Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Bimabet
Yeap..itulah kehilangan. Kehilangan utk remaja seusia Satria susah tratasi tnpa pendampingan trus-menerus dr org yg lbih dewasa dr dia. Carrie memang jd hub dari final chapter dari seri ke-2 Q ini. Kunci kembalinya ketenangan dr Satria ada pada ke-12 wanita pemilik Zodiac Core. Mereka akan memanggil GMC skali lagi dan jg Carrie dlm ektoplasma atau rohnya akan mewujud jd Holy Core dan mnyatu dlm tubuh Satria utk mereset smua kekacauan di dunia. Krna pada dasarnya Satria adalah Shiva sang penghancur dan Carry adalah Vishnu sang pemelihara kehidupan..#cumasekedarimajinasikomentator :)

Dengan cara apa kedepannya TS menyelesaikan final chapter ini? Kt tunggu ajah kawan2 semua. Tetep smngat TS :beer:
ada
haduh... sampe ada Shiva dan Vishnu ya? ditungguin aja ya...
 
Menurut gw sih yg bs nyadarin cm pemilik ke 12 core dan mungkin kembaran plus sepupu2 satria. Krn mrk smua udah ngorbanin core dan smua nya buat satria. Masa iya di depan mrk yg udah nyerahin hidupnya n satria yg dah susah payah nolongin mrk, malah satria ngancurin smuanya?

Tapi..
Entahlah. Biar suhu ryu yg menjawab smuanya dg update nya. Kamis kan ya tayang nya? :p
 
wah wah nih cerita happy ending kan suhu!!!!
apa g ada cara yah buat hidupin carrie lgi? ayo petualang lgi suhu biar bisa hidupin carrie lagi!!! seru..... abis???
 
yang bisa nyadarin Satria ya cuma satu,
yaitu TS nya sendiri hehehe :Peace:
 
Wah pantes di Q3 mau ganti tokoh utamanya...apakah satria akan mati?g sabar nggu update kamis
 
Wah pantes di Q3 mau ganti tokoh utamanya...apakah satria akan mati?g sabar nggu update kamis
gak gan. abis ini belom masuk Q3 itu. rencana mau buat cerita untuk bridging ke Q brikutnya. ceritanya lebih ke flash back dgn tokoh baru itu.
he he he udah koar-koar padahal belum mulai ditulis. Ribak Sude!
 
wah wah nih cerita happy ending kan suhu!!!!
apa g ada cara yah buat hidupin carrie lgi? ayo petualang lgi suhu biar bisa hidupin carrie lagi!!! seru..... abis???
wah klo gitu udah mirip bgt sama dragon ball malah ya? gak kok. gak se epic itu.
tungguin aja olahan kata-kata ane. semoga berkenan
 
Lah,udah kamis lg ini gan Ryu? Kok belom update ya jam segini? Tumben banget,hehehhee
 
========
QUEST#13
========​

Iyon dan kedua temannya membantu Buana bangkit. Direktur dari beberapa perusahaan dalam Grup Usaha Bhumi Surya Chandra Awan (BSCA) itu tak merasa malu berbaring di tanah kotor, ditolong supir pribadi dan dua temannya. Baginya mereka adalah teman-teman dekat. Lalu menyusul Ron yang menghampiri mereka.
“Gimana situasinya?” tanya Iyon mewakili dua teman yang menyertainya.
“Itu... Itu disebut sebagai CONQUER... Liat apapun yang dilaluinya... Kehancuran!” kata Buana singkat saja dengan menunjuk ke arah pergerakan Satria. Orang-orang ini sudah biasa melihat hal yang ghaib ataupun ajaib. Mereka akan cepat paham.
Mereka bersama hanya bisa melihat Satria yang melintas dengan langkah kakinya yang ganjil. Langkah kaki berjalan pelan tetapi jarak terlampaui dengan tak wajar. Tanah keras yang dilintasinya berubah menjadi gersang dan pasir. Tanaman meranggas dan lapuk menjadi debu. Udara menjadi pengap dan mencekik leher.
“Waduh... Kenapa jadi begini, ya?” kaget Iyon melihat teman sepermainan anaknya itu berubah menjadi menyeramkan sedemikian rupa.
“Itu anakmu, Bun?” tanya pria satunya. Tubuhnya kurus tinggi dengan wajah tirus. Jakunnya menonjol keluar di lehernya. Ia memakai pakaian rapi dengan setrikan mulus dengan lipatan yang jelas. Rambutnya agak ikal walau sudah dipotong pendek sekalipun.
“Itu anak laki-lakiku, Jek...” jawab Buana pada pria bernama panggilan Kojek. Nama aslinya Pandapotan Hutagalung. Tetapi ia lebih sering dipanggil Kojek.
“Amang-oi! Serem kali, ah! Kok bisa jadi kek gitu anakmu? Ngapain dia?” tanyanya tak habis pikir. Tinggal di desa kecil di pelosok Porsea sana dan berternak sapi tak mengikis kepiawaiannya membaca situasi gawat seperti ini.
“Ada hubungannya dengan kejadian setahun lalu... Kalian juga menyaksikannya, kan? Semua mahluk bernama Core itu membantai semua iblis yang memasuki bumi...” ujar Ron mencoba menyegarkan memori mereka.
“Maksudmu... anak Buana kini menjadi iblis juga?” tebak pria satunya. Berkaca mata minus 2.5 dengan bingkai hitam tebal. Rambut depan menipis karena kebotakan, berperawakan sedang berkulit putih dan memelihara janggut yang mulai beruban.
“Jangan sampe, Seng... Dia hanya sedang mengamuk... Ini puncak kekuatannya... Kami berdua udah babak-belur dihajarnya...” potong Buana merasa harus menjawab itu secepatnya pada Aseng. Pria itu berjuluk Aseng karena mirip Cina padahal orang Padang tulen berkampung di Toboh Gadang, Pariaman. Nama aslinya Nasrul Chaniago tapi jangan coba panggil di ajo. Kegiatan sehari-harinya saat ini budidaya jamur Tiram di kota Stabat, Langkat.
“Gini... Kelen dengar dulu, ya?… Biar kuceritain dulu...” kata Iyon menengahi. Lalu Guntur Setiono menceritakan kisah sebenarnya sepengetahuan yang dapat ia pahami. Dari 3 tingkatan kekuatan pertama Satria dari RAGE, BEAST dan LORD lengkap dengan deskripsinya. Lalu 3 tingkatan kekuatan kedua dari CHARM, CRAVE dan CONQUER. Juga penjelasan singkat tentang sistem kerja konsep Core ini.
--------​
“Bah! Rumit jugak, ya? Kukira sistem Lini itu membuat palaku pening... Tambah pulak segala macam Core-Core-an ini... Ada-ada aja, bah...” sungut Kojek menggaruk rambut ikalnya. Walaupun udah jadi tauke sapi di kampungnya tak membuatnya rajin mandi dan keramas.
“Beda ya sama Menggala?” tanya Aseng tak kurang heran juga sambil memegangi perutnya yang mulai membuncit.
“Jauh bedanya... Kalau Menggala kan kita nyarik mahluk ghaib... binatang ghaib... senjata ghaib... kayak-kayak gitulah semua teman-temannya yang ghaib... Kita jadikan Menggala untuk kita jadikan tambahan kekuatan saat bertarung... Entah dijadikan Menggala Suba... Menggala Wasi ato Menggala Aga... Pokoknya dari luar... Nah kalau Core itu sudah ada di dalam inti tubuh kita semua... Aku punya Core di tubuhku... Kelen-kelen semua juga ada... Yang kita liat terbang ke langit malam itu... dan kembali lagi... itulah Core!” tuntas Guntur.
“Pemuda itu bisa menampung banyak Core di tubuhnya... bahkan mengambil Core orang lain menjadi miliknya... Tapi yang sedang mengamuk saat ini adalah Core pribadinya yang nomor dua... Asal tau aja kalau dia punya dua Core di tubuhnya...” terang Iyon terus agar teman-temannya lebih tercerahkan.
“Oo...” gumam kedua pria itu. Entah paham atau tidak.
Lini adalah energi alam semesta yang mengalir di dalam tubuh setiap benda. Semua hal di dunia ini memiliki Lini. Air, udara, batu, api, cahaya, pohon, semut. Pada manusia lebih dalam lagi ada 32 titik Lini yang tersebar di beberapa bagian tubuh kita. Tiap titik saling mendukung fungsi berbagai organ tubuh kita. Memberi energi dan menggerakkan sesuai fungsi dan tugasnya. Secara awam kita mengenalnya sebagai Chi, Ki, atau Chakra. Bahasa mudahnya; tenaga dalam.
Menggala adalah sebutan bagi seseorang yang mendapat bantuan dari luar kekuatan dirinya untuk melakukan hal-hal seperti pertarungan dan pembelaan diri. Ada tiga jenis Menggala. Menggala yang memakai mahluk lain, disebut sebagai Menggala Suba. Jenis ini yang paling sulit karena sang Menggala harus bisa bekerja sama dengan sang mahluk tersebut. Menggala yang menjalin kerja sama dengan mahluk itu membuat perjanjian. Bisa apa saja bentuknya. Biasanya mahluk ini berupa jin atau hewan atau juga mahluk-mahluk lainnya. Kekuatan Menggala Suba bisa meningkat bila kekuatan mahluk Menggala-nya meningkat.
Yang kedua adalah Menggala Wasi. Memakai berbagai jenis senjata atau pusaka bertuah ataupun memiliki kekuatan. Dengan cara ini sang Menggala Wasi dapat menyimpan banyak senjata di tubuhnya sekaligus. Itu secara teorinya karena sampai sekarang belum pernah ada Menggala Wasi menyimpan lebih dari 3 senjata bertuah di tubuhnya. Jadi orang-orang menganggap. Menggala Wasi yang menyimpan 3 senjata sakti di tubuhnya adalah yang terkuat.
Yang ketiga adalah Menggala Aga. Mengggala jenis ini memakai berbagai jenis bebatuan dan logam mulia yang diletakkan di bagian-bagian tubuh yang ingin ditingkatkan kemampuannya. Secara umum Menggala Aga adalah yang paling mudah untuk dipelajari. Asal kau mempunyai batu-batu yang tepat seperti batu Kecubung, Akik, Mirah Delima, Giok dan sebagainya kau bisa menjadi seorang Menggala Aga Tetapi biasanya Menggala Aga memiliki kekuatan yang paling lemah karena peningkatan kekuatannya adalah tergantung dari kekuatan batu itu sendiri... Tidak akan ada peningkatan kekuatan penggunanya setelah beberapa lama memakainya. Tetapi ini bisa diatasi bila digunakan sejumlah batu bersamaan. Jumlah batu mulia yang dipakai tidak ada batasnya.
Contoh yang paling lengkap tentang ketiga Menggala itu adalah duo kembar identik Ron dan Buana. Mereka Menggala Suba karena mempunyai Menggala mahluk-mahluk kuat dalam formasi Neo Enam Agung yang sudah dikalahkan CONQUER Satria sebelumnya. Naga Jaw-Flame, Proto Equus, XLS 85 Rezona dan Quarn milik Ron. Naga Wingasaur Creptacite, Strider Equus, Singa Hitam bertanduk belati dan Quarn untuk Buana. (Jaw-Flame dan Wingasaur bergabung menjadi Double Dragon, Quarn bisa dipakai bergantian) Mereka berdua juga adalah Menggala Wasi karena menyimpan zirah dan pedang andalan masing-masing berikut sebilah pedang Dwi untuk membentuk Gerhana Tunggal. Dan terakhir adalah batu Inti kekuatan mereka sebagai Menggala Aga. Sebongkah batu Matahari dan batu Bulan ada di dalam tubuh keduanya masing-masing.
Contoh lain adalah Sheila yang merupakan Menggala Suba dan Menggala Wasi sekaligus karena Naga Agni adalah mahluk ghaib yang merasuki pusaka berbentuk ular emas dan dipakai sebagai Çhakti andalannya.

“Jadi... cemana la kita mengatasi anakmu itu, Bun? Pening kali palaku mikirnya... Cam makan simalakama kurasa... Kutépok... anakmu... tak ditépok... kiamat pulak dunia ini...” ragu Kojek.
“Kalok kubilang, ya... kita harus lebih ngerti lagi... apa yang sedang dipakainya? Segala ada raksasa tembus pandang... Dua ekor lagi... Apa memang bisa anakmu jadi raksasa?... Karna kurasa itu memang kekuatannya... Kan gak mungkin tiba-tiba dia bisa mbuat raksasa-raksasaan kek gitu...” pikir Aseng. Dia yang memang paling bisa mikir serumit itu diantara ia, Kojek dan Iyon.
“Kalo yang kudengar dari anakku... Iya... Dia bisa menjadi raksasa dengan salah satu Core yang didapatnya... GIGA FORM... Itu dari ZODIAC CORE TAURUS...” ingat Ron. Pasti ia mendapat bocoran ini dari Hellen.
“TAURUS? Dari zodiak bintang-bintang itu? Bah... Jadi kerbo pulak kekuatannya... Pantasan bisa jadi raksasa begitu... Paten kali-ah...” kagum Kojek makin menggaruk kepalanya.
“Itu baru satu, kan? Ada 12 ZODIAC CORE yang sudah dikumpulkannya... Entah apa lagi yang bisa dilakukannya dengan Core sebanyak itu?” kata Buana makin depresi mengingat kecil kemungkinan mereka untuk mengatasi Satria yang mengamuk.
“Cok kotanya dulu sama anakmu itu... Apa-apa aja kekuatannya... Mungkin kita bisa dapat bocoran intel bagus...” kata Aseng menimpali.
“Betul... Aku B3 dulu ke rumahku... Sinyal telpon masih ngaco, nih... Tunggu!” mendadak mereka berlima jadi awas seperti sekumpulan kucing yang kepergok mencuri ikan. Masing-masing siap tempur dengan kuda-kuda berkelahi.
FLOP!
Sebuah lingkaran yang berdiameter 2 meter jatuh ke tanah dan sekonyong-konyong muncul beberapa tubuh manusia menjejak bumi.
“Papaa!!” seru salah satu gadis remaja itu. Berhamburan lima gadis remaja melangkahi lingkaran tali rafia yang teronggok di tanah yang meranggas. Kelimanya langsung merubungi Ron.
“Waa... Anakmu semua-ni, Ron? Gilak! Cantik-cantik kali anakmu!” puji Kojek geleng-geleng kepala.
“Wajar aja anaknya cantik, Jek... Mamaknya cantik... bapaknya ganteng... Kalo kau mana mungkin bisa punya anak cantik dari si Tiur boru Sihite itu... Kau jelek... si Tiur apalagi...” kata Aseng bercanda lepas tak khawatir temannya itu tersinggung.
“Yang penting cinta lae-ku... Jelek-jelek gini... anak kami udah tujuh... Bentar-bentar lagi lapan... Datanglah kau nanti... bawak binikmu si boru Jawa itu waktu di-upah-upah nantik...” kilah si Kojek.
“Ah... Banyak kali anakmu... Banyak kali kau maen di pakter tuak... Pulang-pulang indah kali ko rasa si Tiur itu, kan? Ha... ha... ha...” lanjut mereka bercanda terus padahal situasi lagi genting menyusul kemunculan lima anak kembar Ron.
Beserta mereka ikut pula Iqbal (kakak tertua Ron dan Buana) dan kedua anaknya Eros dan Sheila. Minus Putri dan Dewi anak Buana. Tali teleportasi tadi pasti kerjaannya Eros dengan PUPPET MASTER-nya.
Mereka mendapat kabar kalau Tami meradang sejadi-jadinya karena keadaan yang terjadi pada Satria. Ia tidak diikutkan dalam teleportasi barusan karena khawatir insting keibuannya akan mengacaukan segalanya. Ia sampai harus ditenangkan dan ditahan oleh kedua putrinya; Putri dan Dewi, Dara (istri Ron) dan Elisa (adik bungsu Ron dan Buana). Amukan seorang ibu bahkan lebih mengerikan dari yang dapat kau bayangkan.
Setelah ramah tamah sekedarnya, pembahasan serius segera dilanjutkan.
--------​
Dunia mulai merasakan apa yang dirasakan Satria. Kesedihan yang dirasakan Satria mulai menunjukkan efeknya. Getaran-getaran berupa gempa mulai terjadi dimana-mana. Gempa dalam skala lemah mulai mengguncang dunia yang masih belum pulih pasca kedatangan GOD MAESTER CORE.
Ketinggian air laut perlahan-lahan meningkat dan mendorong permukaan sungai yang bermuara akhir mulai membanjiri bantaran akibat luruhnya deposit es yang mencair di kedua kutub bumi yang melenceng.
Beberapa gunung berapi aktif mulai menunjukkan taringnya. Getaran vulkanis aktifnya mulai menimbulkan kegelisahan para penghuni hutan. Terlebih lagi gunung berapi yang berada di bawah laut yang jumlahnya jauh lebih banyak. Gas-gas berbahayanya sudah mengepul memenuhi sirkulasi air laut menciptakan kondisi mengkhawatirkan pada keberlangsungan kehidupan biota laut.
--------​
“Banyak banget, pa... Satu ZODIAC CORE itu bisa punya sampai 3 kemampuan khusus... Walaupun mas Satria belum lengkap menguasai semuanya...” jelas Hellen tentang kekuatan yang mungkin dipakai Satria.
“Jadi selain GIGA FORM TAURUS itu masih banyak yang lainnya, ya?” gumam Ron bergidik membayangkan apa lagi yang bakal mereka hadapi. Hellen mengangguk.
“Penggandaan tubuh itu... Ada dua raksasa, kan? Itu namanya MULTIPLICITY atau malah DOUBLE...” ingat Hellen membuka data yang ia punya dari hasil pembacaan Versemeter atas Satria yang bisa membaca detil Core apa saja yang ada di dalam tubuh saudara sepupunya itu.
“Jadi dua raksasa itu adalah hasil penggandaan?” kaget Buana. Sama horor ekspresinya dengan Ron barusan. Terbayang kesulitan apa yang harus diatasi.
“Kalau MULTIPLICITY adalah penggandaan kosong... Mas Satria bisa membuat kopi ribuan tubuhnya kalau dia mau... Sedang DOUBLE lebih parah... Tubuh aslinya akan menjadi dua... Lalu dua tubuh itu akan menjadi empat dan seterusnya... Itu semua tubuh aslinya...” jelas Hellen malah takut-takut menjelaskan dua jenis kekuatan Satria yang sudah sering sekali dimanfaatkannya. Pastinya ia sudah sangat mahir menggunakan kekuatan itu sampai tahap ahli.
Mereka semua ketakutan mendengar itu semua. Misi untuk melemahkan Satria terdengar sangat musykil sekarang hanya dari dua jenis kekuatan yang digunakannya. Apalagi kalau ia menggunakan jenis kekuatan yang lain.

