggak klepek-klepek kalau sudah rayuan berbisanya... Dijamin langsung ho-oh, deh... Putri menambahi dengan ekspresi puas. Wah! Makin rusak reputasiku sekarang karena mulut ember ini anak dua.
Suasana tenang siang ini rasanya seperti masa damai sebelum datangnya badai nanti malam. Sebenarnya sangat mencekam sekali.
Untuk mengisi waktu, aku yang gak bisa tidur siang karena masih deg-degan khawatir, malah keluyuran. Ujungnya aku jadi belanja pakaian. Beli sana-sini. Dapat juga beberapa potong. Ini untuk penampilan aksi nanti malam. Gantengan dikit gak masalah, kan? Karena belanja sendirian ajajomblo gitu, aku malah dipalak sama SPG-SPG mall ini untuk beli kosmetik pria. Apaan? Aku harus beli facial wash? Parfum? Minyak rambut? Hair tonic? Mana pada maksa genit lagi SPG-nya. Tak genjot tau rasa. Bonus dapat nomor HP.
--------
Jam 8 malam tepat, aku sudah berada di depan rumah Jessie. Udah ganteng, rapi, wangi dan penuh percaya diri. Kupastikan diri untuk mengetuk pintu tiga kali. Tok-tok-tok!Sesaat kemudian, pintu terbuka. Jessie... Aman. Dia ada di rumah. Selamet-selamet.
Wah... Cantik. Ia cantik sekali malam ini. Ia memakai make-up dan gaun malam berwarna biru tua yang pas sekali di tubuhnya. Rambutnya digelung ke atas memamerkan leher serta bahunya. Berarti ia udah pulang dari tadi dan menyempatkan diri untuk dandan.
Jessie cantik sekali malam ini... pujiku. Ini asli bukan gombalan. Selamat Ulang Tahun lagi, ya... ucapku lalu mengecup pipinya.
Makasih... jawabnya tersipu.
Ini...
Bunganya bagus sekali... Untukku, kan? ucapnya lagi saat aku menyodorkan sebuket mawar dengan 22 kuntum bunga. Jessie menciumi wangi kembang itu. Jumlah kuntumnya sesuai dengan umurnya. Aku spesial membeli bunga untuk malam ini. Untung ada toko bunga yang kulewati setelah belanja tadi.
Aku sedikit merasa bersalah karena pada misi pertamaku pada April, aku tidak memberikan hadiah seperti ini padanya. Jadinya kali ini aku membawa bunga mawar. Gombalan standar.
Ayo... masuk, Satria...
Lampu-lampu di rumah kontrakan ini sengaja ditemaramkan Jessie untuk memberi kesan romantis. Seperti waktu dengan April kemaren.
Satria udah makan malam? tanya Jessie.
Hm... Belum... jawabku. Apa Jessie akan menyiapkan makan malam seperti saat dengan April waktu itu juga? Candle Light Dinner.
Aku gak bisa masak... Jadi... waktu nraktir teman-teman pizza tadi sore... Jessie membawa satu take-away untuk dibawa pulang... Mau, kan? tawar Jessie.
Bolehlah... jawabku. Aku memang lapar betulan. Belum makan malam.
Ia menarik tanganku untuk mengikutinya. Kukira akan ke meja makan, ternyata ia malah membawaku masuk ke kamarnya.
Ke kamar, Jess? tanyaku basa-basi. Padahal aku tahu apa maksudnya semua ini.
Kamarnya jauh berbeda dengan kamar Aya yang ceria. Kamar ini lebih dewasa dengan pilihan warna kuning gading dan hiasan lukisan pemandangan. Alas tempat tidur dan selimutnya berwarna putih dan coklat tua. Aromanya harumnya juga lembut seperti campuran melati gambir dan cendana.
Perabotan dalam kamar ini tidak banyak, hanya sebuah ranjang, lemari pakaian, meja kerja dengan PC dan sebuah kursi putar model kantoran. Karena hanya ada satu kursi di kamar ini, kami duduk di tepian ranjang.
Tanpa banyak bicara ia menyodorkan kotak take-away pizza itu. Ukurannya yang besar dan tak mungkin aku habiskan sendiri.
Banyak sekali... Nggak bakalan abis, nih Jess... kataku memegangi satu potong irisan pizza. Sebuah sambal sachet kusobek pake gigi.
Ya.. gak usah diabisin semua... Secukupnya aja... Nanti sisanya disimpan lagi aja untuk sarapan besok... jawabnya.
Sarapan besok...? Apa Jessie memintaku untuk menginap di sini? Apa ini karena gak ada adiknya; Aya di rumah. Ide bagus. Bisa semalam suntuk nih, kayak wayang kulit.
Aku mulai memakan potongan pertama. Enak juga; meat lover dengan pinggiran crispy. Jessie tidak ikut makan karena katanya sudah kenyang. Lalu potongan kedua... Rasanya sudah cukup. Sudah kenyang. Tersisa masih banyak potongan pizza besar.
Abis traktir teman-teman tadi... langsung pulang ato kemana lagi? tanyaku sambil menghabiskan potongan kedua ini susah payah. Nada pertanyaannya kubuat santai aja agar gak kedengaran seperti interogasi.
Mereka ngajak karaoke lagi, sih... Tapi kutolak... Besok-besok aja alasanku... Kan uda janjian sama Satria... Janji itu hutang, kan? katanya senyum-senyum manis gitu. Enak ngeliatin Jessie sambil makan. Gak terasa potongan kedua pizza abis.
Udah, ah... Kenyang... udah dua potong... kataku menyisihkan kotak pizza itu. Jessie meletakkan kotak pizza itu dan gelas minumku si sirup dingin merah ke atas meja kerja di samping ranjangnya.
Tadi itu teman-teman staf cewek di lantai 20 semua yang minta traktir... Teman-teman dekat aja... Banyak yang lain, sih... Tapi takutnya biaya bulanan kami jadi sekarat... ungkap Jessie membersihkan tepi mulutku dari remah pizza yang masih sisa dengan tisu. Biasa melakukan itu saat kami makan malam bersama, kubiarkan. Asik kayak penganten baru.
Betah kerja di sana, Jess? tanyaku.
Betah, dong... Teman-temannya asik... Saling mendukung... Boss-nya juga asik bangetPapamu... Gitu, deh. Tapi ya itu... kerja untuk direksi itu kerjaannya banyak banget, kan? Ada beberapa perusahaan yang kami handle sekaligus... Cabang dari mana-mana juga ngelapornya ke kami-kami dulu... jawabnya.
Repot, dong? kataku.
Banget... Tapi untungnya jarang lembur... Entah kalau nanti-nanti... Abisnya ada rencana proyek baru... Sekitar bulan 9 atau 10 nanti... jelas Jessie.
Kami terdiam bingung antara apa yang harus dilakukan berikutnya. Rasanya kikuk juga kalau aku langsung nyosor begitu saja...
Gimana kabar sekolahmu? Lancar? tanya Jessie. Ia perhatian sekali. Pastinya ia juga menanyakan ini pada adiknya.
Ya... Gitu, deh... Lancar-lancar jambu... jawabku ngasal.
Lancar jambu? Apaan tuh? herannya.
He... he... hee... Kayak merah jambu itu, kan merah muda... Merah yang gak terlalu merah... Jadi lancar yang gak terlalu lancar... karena kebanyakan makan jambu air merah muda... Gitu... jawabannya malah lebih ngasal.
Kami tertawa-tawa bersama. Gak sekeras kalau ada Aya, sih. Kalau ada tuh anak, pasti rame banget ketawanya. Bising ih tu anak memang.
Mm... trus hadiah Satria cuma... bunga itu saja? katanya memecah kesunyian malam itu setelah tawa kami barusan. Entah kenapa malam ini terasa sangat sepi. Mendadak gang yang biasa rame, malam ini jadi lengang. Apa semua ikut ngungsi bareng Aya? Asik penduduk gang sini. Pendukung Arsenal semua kayaknya. Tetap dukung walau gak pernah dapat tropi. *Apa hubungannya*
Ng... Jessie... sudah mau...? tanyaku meminta persetujuannya.
Ia mengangguk pelan saja.
Jreeng... Aku memulainya.
Mula-mula kucium pipinya... kedua pipinya. Kening lalu bibirnya. Lembut saja.
Berikutnya, Jessie sudah kurebahkan ke ranjangnya dengan perlahan sementara kami berpandangan erat penuh mesra dan aku mulai mencumbuinya. Beberapa lama kami berciuman di sana. Saling melumat bibir dan gulat lidah. Sebagai perangsang, aku membelai kulit lengannya.
Bercinta dengan Jessie tidak perlu grasak-grusuk seperti dengan adiknya. Jessie lebih suka diperlakukan dengan lembut dan perlahan. Penuh perasaan dan penghayatan.
Dari luar gaunnya, aku meremas pelan dadanya yang membusung. Bergantian kanan dan kiri. Lalu setelah beberapa lama begitu, tanganku sudah menelusup masuk dan menggenggam gunung itu tanpa menemukan branya.
Restleting yang menyatukan sisi kanan-kiri gaun di bagian belakang itu kulonggarkan. Kusisihkan bagian bahu gaun itu sembari terus mencumbui bibirnya. Jessie meloloskan kedua tangannya dari gaun hingga bagian atas tubuhnya terbuka untukku.
Aku melepas mulutku pada mulut Jessie dan mulai turun. Dari leher, dada hingga mengulum putingnya. Jessie sudah mendesah keenakan.
Saatriiiaaahhh... desahnya mendekap kepalaku. Jarinya menyisir rambutku secara acak. Kutarik semua gaun itu lepas dari tubuhnya. Jessie membiarkannya.
Jessie kini terlentang di depanku hanya memakai CD saja. Kali ini ia memakai CD spesial berwarna merah. Mungkin karena ini hari ulang tahunnya. CD itu kecil sekali karena hanya bagian yang setumpuk mlenuk itu saja yang dilindunginya dengan kain berenda bagian tengah, yang lainnya hanyalah tali yang melingkari pinggang dan belahan bokongnya.
Aku gemas sekali melihat CD seksi itu. Dari luar, aku mengusap-usap kain merah berventilasi itu. Panas beradiasi dari dalamnya dan mulai mengeluarkan baunya yang khas. Hmm... Enak sekali...
Lalu kujilati, masih dari luar, permukaan gundukan itu. Jessie sudah menggelinjang nikmat. Beberapa kali kulihat ia meneguk ludahnya sendiri, menahan perasaannya.
Jessie menarik kepalaku untuk sekali lagi mengulum bibirku lagi dengan penuh nafsu. Tanganku, lebih tepatnya jari tengahku, sudah menggosok-gosok belahan vaginanya. Tanganku yang lain kembali bermain-main dengan payudaranya.
Masih dengan begitu, Jessie membukakan celanaku hingga melorot dan mulai mengocok penisku dengan perlahan. Enak sekali rasanya merasakan sentuhan tangan wanita di daerah kejantananku ini. Ia sudah semakin mahir dan lebih piawai bercinta karena sudah berkali-kali mengekslorasi tubuhku beberapa hari saat check in.
Jessie bergerak, aku terpaksa melepas kedua tanganku dari vagina dan dadanya. Rupanya ia ingin bermain dengan penisku lebih dekat. Ia memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya setelah terlebih dahulu menjilati bagian kepalanya.
Dengan sedotan-sedotan yang semakin kuat juga divariasikan dengan jilatan-jilatan di seluruh bagian membuatnya semakin tegang dan membesar maksimal.
Enak? tanya Jessie saat lidahnya berkisar di kepala penisku. Lalu ditelannya lagi hingga dalam. Jessie memejamkan matanya saat melakukan deep throat. Menahan nafas dengan lidah dijulurkan keluar. Tekniknya makin ajaib.
Aku bagaikan sedang menyetubuhi mulutnya dengan pompaan kecil ke arah mukanya. Memang tidak semua batangku bisa muat ke dalam mulutnya karena terkadang ujung batangku menyentuh tenggorokannya.
Jessie yang sudah puas begitu, lalu beringsut naik ke ranjang lagi. Ia lalu dengan perlahan melepaskan CD seksi kecil berwarna merah itu dan mempertontonkan vaginanya yang sudah basah itu. Wah... Indah banget... Aku gak pernah bosan menatap keindahan itu. Selalu ada misteri di setiap lekukan dan ceruk daging di antara selangkangan wanita. Keindahan.
Ini hadiah spesialnya...
Sekarang waktunya untuk CHARM!
Aku mengingat pertama kalinya aku bercinta dengan Carrie... Tidak lama setelah kami berkenalan dan dicomblangkan Putri.
Satria... Oooohhhh... begitu desahan Jessie saat menyaksikan perubahan wujudku menjadi CHARM yang super menggairahkan wanita. Ia menggelinjang seperti cacing kepanasan. Seperti ada puluhan dildo bergetar merangsang sekujur tubuhnya. Menggelitik tiap titik rangsang hingga tak paham rasa malu atau tabu lagi. Sepertinya tak ada wanita yang sanggup melawan pesona CHARM ini.
Kejantananku yang ter-up grade menjadi 30 senti itu tetap mengacung dengan gagahnya.
Aku melangkah perlahan mendekati Jessie yang menggelinjang di sana, membukakan kakinya lebar-lebar. Aku bisa melihat sejumlah cairan bening menetes keluar dari lubang kecil kemaluannya yang beberapa hari lalu kuperawani.
Begitu berada dalam jangkauannya, Jessie lalu menyambar penisku dan menariknya hingga terarah pada liang vaginanya...
Ng? Apa ini?
Ada sepasang tangan lain yang memelukku dari belakang, meremas-remas otot lenganku. Kulit wajahnya dieluskan di tulang belikatku. Aku juga bisa merasakan sepasang puting payudaranya yang mengeras di punggungku. Rambut kemaluannya bergeser di bokongku.
Dari desahannya penuh birahinya, tak salah lagiitu suara Aya. Tapi katanya ia akan menginap di rumah temannya. Kenapa ia ada di sini? Apakah ini akan menjadi masalah? Ia masuk rumah diam-diam sebelum atau sesudah aku datang. Ngumpet dulu di kamarnya dan bermaksud memberi surprise begini.
Apa yang sudah direncanakan Aya? Apa ia mau mengganggu prosesi pengambilan ZODIAC CORE kakaknya. Sekedar ikut merayakan? Surprise? Atau apa? Penasaran dengan pesona CHARM?
Karena terganggu pada kemunculan Aya yang tiba-tiba, perhatianku terpecah karena batangku sudah seperempatnya terbenam ke liang Jessie. Punggungnya melengkung dan mulutnya menganga terperangah. Sempit sekali. Dengan diameter CHARM sekarang ini, liang vagina Jessie mengatup erat sekali. Saat normalku saja, sudah sempit apalagi sekarang.
Aya asyik menciumi leherku dari belakang sementara kedua tangannya menggerayangi bagian depan tubuhku. Sesekali ia menggenggam batangku yang masih belum sepenuhnya masuk di dalam liang kakaknya. Ahh... Gede banget...
Ayaa??... seru Jessie baru menyadari kehadiran adiknya ada di ruangan ini bersama kami saat bersuara. Dalam keadaan bugil juga, memelukku dari belakang. Tapi ia tidak bisa berbuat lebih banyak karena tubuh dan pikirannya lebih mementingkan kenikmatan yang sedang kuberikan di kemaluannya. Semua aspek tubuhnya tidak bisa dikendalikannya dengan normal saat ini.
Aya mendorong-dorongkan pantatku hingga penisku lebih masuk ke Jessie. Aku merasakan rambut kemaluan Aya yang tipis itu juga gundukan vaginanya di bokongku. Enak sekali. Dadanya yang lebih besar dari Jessie juga menekan sampai gepeng.
Jess... Enak sekali, kan? Aahhhh... Ssstttt... Uuhhhh.. desah Aya dari belakang. Jessie juga mendesah-desah keenakan saat aku dengan bantuan Aya memompa perlahan penisku di liang vaginanya. Sesekali mata keduanya bertemu dari balik ketiakku. Entah komunikasi apa yang terjalin saat itu. Lalu Jessie fokus padaku. Menatap mataku dengan pandangan mata penuh nafsu yang haus minta dipuaskan semaksimal mungkin sampai tetes terakhir.
Tanpa bantuan dorongan Aya, aku mendesakkan sebisanya penisku ke Jessie hingga ia melolong keenakan. Liangnya penuh oleh daging gilig penisku. Disumpal padat hingga merangsek rahimnya. Jessie meraung meremasi kedua dadanya dengan gemas. Kini ia masuk tahapanmeninggalkan permainan lembut menuju permainan keras.
Kusodok tubuhnya kuat-kuat kini dengan hentakan. Clob-clob-clob. Serupa tikaman senjata tajam penisku menghujami tubuh Jessie. Tergial-gial tubuhnya menerima lesakan kuat penisku. Dadanya berguncang kuat kalau tak dipeganginya sendiri. Seperti paku bumi dipancangkan di situs pembangunan gedung pencakar langit. Sebelumnya, belum pernah ia kuperlakukan seperti ini. Selalunya dengan sodokan lembut dan penuh perasaan. Ternyata ia-pun menyukai perlakuan begini. Ia bahkan lupa untuk memasangkan kondom padaku, terbuai pesona CHARM.
Batang penis CHARM-ku dilumat kuat oleh liang senggama Jessie. Belum pernah ia sampai seliar ini sampai vaginanya terasa mengunyah penisku berulang-ulang. Tapi aku tidak mau kalah dari serangan semacam ini.
Auhh... auhh... ahh... desah Jessie terhentak-hentak. Dilebarkannya pahanya lebar-lebar menyambut sodokanku. Pinggul Aya juga berayun bersamaku dalam dekapan eratnya mencengkram otot padat bentuk CHARM ini. Dijilatinya punggungku entah untuk tujuan apa. Mungkin ada kenikmatan tersendiri yang didapatnya dengan melakukan itu. Sesekali dicupanginya juga kulit punggungku.
Aaarrhhh! keluh Jessie tak lama mendapati kenikmatan puncak seks dari permainan kerasku. Orgasme membuat tubuhnya berkejat-kejat tegang dengan erangan kuat. Tak perduli keadaan sekitar atau tetangga sekitar. Kulit putih halusnya berkilat-kilat oleh peluh. Lalu lemas lunglai.
Kedua kakak beradik ini sekarang sedang menikmati seks bersamaku. Perasaanku kala dalam bentuk CHARM begini tidak sama dalam keadaan normalku. Yang ada didalam pikiranku saat ini adalah bagaimana cara terbaik memuaskan siapapun yang ada di hadapanku. Penilaianku saat ini, cara terbaik memuaskan Jessie adalah dengan cara bercinta dengan lebih kasar. Tidak perduli itu Jessie atau Aya. Siapapun tak masalah.
Masalah tentang rahasia hubungan kami bertiga terbongkar secara otomatis. Aku tidak terlalu bisa menebak akan bagaimana hasil akhir hubungan ini. Seharusnya ini tidak boleh terjadi seperti yang diprediksi kedua saudariku kalau akan terjadi clash antar keduanya tapi karena mereka berdua sedang terpengaruh pesona CHARM saat ini, jadinya mereka tak begitu memperdulikan masalah hubungan segitiga. Yang terpenting adalah mereka merasakan kenikmatan yang kutawarkan.
Satria... aku juga mau... Masukkan kemari... Masukkan... Aahh... Aya kini berpindah ke bagian depan, hingga ia menghimpit kakaknya yang masih berbaring lunglai dengan kakinya menjuntai di tepi ranjang. Pantat Aya menungging hingga aku bisa melihat belahan vaginanya yang dibukanya dengan jari. Dipandanginya dengan mata penuh birahi dan nafas berat, memohon-mohon untuk dipuaskan juga.
Ini hadiah ulang tahun Jessie... Aya boleh giliran nanti... tolakku sambil terus merojokkan batangku mulai lagi dengan semakin cepat berirama. Jessie menggeliat mulai menikmati dengan mengerang.
Auuu... rengek Aya. Sifat manjanya keluar.
Bagaimana kalau keduanya kupuaskan?
Aku memposisikan Aya agar tidak terlalu menghimpit tubuh Jessie hingga ia berdiri di lantai. Selangkangannya tepat di antara masukan penisku di vagina Jessie. Dengan begitu, penisku yang panjang sekaligus menggesek vagina Aya juga. Dengan begitu keduanya dapat kenikmatan juga. Keduanya kini berteriak-teriak keenakan. Ku remas-remas dada Aya yang menggantung juga mempermainkan putingnya.
Baik dari liang Jessie maupun tetesan vagina Aya, batang penisku sudah berlumuran cairan vagina dari kedua kakak beradik ini hingga semakin lancar berpiston keluar masuk. Aroma asli kamar ini sudah tercemar aroma vagina keduanya. Aroma yang sangat memabukkan. Kamar ini juga sudah riuh dengan lenguhan kami bertiga.
Sekali waktu, aku memberikan sentuhan tambahan dengan jariku yang kumasukkan ke liang Aya. Ia berorgasme karenanya seperti kejadian di kamar mandi beberapa hari lalu dan kemudian disusul Jessie entah untuk keberapa kalinya.
Mulut liang vagina Aya juga terkadang kugesek-gesek dengan kepala penisku saat membersihkan lendir yang menyelubunginya sisa dari kakaknya. Kutamparkan batang penisku ke bongkahan pantat Aya, membuatnya menjerit-jerit manja. Lalu kujejalkan masuk kembali pada vagina Jessie.
Dalam keadaan normal, adegan ini mungkin sulit terjadi pada Jessie dan Aya. Keduanya berhadapan, berpelukan dengan gencetan dada. Bahkan sekarang berciuman bibir dengan ganasbuntut dari gairah misterius yang kuberikan. Vagina Jessie terus kugempur dan sekaligus menggesek vagina Aya.
Seks threesome memang jarang kulakukan. Itupun paling dengan kedua saudara kembarku, Putri dan Dewi. Memang bagiku itu tidak sulit. Tapi kalau dipikir-pikir, masalahnya adalah Jessie sama sekali tidak tahu kalau aku juga ada main dengan adiknya. Lain dengan Aya yang sudah kuberitahu sebelumnya.
Saatriaaahhh... Masukin dong... Uhh... Pasti enak bangeeet... kalo dimasukin... Mmm... Saatrriiaaahh... pinta Aya terus karena aku tak kunjung mengabulkan permintaannya. Itu adalah hal yang berbahaya untuk dilakukan. Karena seharusnya percintaan versi CHARM ini dikhususkan untuk mendapatkan core istimewa dari target. Jessie targetku. Aya hidangan tambahan.
Masuuukinnn... Masuuukin aaajaaahh... Mmm... Uuhh... desah Jessie selagi menikmati penisku dan kuluman Aya pada puting payudaranya yang memerah. Wah! Kasih sayang Jessie pada adiknya bahkan melampaui nafsunya. Ia bahkan rela kenikmatan ini harus dibagi untuk sang adik tersayang.
Kasih sayangnya sudah menjadi sifat dasarnya hingga sanggup mengalahkan logika nafsunya yang seharusnya egois. Mungkin ini sifat utama keibuan dasarnya. Lebih mementingkan keluarga dari pada dirinya. Tipe ibu yang rela melakukan apapun demi anak-anaknya.
Berbahaya tidak, ya?
Sepanjang aku tidak ejakulasi TRIGGENCE pada Aya seharusnya tidak apa-apa. Seperti saat pertama kali aku menemukan CHARM ini dan mencobanya pada Putri dan Dewi, mereka baik-baik saja sampai sekarang karena kala itu aku sama sekali tidak ejakulasi. Hanya mereka berdua yang merasakan kenikmatan maksimal.
Kulepaskan penisku dan berpindah terarah pada bukaan vagina Aya yang merekah haus sentuhan. Menyadari kalau penisku sudah menempel di bukaan vaginanya, Aya semakin menjulangkan pantatnya dan melebarkan kakinya. Dipandanginya wajahku menanti masuknya penisku.
Uhh... Uhhh... Aaahhh... Yaaa... Enaaakk banget, Satrriaaahh... Gede bangeeett... desahnya menikmati penis upgrade CHARM-ku yang membesar dari biasanya mulai memasuki liangnya.
Pengganti kenikmatan untuk kakaknya, Aya makin gencar mempermainkan dada Jessie. Tapi ia tidak terlalu bisa melakukannya karena gempuran penisku lebih nikmat. Pantatnya gemetaran menerima tusukan-tusukan penuh penisku di vaginanya. Kedua bongkah pantat bulatnya kucengkram kuat selagi pinggulku berayun maju-mundur, melesakkan penisku ke vaginanya.
Liang vagina Aya menelan penisku dengan gerinjal-gerinjal sepanjang dindingnya yang berkontraksi konstan seiring nafas dan deburan jantungnya. Bertalu-talu cepat. Terasa seperti diremas-remas di dalamnya.
Jessie beringsut keluar dari timpaan tubuh adiknya dan memanjat naik. Duduk berjongkok di atas tubuh Aya dan meraih pipiku. Dengan condong ke depan, kami berdua berciuman. Liar sekali cipokan bibir Jessie dalam keadaan seperti ini. Tubuhnya bergerak-gerak binal nan erotis terus seakan ada ratusan lipan yang merayapi tubuhnya.
Aaahh! Aahhh... Ahhh... teriak Aya mendapatkan orgasme kenikmatannya. Tubuhnya yang berpeluh berguncang-guncang hebat lalu ngelongsor telungkup ke ranjang. Bahunya turun naik berburu oksigen segar.
Tahu adiknya sudah lemas, Jessie turun dari tubuh Aya dan menungging juga disampingnya. Memamerkan bokong putih yang tak kalah bulat dan seksi untuk menggantikan lahanku. Kesana tujuan penisku sekarang. Dengan mudah kuarahkan dan menembus masuk. Ahhkk! keluh Jessie menerima lesakan penisku.
Penisku segera bekerja optimal kembali untuk memuaskan target misiku kali ini. Seakan imbalan sepadan untuk kepuasan yang kuberikan ini adalah core istimewa miliknya yang akan segera kuambil pada saatnya tiba. Menggenjot keluar masuk vagina Jessie.
Pipi Jessie menopang diatas ranjang dengan bantuan tangan sebagian besar dadanya. Sementara bokongnya menjulang tinggi sedang kupompa kuat. Sprei ranjang sudah berantakan awut-awutan ditarik kedua perempuan ini kala menikmati tubuhnya memasuki surga dunia.
Kembali bagian bongkah bokong kujadikan cengkraman pegangan kala memacu tubuh di depanku. Posisi ini adalah posisi favoritku. Doggy yang membuat aku bisa mengendalikan penuh percintaan, yang bisa membuatku segera ejakulasi.
Sebaiknya ini segera kuselesaikan dan menjelaskan pada Jessie sebelum masalah ini semakin berlarut-larut. Masalah kami bertiga yang tidak boleh terus menjadi momok. Momokku dan terlebih bagi kedua bersaudara ini. Kalau aku juga dekat banget dengan adiknya. Dekat sudah saling tidur bareng.
Aku harus melakukan TRIGGENCE!
Sekarang sudah jam 22.52 WIB. Terlihat dari jam dinding di depanku. Untuk jaga-jaga karena aku tidak tau bagaimana efek TRIGGENCE bagi orang lain yang berada dekat dengan kamiAya kugeser menjauh. Masih tetap di atas ranjang ini juga. Jangan sampai gara-gara ceroboh hingga mencelakainya.
--------
Carrie... Aku sangat merindukannya... Carrie yang pertama kali... dan hanya Carrie yang mengetahui bagaimana membuatku ejakulasi secara instan... Itu ia dapat pada kali pertama kami bercinta...Ini dia!
Perasaanku sangat melambung diikuti berbagai gelombang yang mengikutiku lalu menyusul dan berpacu bersamaku dan meluncur cepat...
CRRRRRRRRRRROOOOOOOOOOTTTTTTTT!
Aku sampai memejamkan mataku erat-erat dan merasakan kenikmatan yang tiada tara itu saat sperma CHARM yang banyak itu meluncur masuk memenuhi liang vagina Jessie dan berkumpul di rahimnya.
Ruangan terasa sepi... Telingaku terasa tuli... Karena teriakan nikmat dari Jessie yang menerima sperma CHARM itu. Bercampur juga dengan teriakan Aya yang tak disangka juga orgasme karena aura TRIGGENCE itu.
Bertumpuk tiga tubuh telanjang di atas ranjang itu. Jessie yang kutindih, Aya tidak jauh dari kami berdua dan aku diatas Jessie karena orgasme super yang kutimbulkan tadi. Nafas saling memburu, jantung berdegub kencang.
Perlahan kucabut penisku dari vagina Jessie yang melonggar. Walau dengan sperma sebanyak tadi, tidak akan ada yang keluar karena langsung habis terpakai untuk mengeluarkan ZODIAC CORE yang sebentar lagi akan kudapatkan.
Dari vagina memerah Jessie mengeluarkan seberkas cahaya terang. Ia mengambang terbang keatas dan berputar-putar sejenak mengitari kamar ini lalu berhenti di depanku. Berpendar cahaya terang.
Aku lalu menangkapnya. Terasa hangat sekali dan bertenaga. Terasa bergetar seperti memberi salam bagi pemilik barunya.
ZODIAC CORE TAURUS... ZODIAC CORE keduaku... gumamku.
INITIATE FORM-nya seperti bulan sabit berwarna biru muda dengan sebuah tonjolan ditengahnya sehingga akan mirip dengan bentuk kepala banteng dengan lambang TAURUS di dalamnya.
Lalu aku melihat SUB-HUMAN FORM yang berbentuk seorang wanita memakai penutup kepala yang lagi-lagi bertanduk banteng, Ia bersenjatakan tongkat panjang.
Taurus
Berganti kemudian dengan CREATURE FORM-nya dalam bentuk bayangan dalam di pikiranku. Bentuknya tinggi besar, lebih dari 2 meter. Ia memakai helm yang bertanduk banteng. Tubuhnya penuh otot gempal dengan sepasang tangan yang kuat.
Hebat sekali... Sejauh ini aku sudah mengumpulkan 2 ZODIAC CORE... Kalau terus begini... aku pasti akan berhasil... kataku ngomong sendiri.
Satria ngomong ama siapa, sih..? Sini, dong... gumam Aya yang rupanya sedang memeluk kakaknya. Jessie rupanya terlelap kelelahan.
Aku telah kembali ke bentuk normalku, lalu memeluk Aya dari belakang. Ia memintaku untuk bercinta dengannya lagi. Disamping kakaknya yang tidur. Gila, kan?
Aya menggapai penisku yang masih tegang dari tengah selangkangannya. Dengan mudah batangku sudah menelusup masuk ke vaginanya yang masih basah. Rasanya masih enak banget.
Dasarnya aku saja yang tidak bisa tegas menolak permintaan Aya yang manja. Aku meladeni keinginannya dan bercinta dengan Aya setelah TRIGGENCE CHARM-ku dengan kakaknya tadi.
Ahhh... Memang enak sekali...
--------
Pukul 2 pagi, Jessie terbangun. Ia menggoyang-goyangkan tubuhku agar juga bangun.Dengan malas aku menjawabnya...
Satria... Aya kok ada di sini juga, sih? bisiknya. Rupanya ia belum sadar juga apa yang terjadi. Ia pasti kaget melihat adiknya, Aya ada di ranjang ini juga, bugil dan sedang memelukku.
Aku berada di tengah-tengah mereka berdua...
Ng... Jess... Sebenarnya... aku juga tadi ngeseks dengan Aya... kataku sebagus mungkin agar ia tidak marah.
Aya juga main denganmu? kagetnya.
Aa... Apa sih, ribut banget... Aya rupanya juga terbangun karena keributan yang kami buat. Ia makin mengeratkan pelukannya padaku. Kakinya dikaitkannya kepingganku dan !
Duh... Ia hampir saja menendang kantong menyanku dengan tumitnya.
Jessie gak marah, kan? tanyaku.
Apa dia juga suka padamu? tanya Jessie balik. Matanya menatapku tajam. Dipandanginya lekat-lekat.
I...ya... Aya suka sekali sama Satria... malah Aya yang menjawab pertanyaan itu dari belakang punggungku.
Jessie terdiam beberapa saat lalu merapatkan tubuhnya padaku...
Kalau begitu aku juga suka sekali juga sama Satria... katanya lalu ikut-ikutan memeluk erat tubuhku seperti yang dilakukan Aya. Seakan itu menjadi jawaban mewakili masalah yang kuanggap pelik. Ternyata sebenarnya dengan mudah diselesaikan mereka berdua.
Aku tak perlu bertanya apa-apa lagi. Kuanggap sudah jelas penyelesaiannya.
Dua kakak beradik ini sekarang memelukku dari dua arah. Saat yang menyenangkan. Tak akan terlupakan dalam hidupku. Keduanya cekikikan tertawa tengah malam begini. Kalau tetangga mereka pada dengar mungkin akan dikira suara neng kunti lagi arisan. Arisan brondong.
Sialannya karena dipeluk erat oleh dua cewek telanjang begini... kontol sialan gak tau aturan ini jadi menggeliat bangun lagi. Apa belum cukup tadi menggasak dua perempuan? Jessie menyadarinya karena membentur perutnya dan berseru senang sekali. Aya juga jadi ikut senang juga.
Sampai pagi itu aku harus meladeni dua cewek ini bergantian. Padahal pagi ini juga aku harus sekolah, kan? Ini masih hari Kamis. Belum masanya libur.
Dengan berbagai cara dan gaya. Posisi dan aturan aku terapkan dalam menggarap mereka berdua. Mereka asik-asik aja menerimanya. Mungkin karena pada dasarnya mereka saling menyayangi sebagai kakak-adik, lebih mudah bagi mereka untuk saling berbagi. Selama ini mereka selalu bersama menghadapi segala macam bersama.
Keduanya senang sekali saat aku sedang menggauli salah satu dari mereka. Salah satunya akan membantu merangsang saudarinya dengan berbagai cara. Ciuman, jilatan, belaian. Mereka seakan tak kenal lelah walau sudah berulang kali orgasme.
Setelah satu mendapat kenikmatan klimaks itu, yang satunya lagi akan menggantikannya. Lalu setelah ia klimaks yang satunya akan kembali lagi. Seru sekali. Asik, deh.
Aku sudah dua kali ejakulasi. Keduanya kucrotkan di perut Jessie dan Aya. Aku jadi semakin penasaran dibuatnya dan terus menghajar mereka tanpa ampun.
Aku terus mengentoti mereka seakan tak akan ada hari esok saja. Keduanya sungguh membuatku gila... Padahal ayam uda mulai berkokok.
End Quest #02
Terakhir diubah: