15 Febuari 2017
Suasana lantai 2 gedung fakultas Psikologi kampus N begitu ramai dengan para mahasiswa/I yang berkelana kesana kemari mencari kelas mereka masing2. Beberapa dari mereka masih ada yang bertegur ramah karena kebetulan satu mata kuliah dengan dosen yang sama atau hanya menunggu di kursi depan kelas sambil memainkan gawai mereka. Diantara keramaian, Puput, mahasiswi cantik angkatan 2015 Psikologi A juga sedang mencari2 kelas mata kuliah pak Darsono, dosen ‘modifikasi perilaku’. Banyak diantara mahasiswa yang menyapa setiap Puput lewat. Tidak sedikit juga yang berperilaku sok asik hanya untuk sekedar mendapat senyuman manis.
Tahun ini Puput memulai semester 4 nya dengan pesona yang sudah sangat dikenal oleh sebagian warga kampus. Bagaimana tidak, Puput adalah seorang yang cukup berprestasi baik dalam kegiatan perkuliahan, kegiatan ekstrakurikuler, perlombaan, atau kepengurusan himpunan. Saat ini bahkan dia sudah menjabat sebagai sekretaris Himpunan Mahasiswa Psikologi menemani Linto, ketua himpunan saat ini.
Karena kecantikan, kepintaran, dan keseksiannya, Puput pun banyak dikagumi oleh orang2 disekitar. Dan saat ini Puput sedang mengobrol dengan beberapa orang yang dia saja tidak begitu kenal dekat. Namun begitu bukan Puput kalo juga tidak menunjukan senyum manisnya. Hal itu pun membuat orang yang mengobrol dengannya jadi betah berlama2.
“Put…” panggil Dewi, cewe berambut bob dari ujung lorong.
“Hai Dew! Eh udah dulu ya guys, nanti kapan2 kita ngobrol lagi ya.” Pamit Puput ramah.
Puput dan Dewi langsung berpelukan singkat sambil melepas kangen masing2.
“Gimana Dew, liburan ke Bali nya seru enggak nich?”
“Seru doooong. Mau engggak gw ceritain??”
“Tapi bukannya elo udah banyak upload2 di IG lo gitu ya? Timeline gw aja sampe penuh sama foto2 elo.”
“Eitss… ada lagi cerita tersembunyi yang enggak dalem bentuk poto atau pidio.”
“Hmmm…” Puput berdehem melirik Dewi.
“Kenapa Put?”
“Lo berharep gw kepo ya nanya2 ke lo?”
“Ish apa dah… mending entar tunggu yang laen aja kalo udah pada naek ke atas. Entar baru gw ceritain. Pokoknya gokil dan bego dah.” Seru Dewi.
Tiba2 pandangan Puput menjadi gelap gulita. Dua tangan berwarna cat kuku merah muda menutup mata Puput.
“Ah… aduh ini siapa sih…??” Puput kebingungan sambil sedikit berpikir sejenak siapa yang iseng di belakangnya.
“Mmmm…. Jessica?”
Tidak ada jawaban dari orang tersebut.
“Yuli?”
Masih tidah ada tanggapan. Hanya suara tawa terkekeh Dewi yang terdengar.
“Duh… dari kuteknya… hmmm… eh enggak2, bukan… hmmm dari wanginya… OH GW TAUUU!!”
“Siapa2?” sahut Dewi.
“MA-to-the-RI-to-the-NA! MARINA!” seru Puput pede.
Puput langsung mendapat pelukan erat dari Marina sambil diiringi jeritan bahagia yang tertahan. Cewe ‘chubby’ satu angkatan dan geng dengan Puput ini selalu senang ketika bertemu dengan teman2nya. Puput lantas mendapat tambahan goyangan ke kiri dan kanan oleh Marina yang masih memeluk erat.
“Sayaaaaangnya gweeee…!!!”
“Maarrr… lama banget enggak ketemu anjir! Btw lo bela2in nyebrang dari gedung ekonomi kesini buat nemuin kita2????”
“Iya duuund!! Btw gw juga bawa si Cecil nih.”
“Mana?” Tanya Puput dan Dewi berbarengan.
“Lho, kok? tadi dia di belakang gw perasaan.”
“HUUUUUUUUG!!!” tiba2 muncul Cecil dari belakang Dewi lalu memeluknya sama seperti Marina memeluk Puput. Dewi pun sontak kaget setengah mati sekaligus senang.
“AAA! Ceciiilll!!”
“Asli ih kangen banget gw sama elo2 pada. Pada baek kan gengs kabarnya??” ucap Cecil berbinar2.
“Mau tau aja apa mau tau bangeeeet?” celetuk Dewi mengelus lengan Cecil.
“Mau kepo banget boleh enggak?”
“Baek kok gw baeeeek. Dua hari lalu abis balik dari Banjar terus langsung kek kosan. Sampe kosan gw langsung beres2 kamar terus mandi, terus beli makan, terus, apa lagi yaaa…” omongan Dewi terhenti.
“Bobo?” sahut Puput.
“Nonton drakor?” Cecil juga ikut menyambung.
“Nonton bokep lah! Apa lagi!? Atau ngomong sama gebetannya yang namanya si…. si itu lhoo gengs!! Si Anu…!!” Maria mengedipkan sebelah matanya.
“Oh si itu!!” sahut Puput mengerti maksud Marina.
“Apasih apasihhhh…!! Jawaban elo semua ngaco2! Apa lagi si Marina… sudah sange sepertinya ngebahas2 bokep.” ketus Dewi sambil cengar cengir.
Marina hanya tertawa dengan nada jahat2.
Setelah pertemuan melepas rindu tersebut, mereka pun pergi ke kelas masing2 karena kuliah akan dimulai sebentar lagi, mengingat koridor sudah hampir sepi.
----------------------
Suasana di kelas terlihat begitu ramai karena para mahasiswa hari ini masuk untuk setor muka di kelas pertama mereka. Selebihnya banyak dari mereka yang seminggu kemudian sudah tidak menampakan diri lantaran lebih suka menitip absen atau datang sesuka hati. Banyaknya kepala juga tidak membuat kelas menjadi riuh lantaran dosen di depan sedang mengabsen melalui lembaran dokumen yang dikeluarkan dari map bening berwarna biru.
“Della Artanti?”
“Hadir pak.”
“Rio Rakastiwi?”
“Hadir pak.”
“Michelle Mutiasari.”
“Hadir pak.”
“Matthew Clarence?”
“Saya pak.”
“Doni Ramdhan?”
“Ya pak, saya…”
“Nuril Emilia?”
“Nuril hari ini ijin pak. Dia belum bisa balik dari kampung katanya, pak.” Info salah satu mahasiswa yang berada di pojok kiri ruang kelas.
Sang dosen tidak berkomentar apa2 dan hanya sibuk mencatat sesuatu di lembaran absennya, lalu dilanjutkan dengan gelengan kepala.
“Baru hari pertama kelas saya saja sudah tidak hadir ini…” guman si dosen.
Mendengar gumaman sindiran tersebut, mahasiswa yang menginfokan temannya tadi berbisik sinis dengan teman sebelahnya sambil memasang ekspresi masam.
“Dewi Lestary?”
“Hadir pak.”
“Kyla Susanti Putri?”
“Hadir pak.”
Tiba2 si dosen terdiam sambil membetulkan kacamatanya lalu mencari suara asal Puput.
“Susanti Putri ini… ini yang Puput2 itu ya yang kemarin menang kompetisi itu?”
“Iya pak.”
Mendengar pertanyaan si dosen, sontak para mahasiswa langsung menengok ke arah Puput dengan tatapan bermacam2. Mulai dari yang takjub, biasa saja, mesum, sampai dengan aura sinis membunuh terutama beberapa mahasiswi yang duduk bergerombol di ujung kanan belakang.
“Ohhhh kamu toh ternyata orangnya. Saya kira Puput yang mana. ” ramah si dosen tersebut.
Puput hanya memberikan senyuman tipis yang canggung disertai tawa kecil.
Ternyata keramahan dosen tersebut membuat aura kelas menjadi agak berbeda. Mulai terdengar suara bisik2 dari segala penjuru mengomentari dosen tersebut atau Puput.
“Puput… ai lop you pul…” celetuk salah satu mahasiswa dengan nada sangat pelan namun masih terdengar ke telinga Puput.
“Apaan sih tuh dosen, sok caper anjir idih.” Celetuk lagi mahasiswi yang lain dengan nada berbisik.
“Ahhh… dia mah jelas2 udah cum laude lagi IPK nya. Udah kesayangan dosen, pinter pula…”
Mendengar semua ocehan2 pelan tapi menusuk tersebut membuat Puput jadi merasa risih. Namu tidak berlangsung lama karena kuliah pun dimulai dengan pengenalan diri dosen dan materi yang akan dibawakan nanti. Suara si dosen yang tadinya ramah berubah menjadi tegas dan lantang, membuat seisi kelas kembali tenang.
“Cieee… terkenal nih yee temen gw satu ini. Tular2in napa femes sama pinternya nya ke gw doong.” Celetuk Dewi cekikikan sambil menyenggol lengan Puput.
Puput mendecak “Ck.. apa sih, tular2 kek penyakit…”
----------------------
Selang satu jam berlalu mengenalkan materi, si dosen yang bernama pak Darsono pun menunjukan slide yang membuat para mahasiswa langsung terbelalak; ‘tugas kelompok’.
“Kok pada kaget langsung? Kalian enggak pernah kerja kelompok sebelumnya?” ucap pak Darsono agak pedas sambil memindahkan slide berikutnya “Kelompok ini akan kalian pakai sampai nanti selesai kelas saya di penghujung UAS. Tugasnya adalah…” pak Darsono memberikan arahan mengenai tugas yang akan dilakukan setiap kelompok, mulai dari riset lapangan, penelitian kecil, sampai presentasi hasil dari tugas kelompok.
“Untuk satu kelompok akan dibuat 5 sampai dengan 7 orang dan kalian bebas memilih anggota masing2. Setiap seminggu sekali akan ada presentasi dari kelompok yang ditentukan. Lalu setelah presentasi akan dilanjutkan dengan materi yang akan saya bawakan.”
Sontak para mahasiswa langsung mencari anggota sebelum diperintahkan lebih lanjut oleh pak Darsono. Tentu saja Puput sudah pasti dengan Dewi seorang karena semenjak slide tugas kelompok ditunjukan, Dewi sudah merangkul lengan Puput erat2.
“Plis jangan pergi dari gw…” Dewi cembetut2 lucu melirik Puput.
“Aduuhh Dewww… iya2 tauuu gw sama elooo!”
“Hehehe… thank youuu. Kemaren kan gw enggak kesampean sekelompok sama elo, sekarang gw pengen nyobain gituuu. Ya ya ya…”
“Iye.”
“Maaciii… yok dah cari anggota yang laen.”
“Entar duluuu! Pak Darsono aja belom kelar ngomong di depan ituuu…” Puput berusaha menyingkirkan rangkulan kolokan Dewi.
“Nama kelompok nanti kalian tentukan setelah selesai kelas saya. Ketika sudah terbentuk harap kirim anggota kelompok ke email saya dan judul materi yang akan kalian presentasikan nanti. Email sudah saya cantumkan di slide, silahkan dicatat.”
Setelah informasi mengenai tugas kelompok diberitahukan, kelas pun selesai pada pukul 12.00.
----------------------
Cuaca panas yang terik menyengat siang ini begitu terasa di sekitaran ibukota. Tidak ada awan maupun angina, hanya ada terik bintang besar yang menjadi inti tata surya yang menyinari planet bumi (si ‘mencoba puitis’… wkwkwkwk). Hawanya pun sampai terasa di kosan petak berlantai 3 yang tidak jauh jaraknya dari kampus N. Jaraknya yang dekat dengan kampus serta dekat dengan perumahan warga yang menjual kuliner membuat kosan ini terbilang banyak ditempati mahasiswa dari generasi ke generasi. Di kamar lantai 2 tepatnya nomor pintu 207 yang berada di bagian tengah, terdengar suara yang tidak terlalu terdengar jelas walaupun suasana kosan sedang sepi2nya.
Semakin didekati suara tersebut pun semakin terdengar jelas kalau itu adalah suara mendesah seorang perempuan yang sedang menaik turunkan tubuhnya diatas ranjang. Diranjang tersebut juga ada seorang laki2 berbadan atletis sedang dipompa oleh perempuan di atasnya. Beberapa kali si perempuan menggelengkan kepalanya untuk menyibakan rambut panjang berwarna pirang keriting hasil catokan.
“Hahh hahh… Armaann… hannghh…”
Perempuan itu tidak henti2nya mendesah sambil menyebutkan nama Arman, mahasiswa angkatan 2015 kampus N jurusan Teknik Industri.
“Hnnhh… semangat banget lo hari ini. Kangen banget lo sama gw..???” ucap Arman meremas pinggul Amanda, mahasiswi jurusan manajemen pemasaran yang dirumorkan salah satu dari mahasiswi tercantik dan teranggun di kampus karena berasal dari keluarga konglomerat.
Dan sekarang julukan anggun sudah di luluh lantahkan oleh seorang cowo brengsek bernama Arman. Amanda sangat menikmati genjotan sembari menggigit bibir bawahnya untum menahan desahan geli berasal dari denyutan vaginanya.
“Hahnh… emmhh.. mhh..”
“Jangan keras2 woi suaranya! Kosan gw kagak kayak apartemen lo yang bisa berisik2… angh..” Arman mengingatkan Amanda yang sudah mulai lepas kendali.
“Annhh.. mh.. mhhh orang enak kok… ennhh… aduhh lagian elo ngapain sih pake ngekos2 disini segala emmh… bukannya lo bisa provide lebih dari ngekos disini? Emmh… kayak satu apartemen sama gw gituuh…”
“Ohh biar gw bisa ngews terus ya sma lo tiap hari gitu??” celetuk Arman lalu meremas bongkahan pantat Amanda lalu menekannya semakin mengarah masuk ke batang penis nya.
“Aghh!! Ahh… shh… emhh!!”
Amanda semakin blingsatan karena tekanan paksaan dari Arman barusan. Pantat bulatnya habis diremas dan ditampar sampai menunjukan ruam merah. Amanda semakin semangat menaik turunkan badannya sampai berbunyi decitan dari kasur Arman.
“Oi oi oiiii… santai oi…!!”
“Annhh… ammhh… bisa diem enggak sihhh lohhh… auhhh emmhh…”
Amanda sudah tidak mempedulikan sekitarnya. Hasratnya membutakan akal sehatnya sepenuhnya. Arman hanya tersenyum mesum sambil menggeleng2kan kepalanya. Kedua tanganny kali ini menggenggam dua buah payudara yang tidak terlalu besar namun ranum dan kencang.
“Aennhh… Mhann… aduhhh… ahh aku mau nyampe nih kayaknya…”
“Yang bener?”
Amanda menganggukan kepalanya habis2an. Napasnya semakin memburu seiring dengan gerakannya yang semakin dihentak. Kulit putihnya perlahan semakin merona merah seiring dekatnya sensasi klimaks yang semakin menggedor rahimnya.
“Mhannn… auhh.. Mhannn… njiiirr OHHGG!! ANJING LAHH OOOHHH!!”
Amanda pun menyemburkan cairan cintanya deras tepat ketika dia mengeluarkan penis berurat Arman separuh bagian. Tangannya sibuk meremas dada bidang Arman, membuat Arman sedikit kesakitan.
----------------------
“Elo kenapa enggak pindah sih dari sini?” Tanya Amanda yang berbaring di samping Arman.
“Kenapa emangnya? Gw nyaman kok disini.”
“Ih, gw sih enggak bisa disini. Bisa tiap hari gw semprotin disinfektan sama gw suruh jasa bersih2 kali buat bersihin kamar gw.” Celoteh Amanda jijik.
“Yelah, princess amat idup lo say. Gw mah bodo amat kali, selama depan masih ada nasi goreng ayam kampung nongkrong tiap malem…”
“Lo makan makanan abang2 juga?” Tanya Amanda kaget.
“Lah emang kenapa?” Arman enggak kalah kaget.
“Aduh… enggak bisa gw makan2 kek gitu. Enggak level…”
Arman cuman senyum tipis mendengar pernyataan congkak Amanda. Lahir dari keluarga konglomerat dan anak bungsu perempuan satu2nya membuat karakter Amanda menjadi sombong dan sedikit manja. Namun entah mengapa Arman bisa mendapatkan Amanda dengan begitu mudahnya. Lebih tepatnya bukan mengarah ke arah perasaan yang serius, melainkan hanya ke seksual.
“Lo kan punya motor bagus, lo katanya punya mobil, terus kenapa sih pake ngekos disini? Makannya abang2 pula.” Amanda semakin menjadi.
“Ngomel2 aja lo nih dari tadi. Mau gw sikat lagi ya…??” tangan Arman yang merangkul pundak Amanda perlahan mengarah kearah lobang pantatnya.
“Shh… emmhh..” Amanda sedikit kaget sambil mendesah lembut “Man, tapi elo sayang kan sama gw?”
Arman tidak langsung menjawab dan melirik Amanda “Sayang enggak menurut elo?”
“Annhh… besok temenin gw ke mall K ya… mmhh… gw ada liat tas bagus gituhh..” pinta Amanda disela2 nikmat desahannya.
“Tas? Tas buat apa?” Arman pura2 bodoh.
“Tas Elviiiii… duh ini lho, yang kemaren gw kasih liat lo di chat itu.” Amanda mengambil ponsel mahal berlensa 3 nya lalu menunjukan gambar yang dikirimkan ke kolom chat nya dengan Arman. Ada sekitar puluhan jenis tas mulai dari kulit reptile sampai kulit mamalia menyusu.
“Ohh ini… hmmm… ini kan yang kata lo desainnya bagus itu ya?”
Arman menggeser layar untuk melihat satu per satu foto yang ditampilkan. Dari tatapannya sebenarnya dia sangat tidak tertarik dengan apa yang ditunjukan oleh Amanda. Terlebih di melihat kalau tas2 tersebut harganya masuk kedalam kategori dua nominal dua digit dengan angka nol tersusun rapih di belakang dipisahkan dengan beberapa titik.
“Besok bisa enggak? Jemput gw jam 2 selesai gw kelas ya!”
Arman hanya mengelus kepala Amanda pelan sambil menunjukan senyuman tipis penuh arti penolakan.
“Bukannya elo kelas besok? Gw sih ada kelas lho besok…”
“Abis selesai elo kelas lahhhh. Gw aja besok cuman sampe jem 12 doang kokkkk.”
Arman semakin empet, tapi dia berusaha menahan gejolak tersebut.
Untung bohai badan elo…
“Bisa kok. Selaw..”
“Yeeeey… maaciihh sayangkuu. Btw kemaren cardigan yang elo beliin juga gw pake looohh. Mau liat enggak??” Amanda langsung mendadak baik.
Lagi sibuknya Amanda mengecek ponselnya, Arman dengan geram menggertakan giginya kuat2 sambil melirik Amanda dengan tatapan ketidaksukaannya.
Satu lagi aja cewe mata duitan. Ngentod…
----------------------
“Psychology Fanfest 2017…”
Dewi membaca selebaran brosur yang diambil dari meja bazar kecil di kantin fakultas Psikologi. Selepas mereka selesai dari kelas pak Darsono, mereka berdua pergi ke kantin untuk membeli camilan menemani ghibah berfaedah ala mereka.
“Ini apaan Put?” Tanya Dewi ke Puput yang langsung dibalas gelengan kepala “Dih, kok elo enggak tau?”
“Kan gw bukan panitianya sayang. Masa segala urusan kayak gini perlu gw tau banget?” cuek Puput.
“Biasanya kan elo yang paling proaktif masuk ke kepanitiaan segala macem gitu. Tumben kali ini elo enggak join…”
“Lagi rehat dulu. Lagian gw juga masih baru masuk ke dalem himpunan, jadi masih belajar2 lagi soal gituan.” Ucap Puput mencomot kentang goreng dari bungkusan yang dipegang Dewi.
Dewi hanya menganggukan kepalanya pelan. Selama mengobrol beberapa dari mahasiswa juga beberapa masih menyapa Puput atau sekadar mengobrol ngalor ngidul.
“Daaaghh, dekk…” Puput melambaikan tangannya ke salah satu mahasiswi yang berlalu setelah mengobrol dengannya.
“Susah ya temenan sama orang femes, hihihi.” Gumam Dewi pelan sambil senyam senyum.
“Mulai deh mulai…”
Lalu datanglah seorang yang lain menghampiri mereka berdua lagi. Kali ini terlihat bukan seorang mahasiswa baru atau orang asing sok akrab, melainkan perempuan berambut pirang merah gelap dengan tatapan tajam menghampiri mereka pelan. Di mulutnya terlihat juga sedang mengunyah permen karet sambil membuat suara letusan kecil. Sesampainya perempuan itu, Puput dan Dewi terdiam sambil sedikit menatap nalar.
“AHH!!”
Mendadak perempuan tersebut mengusap payudara Puput yang tertutup kaos hitam longgar, membuat Puput memekik tertahan.
“GILA YA LO JESS!!”
Perempuan yang bernama Jessica itu langsung terbahak geli sambil merangkul Puput manja.
“Lo mah digituin aja langsung ngejeriiit!!”
“Ya gila aja kali kagak kaget mah, emang toket lo kali diremes ngerasa baal apa????” Puput masih terbawa suasana tadi. Pipinya bersemu merah karena tindakan mesum temannya barusan.
“Iyeee iyeeee… ishh bacod banget lonte ini sihh. Harusnya enak dong kalo digrepe, ya enggak Dew?” Jessica melontarkan omongan mesumnya ke Dewi yang mulutnya penuh dengan kentang goreng yang langsung ditelan penuh2.
“Glekkk!! Iye aja sih gw mah… yang rata mah bisa komen apa sama yang gede2 kayak lo punya pada…” ucap Dewi putus asa.
“Bacod!” omel Puput karena pembahasan mesum mendadak karena Jessica.
“Eh satu kelompok dong gw sama elo padaaaa!! Gw belom ada orang nihhh….” Pinta Jessica sambil duduk disamping Puput.
“Mau masuk mah CV dulu kasih sini. Bisa kerjasama kagak elo sama kita2…??” celetuk Dewi.
“Apasih Dewww… lo kayak kagak tau gw aja gw. Tampang2 lonte gini juga gw rajin keles…” balas Jessica.
“Lo masuk kelasnya si pak Darsono tadi? Kok kita kagak ngedenger lo di absen tadi…?” tanya Puput curiga.
“Nama gw kagak ada di absen tadi anjir! Lupa dimasukin sama bagian administrasinya. Nyebelin enggak sih?”
“Makanya awal2 semester jangan madol teruuuuss. Lo sih lagian…” Puput menjewer telinga Jessica yang langsung mengaduh “Pinter2 tapi males, aneh banget dah lo…”
“Yee tapi gw masuk kan ke kelompok lo pada, ya kannn...??”
“Iya iya iyaaaa… btw yang rajin entar. Lo kalo bolos melulu gw kagak mau tanggung jawab ya kalo lo disindir si pak Darsono.” Puput mengingatkan Jessica.
“Yeyyy… thankiesss gengs!! Terus dua lagi siapa anggota kita…??”
Belum sempat dijelaskan, Puput mendapat notifikasi dari grup chat himpunan Psikologi. Sang ketua terhormat Linto mengabarkan bahwa ada pertemuan dadakan seputar kegiatan yang akan dilakukan dua bulan kedepan.
“Gw cabut duluan ya. Si Linto mau ngadain ketemu sama pengurus laen…”
“Cieeee ibu sekre… enggak gentar gitu si Linto ngeliat pesona elo apa?” celetuk Jessica sambil menopang dagu.
“Apa sih pesona2an..?? Ini kan urusan himpunan keles. Lagian si Linto udah ada cewe juga, enggak sopan dia maen serong gitu…” ucap Puput bijak sambil membereskan tas nya.
Dewi dan Jessica hanya senyam senyum saja sambil melambaikan tangan membalas pamitan Puput.
----------------------
“Maksud lo apaan tadi Man enggak bisa mendadak nganterin gw besok??”
Amanda mengomel di depan pintu masuk apartemennya dengan suara keras setelah diturunkan oleh Arman. Sembari dijalan ternyata Arman sedang sengit2nya bernegosiasi dengan Amanda soal belanja besok. Setelah dibongkar2 ternyata Amanda terang2an minta dibelikan tas yang ditunjukan Arman tadi di kosannya.
“Aduh Nda, bukan gegara medit atau gimana… beberapa hari yang lalu gw kan baru ngasih lo barang2 apa gitu, segala macem cardigan apalah. Terus sekarang lo minta gw ginian lagi, gimana-..”
“OH JADI GITU!? LO PERHITUNGAN SAMA GW SEKARANG!!?? NGENTIAW LO!!” Amanda langsung menaikan suaranya.
“Bukan gituuuu!! Aduh lo jangan simpulin sendiri!! Arman merasa capek hati mendadak.
“YODAH KALO BESOK KAGAK MAU PERGI MAH!! GW PERGI SENDIRI!! TOH GW MASIH BISA NARIK2 DUIT!! DUIT GW BANYAK!! LEBIH BANYAK DARI ELO YA ANJING!!”
Semakin lama Amanda mengoceh, membuat Arman semakin kesal sampai naik ke ubun2. Mendadak dia pun memarkirkan motornya dan langsung turun. Lalu dia berdiri dihadapan Amanda yang sama tingginya dengan Arman.
“APA!? LO MAU APAIN GW HAH!? LO MAU MUKUL GW NGENTOD??”
Orang2 disekitar yang mendengar amukan Amanda mulai memperhatikan, termasuk satpam yang daritadi mengawasi.
Arman hanya diam saja sambil mengangguk kaku. Tatapannya seakan2 ingin membetot rahang Amanda saking ributnya suara perempuan bermental putri kerajaan ini.
“Masih lo ngebacod…?” sahut Arman pelan.
“LO PUKUL GW SEKARANG COBA!! ENGGAK BERANI KAN ELO!! COWO CEMEN!!”
Arman semakin mendekat ke hadapan Amanda. Semakin buas lah tatapan Arman sambil mengepalkan tangannya. Semakin dekat jarak Arman ke Amanda membuat Amanda mendadak memelankan suaranya. Sebenarnya dia ingin mendorong Arman sampai jatuh lalu menginjak kepalanya. Namun sosok Arman yang lebih meneror membuat Amanda entah mengapa menjadi goyah.
“Udah…??”
Amanda tidak menjawab.
“Kok berhenti..??”
Kedua mata Amanda mulai berkaca2. Akhirnya senjata pamungkas perempuan mulai ditunjukan Amanda kali ini. Suara isakan mulai terdengar dari mulut Amanda yang bergetar.
“Hikss.. hikss… lo… lo-”
“NANGIS LO SEKARANG NGENTOD!! TADI MAKI2 GW SEKARANG NANGIS!!” nada suara Arman menggelegar bukan main, membuat Amanda kaget setengah mati.
Tanpa berkata apa2, Arman langsung mengeluarkan lima lembar uang seratus ribu dan melemparkannya ke hadapan Amanda.
“Buat beli tisu…”
“Gw enggak perlu duit elo… njing!!” Amanda masih memaki kali ini dengan nada pelan dan bergetar.
Lalu Arman mengambil lagi uang yang telah dilemparkan dan menukarnya dengan lima lembar uang seribuan.
“Tuh buat bayar lo kalo gitu…”
Lalu Arman pergi menuju motornya masih dengan tatapan tajamnya. Sementara Amanda menangis keras dihampiri oleh beberapa satpam.
“COWO MEDIT!! CUMAN MODAL KONTOL DOANG LO NGENTOD!!” maki Amanda dari kejauhan.
----------------------
Di dalam ruangan sekretariat Psikologi, Linto sedan sibuk2nya membicarakan perihal kegiatan fakultas yang akan dilaksanakan, khususnya untuk permasalahan anggaran. Terlihat anggota yang lain sibuk memperhatikan papan tulis kaca berisikan skema anggaran, sementara yang paling terlihat sibuk adalah Puput dan Jenny karena mereka menjabat sebagai sekretaris dan bendahara. Jenny sibuk memperhatikan kolom excel dan Puput sibuk menjadi notulen rapat.
“Nah seperti yang udah gw bilang tadi, proposal mengenai anggaran ini enggak semuanya di acc sama kampus. Jadi kita mesti nyari cara supaya bisa pas sampe harga segini nih.” Jelas Linto sambil mengetuk papan tulis kaca dengan spidol.
“Kalo bikin kayak donasi gitu gimana bang?” Tanya Richard sambil mengangkat tangan.
“Bisa, cuman apaan dulu?”
“Ngamen contohnya?”
“Bisa sih. Yang laen gimana?”
“Dagang2 gitu. Kebetulan nyokap gw punya usaha jualan risol atau makanan kecil gitu.” Tambah Gaby sambil membetulkan kacamatanya.
“Ya bisa2. Dagang sih emang paling possible, yang penting nanti diatur aja gimana prosedurnya Gab..”
Gaby mengangguk singkat. Lalu diskusi dilanjutkan kembali sampai lewat 45 menit berlalu.
“Oke, thank you semua udah pada ngumpul disini. Sorry banget kalo gw ngumpulin elo mendadak, tapi gw apresiasi banget karena kalian udah ngeluangin waktunya di siang2 gini. Semoga acara kita nantinya bisa jadi manfaat buat semua yang ikut. Terus gw juga mau para panitia… itu… ketua mana ketua” Linto mencari sosok yang menjadi ketua panitia acara festival tersebut.
“Yo bro.” sahut Jovan mengangkat tangannya.
“Nah ni dia ketuanya. Pokoknya percayakan semuanya sama dia aja karena gw sendiri aja percaya sama dia soal urusan gini.” Ucap Linto sambil menunjuk Jovan bangga.
Setelah perkataan dan motivasi surga diberikan oleh Linto, rapat pun bubar. Jenny dan Puput keluar paling terakhir setelah sempat mengobrol dan merapikan dokumen hasil rapat tadi. Namun ketika Puput berada di depan pintu, Linto memanggil Puput untuk mengobrol sesuatu.
“Lo abis ini mau kemana?” Tanya Linto.
“Enggak kemana2 sih, palingan balik ke kosan buat baca buku pinjeman dari perpus tadi.”
“Ohh..” Linto mengangguk singkat. “Jen, lo cabut duluan aja. Gw mau ngobrol bentar sama Puput.”
Puput menatap Jenny yang telah selesai mengenakan sepatu kets biru nya “Duluan aja Jen, gw mau ngobrol dulu sama Linto.”
“Yaudah bye.” Pamit Jenny lalu menutup pintu ruangan.
Tinggalah Puput dan Linto berduaan didalam ruangan. Udara dingin kembali terasa setelah tadi sempat terasa panas dan pengap karena banyaknya orang di dalam. Puput kembali melepas sepatunya lalu menghampiri Linto. Terlihat Linto sedang sibuk mengutak atik ponsel nya sementara Puput sudah berada tepat di samping Linto.
“Kenapa kak?”
Linto menggeletakkan ponselnya lalu menatap Puput.
“Dibilangin enggak usah manggil2 gw kakak, orang kita sepantaran juga.”
“Biar sopan, pak ketua. Enggak etis soalnya.”
Lalu Linto berdiri dan mendekat ke Puput dan mengusap kepalanya perlahan. Puput sontak berdecak risik sambil menepis tangan Linto.
“Ck… enggak usah usap2. Ngomong mau apa buruan…”
“Lo kok jutek amat sih sama gw. Udah 3 semester juga semenjak acara penerimaan mahasiswa baru, tapi masih gini aja lo ke gw.” Linto berbicara pelan.