1. ARIES:
a.MARVELOCITY: kecepatan tinggi
b.ADJUSTABILITY: perubahan bentuk bagian tubuh
c.-

2. TAURUS:
a.GIGA FORM: perubahan ukuran tubuh
b.HARD SHELL SKIN: perlindungan pengerasan kulit
c.-

3. GEMINI:
a.MULTIPLICITY: penggandaan tubuh
b.SHAPE SHIFTING: perubahan bentuk
c.MIMIC: peniru kepribadian

4. CANCER:
a.CLAMP: jepitan tangan dengan capit
b.-
c.-

5. LEO:
a.SHADOW STRIKE: tendangan lutut jarak jauh
b.SHADOW GEIST: menembus benda padat
c.SHADOW MIND: membaca pikiran

6. VIRGO:
a.TRANSPORTER: penggunaan CREATURE FORM
b.-
c.-

7. LIBRA:
a.ASSASIN: menjadi ASSASIN
b.DRAGON LORD: menjadi DRAGON LORD
c.ARC MAGE: menjadi ARC MAGE

8. SCORPIO:
a.TOXICATE: sengatan racun tangan kanan
b.VENOM: sengatan serum tangan kiri
c.THIRD STING: sengatan hormon sengat ketiga

9. SAGITTARIUS:
a.ARCHER: memanggil anak panah dan busur
b.ACCURACY: ketepatan menembak
c.-

10. CAPRICORN:
a.PROVOKE: provokasi target
b.-
c.-

11. AQUARIUS:
a.GILL: bernafas di air
b.SUBMERGE: bergerak di air
c.-

12. PISCES:
a.WHALE SAURUS: mahluk yang tak memerlukan elemen
b.INBOUND SAURUS: mengendalikan sang mahluk
c.-

“Dan... itu hanya dari jajaran ZODIAC CORE... Ada Core lain yang mas Satria dapat sepanjang tahun ini... disamping Core pribadinya sendiri...” sambung Hellen memberi paparan data lebih lengkap lagi.

- ROSE DROP:
a.VINERY: menggunakan sulur tanaman
b.CAMOUFLAGE: menyamarkan diri dengan tanaman
c.RESONANCE: keseimbangan alam

- ARC-ROSA:
a.HERBAL CURE: penyembuhan herbal
b.-
c.-

- UNDINE DROP:
a.FREEZE: membekukan
b.INTRIGATE: bergabung dengan elemen lain
c.RAIN DANCE: tarian hujan

- ARC-UNDINE:
a.PROFILING: bantuan analisa
b.MEMORY: ingatan fotografik
c.-

- JYNX DROP:
a.-
b.-
c.-

- BEOWULF:
a.DOUBLE: menggandakan tubuh secara utuh
b.SUPREME: memaksimalkan usaha sebentar saja
c.-

- BLACK SWAN:
a.INSULATION: tahan panas atau dingin
b.-
c.-

- XOXAM:
a.SPIKE & CLAW: menggunakan cakar XOXAM
b.HOVER: terbang dengan sayap XOXAM
c.THIRD EYE: melihat melalui mata XOXAM

- VOXA:
a.THORN & CLAW: menggunakan cakar VOXA
b.HEAL: penyembuhan oleh VOXA
c.THIRD EYE: melihat melalui mata VOXA

Bertambah pucat muka-muka mereka mendapati semua kenyataan itu. Pemuda itu sudah sedemikian kuat. Sudah ajaib ia tidak melakukan hal-hal gila pada masa sadarnya karena amuknya ini semua dilakukannya dalam keadaan tidak sadarkan diri. Semacam kerasukan kekuatan CONQUER-nya sendiri.
“Entah kalau mas Satria juga bisa memanggil Nyi Sukma dan rajanya L’Blenc...” tambah satu info intel tentang kekuatan Satria.
“Nyi Sukma?” potong Guntur pada info barusan. Mukanya tiba-tiba menjadi tertarik.
“Iya, Oom Guntur... Nyi Sukma ratu alam ghaib itu... dan suaminya L’Blenc... Mas Satria yang menjodohkan mereka berdua... Naga L’Blenc itu pelindung setia mas Satria... Kenal, oom?” kata Hellen menangkap makna yang berbeda dari pria yang kini berpandangan bergantian pada dua temannya yang lain.
“Yon... Gawat kalau Nyi Sukma sampek dibawak-bawak... Bisa abis kita dibantenya...” kata Kojek jengah mendengar nama itu disebut-sebut. Sepertinya mereka punya masalah yang lumayan pelik dengan Ratu kerajaan lelembut itu.
“Tapi itu kesempatan bagus, Jek... Masalah kita belum sepenuhnya selesai dengannya... Dan kita bisa manfaatkan hubungan Satria dengannya... Karena kayaknya Nyi Sukma berteman baik dengan Satria...” kata Iyon bergantian menatap Kojek dan Aseng penuh harapan.
“Yakin ko, Yon... Udah lama kita gak dapat gangguan dari Nyi Sukma... Kita harus masuk lagi ke daerah kekuasaannya... Itu namanya cari mati...” kata Aseng ragu.
“Apa yang kalian bertiga bicarakan? Apa Nyi Sukma bisa membantu kita?” sergah Buana. Sekecil apapun harapan yang ada, kesempatan itu akan diambilnya demi sang anak.
“Nyi Sukma punya banyak pusaka... Waktu dulu kami bentrok dengannya... Ada satu keris kecil berlekuk tiga berpamor kelabu bergagang kepala ular yang sangat kuat... Keris itu bernama Ki Anom Purbo... Keris itu mampu memutus hubungan Menggala dari ikatan sumpah... Mungkin kita bisa meminjam keris Ki Anom Purbo itu untuk melepas semua Core dari tubuh anakmu...” jelas Aseng pada Buana.
“Ada pusaka semacam itu?” kaget Ron yang berpandangan dengan saudara kembarnya yang juga syok. “Bahaya tuh untuk Menggala kayak kita...” sambungnya.
“Kalian bisa ke Nyi Sukma dan meminjam keris itu?” tanya Buana walau ragu. Ia tau persis siapa itu Nyi Sukma dan segala tindak tanduknya.
“Itu satu-satunya cara... Walau tidak pasti juga kalau Core bisa disamakan dengan Menggala... O-o? Tengok itu!! Masook dia!!” seru Aseng lalu menunjuk langit. Puluhan batu berukuran sebesar kerbau meluncur cepat ke arah dimana CONQUER Satria sedang menuju.
Ledakan benturan terdengar berdentum-dentum kemudian. Dari kejauhan sini, seperti ledakan kembang api di akhir tahun. Terasa juga getaran ledakannya yang membahana sampai pada diskusi para kerabat Satria berada. Asap mengepul sisa ledakan lalu disusul ledakan berikutnya yang menyusul kilauan sinar sambar-menyambar. Seperti mendengar suara guruh yang terlambat setelah petir menyambar.
Mereka hanya bisa menyaksikan itu semua dengan sabar karena tau persis itu siapa pelakunya. Lesakan debu terlontar tinggi membumbung. Kalau dilihat dari trajektori lintasannya bisa dipastikan mengarah pada tempat mereka berkumpul.
WRUUUFF!! Kepulan debu buyar melebar menyusul pendaratan seorang pria bertubuh tambun memakai kopiah Turki berwarna putih dengan tasbih di tangan kanannya. Baju kaos putihnya compang-camping. Terompahnya hilang sebelah. Kemampuan meringankan tubuhnya sudah sangat mumpuni sampai-sampai ia bisa berlompatan dari Indonesia sampai Australia dalam waktu sesingkat ini, lalu menyerang Satria kemudian.
“Abah Hasan...” kontan Iyon, Kojek dan Aseng menunduk, menyalami dan mencium tangan pria itu bergantian.
“Buana!” sapa Abah Hasan agak keras padanya. Mukanya agak ketat memandangi Buana. Buana menunduk merendahkan diri dan menyalami lalu mencium tangannya hikmad. Menyusul Ron kemudian.
“Abah udah peringatkan sama anak ente itu untuk hati-hati dengan kekuatannya... Tapi jadi begini akhirnya... Bagaimana ente bertanggung jawab?” keras Abah Hasan memarahi Buana.
“Maaf, bah... Saya salah, bah... Ini semua di luar kemampuan kami, bah...” kata Buana menunduk penuh rasa bersalah.
“Ini sangat berat... Ana sendiri sampe babak belur begini... Gak ada yang mempan sama itu maulana...” kata pria paruh baya dengan muka merah padam. (Sudah ingat pria ini? Yup. Dia adalah Abah Zia. Ayah teman sekelas Satria di SMA 105 di Side Quest#11 kemaren. Waktu itu ia tidak memperkenalkan dirinya sama sekali pada Satria jadi hanya dikenal sebagai Abah dari Zia)
“Jadi Nyi Sukma masih punya keris itu?” tanya Abah Hasan beralih pada Aseng yang masih menunduk.
“Mudah-mudahan, bah... Insya Allah masih ada, bah...” jawab Aseng.
“Buana... ente ikut bareng Trio Ribak Sude ini... Mereka bertiga masih ada hutang pada Nyi Sukma... Nyi Sukma dan suaminya kenal betul dengan anak ente–maulana Satria... Jadi ente perkenalkan diri sebagai ayah maulana Satria... agar tidak dibantai di negeri mereka...” instruksi pria bernama lengkap Hasan Ibrahim ini.
“Baik, Abah...” jawab Buana nurut. Baginya pria ini sebagai ayahnya yang sudah tiada, juga guru dan sekaligus mentor. Pengalamannya yang luas adalah jaminan petunjuk dan kata-katanya yang bijak.
“Ente semua langsung masuk ke mulut gua di tepi tebing curam itu... Dari sana ente-ente akan langsung disambut penjaga gerbang Swarna Dwipa... Jangan lakukan apa-apa dan biarkan ente semua dibawa menghadap ke Nyi Sukma langsung... Paham?” instruksi Abah Hasan tentang hal yang harus mereka lakukan.
Mereka berempat, Buana, Iyon, Kojek dan Aseng, mengangguk paham. Kembali mereka menyalami dan mencium tangan Abah Hasan lalu berkumpul. Kedua bahu Iyon mereka pegang agar ikut terbawa saat ia melakukan jurus Bayangan Bunga Bujur andalan pria itu. Dan dengan anggukan terakhir pada Abah Hasan, tubuh keempatnya menghilang.
“Iqbal? Untung ente ikut kemari... Atur anak-anak ini ke formasi bulan sabit... Ana dan Ron akan menyerang maulana Satria dari belakang... Kita maen curang sedikit untuk memperlambatnya... Siap?” kata Abah Hasan.
“Siap, Abah... Anak-anak? Dengar...” seru Iqbal memberi arahan pada kedua anak dan lima keponakannya yang ikut barisan tempur ini.
--------​
Mereka berempat tiba di mulut gua yang dituju sesuai dengan petunjuk Abah Hasan. Kerajaan Swarna Dwipa kekuasaan Nyi Sukma berada dibawah tanah pulau ini. Memanjang jauh dari tengah pulau sampai ke laut. Kali ini mereka memasuki salah satu pintu gerbang memasuki kerajaan mahluk ghaib itu.
“Kok kek gini?” gumam Kojek heran.
“Sepi...” kata Aseng bersiap pasrah.
“Gak ada siapa-siapa...” kata Buana.
“Mereka juga pada panik, ya?” ungkap Iyon.
Gerbang pintu masuk yang selalunya dijaga ketat banyak penjaga itu sepi dan terbuka lebar. Terlihat beberapa benda tergolek pecah karena ditinggal buru-buru. Sebatang tombak yang biasanya digunakan para prajurit penjaga bersandar begitu saja di dinding karang yang bertindak sebagai dinding alami. Obor di kanan-kiri gerbang menyala berkobar-kobar tak terkendali pertanda ada suatu keadaan gawat di kerajaan ini.
Keempatnya melancangkan diri untuk memasuki kerajaan alam ghaib itu tanpa izin siapa atau apapun. Lorong-lorong gelap yang biasanya menyeramkan karena dipenuhi berbagai mahluk ghaib yang rata-rata berbentuk gak karuan, kosong melompong.
“Aneh ya jadinya kalok sepi begini...” kata Aseng. Teringat ia pada masa lalunya saat melalui lorong menakutkan ini.
“Yang paling aneh kalok mereka itu pada cicing (lari) ketakutan...” sahut Kojek larak lirik ke segala arah mana tau mereka mendapat serangan mendadak.
“Ini memang aneh... bin ajaib... Tapi kita harus cepat-cepat sampek ke Nyi Sukma... Kecepatan Satria gak bisa ditebak... Abah Hasan juga gak bisa memperlambatnya...” kata Iyon memimpin jalan paling depan dengan alat penerang.
“Ayo...” gelisah Buana karena mereka berlomba dengan waktu dan itu sama sekali tidak menyenangkan. Benua Australia sewaktu-sewaktu bisa menghilang dari peta dunia dan planet ini berikutnya.
Lorong panjang yang terbentuk alami ribuan tahun akibat abrasi kerak bumi dan erosi air tanah membentuk jaringan gua bawah tanah yang saling terkait. Jaringan ini sangatlah sulit dijangkau dan tak terdeteksi manusia karena sulit mencapainya apalagi selalu dijaga dan dihuni oleh mahluk ghaib. Sehingga tak semua mahluk bisa mengaksesnya. Hanya individu-individu tertentu yang tau caranya yang bisa menjamahnya.
Kekayaan alam yang sangat berlimpah bisa ditemukan disini. Permata, safir dan emerald melekat di dinding lorong gua bercampur dengan kerikil sepele. Pada bagian lorong lainnya bisa ditemukan gurat gumpalan emas atau perak beserta platinum. Bahkan kristal-kristal langka selang-seling mencuat malas dari dinding tak diperdulikan.
Bagi keempat petualang ini, yang sudah tau apa yang akan terjadi kalau punya banyak nyali mengambilnya, menganggap itu semua tak ada. Dianggap kerikil saja layaknya.
Mereka bergerak cepat menyusuri lorong panjang tak membuang waktu. Berlari cepat berpindah lorong ke lorong lainnya untuk segera mencapai Balairung Utama kerajaan Nyi Sukma.
Iyon memberi kode kalau mereka sudah dekat. Makan waktu sekitar satu jam bagi mereka untuk mencapai tempat itu. Dan tiba di sana bukanlah sambutan hangat yang diharapkan. Kemungkinan besar malah todongan senjata penggetar nyali sang pencabut nyawa.
“Astaga...” kaget Aseng saat mereka sampai di sana. Yang ada hanya gerbang megah berukir saga bertiang besar berhias ukiran lilitan ular yang mereka ingat di sana. Tak ada kesibukan berbagai macam mahluk halus yang hilir mudik keluar masuk puluhan lorong gua. Tak ada suara-suara menakutkan dan menyeramkan dari berjenis-jenis kikikan, ringkikan, tertawa, erangan, auman, desis dan lainnya.
Yang ada hanya dinding batu berdarah yang merindingkan bulu roma. Darah menetes-netes dari langit-langit gua yang melebar yang merupakan semacam ceruk besar di bawah tanah tempat kerajaan ghaib ini berpusat. Lantai gua tergenang cairan kental darah yang berbau anyir dan busuk. Aroma kematian sangat terasa di tempat ini. Yang ada hanyalah keputus asaan pedih yang bahkan dijauhi para mahluk astral.
“Apa yang terjadi di sini? Darah apa ini semua?” tanya Buana beranjak bermaksud melewati ambang lorong tetapi dicegah oleh Iyon, dicekal tangannya.
“Jangan Bun... Jangan sentuh darah-darah itu... Itu bukan darah biasa... Tidak baik untuk kita para manusia untuk menyentuh darah itu... Kita akan berubah menjadi seperti mereka... Liat...” tunjuk Iyon pada apa yang dimaksudnya. Darah yang menggelegak di lantai ceruk kerajaan membentuk berbagai mahluk skeletal berwarna merah. Bentuk mereka tidak beraturan dan berubah-ubah. Kadang membentuk tubuh jelas seperti kerangka manusia, tiba-tiba ber-morphing menjadi bentuk seekor kuda lalu berubah lagi seperti cabang pohon meranggas dan bentuk-bentuk acak lainnya.
“Ini yang disebut dengan Neraka Kharma... Apakah kondisi seperti sekarang yang menyebabkannya?” tanya Aseng tak pada siapapun. Ia larak-lirik ke sekelilingnya. Segumpal darah kental hampir menerpa kepalanya dan ia berkelit menghindar.
“Hiihh... Serem kali, ah... Gak pernah gak merinding tiap kutengok kejadian kek gini... Amit-amit kali ini, ah...” merinding Kojek melihatnya. Ia malahan ngumpet di belakang Aseng.
“Jadi gimana kita masuk menemui Nyi Sukma kalau kita gak melewati tempat ini? Kau gak bisa B3 ke dalam sana?” gusar Buana karena langkah mereka terhalang. Penggunaan jurus Bayangan Bunga Bujur hanya perlu pengguna membayangkan tempat yang ditujunya. Iyon dan kedua temannya sudah pernah masuk ke dalam istana itu dan pastinya tak ada kesulitan untuk melakukan itu.
“Di tempat ini... B3 tidak berfungsi, Bun... Jurus sejenis seperti B3 dilarang digunakan... Yang kudengar... sudah dipasang penangkal oleh leluhur-leluhur dulu... Untuk mencegah tempat ini diserbu tiba-tiba...” jelas Iyon dan tangannya ditarik Aseng yang menunjuk ke depan.
“Ada yang bergerak di sana tapi bukan mahluk Kharma...” tunjuk Aseng di dekat gerbang Swarna Dwipa. Mahluk itu kecil tetapi tidak terlalu terlihat jelas karena kejauhan. Melompat-lompat dengan satu kaki seperti bermain engklek.
“Apa itu? Kek tuyul kurasa... tapi warnanya ijo...” tebak Kojek memicingkan mata untuk menajamkan penglihatannya. “Waduh! Mampus kita! Dia nengok ke kita...” kagetnya tiba-tiba. Padahal mereka sudah sembunyi-sembunyi dan senyap.
“Keknya itu demit super, Jek... Neraka Kharma gak mempan sama dia... Dia kemari...” tanggap Aseng dan bersiap-siap menghadapi kemungkinan apapun.
“Mungkin dia yang menyebabkan ini semua... Siap-siap, Bun...” kata Iyon. Rupanya tak perlu diberitahu, Buana sudah menghunus pedang Bulannya, bersiap.
“Main-main!… Main-main!” mahluk itu sudah tiba di depan mereka berempat dan melompat-lompat. Kecepatannya luar biasa sekali. Bentuk tubuhnya seperti anak kecil berumur 4 tahun, berkelamin laki-laki terlihat dari tititnya yang berguncang-guncang kala ia melompat riang. Benar ia tidak berpakaian. Ia hanya memakai sejenis lembaran kulit hijau bersisik panjang berjuntai panjang di belakangnya. Semacam mahkota sederhana berwarna kuning nangkring sekenanya di atas kepalanya yang sepertinya digunakan untuk menahan lembaran kulit tadi tetap menempel di tubuhnya. Ia sepertinya anak yang riang dan senang bermain.
Tanpa mengurangi kewaspadaan dan refleks, Iyon memberanikan diri menyapa anak itu, “… Nak? Siapa namamu? Kenapa kau sendirian?” tanya Iyon menjaga jarak aman.
“Yaaa-gi... Mama Sukma cedang capek... Jadi Yagi main cendili...” sahutnya riang tak takut apapun.
“Anaknya Nyi Sukma...” kasak-kusuk mereka semua antara kaget, senang dan bingung. Sejak kapan dia punya anak? Apakah bisa secepat itu ia punya anak?
“Jadi? Apa Yagi yang... membuat semua darah ini?” tanya Iyon hati-hati.
“Papa buat... Papa malah-malah dan telbang... Mama jadi capek... Main yok?” jawabnya riang tetap kekanakan. “Yagi gak punya temen... Semua jadi dalah...”
“Suami Nyi Sukma yang menyebabkan ini semua... Pasti dia terpengaruh sama Satria... Dia sangat loyal pada Satria...” simpul Aseng.
“Yagi? Bisa antar kami ke mama Sukma?” pinta Buana tak mau berlama-lama. Ia sudah tak sabar.
“Mama Sukma lagi bobok... Mama capek... Jangan ganggu mama...” jawabnya merengut. Gawat kalau anak sekecil dan sekuat Yagi mengamuk.
“Eh... Kita main ular naga, yuk?” sambar Iyon menangkap sesuatu. “Kulit naga hijau ini sepertinya tahan terkena lelehan darah Neraka Kharma... Liat?” bisiknya sambil menunjuk pada Yagi yang memakai benda itu sambil diseret-seret. Segumpal darah merah terkutuk itu menguap menjadi uap begitu menyentuh permukaan kulit bersisik itu. Darah yang menggenang di lantai ceruk lebar ini juga menepi di sekitar kulit bersisik hijau itu dengan ajaibnya.
“Main-main!” riang Yagi berputar dan mengulurkan bagian ekor lembaran kulit bersisik itu pada teman barunya. Buru-buru Iyon menariknya dan meneduhkan dirinya di balik lembaran kulit yang ternyata lumayan lebar untuk menutupi mereka semua.
“Cepat! Masuk... Ikuti aku!!” bisik Iyon pada ketiga sahabatnya. Buana tanpa ragu masuk dan ikut ke permainan Yagi. Aseng dan Kojek berebut untuk duluan menyusul Buana.
--------​
“Ular naga panjangnya bukan kepalang–Menjalar-jalar selalu kian kemari–Umpan yang lezat itulah yang dicari–Ini dianya yang terbelakang...” asal aja mereka menyanyikan lagu dolanan anak-anak Nusantara itu. Yagi berjalan paling depan bertindak sebagai kepala naga sementara yang lain mengekor di belakang sebagai badan dan ekor.
Mahluk-mahluk Neraka Kharma masih bergejolak dimana-mana. Morphing tak menentu dari satu bentuk ke bentuk ganjil lainnya secara ganjil dan menyeramkan.
Yagi berputar-putar riang mendapat teman sementara keempat pria dewasa di belakangnya menunduk-nunduk mengikuti menyabarkan hati agar semakin dekat ke pintu gerbang istana Swarna Dwipa. Iyon yang memegangi bahu Yagi berulang kali berusaha menyetir, mengarahkan anak kecil itu agar berbelok ke arah gerbang. Tetapi anak itu bukan anak sembarangan, ada gen naga Rustra dan ular raksasa penguasa alam ghaib sini di aliran darahnya. Tanpa lembaran kulit bersisik hijau ini, ia tetap aman terkena darah Neraka Kharma. Tangannya yang membentang ke samping berulang kali terkena lelehan darah itu dan tak terjadi apa-apa padanya. Lembaran kulit ini hanyalah kostum bermainnya.
Keberuntungan akhirnya menyapa mereka. Yagi merapat ke gerbang Swarna Dwipa setelah meliuk-liuk menirukan gerakan ular naga.
Secara kompak keempatnya melompat dan berteduh di depan gerbang masuk yang tinggi sampai mencapai langit-langit ceruk.
“Yah... Udah mainnya?” kecewa Yagi karena empat teman bermainnya sudah menepi dan keluar dari barisan.
“Capek, Yagi... Aus...” kata Kojek mengelus-elus jakunnya yang jenong di lehernya.
“SIAPA DI GERBANG??” terdengar suara menggelegar seperti ledakan petir. Keempatnya melompat kaget antara gentar dan kaget beneran.
“Ri-Ribak Sude... Kanjeng Ratu...” jawab Iyon takut-takut. Ia sikut-sikutan dengan Kojek dan Aseng. Buana memandangi bentuk cerita saga yang dipahat di dua lembar pintu besar yang tertutup rapat ini.
“Ribak Sude? Berani-beraninya kalian kemari lagi... Setelah mengacak-acak istanaku dulu... Iyon? Kojek?… dan kau Aseng? Siapa satu lagi?” seru Nyi Sukma yang hanya terdengar suaranya saja. Suaranya masih sanggup menggetarkan nyali ketiga pria bengal ini.
“Nama hamba adalah Buana Suryawan... Hamba adalah ayah Satria... Teman Anda, Kanjeng Ratu...” sahut Buana tegas. Membawa nama Satria pada Nyi Sukma pasti akan menyelamatkan leher mereka semua.
Gerbang itu terbuka secara tiba-tiba. Yagi menelusup masuk dari antara kaki-kaki mereka dan berlari memasuki Balairung Utama istana itu. Bagian dalam istana itu tidak banyak berubah. Masih dinding-dinding kusam berwarna batu alam yang dipoles alami oleh para bawahan. Tiang-tiang tinggi menahan langit-langit dililit ular besar yang bergelung malas.
Yagi berlari terus menaiki beberapa anak tangga diikuti kulit panjang bersisik hijau itu dan menghampiri ibunya yang duduk di singgasananya yang lebar. Ditubruknya ibunya dengan kekanakan tak perduli kalau ibunya masih kelelahan. Kain panjang kerajaannya sangat-sangat panjang. Melilit di kaki singgasana berputar-putar. Ia duduk dengan menaikkan kedua kakinya, condong ke pegangan kursi singgasana.
Buana maju dengan tergesa-gesa menghadap sang ratu kerajaan ghaib ini tanpa memperdulikan tata krama kerajaan karena ia merasa sudah membuang waktu terlalu banyak di tempat ini. Iyon, Kojek dan Aseng membuntutinya takut-takut.

Nyi Sukma
“Kamu... ayah Satria?” tanya Nyi Sukma yang bersandar di singgasananya. Ia memang terlihat sangat kelelahan. Entah apa yang sudah terjadi padanya.
“Benar, Kanjeng Ratu Nyi Sukma... Saya percaya kalau anakku, Satria adalah teman Anda... Kami ingin meminjam ses-” kata-katanya dipotong oleh lambaian tangan Nyi Sukma.
“Aku sudah tau... Kalian ingin meminjam Ki Anom Purbo... Itu Warangka-nya...” sahut Nyi Sukma tanggap dengan keringat bercucuran. “Ughhh...”
“Adik! Adik baru!!” Yagi menjunjung sebuah benda lonjong oval berwarna putih sedikit berlendir yang didapatnya dari belakang ibunya. Ia melompat melangkahi ibunya dan menaruhnya di sebuah wadah yang ada tersedia di singgasana kosong disebelahnya. Ada beberapa benda serupa lainnya di sana.
Buana tak memperdulikan itu semua karena di tangannya sudah ada sebuah keris. Lebih tepatnya sarung keris yang kosong. Tapi ia tidak mengerti.
“... Nyi Sukma baru bertelur tuh...” bisik Kojek pada Aseng.
“Banyak...” sahut Aseng pada Iyon. “Bakalan banyak anaknya tuh kek-nya...”
“Hush... Berisik...” cegah Iyon pada komentar gak perlu keduanya.
“Maaf Kanjeng Ratu kalau lancang... Ini cuma sarungnya... Kerisnya dimana?” tanya Buana memberanikan diri bertanya lagi.
“Sebelum kuberitahu... kalian harus berjanji padaku untuk mengembalikan suamiku... Raja L’Blenc... Barusan ia mengamuk dan membantai semua prajurit dan wargaku yang ada diluar saat mencoba menenangkannya... Ia punya koneksi khusus dengan Satria... Sumpahnya untuk selalu mengikuti Satria menyebabkan ia terbawa sedih... Ia dibawa jauh-jauh dari dunia asing kemari... Berjanjilah...” kata Nyi Sukma dengan ekspresi sangat sedih. Disaat berat dimana ia harus menelurkan anak-anaknya, suaminya berubah dan mengamuk menghancurkan kerajaannya.
“Kami berjanji, Kanjeng Ratu Nyi Sukma...” kata Buana yakin. Iyon, Kojek dan Aseng hanya mengangguk-angguk bodoh.
Dengan lemah, Nyi Sukma menengadahkan pandangannya ke atas. Mereka mengikuti arah pandang dimana keris Ki Anom Purbo seharusnya berada. Berada di belakang mereka.
“Tut-kutut-kutut-tut-tut...”
“Perkutut?” gumam Buana heran. Tak ada apa-apa selain seekor burung perkutut berwarna kelabu yang bertengger di salah satu tiang penyangga langit-langit istana.
“Itu dia! Itu Ki Anom Purbo! Arahkan Warangka-nya pada perkutut itu!” seru Aseng yang sepertinya tau persis apa yang dikatakannya.
Masih dengan ragu, Buana mengacungkan sisi berlubang Warangka keris itu terarah pada sang burung.
Walaupun jauh, mereka dapat melihat mata perkutut itu berubah menjadi merah seperti buah saga. Bulat dan bercahaya terang. Lalu ia meloncat turun dari tenggerannya. Meluncur turun dengan beberapa kali kepakan dan tiba-tiba morphing!
Seekor ular!
Buana hampir meraih pedang Bulan andalannya yang ada di punggung kalau tidak dicegah Iyon. Ular perubahan burung perkutut itu meluncur cepat dan bersinar terang dan menyusup masuk begitu saja ke dalam Warangka. Meninggalkan jejak berasap mengepul di tangan Buana. Sebuah keris sudah masuk ke dalam Warangka kosong tadi.
“Jangan dicabut kalau tidak digunakan...” cegah Aseng kala Buana akan memeriksa keris itu dengan cara mencabutnya dari sarung.
“Yakin ini keris Ki Anom Purbo?” bisik Buana tak percaya mereka jauh-jauh datang ke kerajaan ghaib ini untuk mendapat keris tak meyakinkan ini.
“Udah-udah... Jangan dibahas... Makasih aja sama Kanjeng Ratu...” cegah Iyon agar tak mendapat masalah lanjutan.
“Kanjeng Ratu... Terima kasih atas pinjaman keris Ki Anom Purbo ini... Kami akan menggunakannya sebaik-baiknya... Nanti akan saya kembalikan kalau semua sudah selesai...” kata Buana kembali mendapat tata kramanya. Ia menunduk menghormat pada sang ratu.
“Main-main!!” jerit Yagi lagi.
“Yagi anak mama, sayang... Antar mereka lagi keluar, yah... Mama masih capek...” suruh sang ibu pada anak sulung yang dari tadi menjaga adik-adiknya yang masih berbentuk telur.
“Ribak Sude... Urusan kita belum selesai... Kalian masih ada hutang padaku...” gumam Nyi Sukma lemah. Ketiga pria itu bergidik ngeri melihat ratu alam ghaib itu masih ingat dengan semua kasus itu.
 
Terakhir diubah:
Semua pada hadir.....
Gak kebayang mamanya Satria ikut hadir juga
 
yah brarti diputus donk hub ke 12 core satria,yg udah cape2 nyari... tp kan masalah blm kelar, pa mutus core pribadinya ja yg memicu conquer y suhu....

nunggu lanjutanya ja deh...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd