Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Cerita nya :mantap: bro.....
Semoga ada flashback semua ini ya suhu :beer:
 
di tunggu lanjutannya hu...
abis taraweh kl sempat gan.

Cerita nya :mantap: bro.....
Semoga ada flashback semua ini ya suhu :beer:

gan, di cerita ini waktunya progresif. jalan terus hari per hari. bulan ke bulan. kayaknya kecil kemungkinan untuk flashback.
tp kalau maksudnya penyebab, pencetus terjadinya, bisa dibaca dari awal Quest#00 ato mungkin malah dari Quint
 
Baru sadar ada bacaan baru ----- :ngacir: -------

Pojokan ijin bakar menyan hu sambil nunggu apdet
 
========
QUEST#02
========​

Sore itu sampai malam, kembali aku bercinta dengan Jessie. Sepertinya ia mulai menyukai kenikmatan yang baru didapatnya. Kali ini tidak di dalam mobil lagi. Ia mengeluh sakit punggung kalau harus berbaring di jok mobil lagi. Karena itu Jessie dan aku check-in di sebuah hotel di pinggiran kota setelah sebelumnya makan malam dulu di sebuah food court di sebuah mall besar di tengah kota.
Cukup dua jam saja kami check in di sana dan setelah itu kembali seperti hari-hari sebelumnya, aku mengantar Jessie sampai depan gang saja tanpa diketahui adiknya.
--------​
“Gimana perkembanganmu dengan cewek sekretaris itu, Satria?” tanya Putri ketika aku sudah sampai rumah. Ia dan Dewi datang ke kamarku. Perhatian banget akhir-akhir ini dua kembaranku. Pasti ada maksud terselubung.
“Sudah dapat... Aku sudah beberapa kali main dengannya... Jadi... waktu ulang tahunnya nanti... aku pasti berhasil, deh...” jawabku mantap. Kusodorkan dua jempol pada Dewi dan Putri.
“Kereeen... Itu baru Satria kami...” ungkap Dewi senang mendengar kabar itu. Ia ngajak tos hi-five, salam panco, adu kepalan tinju, adu dada... *kalah deh*
“Tapi kudengar ada anak cewek SMA lain yang sering nongkrongin’ mobilmu waktu pulang sekolah... Siapa, tuh?” selidik Putri kepo lebih lanjut. Dicondongkannya kepalanya padaku hingga aku bisa merasakan hangat nafasnya. Bahkan belahan dadanya keliatan jelas dari baju tidur minim minus bra yang dikenakannya malam ini.
“Anak SMA itu adiknya sekretaris itu...” jawabku berusaha fokus menjawab pertanyaannya. Cukup liat mukanya gak kemana-mana.
“Adiknya? Bukannya sudah kubilang... adiknya jangan diperdulikan... Gimana sih?” ketus Putri menarik kepalanya dengan cepat seperti kura-kura mode bertahan.
“Sudah terlambat... Aku juga sudah ngeseks dengan adiknya itu...” kataku sedikit ragu, sih ngomongnya. Plirak-plirik keduanya.
“Hah!” berdua mereka kaget. Untung saja Dewi tidak menyemburkan air dari mulutnya dari minuman yang dibawanya.
“Kau juga udah ngentot dengan adiknya?” tegas Dewi bertanya lagi setelah meletakkan tempat minumnya di atas meja belajarku.
Aku mengangguk. Mungkin tampangku yang terlihat adalah muka culun tak berdosa yang amit-amit banget, ya?
“Lo kok bego banget, sih? Itu nanti bisa jadi masalah besar... Gimana kalau keduanya tau kalau elo ada main dengan saudaranya... Elo bisa memecah keluarga itu... Yang parahnya lagi... elo gak bisa mendapatkan ZODIAC CORE TAURUS itu...” papar Dewi panjang lebar. Bergantian ditunjuk jari kening jidat, hidung dan dadaku. Kukunya panjang pake kuku palsu ber-nail polish mahal. Sakit tau!
Bisa separah itu? Karena rebutan aku (Ciee. Rebutan), kedua kakak beradik itu bisa pecah. Itu yang akan terjadi akhirnya bila saat itu tiba. Saat keduanya tahu kalau aku sudah tidur dengan keduanya. Semoga saja itu terjadi ketika ZODIAC CORE TAURUS sudah kudapatkan.
Wah! Kenapa aku jadi berpikiran seperti itu? Aku menjadi orang yang sangat egois. Mementingkan diri sendiri...
--------​
Sepulang sekolah—dengan sembunyi-sembunyi ngintipin parkiran mobil. Ternyata Aya sudah ada di sana, duduk di kap depan mobilku. Cepat sekali ia sampai kemari... Apa setiap harinya ia bolos jam pelajaran terakhir untuk bisa sampai kemari? Sekolahnya kan jauh dari sini.
Aku harus menghindarinya. Ini demi Jessie dan dirinya juga.
“Halo... Aya? Kamu dimana...? Sudah di sekolahku?” tanyaku setelah kuhubungi HP-nya.
“Sori... tadi sekitar jam 10-an gitu... temanku ngajak cabut... Benaran... Mobilku kutinggal di sekolah supaya gak ketahuan guru, dong... Dimana? Tadi barusan baru maen bilyard... Ini kami mau pergi lagi... gak tau kemana tapinya... Udah, ya? Dag...” putusku sebelum ia bertanya lebih banyak lagi. HP kumatikan.
Aku keluar dari sekolah dari samping, melompati pagar sekolah di belakang kantin, rute cabut sekolah yang biasa kupakai. Gak enak juga berbohong pada Aya. Apalagi ia kemarin dengan rela menyerahkan kesuciannya padaku.
Daripada misi utamaku berantakan. Tinggal 4 hari lagi...
Aku tadi mendapat ide... Bagaimana kalau selama 4 hari ini... aku menjauhi mereka dulu... Lalu pada hari H-nya, aku datang pada Jessie.
Tidak! Ini sebenarnya ide buruk... Sangat buruk malahan. Apa yang akan dipikirkannya kalau aku gak menemuinya setelah menikmati tubuhnya? Bisa kacau juga. Pusing!
--------​
Kucoba telepon rumah dan katanya ada cewek yang nelpon mencari-cari aku. Menghubungi beberapa kali. Itu pasti Aya. Aku berpesan pada sang asisten rumah tangga agar mengatakan kalau aku belum pulang aja. Aku memang gak mau pulang sekarang. HP-ku kumatikan lagi.
Satu-satunya yang bisa kulakukan adalah menunggu sore untuk menjemput Jessie pulang kerja dan bila ia memang menginginkannya, kami bermesraan lagi. Jadinya aku kelayapan sendirian padahal seharusnya bisa secelup... Ide buruk. Aku sekedar duduk bengong di parkiran tidak jauh dari West Point. Bosan, mainan HP. Nonton bokep yang ada terkoleksi di HP-ku. Kapan aku menyimpan ini? Kayaknya ini kerjaan bonus Hellen sama cowoknya.
Kenapa itu orang berdua malah punya ide masukin file-file donlotan begini? Mana file-nya gede-gede lagi. MP4. High Definition punya, cuy. Mantap, gan!
Apa mereka pikir: O... Mas Satria kan sekarang jomblo, tuh. Gak ada cewek. Kita masukin aja koleksi bokep asik ke storage internal HP-nya buat bahan coli? Perhatian banget. *ngenes*
--------​
Jessie punya kebiasaan baru, ia menciumku saat ia masuk ke mobil setelah kubukakan pintu. Sudah seperti pacaran aja? Padahal aku tidak mau jadi begini. Apa boleh buat?
Saat bermesraan di kamar hotel (Hotelnya selalu pindah-pindah. Jangan merasa nyaman dengan hotel yang sama. Apalagi dengan maraknya penggerebekan di hotel kelas melati. Kalau udah terlanjur nyaman, pilih hotel kelas bintang lima. Gak bakalan diapeli satpol PP. Sok tau), Jessie memasangkan kondom padaku. Ini pertama kalinya aku memakai karet pengaman ini. Rasanya agak janggal karena setelah banyak bermain seks, baru kali ini aku memakai alat pelindung ini.
Katanya supaya aku tidak repot-repot harus mencabut anuku kalau mau nembak. Benar juga, sih... Tapi rasanya jadi kurang enak. Ada yang kurang rasanya.
--------​
“Satria agak beda dari biasanya... Agak pendiam... Ada apa? Ada masalah?” tanya Jessie saat kami berbaring setelah memacu nafsu. Ia membelai-belai dadaku yang dijadikannya penopang kepala.
Aku harus mengatakannya!
“Aku sedikit khawatir pada hubungan kita ini... Aku takut Jessie berharap terlalu banyak dariku... Padahal ini hanyalah untuk... bisa dikatakan mengambil keuntungan darimu... Untuk mengambil core itu dari Jessie...” kataku memandangi langit-langit kamar hotel.
“Aku memang sadar itu... Aku memang tidak bisa berharap banyak dari Satria... Kamu sudah mempunyai wanita yang sangat Satria cintai... Tapi aku ingin sedikit saja merasakan kasih sayangmu... Dan nantinya akan kuberikan core itu bila saatnya tiba...” jawab Jessie arif sekali.
“Benarkah? Jadi Jessie tidak apa-apa?” tanyaku senang sekali mendengar kata-katanya itu. Aku tau itu bukanlah hal yang mudah dilaksanakan. Kalau sekedar ucapan di bibir saja mungkin lebih sederhana. Pelaksanaannya akan menyakitkan. Menyakitkan Jessie.
Ia mengangguk. Kami terdiam untuk beberapa lama. Sama-sama memandangi langit-langit yang sama. Tetapi pada pikiran yang berbeda-beda. Bercabang—mengular—menggapai.
“Tapi kuminta agar Satria jangan melupakanku... setelah ini... Bahkan setelah wanita itu telah kembali... Bisa, kan?” mintanya bersungguh-sungguh.
“Aku berjanji! Aku tidak akan melupakan Jessie! Yang telah membantuku selama ini!” yakinku. Kubelai rambutnya tebalnya yang harum.
Memang benar, sih. Setelah dengan Jessie, aku akan mencari ZODIAC CORE berikutnya dan akan melakukan apapun untuk mendapatkannya. Mengejar-ngejar wanita yang memiliki core yang sedang kucari untuk memanggil GOD MAESTER CORE.
Aku jadi teringat dengan April... Wanita pertama pemilik ZODIAC CORE ARIES yang juga dalam beberapa hari misiku, sangat dekat denganku. Ia juga meminta hal yang sama dariku. Jangan pernah melupakannya.
“Kalau aku minta Satria datang... dan minta sayang-sayangan begini... Satria mau, ya?” kata Jessie membuyarkan lamunanku.
“Ya... bisa...” jawabku cepat.
--------​
Malam itu, kuberanikan diri mengantar Jessie sampai ke rumah, tapi ia menolak. Karena aku memaksa, Jessie akhirnya memperbolehkan dengan syarat jangan sampai berbarengan ke rumah. Jessie akan masuk dahulu, lalu aku akan menyusul beberapa menit kemudian. Seperti tidak ada kejadian apa-apa.
Boleh saja. Cara ini bisa tetap menyembunyikan rahasia antara aku, Jessie dan Aya.
Aya memelototi aku yang datang setelah kakaknya. Sepertinya ia tidak curiga. Aku mengarang cerita kalau aku baru pulang dari bepergian dengan teman-temanku dalam rangka cabut tadi. Yang nonton topeng monyet, ngopi, maen bilyard, bantuin nguras sumur, sampe tahlilan.
Saat Jessie berganti baju ke kamarnya, langsung saja Aya menubrukku dan... taulah...
“Ya... Ya... Nanti kakakmu keluar...” bisikku menolaknya melanjutkan serbuannya. Bibirnya terasa kelaparan. Tubuhnya rapat ke tubuhku penuh rasa rindu.
“Biarin! Abis aku kangen banget sama kamu... Mpppghh...” lumatnya lagi pada bibirku.
Gawat!
“Besok aja lagi, ya? Pulang sekolah... OK?” tawarku.
Aya ngambek dan mencemberutkan mukanya. Bibirnya manyun. Lucu banget tampangnya. Aku diam saja. Kalau kurayu sekarang bisa-bisa ketahuan kakaknya.
“Kenapa kamu, Jok?” tanya Jessie yang telah berganti pakaian kasual, melihat adiknya cemberut. Ia duduk tepat disamping Aya dan memegangi bahunya.
“Sebel sama ini!” jawabnya menunjuk aku.
“Kenapa? Kamu mau ngajak Satria jalan-jalan lagi? Dia kan udah capek...” bela Jessie padaku. Ia melirikku sesekali.
“Bukan! Bukan itu...” Aya masih cemberut ngambek.
“Lalu apa, dong? Bilang sama kakakmu... biar aku bantuin, deh?” bujuk Jessie. Dia memang sayang banget pada adiknya.
“Gak... gak mau... Ini rahasia kami...” ketus Aya.
“Ya, udah... Jangan gitu lagi, dong? Jelek tau? Kayak mongke... monyet kere... Kyaaa... haa... haaa...” Jessie langsung ngibrit menghindari cubitan Aya. Rumah kontrakan ini lalu ramai oleh suara centil mereka berdua. Lebih baik begitu.
Untung saja Aya juga mau main sembunyi-sembunyian. Jessie sudah begitu sayang pada adiknya. Begitu juga dengan Aya sayang banget pada kakaknya.
Tapi waktu pertama kali aku bercinta dengannya... dan pada kesempatan berikutnya... cara aku membuat Jessie mendapatkan orgasme dahsyat adalah ucapan kata-kata tentang ketiadaan Aya di sekeliling kami. Ini cukup aneh.
Dia sangat sayang pada adiknya tetapi hal yang membuatnya sangat nikmat sampai orgasme adalah ketiadaan adiknya. Sangat berlawanan sekali.
Apa dibawah sadarnya, Jessie menganggap Aya sebagai gangguan. Penghalang baginya mendapatkan kebahagiaan. Sehingga saat mendengar kalau Aya tak ada bisa memicu orgasme.
Aneh...
 
Makin rapi aja tulisanya n ceritanya jg makin menarik tp sedikit bgt konfliknya....jd mudah ditebak aja critanya
 
Makin rapi aja tulisanya n ceritanya jg makin menarik tp sedikit bgt konfliknya....jd mudah ditebak aja critanya

makasih kripiknya gan. konflik dan masalah akan berekskalasi tiap quest Satria. ttp tiap masalah jg punya solusi apalagi dgn kekuatan yg dimilikinya sudah setaraf manusia super + tambahan dr zodiac core ini. mmg sengaja ga dibuat berat2 krn belom bisa meramunya. nubie.
 
Yahhh ... gk ad flash back ya suhu... hmmmm
Jadii gk bisa baca yg haremm sama saudari2 nya dunkk :hua:
 
Yahhh ... gk ad flash back ya suhu... hmmmm
Jadii gk bisa baca yg haremm sama saudari2 nya dunkk :hua:

yo hoho... kl yg scene genre harem cobain baca di quint. di halaman 1 ada linknya tuh gan. tp di quest-quest berikutnya kayaknya bakalan ada juga deh. tungguin deh. *massive orgy*
 
yo hoho... kl yg scene genre harem cobain baca di quint. di halaman 1 ada linknya tuh gan. tp di quest-quest berikutnya kayaknya bakalan ada juga deh. tungguin deh. *massive orgy*

Loh ada link nya to :kacamata:
Maaf suhu ane kagak liat kalo ada cerita sebelumnya :bata: ... pantes koq ada yg hilang. :ampun:
 
Baru selesai baca cerita yang sebelumnya sekarang pantengin cerita ini lagi... keep update suhu :haha:
Nunggu ada perawan lagi :pandajahat:
 
Bimabet
========
QUEST#02
========​

“Kalian berdua sering banget berantem, deh?” tanyaku dekat kupingnya setelah kami ngeseks di kamar Aya. Aku luluh lagi dan tidak sanggup menjauh dari Aya kali ini. Aku menyanggupi ketemuan lagi dengannya dan akhirnya berakhir begini. Akhirnya enak, sih.
“Begitu itu bukan berantem... Cuma becanda aja, kok... Sudah sejak lama kami begitu... Tidak pernah masuk ke hati... Cuma untuk lucu-lucuan aja... Kadang memang kelewatan, sih... Tapi... yah... memang begitulah kami...” jawab Aya berbaring sambil membersihkan perutnya dari noda sperma yang kucrotkan disitu.
“Sebenarnya aku sangat sayang banget sama Jessie... Begitu juga dia... sayang banget sama aku... Apalagi kami tinggal berdua saja disini... Kami seperti tidak terpisahkan...” lanjutnya. Berlembar-lembar tissue digunakannya untuk membersihkan perutnya kini berserakan terkepal begitu saja di lantai. Beberapa ada di atas tempat tidur.
“Jessie selalu berusaha untuk melindungi aku... membahagiakan aku... membiayai sekolahku... Begitulah dia... Bahkan katanya sekarang ia bekerja saja... untuk membiayai sekolahku... juga nantinya sampai aku kuliah nanti...”
“Lalu... bagaimana Aya membalas semua kebaikannya itu?” pancingku.
“Aku berusaha untuk belajar yang bener... agar semua kerja kerasnya tidak sia-sia...” jawabnya menerawang.
“Tapi Aya sering banget nyampe sekolahku sebelum sekolahku bubar... Cabut, kan?” ejekku. Awch!
“Duuh... duhh! Sakit...” aduhku karena Aya mencubit tanganku karena ejekan tadi. Cubitannya... Mana tahaaan. Sakit, blek!
“Itu kan gara-garanya Satria juga... Aku jadi pengen ketemu kamu terus...” jujur katanya mulai membuka diri. Ia malah menggapai penisku yang menjuntai lemes. Ditarik-tariknya gemes. Emangnya anuku apaan? Balon? Harus ditarik-tarik gitu biar gampang ditiup?
“Gara-gara aku? Emangnya... Aya menganggap aku ini sebagi apa?” korekku. Kulindungi aset paling berhargaku ini dengan menepis tangan Aya. Ia tidak menyerah dan merogoh terus.
“Mm... Pacar Aya...” jawabnya tegas tetapi dengan nada manjanya yang kental. Disandarkannya tubuhnya berbaring di atas dadaku. Tanganku dikalungkannya ke perutnya. Ia sudah tidak tertarik lagi menarik-narik penisku yang malang—yang kusayang.
“Ya... Kayaknya... gak bisa begitu, deh, Ya...” bantahku. “Aya kan tau... kalau aku sudah punya pacar...” terus terangku. Kuangkat kepalaku untuk memandangnya langsung. Menunjukkan keseriusan masalah ini. Gak enak banget situasinya.
“Jadi pacar kedua Satria juga gak pa-pa, kok... Lagian cewe Satria itu, kan sedang ada di Australi?” ujar Aya. Dielus-elusnya dadaku. Putingku kini yang jadi incarannya. Geli, euy. Semriwing gimana gitu kalau dijawilin kalau bukan dalam kondisi bermesraan. Kalau dalam mode sange, enak aja. Bisa lanjut kemana-mana.
Jadi pacar kedua? Apa ada wanita yang mau dan rela jadi pacar kedua seperti yang dikatakan Aya tadi. Memang ada yang begitu, sih. Bahkan jadi istri kedua, ketiga dan seterusnya.
“Aya tidak bisa jadi pacar keduaku...” jawabku.
“Pacar ketiga juga boleh...” potongnya.
“Pacar ketiga? Apa lagi, tuh...?” heranku tak mengerti. Ini makin runyam, mama. Kenapa semakin sulit masalah anakmu ini, mama? Aku mau pulang, mama.
“Mungkin Satria punya cewe lain selain dia dan aku...” jelasnya. Ia bangkit dan mendekatkan wajahnya padaku. Mata kami saling pandang. Sepertinya Aya mencoba mencari jawaban dari mataku.
Ada sih... dan itu kakaknya sendiri, Jessie. Juga cewek-cewek lain. Ada April, suster Susan, bu guru Karen. Banyak ternyata. Mama, ternyata ini masalah aku sendiri yang buat. Mungkin nanti mama akan sulit mengingat nama mantunya karena terlalu banyak. Weks!
“Aya tidak masalah jadi pacar Satria yang nomor berapa aja... Asal jadi pacar Satria aja... Aya sudah senang...” katanya.
“Asal... jadi... pacarku...?” kataku terbata-bata. Aya ini cewe matre atau bagaimana?... Masa mau jadi pacarku yang ke nomor sekian, asal menyandang predikat pacar. Apa tujuannya? Gimana caranya aku ngapelinnya? Bakalan gak ada cerita malam Minggu jadinya. Sabtu malam masih tetap jalan walaupun apa yang terjadi. Cuma masalahnya kalau digilir pasti ada yang dapat jatah malam Jumat. Lha kapan aku belajarnya? Hidupku hanya untuk perempuan kalau begitu.
“Kenapa mau begitu?” tanyaku kepingin tahu lebih jauh.
“Abis... Satria orangnya lucu... baik... dan aku suka Satria...” katanya lalu menyandarkan kepalanya di dadaku lagi.
“Masih banyak orang yang lebih baik dariku...” elakku. Kubuang pandanganku ke tembok dinding kamar Aya yang dicat pink muda. Dekat dengan poster One Direction formasi awal karena masih ada Zayn Malik-nya. Karena pandang-pandangan dengan lima cowok itu kayak maho, nyari pemandangan lain muter-muter dan jatuh ke poster girlband Korea; A-Pink di dinding seberang. Mendingan adem.
“Nggak mau tau... Pokoknya harus Satria...” tegasnya.
“Walaupun aku juga pacaran dengan kakakmu...?” tanyaku tiba-tiba. Ups! Wah dapat inspirasi dari A-Pink kayaknya, nih. Meluncur mulus begitu aja. Kebayang kalau enam artis Korea itu menyemangatiku saat ini. Apa ini? Kajol. Kagak Jolas *kata orang Medan*
“Satria juga pacaran dengan Jessie?” kagetnya dan bangkit dari sandarannya di dadaku. Wajahnya terlihat kaget banget. Matanya berputar-putar menatap di sekitar mataku.
Aku mengangguk pelan.
“Kok aku nggak pernah tau...? Jessie gak pernah cerita juga... Kapan kalian ketemuannya?” berondong Aya penuh selidik.
“Jessie juga gak tau kalau kita begini... Kami biasanya ketemu di luar... Biasanya aku jemput Jessie pulang kerja... trus jalan...” jelasku.
Ia terdiam sebentar.
Diamnya Aya cukup mengkhawatirkanku seperti yang ditakutkan Putri waktu itu—kalau keluarga ini bisa pecah karena aku. Aku yang gak seberapa ini...
“Yah... Biarlah... Yang penting aku jadi pacar Satria... Gak pa-palah...” katanya akhirnya. Ia kembali memelukku erat. Aku membelai rambutnya. Ternyata ada orang seperti Aya ini. Entah apa Jessie, kakaknya juga bisa begitu.
“Satria mau nyeritainnya?” pintanya. Kami berbaring berhadapan dalam posisi miring. Masih dalam kondisi telanjang. Tapi sepertinya fokus kami cukup bagus dan tak saling jamah.
Berikutnya, aku menceritakan apa yang sebenarnya yang sedang kukerjakan dan kucari. Rencana yang akan kusiapkan pada setiap hari ulang tahun wanita-wanita istimewa pemilik ZODIAC CORE.
Hal yang akan terjadi saat aku menggunakan bentuk VIOLENCE terbaruku, CHARM dan apa jadinya kalau itu dilakukan pada wanita biasa.
Aya tertegun-tegun tak percaya. Tapi ia kuyakinkan dengan mengingatkan kalau ia juga sudah pernah mengalaminya. Ia pernah sekali melihat bentuk CHARM-ku dan mendapat pengaruh. Itu momen yang sangat berbahaya.
“Apa Aya masih mau menjadi pacarku yang nomor berapa?” tanyaku. Terdengar seperti menakut-nakutinya. Memangnya mudah menghadapi banyak wanita nantinya. Kata-kataku ditambah mata melotot dibuat-buat tiap penekanan katanya. Berharap ia takut.
“Apalagi nanti tidak bisa kujamin kalau aku bisa meluangkan waktu untuk Aya... Aku akan sangat-sangat super duper sibuk...” jelasku akan berbagai kemungkinan yang akan pasti terjadi di kehidupanku setahun ini. 12 ZODIAC CORE-loh. Setahun itu...
“Jadi benar... beberapa minggu ini... waktu Satria hanya tercurah untuk kami berdua saja...?” tanya Aya.
“Ya... Seharusnya hanya Jessie aja... Jangan marah loh kalau Aya kebawa-bawa... Ini hanya sampai ZODIAC CORE Jessie kudapatkan... Setelah itu aku akan berburu ZODIAC CORE berikutnya... GEMINI...” terangku.
“... dan Jessie sudah mengerti...”
Kami berdua terdiam cukup lama.
Kebisuan kami terpecahkan oleh alarm HP-ku, pengingat kalau aku harus menjemput Jessie di kantornya.
--------​
“Satria... Jangan beritau Jessie, ya... tentang ini... Biarkan ini tetap menjadi rahasia kita berdua aja... OK?” kata Aya dari balik pintu ketika ia melepasku pulang.
Aku tak tahu apa maksudnya, tapi aku menyetujuinya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd