Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Bimabet
tumben biasanya subuh2 gini udh update senen

anyway emang "great power comes great responsibility"
*maap klo salah inggrisan, haha

dengan umur & sifat masih remaja, how he could handle it ? mentality i mean

keren kang, perjalanan hidup si "tria"
mantau terus ane walaupun jarang komen, hehe
 
========
QUEST#13
========​

POV Guntur Setiono aka Iyon:

“Wah... Fiz... Alhamdulilah kita nyampek juga di kampung Firaun ini...” kataku pada anak semata wayangku yang sudah gede banget. Tingginya udah sepantaranku, cuma badannya aja yang kurang berisi karena nyantri di pesantren di Bangun Purba sana. Belajar ilmu agama yang dipilihnya sendiri jauh dari hingar bingar kota. Terpencil dengan minim fasilitas. Tinggal di pondok sederhana dan mandiri memenuhi semua kebutuhannya. Berkat ketekunan dan prestasinya, ia berhasil mendapat beasiswa diazzam-kannya sejak lama. Kuliah di Universitas Kairo.
“Alhamdulillah, yah... Walo sempat ketar-ketir karena mendarat darurat tadi... Jantung Hafiz hampir copot, yah...” jawabnya mengelus-elus dada. Tangannya yang satu lagi tak lepas menghitung tasbih.
“Ya udah... Kita klaim bagasi kita disana... Gak usah katrok gitu foto-fotoin bandara... Nanti aja fotoin cewek-cewek cucu Firaun itu di luar...” kataku mengibaskan tangan ke hadapan arah fotonya.
“HP Hafiz gak ada kameranya, yah... Cuma mau ngabarin temen-temen Hafiz, yah di Bangun Purba kalo Hafiz udah nyampe... Cuma di sini gak ada sinyal roaming-nya...” kata Hafiz memelototi layar HP Nokia jadulnya.
“Masih gangguan, ya?” kataku memandang ke langit. Langit sempat gelap selama setengah jam kurang lebih saat penerbangan tadi. Awan dan angin menjadi abnormal dengan pergerakannya yang aneh. Seluruh penumpang pesawat yang menuju Kairo, Mesir ini bisa menyaksikan awan bergerak dengan tak biasanya ke satu arah. Pesawat bergetar dan berguncang selama penerbangan karena kehilangan daya angkatnya berkali-kali. Lampu darurat, tanda memakai sabuk pengaman dinyalakan. Pilot berkali-kali menenangkan kami untuk banyak-banyak berdoa. Saat itu kami berada di pinggiran perbatasan wilayah udara Suriah dan tau dong kalau daerah itu masih dalam keadaan konflik berkepanjangan.
Sekarang langit sudah normal. Awan putih sudah bergantung lagi di atas negeri para nabi ini. Negeri Kinanah yang kukunjungi untuk mengantar anakku untuk menjemput beasiswanya. Tapi aku tetap merasa kalau ini seperti masa tenang sebelum badai sebenarnya datang...
--------​
“Sudah semua? Bilangin sama supir taksinya jalan, Fiz... Ayah gak ngerti ngomong Arab...” kataku setelah semua bawaan Hafiz masuk taksi. Ia duduk di depan dan aku di belakang saja. Supaya ia lebih paham seluk beluk Kairo lebih dini.
Enak juga duduk di belakang begini. Selalunya aku yang duduk di depan sana menghadapi setir. Mau setir kanan atau setir kiri tak ada bedanya padaku karena aku sering menyetir mobil atau kendaraan lainnya untuk Buana di luar negri juga kala berkunjung dalam bisnisnya.
O-ya, aku Guntur Setiono. Yang enggak kenal akrab denganku ya memanggilku Guntur, pak Guntur, Mr. Guntur, oom Guntur, bang Guntur. Bagi yang akrab sampai karib memanggilku Iyon dari nama belakangku Setiono. Itu memang nama panggilanku sejak kecil. Kebanyakan keluarga dan teman dekat yang memanggilku begitu.
Aku seorang supir pribadi seorang konglomerat terkemuka di Indonesia; Buana Suryawan. Aku sudah lama bekerja dengannya. Hidupku lebih dari berkecukupan karena menjadi supir kepercayaan seorang direktur utama banyak perusahaan sebesar ini. Buana bahkan tidak segan bergaul denganku. Kami sudah seperti teman malah karena selalu ketemu setiap harinya. Tapi tidak seakrab ia dengan saudara kembarnya Ron Suryawan. Mereka bahkan jauh lebih akrab dari pada sekedar saudara. Aku sudah mengenal mereka berdua sejak zaman sekolah dulu sebelum mereka bukan siapa-siapa. Cuma dua anak badung yang suka keluyuran kemana-mana untuk bertualang. Dari saling bertualang itulah kami bertemu.
Mereka berdua sempat cerita kalau mereka awalnya tidak tau kalau mereka berdua kembar karena terlahir dari dua keluarga berbeda. Hanya dua teman akrab yang kebetulan wajahnya mirip banget. Bukan anak dari bapak Suryawan yang ternyata adalah ayah kandung mereka berdua. Bingung, kan? Sama... Aku juga bingung kali diceritain cerita ajaib kayak gitu. Bah... Jadi keluar asliku. Logat Medan-nya.
Hafiz sudah menginstruksikan supir taksi tua berbadan gede dengan rambut penuh uban memakai lobe putih. Dengan sigap ia mengarahkan alat pengais rezekinya ke sistem jalan di depan Kairo International Airport.
“Loh?” kagetku karena bahuku dipepet seseorang untuk bergeser memberinya ruang. Ia tiba-tiba sudah ada di samping kiriku di taksi yang sedang bergerak ini.
“Bun?… Ada apa?” tanyaku.
“Ada kejadian gawat, Yon...” bisiknya. Ia mencoba tersenyum pada Hafiz yang menoleh ke belakang. “Assalamu alaikum... Ahlan wa Sahlan, Fiz... Sehat?” sapanya pada anakku. Pakaiannya kucel penuh debu. Ia berkeringat yang sebagian besar sudah mengering tercium dari aroma petualangannya.
“Waalaikum salam... Oom Buana? Kapan naiknya?” heran Hafiz. Tapi aku tidak heran. Ini adalah jurus Bayangan Bunga Bujur andalanku yang sudah kuajarkan pada kedua kembar sahabatku ini. Dengan menguasai jurus ini, tubuh bisa berpindah kemanapun yang kita mau. Mirip dengan teleportasi. Rumit menerangkannya...
Buana cuma tersenyum terpaksa dan Hafiz paham untuk nggak nanya lebih jauh. “Masalah apa, Bun? Mukamu tegang banget...” tanyaku.
“Ayers Rock terbelah empat... Kiamat...” bisik Buana padaku agar tak sampai terdengar di depan.
“Alamakjang! Gawat kali, nih...” kagetku sampe pake kata ajaib itu. Ayers Rock yang segede gaban itu bisa terbelah? Pada tau Gaban? Aslinya namanya Gavan dan temannya Sharivan... Mereka berdua gak besar-besar amat. Kalau kalian seumuran denganku dan sempat nonton pilem Metal Heroes Jepang tahun 90-an ini kalian pasti tau maksudku. Balik lagi ke Ayers Rock di benua Australia yang segede itu kata Buana terbelah empat. Siapa yang iseng gak ada kerjaan ngebelah tuh batu prasejarah sampe empat bagian? Dan kata terakhir Buana. Kiamat. Itu kata kuncinya dan aku langsung bisa menyimpulkannya...
“Satria?”
“Ya...” ia mengangguk pelan. “Kumpulkan teman-temanmu... Sori kalau aku harus melibatkanmu kali ini... Ini di luar kemampuan kami... Tolong, ya?” kata Buana dengan muka kusut. Terbayang beban berat yang dipikulnya. Ia tidak mau melibatkanku saat mencari Satria saat hilang berkenaan kasus dengan organisasi bernama OSSR beberapa bulan lalu. Tetapi kali ini ia terpaksa memintaku. Pelayanan Trio Ribak Sude kami harus diaktifkan lagi.
“Tentu... Biar aku pamitan sama Hafiz dulu...” kataku. Tubuhnya langsung mengabur dan hilang dengan jurus Bayangan Bunga Bujur. Ia kembali ke tempatnya.
“Fiz? Hafiz... Bisa sendiri kan, nak?” tanyaku setelah menjawil lengan kemejanya. “Bisa kan sendiri mengurus ini semuanya... Ayah harus membantu oom Buana dan keluarganya...” kataku setenang mungkin agar ia tidak cemas. Ini kali pertamanya pergi ke luar negri dan ia tidak tau apa-apa tentang Kairo. Tetapi seharusnya ia sudah cukup dewasa dan siap untuk menjaga dirinya sendiri. Ia sudah 6 tahun mondok di Bangun Purba dengan mandiri.
“Bisa, yah... Hati-hati di sana...” jawabnya dengan penuh keikhlasan seperti yang selalu terpancar dari dirinya. Ah... Anakku yang tersayang. Aku akan selalu menyayangimu melebihi diriku sendiri. Demi dirimu aku rela melakukan apapun. Walau dengan gak enak hati minta cuti sama Buana untuk mengantarnya ke Kairo sini, akhirnya aku harus melepasmu juga.
Hafiz mencium punggung tanganku untuk salim. Mengucap salam dan aku juga menggunakan jurus B3 (Bayangan Bunga Bujur) menuju dimana Buana dan keluarganya berada.
--------​
Quest 13 said:
Ini beberapa waktu sebelum kiamat yang dikatakan Buana pada Iyon.

POV Satria:

Lapisan terluar atmosfir bumi tak bisa dibuat untuk bernafas sama sekali. Gak ada oksigen untuk kehidupan. Untung aja aku melakukan INBOUND SAURUS pada WHALE SAURUS yang tak perlu bernafas, notabene aku juga tak perlu itu. Kekuatan ini semacam simbiosis yang saling menguntungkan antara aku dan sang WHALE SAURUS.
Luar angkasa sangat indah dilihat dari sudut sini. Gak heran kalau banyak manusia berlomba-lomba untuk bisa mencapainya. Minimal mencapai orbit bumi agar bisa menyaksikan keindahannya dari ketinggian.
Sudut lintasan yang disarankan Andin agar bisa secepatnya bisa tiba di Australia sangat presisi. Di ketinggian sini aku bisa melihat keseluruhan benua terkecil itu dan aku yang mengendarai WHALE SAURUS dengan cepat segera meluncur turun. Gak perlu terjadi friksi akibat benturan dengan atmosfir pelindung bumi karena kami tak mendapat hambatan apapun saat masuk kembali sistem udara terluar, tengah dan permukaan.
Aku segera menuju pada bagian Barat Daya benua Australia dimana kota Perth berada. Langit di atas Australia sudah kembali normal seperti bagian lain dunia pasca pemanggilan GOD MAESTER CORE-ku. Awan sudah berbentuk normal dan angin mulai berhembus walau belum bekerja sepenuhnya.
WHALE SAURUS yang kukendalikan lalu kuarahkan kearah luar kota Perth dimana Bloomingfield berada. Semacam kota satelit kecil dimana banyak orang bertempat tinggal dan bekerja di Perth. Lalu karena tak mau menimbulkan banyak keributan nantinya, WHALE SAURUS kutarik kembali dan aku terbang biasa menggunakan sayap XOXAM dengan HOVER-nya. Aku mengarah pada pintu masuk perumahan dimana keluarga Carrie tinggal.
Sebuah truk es krim ngebut saja ugal-ugalan keluar dari perumahan ini. Bannya berdecit beberapa kali dan bemper belakangnya memercikkan api karena membentur aspal. Untung saja jalanan sudah sepi sore ini dan tak terjadi insiden.
Tak jauh dari rumah Carrie, satu blok sebelumnya, aku mendarat dan berjalan kaki agar tak kelihatan para tetangga. Aku sudah tidak sabar untuk segera sampai ke rumah itu dan menemui Carrie—mendapatinya yang sudah pulih dari amnesia akut itu.
Rame-rame? Ada apa? Apa mereka sedang merayakan kepulihan Carrie? Tapi auranya berbeda. Tak ada kegembiraan. Hanya ada rasa takut dimana-mana. Ada yang tidak beres!
Buru-buru aku masuk menyeruak masuk ke kerumunan para tetangga keluarga Smith untuk mengetahui apa yang terjadi. Beberapa pria kulit putih kusisihkan agar memberiku jalan. Mereka mencoba menahanku. “Aku teman keluarga ini!!” bentakku lebih keras agar aku tak melakukan kekerasan yang tak perlu pada mereka. Walau mereka berbadan besar, tak ada yang kutakuti di dunia ini.
“Nicole!! Ada apa??!!” teriakku karena aku melihat adik tiri Carrie di dalam rumah sedang berlutut di lantai.
“Satriaaa!! Carrie diculik!”
Sontak kukibaskan kedua tanganku. Entah apa yang terjadi pada keempat pria Kaukasia itu. Aku tak perdulikan apapun dan berlari masuk. Kudapati Nicole sedang memeluk ibunya yang berbaring di pangkuannya. Tubuhnya bergetar.
“Phan... Phaaan... membawa Caarie... Truk es... kriimm...” racaunya.
“Seorang pria bernama Phan menculik Carrie menaiki truk es krim... Tolong, Satriaa... Huhh... hu... huuu...” tangis Nicole berlinangan air mata.
“Truk es krim tadi!!” aku cepat tanggap dan bangkit segera keluar kembali dari rumah ini. Ini tak bisa dibiarkan! Berani-beraninya pria bernama Phan itu menculik Carrie. Di halaman beberapa orang sedang merawat beberapa pria yang kulemparkan tadi. Tak peduli apapun lagi, aku langsung melompat dan terbang melesat keluar perumahan ini.
--------​
POV Semautraphan aka Phan:

Lengan kiriku yang dihantam lutut Tranh dengan tendangan Thai Boxing-nya terasa sangat sakit sekarang. Sewaktu aku selesai berbelok keluar dari perumahan ini, kuberanikan diri untuk menyentuhnya. Pandanganku terasa berkunang-kunang.
“Aahh...” terasa bengkak. Aku sudah sering dibuat babak belur di penjara dan aku segera tau kalau tulang lenganku patah. Tranh marah aku sudah mencelakai kedua orang tuanya. Siapa suruh mempersulit perjuangan cintaku.
Hanya dengan satu tangan kukendarai truk es krim reot ini menuju Selatan. Entah kemanapun jalan ini menuju. Yang penting aku harus menjauh dari siapapun dan berduaan saja dengan Carrie dan memadu kasih kami tanpa gangguan.
Mesin meraung keras kala berpapasan dengan mobil lain pertanda aku harus mengganti ke gigi di atasnya. Injak klos dan kugunakan tangan kananku yang memegang setir untuk memindahkan persneling. Setir yang tak terjaga berputar tak terkendali kala kujangkau tongkat persneling... Terdengar decitan ban yang slip dan terasa truk reot ini limbung ke kiri. Berputar sekali lalu membentur bumi yang keras.
Tubuhku yang tak dilindungi sabuk pengaman terlempar keluar dari pintu supir. Terbanting keras di tanah berumput di tepian jalan. Kendaraan reot itu terseret di jalan antar kota hampir disambar sebuah truk tangki pengangkut minyak yang melintas dari arah berlawanan. Truk tangki itu membunyikan klaksonnya keras-keras. Bagian belakang gandengan tangki itu ngepot terseret ke kanan saat kendaraan berukuran raksasa itu mengerem mendadak.
Lalu bagai sebuah mimpi buruk yang mengerikan, truk tangki itu terguling dan terseret sepanjang jalan menjauhi kami.
“Arrgghh!!” lengan kiriku yang patah semakin parah karena sisi ini yang mendarat duluan menghantam tanah keras barusan. Ditambah lagi dengan truk tangki bermuatan ribuan liter bahan bakar yang mudah terbakar ini. Aku harus menyelamatkan cintaku yang masih tertinggal di dalam truk es krim.
Suara gesekan sisi metal truk tangki memekakkan telinga ditambah percikan bunga api. Tertatih-tatih aku melangkah menuju kekasih tercintaku yang masih berdiam di dalam truk es krim. Walaupun harus merangkak, aku harus mencapai Carrie.
Bayanganku terbentuk tiba-tiba di hadapanku menyusul sebuah hempasan dorongan kuat menghempaskanku ke depan. Tak ayal lagi tubuhku menghantam atap truk es krim yang sudah ringsek. Rasanya sakit sekali pipi, dada dan sebelah kakiku yang terbentur atap kendaraan ini sampai penyok. Sebuah ledakan dahsyat terjadi dari truk tangki yang terbalik. Menciptakan sebuah bola api raksasa terang dan berasap hitam pekat membumbung tinggi ke langit. Panasnya terasa membakar punggungku.
Aku bersiap melindungi mukaku dari panas ledakan berikutnya dari sisa bahan bakar yang ada.
Tiba-tiba bola api raksasa yang bulat besar itu menjadi kubah es membeku. Semuanya menjadi beku dan menganulir panas dari api yang terbentuk. Sesuatu yang mendarat turun menyemburkan material dingin itu dari kedua tangannya. Material serupa es itu membungkus truk tangki itu keseluruhannya dan meredam api yang sempat membakar bahan bakar minyak.
Sesuatu itu manusia... Bagaimana bisa ia melakukan itu semua? Ia mengarah kemari. Ia hendak menyelamatkan kami. Dengan berlari cepat ke arah truk es krim ringsek ini. Melihat ekspresi wajahnya tak pelak lagi kalau ia menyalahkanku. Kugapai taser-gun dari saku celanaku dengan tanganku yang masih sehat dan kuacungkan padanya...
“AAAKKKHHH!!!” jeritku pilu sekali. Rasanya sangat luar biasa sakit. Ia tidak bergeming sedikitpun dan malah membenturkan tinjunya pada taser-gun-ku. Senjata listrik otomatis ini hancur berantakan dan berlanjut pada tanganku yang berderak-derak patah dan hancur tak berbentuk. Otot lengan dan tulangku berderai menjadi beberapa potongan serpihan akibat pukulan tangannya. Tanganku sudah tak berbentuk lagi, hanya onggokan tak berarti menggantung di sisi kanan tubuhku saat terbanting dari atap truk es krim yang ringsek beberapa meter jauhnya.
Rasa sakitnya tidak seberapa. Tapi rasa kecewa tidak bisa melindungi kasihku yang tercinta yang membuatku merasa sedih. Terhalang oleh ilalang di tepian jalan ini, pandanganku hanya mengarah pada dimana kekasihku berada. Pemuda itu merobek-robek lembaran plat besi truk es krim ringsek itu untuk mengambil kekasihku dari jangkauan tanganku. Hanya mataku yang masih bisa kukendalikan saat ini. Suara-pun tak dapat keluar dari tenggorokanku. Udara tak sanggup menyuarakan vokalku saat melewati pharynx. Silabel kata-kata tak dapat terbentuk dengan benar karena leherku remuk... Bernafaspun kulakukan satu-satu dengan susah payah.
Hanya dengan pandangan mata kusampaikan ketidak senanganku akan pengambil alihan kekasihku yang paling kucinta di atas muka bumi ini. Protesku dengan melotot sejadi-jadinya. Pandanganku menjadi merah. Melarang ia menyentuh kekasihku yang terindah yang berbaring di dalam truk es krim itu dengan damai. Ia begitu indah apapun yang terjadi padanya. Walau dengan luka-luka di tubuhnya.
“Jangan sentuh Carrie-ku. Kau tak berhak menyentuhnya. Memeluknya dengan erat begitu. Kau tak boleh membelai rambut pirang bergelombang indahnya. Kulit halus wangi penuh pesonanya. Dirinya yang begitu indah. Kau tak berhak! Tak berhak.… Hanya... aku... Aku... seorang...”

“CAAAARRRRRIIIIIEEEEE!!!”
 
--------​
Dunia terasa sangat sunyi saat ini. Seperti ikut merasakan kesedihan dan kepedihan sang pemuda. Merasakan duka yang sangat mendalam.
Ia memeluk erat tubuh lunglai Carrie, kekasihnya. Diciuminya kening dan kedua pipinya bergantian penuh rasa sayang. Dipanggilnya, dicobanya memanggil namanya dengan nada lembut. Berulang-ulang dicobanya.
“Carrie... Aku Satria, Carrie... Kau sudah ingat semua, kan? Kau sudah ingat semua tentang kita, kan? Aku sudah berhasil, Carrie... Aku sudah memanggil GOD MAESTER CORE itu dan memintanya memulihkan keadaanmu seperti sedia kala... Kau sudah sembuh, kan? Aku harus tau kalau kau sudah sembuh, Carrie... Aku sudah berusaha sangat keras untuk ini, Carrie... Carrie ayolah... Buka matamu...” katanya selembut mungkin. Ia masih merengkuh gadis itu di pelukannya.
Walau ia coba menyangkalnya, setetes air mata mengalir dari matanya. Menetes cepat di pipi dan jatuh dari dagunya. Dibelainya rambut pirang dengan akar dikulit kepalanya yang berwarna gelap. Dikecupnya kening gadis itu. Ekspresinya tenang dan damai seperti tidur lelap. Matanya terpejam erat.
Angin dingin berhembus malu-malu seolah sungkan untuk melewati dua insan malang itu. Lalu suasana menjadi sangat senyap. Sunyi.
“Tidaak...” isak sang pemuda memperhatikan telapak tangannya yang tadi digunakannya untuk menopang bagian belakang kepala si gadis cantik berambut pirang. Ada noda darah berwarna merah segar bercampur cairan putih sedikit kental. Terasa masih hangat.
“Tidak... Carrie? Jangan lakukan ini padaku... Carrie? Bangunlah, Carrie... Ini tidak boleh, Carrie... Setelah semuanya... Carrie...” ia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah penuh air mata bercucuran.
“CAAAARRRRRIIIIIEEEEE!!!”
Gelombang kejut terjadi melebar dengan radius luas. Truk es krim di dekatnya terlempar seperti sehelai bulu saja. Begitu juga truk tangki terguling yang sudah dibekukan itu, melayang begitu saja. Beberapa kendaraan lain yang berhenti karena kecelakaan ledakan itu juga bergulingan. Kericuhan mulai terjadi.
Jeritan para pengendara mobil yang panik terkena gelombang kejut jeritan duka pemuda itu barusan. Tak sedikit orang yang cidera karena kejadian ini. Terhimpit dan terjebak di dalam kendaraan karena sebab yang tak begitu mereka pahami.
Suara erang kesakitan dan panik berubah menjadi tangisan berikutnya. Seperti ikut merasa bersedih dengan nestapa yang dirasakan pemuda yang menggendong tubuh sang gadis yang lunglai tak bergerak, berjalan perlahan melintasi semua kendaraan yang terbalik ini. Dikejauhan terdengar ledakan dari truk tangki yang mendarat lagi di bumi, meledakkan sisa bahan bakar yang dikandungnya.
Duka terasa di udara secara tiba-tiba. Bagaimana bisa duka seseorang menjadi duka yang dirasakan semua umat manusia seluruh dunia? Apa yang akan terjadi kalau semua menjadi bersedih tanpa tau penyebabnya? Tak tahu apa yang disedihkan.
Ia berjalan tanpa tau mau kemana diiringi tangisan setiap orang yang dilaluinya. Raungan kesedihan terdengar dimana-mana bersama langkahnya. Pemuda bernama Satria itu melangkah melintasi tanah kosong berumput yang layu meranggas begitu didekatinya. Menghitam gosong begitu diinjaknya. Pudar bersama udara begitu ditinggalkan. Apapun yang dilaluinya ikut bersedih bersama tangisnya.
Dilewatinya sebuah lapangan luas dengan ribuan ekor domba di padang pengembalaan yang berbukit-bukit hijau penuh dengan rumput hijau. Tak ayal lagi, menjadi tandus meranggas dengan gelimpangan domba-domba mati karena patah hati. Pagar yang melingkupi tempat itu bahkan menunduk takzim penuh patuh melapuk memberinya jalan.
Apapun yang dilewatinya akan rusak dengan patuhnya. Rusak karena ikut merunduk bersedih bersamanya. Entah seberapa banyak kerusakan yang bisa disebabkannya karena kesedihan ini? Dan seberapa banyak kesedihan yang akan disebarkannya di dunia ini. Apakah ini potensi kerusakan yang pernah ditakutkan abah Zia saat itu. Kekuatan yang didapat Satria dari Core pribadi keduanya; VOXA Lebih tinggi dan tertinggi setelah CHARM dan CRAVE. CONQUER!
Kesedihan ditinggal Carrie memicu CONQUER menguasai dirinya. Bila CHARM bisa membuat lawan jenisnya bertekuk lutut dalam birahi yang tak terkira, CRAVE menambahkan rasa ciut takut dan menyerah kalah pada lawan sesama jenis. Dan yang terakhir ini adalah penguasaan pada semua hal. Bahkan hewan, tanaman dan benda mati sekalipun. Bila diperintahnya untuk ikut bersedih bersamanya, semua akan ikut bersedih. Bila diperintahnya untuk hancur, semua akan ikut hancur. Bila diperintahnya bumi ini untuk kiamat, bumi ini akan kiamat begitu saja.
--------​
“Satria... mari kita urus Carrie dengan baik... Satria... kau tidak boleh begini... Kau harus merelakannya, anakku...” kata Buana yang bercucuran air mata hendak melunakkan rasa sedih yang sedang dialami anak lelaki satu-satunya ini. Ia melakukan jurus B3 itu ke tempat dimana anaknya berada begitu merasakan perubahan Satria yang membahayakan bumi ini.
Ia hanya menggeleng tak perduli dan terus melangkah tak tentu arah. Buana tak habis pikir bagaimana cara meredakan duka yang dirasakan anaknya. Air matanya juga tak berhenti mengucur tanpa bisa dikendalikan. Ia juga merasakan kesedihan mendalam yang tak dapat dijelaskannya. Saudara kembarnya, Ron tertinggal di belakang sedang meraung-raung menangis meratapi entah apa.
Tertatih-tatih ia berusaha menjajari jejak langkah Satria dan terus berusaha meredakan kesedihan fatalnya. Kesedihan yang bisa berbuah kehancuran bagi dunia ini. Dunia yang didiami milyaran manusia dan ribuan milyar lagi mahluk lain. Terancam hilang dari tata surya matahari.
Kaki Buana dicekal oleh satu tangan yang tiba-tiba ada di tanah. Sedang meraung meratap sedih. “Huu... hu... Buuun... Kita gak bisa menghadapi iniii... Kita bahkan gak bisa melepaskan Neo Enam Agung kita karena rasa sesak di dada iniiii... Huu... hu... huu... Sedih banget... Periiih...” ratap Ron yang menahan kaki kembarannya dengan wajah penuh cucuran air mata.
“Jadi gimanaaa, dooong? Bumi ini bisa kiamaat...huu... huu...” ratap Buana tak kalah putus asa. “Pedang kita juga gak bisa dikeluarkaan...huaa... hhuu...” coba Buana untuk memunculkan salah satu senjata andalannya.
“Coba bantu aku mengeluarkan zirah Matahari-ku... Huu... huu... Kalau dibantu mungkin bisaa...” usul Ron masih berbaring di tanah ditumbuhi semak kering bekas dilewati CONQUER Satria.
Buana berhenti mengejar Satria dan berkonsentrasi dengan susah payah pada saudara kembarnya, Ron yang berbaring di tanah dalam kesedihan. Hal yang sangat susah dilakukannya. Fokus pada kekuatannya sementara hatinya sedang sedih tak terperikan. Diletakkannya kedua tapak tangannya pada punggung Ron yang juga bersusah payah berkonsentrasi mengeluarkan sesuatu bernama zirah Matahari.
“Huaa.… Huu... huu...” erang Ron bercampur charging kekuatan bersama tangisan. Tubuhnya meremang keemasan seperti sinar matahari pagi yang masih redup. Bantuan Buana memang cukup signifikan karena sebelumnya Ron tak bisa sama sekali melakukan ini.
“Puah!!” tubuh Buana terlontar dan menghantam tanah keras tandus dua meter dari Ron yang bangkit sudah memakai zirah terbuat dari kulit dan berlempeng keemasan. Sinar matahari memantulkan sinar yang gemilang dari tubuhnya.
“Aku sudah terlindung, Bun... Sekarang giliranmu!” buru-buru Ron menghampiri saudara kembarnya dan meletakkan kedua tapak tangannya pada dada Buana. Remang kebiruan memancar dari tubuh Buana kala ia membantu mengeluarkan zirah miliknya. “Sudah...”
“Kita terlindung dari pengaruh CONQUER setelah memakai zirah ini... Tapi apa bisa hanya dengan zirah Matahari dan Bulan saja?” kata Buana memandang arah kepergian anaknya yang menjauh. Entah kemana tujuannya. Walau langkahnya pelan tapi kecepatannya tidak bisa diikuti dengan cara biasa.
“Satria harus kita hentikan bagaimanapun caranya... Kau setuju?” kata Ron yang dalam dilema juga. Bagaimanapun juga Satria adalah keponakannya sendiri. Ia tentu tidak tega melukainya.
“Setuju, Ron... Kita gunakan yang terkuat... DOUBLE DRAGON...” ternyata Buana tidak sungkan untuk menghentikan anaknya. Ia mengusulkan kekuatan terkuat mereka yang bernama DOUBLE DRAGON itu.
“Heaggghhhh...” Ron langsung mengerahkan seluruh kekuatannya untuk mengeluarkan salah satu dari dragon itu. Seekor naga besar bermulut besar dan sepasang kaki yang kuat juga ekor panjang nan tebal muncul secara ghaib. Ron langsung melompat dan naik ke kepalanya. “Jaw-Flame... AYO!!” Jaw Flame memamerkan kekuatannya dengan menyemburkan api jingga dari mulutnya yang terbuka lebar.
Bersamaan, Buana juga mengerahkan seluruh kekuatan penuhnya untuk memanggil dragon bagiannya. “Heeaaarhhhh...” Seekor naga bersayap lebar muncul dan terbang di udara mengambang dengan kemampuan terbangnya. “Wingasaur... Kita sadarkan anakku...” kata Buana yang juga sudah menaiki naga miliknya. Naga itu meraung dan menghembuskan tembakan udara terkompres dari mulutnya.
“AYOO!!” seru kedua pria kembar identik yang menunggangi dua ekor naga perkasa itu. Kedua mahluk raksasa itu bergerak cepat. Jaw-Flame berlari cepat mengejar dengan kaki kuat besarnya. Creptacite Wingasaur terbang dengan kepakan sayap lebar yang terintegrasi dengan kaki depan kuatnya.
--------​
Satria yang berjalan perlahan walau sesungguhnya cepat telah melewati berbagai medan Australia yang beragam. Padang rumput, rawa, lahan kosong tak bertuan sudah diarunginya dengan tubuh lunglai Carrie di tangannya. Matanya terpaku hanya ke depan. Wajahnya datar tanpa ekspresi.
Kecepatannya ini tidak ada hubungannya dengan MARVELOCITY yang biasa digunakannya dari kekuatan ARIES. Didapatnya murni dari kekuatan CONQUER yang sedang merasuki dirinya.
“SPAANKK!!” sebuah benda yang berputar cepat menghantam sisi kepalanya lalu mental menjauh. Satria tidak bergeming seolah tak perduli atau tak merasakannya.
“Gagal!” seru Ron yang beberapa meter jaraknya jauhnya di atas Jaw-Flame yang berlari. “Quarn tidak berhasil menyentuhnya... Mau kau coba??” lanjutnya yang memegang sebuah pusaran berputar dengan tiga buah benda tajam seperti belati. Pada bagian tengah ada semacam pola transparan berbentuk mata yang kadang berkedip. Diopernya benda bernama Quarn pada Buana.
Buana menangkapnya dan benda itu berputar cepat hingga hanya kelebatan cepat tiga belati seperti putaran kipas angin. Ia melompat dari kepala Wingasaur dan menembakkan sesuatu dari bagian mata Quarn. Sebuah bola hitam!
Bola hitam melesat kencang dan tak terduga berubah besar berdiameter 10 meter lalu pecah dibelakang Satria. Sebuah Quarn raksasa muncul tiba-tiba dengan putaran belati mautnya!
“TRANG! TRANG! TRANG!” suara besi rompal rontok terdengar nyaring memenuhi udara. Buana terpental mundur bersama Quarn berukuran normal dan mendarat lagi di kepala Wingasaur yang menyambutnya. “Untung cuma bayangan aja... Coba kalau belati Quarn beneran yang rusak...” gerutu Buana yang memeriksa kerusakan formasi terdepan Neo Enam Agung yang dibaginya bersama Ron. Tidak ada kerusakan serius. Lalu ia memberi instruksi lanjutan pada Wingasaur.
“Satria menciptakan perlindungan tak kasat mata di sekujur tubuhnya... Perlindungan itu bisa fleksibel berubah menyesuaikan diri... Pertama kulempar Quarn... seperti ada sepasukan prajurit bertameng yang menghadang putaran belati Quarn... Waktu kau memakai sinar pembesaran tadi... sebuah benteng besar mengelilingi tubuhnya... Pertahanannya sulit ditembus!” seru Ron memberitahu pengamatannya.
Naga terbang itu membumbung tinggi sementara naga yang ditunggangi Ron menembakkan beberapa bola api besar dari mulutnya. Bola-bola api itu terpental dan jatuh di sekitar Satria lalu meledak. Gagal dengan tembakan bola api ia memutar badannya hingga ekornya berputar memaksimalkan beratnya. Membentur sebuah penghalang tak kasat mata, ekor tebal itu tak sanggup menyentuh Satria. Apalagi seperti ada tangan raksasa untuk memegang ekor itu dan melemparkan naga itu jauh-jauh.
Benturan baru terjadi dari tembakan berasal dari udara yang dimampatkan. Udara padat itu hanya bisa berbelok dan meledak mengiris-iris bumi tempatnya mendarat. Menyusul dari tembakan lainnya dari Wingasaur yang meluncur cepat menyatukan sepasang sayap lebarnya. Saat benturan akan terjadi, naga itu seperti menabrak dinding transparan dan terkapar mengibas-ngibaskan kepalanya yang terbentur.
Satria terus berjalan dengan kecepatannya.
“Ini terlalu kuat... Pelindungnya bekerja optimal... Kita tidak bisa menon-aktifkannya dengan cara normal...” kata Buana pada Ron yang tetap bertengger pada Jaw-Flame yang berlari dengan gigih. “Mau nyoba pake kekuatan Double Dragon? Siapa tau berhasil...” usulnya. Wingasaur masih menggelengkan kepalanya yang sakit sisa benturan tadi.
“OK-lah... Kita coba aja... Jaw-Flame... Mode Double Dragon, yuk?” kata Ron menepuk kulit tebal kepala naga apinya. Ia lalu melompat turun sementara naga berkaki besar itu berbelok menyiapkan posisinya.
Naga Wingasaur juga menyiapkan posisi hingga ia berhadapan dengan Jaw-Flame dalam satu garis lurus. Buana juga sudah turun dari naga miliknya dan berdiri berdampingan dengan saudara kembarnya. Hanya bisa menyaksikan.
Kedua naga berbeda jenis (api dan angin) itu lalu bergerak cepat dengan kepala menunduk. Jaw-Flame berlari cepat hingga bumi bergetar karena debuman kaki raksasanya. Creptacite Wingasaur terbang rendah dengan kepakan sayap lebarnya hingga hembusan angin kencang menerbangkan debu dan bebatuan. Kedua naga itu akan mengadu kepala?
“KRAAAKKK!!!” terdengar suara pecah yang memekakkan telinga bagi yang mendengar. Lalu kepulan debu mengepul tebal menyusul kemudian menyebar lebar lalu memudar menampakkan sosok mahluk baru yang meregangkan semua otot-ototnya.
Naga di hadapan penggabungan dua naga milik Ron dan Buana kini berbentuk sempurna. Tubuhnya setinggi 6 meter dengan otot-otot tubuh kasar dan kulit tebal. Tangannya berbentuk sempurna dengan otot kuat dan tiga cakarnya. Sayapnya terpisah dari tangannya; dengan kata lain sayapnya berdiri sendiri. Dadanya ramping lalu membuncit pada bagian perut lalu disambung dengan sepasang kaki yang kokoh lagi kuat. Ekornya panjang dan gempal. Kepalanya berbentuk baru sama sekali. Rahang bawahnya lebih besar dari rahang atas untuk memastikan kekuatan gigitan yang menghancurkan. Lalu ada mulut kedua di atas mulut pertamanya. Ukurannya lebih kecil dan selalu tertutup. Di dekat hidung ada sebuah tanduk panjang mencuat. Lalu sepasang gigi panjang di bawahnya dari rahang atas. Sepasang tanduk juga tumbuh di belakang kepalanya.
“WRRRAAAAAAGGGHHH!!!…” aum Double Dragon yang merupakan penggabungan Jaw-Flame milik Ron dan Creptacite Wingasaur milik Buana. Disemburkannya api biru dari mulutnya yang panas luar biasa. Semburan panjang seiring gerakan kepalanya. Ron dan Buana sudah ada di punggung naga itu untuk pengendalian langsung.
“TEMBAKAN API BIRU!!” seru Ron dan Buana bersamaan. Mereka harus tega melakukan ini untuk melemahkan Satria dari menyebabkan kiamat pada dunia ini.
Double Dragon menyemburkan api yang super panas itu ke arah Satria yang terus berjalan dengan cepat. Penggabungan dua naga itu mengejar dengan kepakan sayapnya. Api super panas berwarna biru itu mengarah pada bagian punggung Satria.
Sebuah kubah transparan jelas terbentuk saat api itu menyelubungi dan menenggelamkan targetnya dalam massa api yang sangat panas. Secara mengejutkan api biru itu menyebar kembali ke banyak arah dan meledak secara fantastis.
“BOOM!!! BOOM!!! BOOMM!!!” ledakan api biru yang dipantulkan itu meledak di sekitar kubah yang melindungi Satria. Tanah berlubang lebar mengelilingi Satria juga hangus karenanya, berbentuk parit lebar dan dalam. Akhirnya ia berhenti melangkah. Kemungkinan besar karena terganggu serangan yang bertubi-tubi dari Ron dan Buana.
“AWAS!” seru Ron dan Buana serentak. Serangan energi transparan itu menyerang naga raksasa setinggi 6 meter itu dengan telak. Luka sayat merobek bahu kanan memanjang sampai ke perut naga. Sang naga meraung kesakitan dan terpukul mundur. Disusul hantaman telak lainnya pada bagian kepala naga itu membuatnya limbung ke kiri.
Double Dragon sepertinya sudah mengerti pola serangan energi transparan yang menghajarnya dua kali dan menangkap hantaman energi yang hendak menghajar bagian kiri kepalanya. Semburan api biru ditembakkan pada energi itu. Mengurungnya dalam bola api agar dapat dilihat bentuknya.
“ASTAGA!!” kaget Ron dan Buana melihat bentuk asli energi transparan yang selalu melindungi Satria dan kini menyerang Double Dragon. Sosok humanoid raksasa transparan ternyata yang terbentuk saat ini. Tangannya yang bebas tak terkekang menyarangkan pukulan telak di perut Double Dragon menyusul tendangan.
Double Dragon terjungkang jatuh. Api biru yang masih menyelimuti tubuh transparannya dikembalikan pada pemiliknya lewat satu pukulan pamungkas!
“B3!” seru Ron dan Buana tepat pada waktunya. Jurus perpindahan tubuh itu mereka lakukan bersama-sama dengan Double Dragon sekaligus. Energi transparan CONQUER itu menghantam bumi sejadi-jadinya. Bumi rengkah, retak lalu berlubang menghancurkan sekitarnya berbentuk kawah lebar yang terbakar api biru super panas membara.
Double Dragon muncul dibelakang energi transparan itu dan mengibaskan ekor tebalnya. Energi murni CONQUER dengan tepat bisa mengantisipasi serangan itu dengan blok tangannya. Tapi ini belum selesai karena ujung ekor Double Dragon ternyata fleksibel dari sepenuhnya mengandalkan berat dan keras saja. Ekor Double Dragon melibat tangan yang memblok sapuan ekor hingga terkait lalu dengan brutal membantingnya cepat ke arah bukit bebatuan tak jauh dari tempat pertarungan ini.
Double Dragon kembali menembakkan api birunya agar kembali membakar energi murni itu agar tetap tau dimana lawannya. Tubuh energi murni berbentuk raksasa transparan itu membentur dinding batu menimbulkan sejenis gempa kecil dalam skala 4 Richter.
“Ini tak ada habisnya, Ron...” gumam Buana pada Ron yang ada di sampingnya. Ia baru sadar kesalahan yang mereka berdua lakukan.
“Kita repot menghadapi energinya sementara Satria-nya masih ada di sana mengendalikan raksasa transparan itu...” sadar Ron juga kala melihat lesakan energi transparan lain yang dilancarkan Satria dari tempatnya berdiri dari tadi, di tengah parit bekas ledakan tadi. Serangan yang tak terelakkan.
Double Dragon terjungkang berguling-guling dan menghantam dinding batu terkena serangan cepat bentuk energi CONQUER yang baru. Energi transparan yang lebih dahulu membentur dinding batu bangkit dengan tubuh masih terbakar api biru, melesakkan sebuah pukulan tepat di tengah dada Double Dragon.
“BRAAAKKK!!!” suara keras benturan pukulan itu memekakkan telinga.
“WRAAAAAAAGGGHHH!!!” erang Double Dragon kesakitan merasakan dadanya terkena pukulan telak penuh tenaga itu.
Angin lesakan cepat susulan serangan terasa membelah udara. “BRRUUUKKK!!!” mengenai ruang kosong karena Double Dragon sudah menghilang. Bukan karena jurus Bayangan Bunga Bujur tetapi karena keberadaannya sudah ditarik oleh Ron dan Buana. Kedua pria kembar identik itu melompat menjauh bekas pukulan dahsyat barusan.
Energi murni CONQUER menghantam dinding batu tinggi ini lalu melepaskan tinjunya yang tertanam. “KRAAAKK!!” Dinding batu itu berlubang dan retakannya memanjang vertikal ke bawah dan atas.
“Waduuhh... Abis deh kita dimarahi satu Australia, Bun...” kata Ron dengan muka panik melihat pemandangan ini.
“Ini Ayers Rock?” kaget Buana melihat dinding batu tinggi di hadapannya yang sudah berlubang dan retak mengkhawatirkan.
Lalu disusul suara berderak susulan yang panjaaaaang banget menandakan retakan yang semakin lebar sampai jauh. Lalu batu besar landmark benua Australia itu terbelah dua seperti dipotong oleh pisau raksasa bak kue ulang tahun. Debu mengepul tinggi disusul oleh kepanikan para satwa yang mendiami daerah ini.
Wikipedia said:
Urulu atau Ayers Rock adalah tempat keramat bagi masyarakat asli Australia, Aborigin. Ditemukan pertama kali oleh dunia Barat pada Oktober 1872 oleh Ernest Giles, yang melihatnya dari kejauhan saja dan menyebutnya sebagai “The remarkable pebble’ (Batuan yang luar biasa) karena tak bisa mendekat terhalang danau Amadeus. Setahun kemudian, di Juli 1873 seorang surveyor bernama William Gosse berhasil mendekat dan menamainya Ayers Rock untuk menghormati Chief Secretary Australia selatan yang bernama Henry Ayers. Batuan Ayers Rock merupakan formasi pasir yang setinggi 348 meter dan luas lingkar 9.4 kilometer. Sebagian besar massa batuan ini berada di dalam tanah
“Uuhh... Ini serius, Ron...” kata Buana bergidik ngeri melihat kerusakan yang disebabkan oleh hanya pukulan satu saja energi murni CONQUER.
“Kita terpaksa melakukan jurus Pedang Tunggal kalau sudah begini...” kata Ron berpaling pada Satria yang mulai berjalan lagi dengan cepat meninggalkan tempat itu.
“Terpaksa... Ayo!” sahut Buana mengeluarkan sebuah pedang pendek yang keseluruhan gagang dan bilah pedangnya merupakan satu bahan logam.
Ron juga mengeluarkan pedang yang persis sama dengan kembarannya. Logam pedang itu halus dan berkilauan diterpa sinar matahari.
Ron dan Buana lalu memusatkan Lini mereka pada titik maksimalnya dan menyalurkannya pada pedang identik bernama pedang Dwi itu. Aliran energi Ron yang kuning keemasan berpusat dan memendarkan pedang di tangannya. Juga Buana yang berpendar kuning kebiruan.
“PEDANG TUNGGAL..” seru keduanya lalu melemparkan kedua pedang itu ke langit.
Kedua pedang identik yang kini berpendar kuning keemasan dan kuning kebiruan seolah saling berlomba untuk mencapai tempat tertinggi. Meliuk-liuk saling berlilitan dan pagut. Berkejaran hingga titik kulminasinya. Berhenti dan mengambang. Berdekatan. Berdempetan.
Pria gabungan Ron dan Buana itu lalu menangkap sebilah pedang yang jatuh dari langit. Pedang yang juga merupakan gabungan dua pedang Dwi. Pedang ini sekarang berpendar putih dan pamornya lebih agung dan besar.
“Kita sekarang Gerhana Tunggal...” katanya lalu mengacungkan pedang bernama Pedang Tunggal itu ke atas. Kekuatan dua orang menjadi satu setelah tadi naga keduanya bergabung ini adalah satu-satunya harapan yang mereka miliki. Sosok bernama Gerhana Tunggal ini tubuhnya lebih kekar dan berisi dari pada Ron dan Buana standarnya. Wajahnya tetap sama dengan penanda tahi lalat di sisi batang hidung kanan, di bawah mata. Rambutnya putih keperakan dan panjang berjuntai-juntai ditiup angin kering di benua Australia yang di ambang kehancuran. Zirah penggabungan keduanya juga merupakan tingkat lebih kuat dari level awalnya. Logo Matahari dan Bulan bersatu menjadi satu konglomerasi terkuat.
Pria dengan atribut nama Gerhana Tunggal itu kini bisa dengan mudah melihat energi murni transparan CONQUER yang berjumlah dua raksasa tembus pandang. Kedua energi itu mengepungnya di kiri dan kanan. Satria sudah menjauh.
Prioritas Gerhana Tunggal adalah menghentikan Satria sehingga ia melesat meninggalkan kepungan kedua energi murni itu. Tak semudah itu melakukannya karena ia dicegat di jalur luncurannya. Satu energi murni transparan CONQUER mengulurkan kepalan tangan besar pada Gerhana Tunggal. Tanpa ragu Gerhana Tunggal menebas tangan itu hingga terpotong dua dengan Pedang Tunggalnya.
Tak membuang waktu, disambung dengan sambaran tembakan semburan tenaga yang sangat besar dari tapak tangannya, membuat energi murni transparan itu terjatuh walau ukurannya sangat besar. Berdebum jatuh lawannya tapi tak menyerah dan bangkit lagi.
Saat fokus utama menyerang satu, yang lainnya ternyata tak tinggal diam. Bogem raksasanya mendarat di tubuh seukuran normal Gerhana Tunggal. Tak cukup sekali bahkan berulang-ulang dengan rentetan pukulan yang sangat kuat mengingat ukurannya yang luar biasa besar.
“Guhh...” keluh Gerhana Tunggal yang menjadi bulan-bulanan energi murni transparan ini. Tubuhnya terlempar tinggi ke langit akibat lontaran pukulan bertubi-tubi barusan. Belum selesai, pukulan lain mendarat ke tubuhnya dengan telak.
“AAKKHHH!!” keluhnya lagi saat tubuhnya meluncur cepat dan mendarat di atas bebatuan Ayers Rock yang sudah terbelah dua. “Tidak lagi...” gumamnya.
“KRAAAKKK!!!” pukulan setara kekuatannya dengan yang telah membelah dua Ayers Rock mendarat di dada Gerhana Tunggal. “Ugghh!” hanya itu yang bisa keluar dari mulutnya.
Ayers Rock sekali lagi terbelah menjadi empat bagian terkena pukulan dahsyat energi murni transparan CONQUER Satria barusan. Batu prasejarah itu rusak begitu saja seperti tak berarti. Gerhana Tunggal tak terlihat lagi di balik kepulan debu dan kepingan kecil bebatuan.
--------​
“Aku harus memanggil Iyon dan teman-temannya... Apa namanya waktu itu?” kata Buana pada Ron yang sama-sama ngumpet di balik bebatuan besar yang berguguran di sekitar Ayers Rock.
“Ribak apa gitu... Bahasa Batak katanya dulu...” kata Ron setelah mengingatnya sebentar. “Ya... Gitu aja... Aku akan cari cara memperlambat Satria pokoknya... Jangan sampai ia mencapai pemukiman penduduk...” putus Ron lalu menghunus senjata utamanya yang dicabutnya dari sampirannya di punggung. Pedang Matahari yang berpamor kuning keemasan. Ia langsung keluar dari persembunyiannya dan menyongsong apapun yang menantinya.
Buana yang masih bersandar di balik batu melakukan jurus yang awalnya hanya diakuinya sebagai Proyeksi diri saja; jurus Bayangan Bunga Bujur. Dan menghilang. (Bagian selanjutnya ini, ia langsung sampai ke samping Guntur Setiono yang berada di Kairo untuk mengantar anaknya kuliah di sana)
Ron yang kembali mengejar Satria mengeluarkan seekor mahluk yang berlari cepat. “Proto Equus!” serunya dan kuda ganjil itu berlari di sampingnya. Ron langsung menungganginya dan melesat cepat. Secara keseluruhan bentuk kuda ghaib itu memang sangat ganjil... Lehernya lebih pendek sedikit dan gempal dari kuda normal. Surai rambut tumbuh sampai ke ekor lalu bersambung ke kaki belakang, berbentuk helai bulu burung berwarna kelabu. Sangat kontras dengan kulit tubuhnya yang coklat kemerahan mengkilap. Yang membuatnya sangat ganjil dan bisa dikategorikan ajaib adalah jumlah kaki depannya ada empat dan total bersama kaki belakangnya ada enam kaki yang dimilikinya. Dan di bawah moncongnya yang runcing ada sejumput janggut seperti kambing. Matanya lancip berwarna kuning kemerahan.
Kecepatan Proto Equus sangat menakjubkan karena ia sudah mencapai CONQUER Satria yang sudah jauh tak terlihat. Dan dengan derapan keenam kakinya, ia melompat sesuai instruksi Ron. Menerjang dengan anggun ke arah targetnya.
Sabetan pedang Matahari Ron seperti tak berarti pada pelindung energi murni yang menyelubungi Satria. Hanya menyabet ruang kosong tak berbahaya.
Ron kembali mengulangi sabetannya dengan senjata andalannya. Proto Equus yang menjadi tunggangan Ron melompat cepat kanan kiri, depan belakang dan terkadang atas. Semua sabetan cepat itu tak membuat risau atau sama sekali mengganggu apapun yang sedang dilakukan Satria.
“Rezona!! Çhakti!!” seru Ron kemudian setelah melompat turun dari Proto Equus yang dirasanya tidak efektif bahkan untuk sekedar memperlambat CONQUER Satria. Seekor harimau berwarna merah yang terbuat dari metal itu lalu melepaskan seluruh bagian tubuhnya dan membungkus tubuh Ron membentuk Armor baru.
“CHIC? Bicara padaku... Pusing nih nyari cara melemahkan Satria...” kata Ron meminta pendapat pada OS yang menjalankan robot harimau merah yang sekarang menjadi zirah besinya.
“Bacaan yang kudapat setelah menganalisa Satria. Objek #01 di depan kita ini adalah sebuah manifestasi kesedihan yang sangat luar biasa. Pengalaman yang mengguncang mentalnya saat ini sangat mengganggu jiwa mudanya. Apa yang sudah dilakukan Buana untuk membiarkan pemuda seumuran dia untuk menangani tanggung jawab sebesar ini sangat beresiko. Objek #02 yang dibawa di tangannya adalah penyebab utama semua CALAMITY ini. Gadis yang sudah tak tertolong itu akan menjadi sebab kemusnahan banyak mahluk di planet ini. Satu-satunya yang bisa kusarankan adalah menghentikan Objek #01 dengan cara apapun.” kata CHIC Full Version.
“Aku juga tau itu, CHIC... Tapi itu Satria... Ponakanku... Anak laki-laki Buana... Gimana aku bisa menyingkirkannya? Apa gak ada kemungkinan lain... Cara yang paling aman agar Satria juga tidak apa-apa...” kata Ron malah marah-marah pada CHIC.
“Pilihannya hanya ada dua, Ron... Dunia ini atau Satria... Kalian yang harus memilih...” kata CHIC tetap logis dengan kalkulasi presisinya. Hanya ada 50:50 kemungkinan yang dapat dihitungnya saat ini. Mengorbankan satu anak bernama Satria untuk keselamatan dunia ini atau mengorbankan dunia untuk satu anak bernama Satria.
“Huaahh!!” kesal Ron karena buntu dengan memukul tanah hingga terjadi ledakan menghancurkan sekitarnya. Bagaimanapun ia adalah juga seorang ayah. Ia melihat bagaimana Satria lahir duluan daripada 5 anak-anaknya. Ia ingat bagaimana saudara kembarnya bangga sekali bisa punya anak kembar tiga dimana yang kedua adalah bayi lelaki yang sehat dan gagah. Kebanggaan Buana. Ia bahkan tau apa saja rencana Buana untuk anak lelakinya itu. Ia yang hanya punya 5 anak perempuan juga tak bisa menyamai rasa yang meluap-luap yang dimiliki saudaranya itu.
“SAATTRIIIAAAA!!!” panggil Ron dengan putus asa sembari dua buah Turret muncul dari kedua bagian bahu Armor Rezona yang dikenakannya. Tembakan berputar senapan mesin berkaliber 9 mm itu menghujani tubuh Satria. Berharap itu bisa menyadarkannya dari apapun yang sedang mengganggu pikirannya. Mengenyahkan rasa sedih yang luar biasa menyelimuti hatinya.
Ron melayang berputar menembaki dengan senjata Turret yang terpasang di Armor Çhakti ini. Bagian matanya juga berkilauan menyusul tembakan Laser Thermal yang berusaha menembus pertahanan energi murni transparan yang sudah habis-habisan membantai Double Dragon dan bentuk Gerhana Tunggal mereka.
“SAATTRRIIAAAA!!!” jerit Ron terus menerus mencoba memanggil keponakannya itu. Menyadarkannya. Dua buah misil mini dari bagian tangan ditembakkan dan meledak dengan cepat di depan Satria. Tak menyurutkan langkahnya. Hanya asap yang segera tertinggal sisa ledakan dan Satria tetap berjalan. Kilauan Photon terkompresi menjadi senjata di tangan kanan dan kiri Ron seumpama dua bilah pedang, menyabet-nyabet cepat dengan kecepatan yang sangat luar biasa cepat. Tak satupun serangan yang dari tadi dilancarkannya menyentuh Satria sedikitpun. “SAAATTTRRIIIAAAA!!!”
Jerit putus asa Ron yang membahana dihentikan oleh sebuah hantaman sesuatu yang pastinya adalah bentuk energi murni CONQUER itu. Tubuh yang terbungkus zirah Çhakti XLS 85 Rezona terpental. Zirah robot harimau merah itu terpecah-pecah menjadi beberapa bagian. “Ro--n... Aku t-tak bis-a mem-mem-pertahan-kan ben...tuk Çhakti lag-gi-gi...” OS CHIC memberi peringatan terakhir.
“Kau aman...” tukas satu tubuh yang menangkap Ron yang beberapa saat lagi akan membentur bumi. Tubuhnya diselimuti Armor logam asing berwarna hitam kemerahan. Di dadanya ada bentuk kepala singa dengan lambang bintang bersegi tujuh di dahinya. Dari sudut-sudut bagian Armor itu bertiup angin.
“Bun... Kau sudah panggil Iyon?” leganya karena sudah diselamatkan kembarannya.
“Sebentar lagi ia akan datang... Sebentar lagi... Strider Equus!” jawabnya dan mengeluarkan kuda miliknya yang melompat menerjang dan terbang membumbung tinggi. Kuda yang tak kalah ganjil dari pada Proto Equus milik Ron. Mahluk itu berlari di udara. Dari kedua bahu dan panggulnya yang berwarna putih kebiruan menyembul sepasang sayap runcing gradasi solid menuju transparan yang berkibaran. Sebilah sayap yang sama juga ada di dahinya hingga membentuk jambul panjang.
Buana meninggalkan Ron lalu bersama-sama dengan Strider Equus melancarkan serangan untuk kembali menahan Satria. Kebanyakan mahluk-mahluk kekuatan Buana berelemenkan udara atau angin. Dimulai dari Wingasaur Creptacite, Armor Çhakti Singa hitam yang dipakainya sekarang sampai Strider Equus ini.
Walau keadaan alam belum sepenuhnya pulih pasca kemunculan GOD MAESTER CORE, ia bisa menyebabkan angin puting beliung dahsyat. Angin puyuh itu berputar-putar mengerikan. Menyapu apapun yang ada dijangkauannya. Strider Equus berlari berputar-putar di atas awan sedang Buana ada di dalamnya. Petir sambar menyambar mengkhawatirkan di langit. Beberapa kali menyambar semak dan bebatuan yang melulu ada di dataran luas ini.
Tapi, walau seberbahaya apapun halangan di hadapannya, Satria tetap berjalan tak perduli. Benturan hembusan angin yang super kencang dari angin puting beliung kelas 5 beserta puing-puing kehancurannya, pasir, batuan, dan tekanan udara mendapat halangan sebuah kubah transparan yang melindunginya dari itu semua.
“SATRIAAAA!!! INI PAPAAA!!! HENTIKAN INI SEMUAAA!!!” teriak Buana sambil mencoba menerobos masuk dengan memaksakan sebuah belati kecil berhias tujuh buah benda runcing seperti tunas kelapa di pelindung tangannya. Bintang segi tujuh di kepala singa di dadanya menghilang.
Fenomena aneh terjadi kala sebuah badai angin puting beliung bergerak vertikal dan bergerak berputar seolah mengebor pertahanan CONQUER Satria yang super kuat. Ini karena puting beliung ini adalah buatan Buana dengan segala kesaktiannya.
Itu semua tidak cukup. Saat Buana berhasil memasukkan sedikit saja belatinya, sebuah hantaman energi kuat menerpanya telak didepan mukanya. Terhenyak ia mundur akibat hentakan tiba-tiba dari dalam kubah perlindungan itu. Apalagi kalau bukan pukulan raksasa itu lagi. Sisa-sisa puting beliung berputar lemah beserta hujan material yang sempat diangkatnya.
Buana yang terlempar jauh pasrah saja menerima pukulan super dahsyat itu. Pukulan yang bahkan mampu memisahkannya dengan Çhakti Singa Hitam Bertanduk miliknya. (Konsep Çhakti ini adalah sama seperti yang digunakan Sheila dengan Naga Agni miliknya dimana benda ghaib/mahluk ghaib yang dimilikinya diubah dan dipakai menjadi Armor langsung ditubuh. Sheila pertama kali menunjukkan cara bertarung ini malah dengan meminjam XLS 85 Rezona milik Oom-nya, Ron)
Teringat ia masa-masa Satria masih kecil bersama kedua saudari kembarnya; Putri dan Dewi. Rebutan main video games yang stick-nya cuma ada dua. Satria mengalah dan membiarkan permainan miliknya itu dimainkan kedua saudarinya, ia hanya menonton saja selagi keduanya asik bermain. Ditinggal dalam keadaan console rusak, Putri dan Dewi beralih bermain boneka. Satria hanya diam dan mencari permainan sendiri, memperbaiki mobil-mobilan yang juga sudah rusak. Ia anak yang banyak mengalah dan sanggup untuk mengatasi kegundahannya. Mengaku kalau ia yang merusak console games itu.
Buana tahu persis kalau ia rela disalahkan atas kesalahan yang diperbuat kedua kembarannya. Jadi kambing hitam saat pintu kandang burung terbuka, jadi sasaran omelan Tami saat dapur terbakar, coretan pensil dan cap tangan di dinding ruang tamu. Semua kenakalan yang dilakukan kedua saudarinya. Ia selalu berusaha melindungi mereka... Mengesampingkan perasaannya sendiri. Memendam perasaannya.
Apakah kesedihannya atau apapun yang dipendamnya selama ini meledak dan... berakibat fatal?
Ia terlihat senang sekali saat pertama kali Buana tau kalau ia sudah punya pacar. Seorang gadis bule cantik berambut pirang bernama Carrie. Ia berjanji akan selalu menjaganya dari apapun yang membahayakannya. Saat itu Carrie sedang diincar dan diburu para iblis anak buah Lucifer. Dengan kekuatan yang baru bangkit di dalam dirinya, ia sekuat tenaga berjuang, berkorban dan bertarung.
Buana sempat berpesan pada Satria untuk bertanggung jawab penuh pada Carrie dan tidak menyakitinya. Menjaganya baik-baik dengan sepenuh jiwa. Kalau ia bisa melakukan itu, ia mendapat dukungan penuh dari kedua orang tuanya. Saat itu ia hanya memikirkan pembentukan karakter anaknya agar menjadi anak yang tangguh dan bertanggung jawab. Semua itu harus dilakukan dengan pemikiran matang dan perhitungan logis lagi dewasa.
Perjuangannya sangat berat saat itu. Carrie berhasil diambil oleh para iblis dan Satria mulai mengamuk. Ini adalah amuk keduanya dimana amukan pertamanya yang telah membuka kekuatannya. Semacam segel terbuka. Seharusnya ia sudah paham potensi kehancuran yang bisa ditimbulkan anaknya. Segel pertama yang dinamakan RAGE. RAGE yang berdasarkan kemarahan.
Ia sangat marah karena telah disakiti dan mencetuskan tingkat pertama kekuatannya yang setara dengan 10 manusia normal. Antisipasi terlambat yang baru sekarang disesalinya. Satria sudah berkembang terlalu jauh tanpa banyak persiapan untuk mengendalikan mental remajanya yang masih labil dan mudah terguncang sedikit saja mendapat cobaan.
Seperti memberikan pemicu hulu ledak nuklir pada seorang anak muda yang masih diragukan keteguhan hatinya. Benar ia sudah berjuang dengan susah payah. Melalui berbagai macam kesukaran dan petualangan berbahaya. Tetapi itu semua belum cukup. Kondisi mentalnya belum cukup tangguh untuk tidak menjerit pilu kala kenyataan pahit menyapamu. Kenyataan yang tak sesuai dengan harapanmu. Harapan tak selalu mengikuti apa mau para anak manusia.
Kembali dibuktikan saat ia gagal melindungi Carrie dan diambil faksi iblis. Kembali amuk kedua yang tercetus. Berbentuk BEAST yang bahkan punya tiga tingkatan yang semakin mengerikan. Pontang-panting semua sepupu Satria bahu-membahu untuk menenangkannya. Bahkan salah satu aset milik keluarga mereka, sebuah lapangan golf rusak parah karena kejadian itu. Buana masih mencoba memberi kesempatan lagi.
Amukan ketiganya mencapai puncak dengan menjadi LORD untuk membantai semua iblis kurang ajar itu. Sesuatu yang luar biasa diluar nalar terjadi karena ia bisa memanggil semua Core yang ada di semua mahluk hidup untuk membantunya. Ia membantai Lucifer dengan relatif mudah dengan tenaga maksimal amuk ketiga ini.
Entah disini kesedihan itu bermula. Gadis yang dicintainya itu berubah menjadi sesuatu yang membencinya. Sangat membencinya. Bukan hanya dirinya—bahkan seluruh dunia. Perasaan yang tak akan bisa bertemu. Seperti air dan minyak, damai dan perang, terang dan gelap; cinta dan benci.
Lagi-lagi Satria berjuang keras mengembalikan keadaan UNHOLY LIGHT gadis itu. Setengah berhasil dan setengah gagal. Kekecewaan yang membayangi hari-harinya. UNHOLY LIGHT bisa dibuang beserta memorinya. Ya, Carrie kehilangan semua memori kebenciannya. Berikut semua memori-memori lainnya. Sang gadis dalam keadaan yang paling rentan dalam hidup anak manusia. Seperti dilahirkan kembali.
Satria seperti mayat hidup selama sebulan. Tak bergairah menjalani hari-hari remajanya yang suram. Masa-masa indah yang tak akan pernah terulang lagi adalah masa remaja. Tak ada lagi Satria yang cuek naik angkot atau bis kota untuk pergi sekolah. Satria yang tak sungkan mengantongi duit recehan untuk beli jajanan. Satria yang seperti remaja seumurannya yang masih asik-asiknya nge-band dengan teman-temannya.
Satria berjalan kaki ke sekolah dan sampai terlambat di sana. Buana dan Tami hanya bisa mengurut dada menerima laporan dari guru BP SMA 105 yang mereka kenal baik. Satria dihukum menghormat bendera tiap pagi dan selalu mengulanginya tiap hari dengan tak perduli. Pulang sekolah langsung tidur–lupa makan.
Satria seperti mayat hidup selama sebulan...
Diskusi panjang Buana dan saudara kembarnya; Ron, mencapai kesimpulan untuk menyerahkan buku tersegel itu. Mereka tidak tau persis isi buku itu, hanya tau ada harapan untuk pemulihan Satria di sana.
Hanya untuk melanjutkan malapetaka berikutnya...
Amuk Satria mencapai bentuk baru. Tiga segel amuk Satria dari Core pertamanya; XOXAM, sudah terbuka seluruhnya. RAGE, BEAST dan LORD. Ternyata potensi yang sama ada juga pada Core keduanya yang jarang dipergunakan. VOXA bahkan memberikan amuk yang sama potensi kehancurannya. Amuk di chapter terbaru hidupnya.
Amuk yang mereka namakan sebagai VIOLENCE.
Buana sempat melihat rekaman CCTV saat Satria berubah menjadi CRAVE yang luar biasa berbahaya. Bagaimana ia bisa menyebabkan wanita memperkosa para pria dengan buasnya. Ini sebenarnya amuk kedua karena amuk pertamanya tak terlalu merisaukan (CHARM). Tapi hanya dengan bermodalkan CRAVE saja ia sudah bisa menaklukkan dunia ini di kakinya. Semua orang akan mencium kakinya seperti budak. Semua orang akan rata dengan tanah yang diinjaknya. Ia bisa memberikan rasa takut tak terdefinisikan pada sesama jenisnya (lelaki) dan birahi pada lawan jenis (wanita). Itu saja artinya ia sudah menguasai.
Ia hanya bisa menasehati anak lelakinya akan pentingnya kehati-hatian dan tanggung jawab. Apa konsekuensi sebuah kekuatan seperti yang disandangnya. Apa sebabnya dan implikasinya. “Apakah kurang? Apakah kurang nasehat yang kuberikan?” pikir Buana. “Kalau dunia ini benar-benar kiamat, itu pastinya sebagian besar dosaku... Karena tak becus membesarkan seorang anak... Anak yang dengan bangga kubesarkan...”
Dan amuk teranyarnya kali ini. CONQUER. Sanggup meluluh lantakkan dunia ini kala bersanding dengan kepedihan hatinya akibat patah hati. Karena seorang pemuda yang patah hati.
Bayangkan itu semua. Seperti tak ada hal yang berarti dihadapanmu kecuali kesedihan dan kepedihan itu. Kau bisa meraung-raung menangis sejadinya. Kau bisa galau sepanjang hari sambil menyanyikan lagu emo. Kau bisa melakukan perjalanan patah hati ke tempat-tempat menarik. Kau bisa merusak dirimu dengan alkohol dan narkoba. Kau bisa mendekatkan diri dengan Sang Pencipta. Kau bisa move on dengan mencari yang baru.
Tapi... kau tak bisa menghapus planet ini dari orbitnya... Well. Yang ini bisa.
 
buat penghabisan ganti jam tayang... suhu hehehehe
nunggunya bikin galau sumpah.... ni cerita kayak real aja hhh
 
apakah hidup Satria akan berakhir...saya tunggu diupdatenya suhu...
 
Bagaimana menyadarkannya yah?
Apakah bisa dengan mendatangkan pemilik 12 zodiac core? Well, patut dicoba, bagaimanapun Satria pernah berbagi kebahagiaan bersama mereka.
 
Alamakjaaang.... Kasian kali Satria!


Ngeri kali CONQUERnya.


Ayo Abahnya Zia, giliran ente nyadarin calon mantu heheheee..... :pandajahat:
 
makasih semua atas tanggapannya atas tragedi ini...
berat memang klo apa yg kita mau gak sesuai dgn kenyataan.
periiiih banget bahkan klo cuma dibayangin.
bagi anda-anda yg udah pernah putus cinta, kasih tak sampai, bertepuk sebelah tangan, ditinggal kawin, ato malah ditinggal mati, pasti tau rasanya.
sakitnya tuh...
nah... berhubung yg ngalami itu Satria... jadinya begini, deh. untung cuma dalam cerita nubi ini aja, kan? gegara galau aja tuh bisa kiamat satu planet.
 
Terakhir diubah:
makasih semua atas tanggapannya atas tragedi ini...
berat memang klo apa yg kita mau gak sesuai dgn kenyataan.
periiiih banget bahkan klo cuma dibayangin.
bagi anda-anda yg udah pernah putus cinta, kasih tak sampai, bertepuk sebelah tangan, ditinggal kawin, ato malah ditinggal mati, pasti tau rasanya.
sakitnya tuh...
nah... berhubung yg ngalami itu Satria... jadinya begini, deh. untung cuma dalam nubi ini, kan? gegara galau aja tuh bisa kiamat satu planet.
sakitnya tuh disini suhu...hiks...hiks...
 
Bimabet
Yeap..itulah kehilangan. Kehilangan utk remaja seusia Satria susah tratasi tnpa pendampingan trus-menerus dr org yg lbih dewasa dr dia. Carrie memang jd hub dari final chapter dari seri ke-2 Q ini. Kunci kembalinya ketenangan dr Satria ada pada ke-12 wanita pemilik Zodiac Core. Mereka akan memanggil GMC skali lagi dan jg Carrie dlm ektoplasma atau rohnya akan mewujud jd Holy Core dan mnyatu dlm tubuh Satria utk mereset smua kekacauan di dunia. Krna pada dasarnya Satria adalah Shiva sang penghancur dan Carry adalah Vishnu sang pemelihara kehidupan..#cumasekedarimajinasikomentator :)

Dengan cara apa kedepannya TS menyelesaikan final chapter ini? Kt tunggu ajah kawan2 semua. Tetep smngat TS :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd