Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Syahwat

Episode 2
Taji Pria Tua

by pujangga2000




Betapa sebuah pemandangan yang timpang melihat dua manusia berlainan jenis itu di ranjang, ketimpangan itu membuat paradoks yang menarik bagiku, sungguh beauty and the beast dalam kehidupan nyata, aku duduk melonjorkan kaki dihadapan mereka, sepertinya mereka juga tak mempedulikan lagi keberadaanku.

Aku hanya berperan sebagai penonton pasif, sama sekali aku tak berniat untuk menjadi sutradara dalam pertunjukan ini, aku biarkan mereka berdua mengikuti alunan syahwat membawa mereka, kulihat pak Rosin masih terlihat gugup dan tegang, bahasa tubuhnya menyiratkan kalau dia tak rileks, tapi aku biarkan saja, pak Rosin adalah lelaki normal yang sudah lama tak merasakan kehangatan wanita.

Henni terus agresif menjilati tubuh keriput lelaki yang pantas menjadi kakeknya itu, kulihat pak Rosin mulai gelisah, telapak tangannya yang kasar mulai meraba bahu putih licin sang jelita, tangan pak Rosin terlihat sedikit gemetar, aku bisa memakluminya, mungkin baru pertama kali dalam hidupnya bisa melihat gadis cantik mulus setengah telanjang dalam jarak sedekat ini.

Henny sedikit beringsut mundur, tatapannya begitu tajam sambil menggigit bibirnya, duhh aura erotis perempuan itu begitu kuat, sepasang kaki jenjangnya terjulur keatas paha pak Rosin, tubuhnya antara berbaring dan duduk, kakinya begitu nakal menggesek paha keriput pak Rosin.

Lelaki tua itu kini memegang pergelangan kaki indah si jelita, berkali-kali kulihat cegukan liurnya menggoyang kerongkongannya, sepertinya Pak rosin mulai dirasuki oleh syahwat yang perlahan semakin menggelora dalam tubuhnya, tangannya mengelus lembut betis halus sang jelita, dan ya ampun respon Henni benar-benar membuat kontolku semakin keras, lenguhan kecilnya terdengar saat telapak tangan kasar pak Rosin mengelus permukaan kaki jenjangnya.

Henny melepaskan kakinya dari pak Rosin, dengan gerakan erotis dia membuka rompi lingerienya, punggung putih mulusnya kini terbuka, ahhh betapa indah ragawi sang jelita itu, Henni berbaring telungkup sambil menjulurkan sepasang tangannya, pantatnya diangkat sedikit membusung seolah memanggil pak Rosin mendekat.

Pak Rosin yang masih mengenakan handuk bergerak mendekati sang jelita, gerakannya begitu kaku dan tegang hingga handuknya malah terlepas namun sepertinya jagoan tua itu tak ingin lagi mengenakan kembali handuknya itu, Waw!! aku cukup terkejut saat melihat batang kemaluan pria tua itu, ahhh gak menyangka lelaki tua dan kurus seperti dirinya memiliki kontol yang lumayan besar, kontol tua itu bergelayutan dengan arogan di tengah selangkangannya, seolah menertawakan diriku yang sedang mengurut kontol ukuran SNI yang kumiliki, senyumku tersungging membayangkan apa yang akan di alami sang jelita sebentar lagi.

Pak Rosin membungkuk meletakkan hidungnya diatas betis mulus Henni, kini sepertinya pak Robin tak ragu lagi, “mulus banget neng putih banget ssss..” gumamnya sedikit norak. Pak Rosin mulai membasuh sepasang kaki jenjang sang jelita dengan lidahnya, Henni terlihat bergerak merespon rasa geli yang dirasakannya, Pak Rosin terlihat gemas dengan bongkahan montok pantat Henni, di jenggutnya gemas pantat indah putih itu, “Uhhhh…pantatnya aja gak burikan gini ahhhhh..” Pak Rosin dengan gemas menghamburkan wajahnya ke atas pantat Henni, lenguhan sang jelita semakin membakar syahwat lelaki tua itu, pak Rosin seolah tak bosan menjilati dan menghirup aroma pantat san jelita, perlahan lidah pak rosin terus menjalar ke atas, punggung putih mulus sang jelita mulai basah oleh liur lelaki tua itu, pada saat itu, karena posisinya yang telungkup, henni sama sekali belum melihat benda yang menggantung di selangkangan lelaki tua itu.

Pak Rosin mulai menunjukkan perangai aslinya, perangai seorang lelaki normal berapapun usianya, ketika dihadapannya tergolek pasrah seorang perempuan cantik mulus setengah telanjang, lelaki normal mana yang tak akan berhasrat. Begitu pula dengan Henni, ketika berhadapan dengan lelaki yang begitu bernapsu pada tubuhnya, harus diakui dia juga terpengaruh, meski dia adalah seorang profesional, namun Henni juga manusia biasa.

Bagi Henni menghadapi lelaki seperti pak Rosin adalah pengalaman baru baginya, biasanya yang menidurinya hanyalah orang-orang kelas atas yang mampu membayar tarifnya yang mahal, namun kini dia akan segera melayani nafsu syahwat seorang lelaki dari golongan rakyat jelata, apalagi penampilan pak Rosin mengingatkannya pada tukang ketoprak langganannya yang mangkal tak jauh dari tempat kostnya.

Sebenarnya Henni tak terlalu menyukai kliennya ini, namun karena ada orang yang cukup berpengaruh dibelakang lelaki tua itu, mau gak mau henni menuruti kemauannya, Henni tak pernah membayangkan bercinta dengan lelaki kaum low class, apalagi kliennya ini juga usianya cukup tua, ahh andai bukan om Denni yang meminta dia tak akan mau melayani lelaki tua berkulit legam ini. Henni yakin kalau lelaki tua ini akan sama saja dengan lelaki lain yang menyewa tubuhnya untuk menikmati surga dunia, tak pernah sekalipun dalam karier prostitusi yang dijalaninya, Henni menemukan lelaki perkasa yang bisa membuatnya orgasme, bahkan dia juga sudah tak ingat rasanya orgasme, walau cukup terpengaruh dengan rangsangan yang diberikan kliennya, namun seluruh kliennya hanya sanggup memompa memeknya tak lebih dari 5 menit, dan Henni sangat yakin kalau lelaki tua ini tak akan berbeda dengan lelaki lain.

Henni sedikit meringis saat merasa jenggot pak Rosin yang kasar menggesek kulit mulus punggungnya, lelaki tua ini terasa begitu bernapsu dengan tubuhnya, Henni melenguh saat lidah pak Rosin menjilati kuduknya, ciuman dan jilatan lelaki tua ini sangat liar seolah gemas dengan kemulusan sang jelita.

“Duhh harum banget keteknya ahhhh mulus banget neng punggungnya, kaya marmer mesjid licin..ssss.” Ucap Pak Rosin, Henni mulai terpengaruh, bukan hanya ciuman dan jilatan pak Rosin yang terasa kasar, namun ucapan pak Rosin menambah sensasi sendiri di sanubarinya, Henni merasa seperti seorang ratu yang sedang dikagumi.

Sedangkan aku menonton dengan santai pertunjukkan birahi kedua insan yang berlainan tingkat sosialnya ini, aku hanya senyum-senyum saat terdengar gumaman norak lelaki tua yang sibuk meraba dan mengendusi kehalusan kulit sang bidadari, ya memang tak mungkin lelaki seperti pak Rosin bisa berduaan dengan perempuan cantik bertubuh mulus dalam realita kehidupannya.

Pak Rosin semakin bernapsu menikmati kemulusan henni, kulit putih bersemu merah terlihat begitu segar di mata Pak Rosin, benda panjang menjuntai terlihat semakin keras, sang jelita meliuk-liukkan tubuhnya sebagai respon rasa geli akibat jilatan napsu sang pejantan tua.

Entah kapan semua terjadi, kini hanya celana dalam mengkilat berwarna maroon yang masih tersisa di tubuh mulus Henni, aku sendiri semakin tegang, aku telah sering menggauli perempuan itu, namun baru aku sadar sekarang betapa indahnya tubuh sang jelita, atau mungkin karena visual yang kontradiksi antara dua manusia yang tengah bercumbu di ranjang itu, ahhh pemandangan yang sangat menggetarkan setiap mata kelaki berotak mesum sepertiku.

Sang jelita yang hampir telanjang tengah telungkup seolah sedang menikmati lidah lelaki tua yang tengah mengolesi punggung mulusnya, dan lelaki tua itu seolah bagai seorang bocah yang begitu gembira mendapatkan apa yang diingkannya, punggung mulus sang jelita terlihat basah berselimut liur pak Rosin.

Cumbuan pak Rosin kini mendarat di bongkahan pantat indah sang jelita, pantat putih mulus tanpa cela terlihat bergoyang merespon rasa geli yang dirasakan oleh sang jelita, pak Rosin begitu histeris menghirup, menjilati terkadang menggigit kecil pantat indah itu, sepasang kaki jenjang sang jelita juga tak luput dari sapuan lidah lelaki tua itu.

Rasanya sang jelita juga menikmati perlakuan lelaki pejantannya itu, terlihat tubuhnya begitu rileks berbaring, bahkan sang jelita mengangkat sedikit pantatnya ketika sang pejantannya membuka satu satunya penutup tubuhnya.

Pak Rosin tiba-tiba menyusup masuk ke belahan pantat sang jelita, terdengar lenguhan kecil, sang jelita melebarkan sepasang kakainya, tampak jelas memek indah tembem di hadapan pak Rosin, mata pak Rosin begitu nanar menatap keindahan surgawi itu, berkali-kali dia menelan ludahnya, Henni terlihat memprovokasi sang pejantannya untuk segera melahap gundukan tembem memeknya, Henni sedikit menungging, dan dengan naluri seorang lelaki yang tengah dikuasai birahi, wajah pak Rosin semakin terbenam dalamselangkangan sang jelita.

Lenguhan mulai semakin terdengar dari bibir indah sang jelita, wajahnya sedikit mengangkat dan terlihat menikmati perlakuan pejantannya itu, ya bagi Henni perlakuan pak Rosin sangat berbeda dibandingkan dengan lelaki penikmat tubuhnya yang lain, lelaki ini begitu bernapsu dengan dirinya, entah kenapa Henni merasa begitu spesial seolah seperti sebuah objek yang berharga bagi lelaki itu, bahkan lelaki tua ini tak ragu untuk menjilati lubang anusnya, “ahh belum pernah ada yang menjilati lubang anusku, rasanya bener-bener gak bisa dijelaskan, rasa geli yang tak tertahankan namun anehnya aku tak ingin ini berhenti..” gumam henni dalam hati.

Tiba-tiba Henni menjerit kecil, lelaki tua ini membalikkan tubuhnya dengan paksa, spontan Henni menutup payudaranya yang terekspos jelas, Henni terkejut melihat tampang lelaki yang sejak tadi merangsangnya ini, Henni memejamkan matanya berusaha agar moodnya tak hilang, dia mulai membayangkan dalam pejaman matanya kalau lelaki yang ada di dekatnya adalah seorang cowok ganteng idolanya.

Henni merasa sepasang tangannya diangkat keatas kepalanya, dia tetap tak ingin membuka pejaman matanya, Henni hanya pasrah dalam kepasifannya, Henii tahu payudaranya yang indah dengan putting berwarna merah muda segar akan menantang lelaki tua itu, ada sedikit rasa penolakan di hatinya, Henni sedikit tak rela tubuhnya yang terawat mahal ini harus dinikmati lelaki kelas bawah macam pak Rosin, namun sekejap Henni ingat ada bos besar di kamar ini, Henni spontan sadar kalau dia adalah seorang penjual jasa kenikmatan, dan bos itu telah membayar mahal untuk jasanya.

Henni mulai sedikit rileks, dia yakin kalau lelaki tua ini tak akan tahan untuk segera menuntaskan permainan, namun begitu Henni belum ingin membuka matanya, dia masih belum siap menerima kenyataan kalau dirinya tengah digumuli oleh lelaki tua dan jelek.

Aroma tubuh pak Rosin ini cukup menusuk hidungnya dan sedikit membuatnya mual, aroma khas lelaki pekerja keras, sesaat kemudian henni sedikit terkejut ketika merasa ada sebuah benda kenyal basah menerjang ketiaknya, ahhhh rasanya geli banget, namun sangat nyaman…kenapa bisa gini…henni benar-benar bingung, Henni tak sadar kalau ketiaknya ternyata cukup sensitif, hatinya berdesir-desir, Henni berusaha menahan desahan dari mulutnya, lidah lelaki tua itu seperti sangat lihai menerjang titik sensitif tubuhnya..ahhhh kenapa bisa enak gini…

“Gila pentil amoy emang yahud neng…duhhhh nete enak banget..” kata-kata norak menyerocos dari mulut pak Rosin, Henni tak kuasa lagi untuk menjerit saat putingnya dihisap dalam-dalam oleh kakek tua itu, “ssss ahhhhh…” Tangan Henni berusaha menahan kepala pak Rosin untuk terus menghisap putingnya.

Pak Rosin kini menindih tubuh mulus sang jelita, betapa kontras kulit mereka saat bersentuhan, bagai papan catur hitam dan putih, Henni sedikit terkejut saat merasa sebuah benda kenyal hangat menggesek perutnya, Henni membuka matanya pelan, matanya sedikit melotot melihat kontol pak Rosin yang menggantung perkasa, Henni mulai merasa ngeri, belum pernah dia menemukan lelaki dengan kontol sebesar itu, namun disisi lain Henni juga penasaran, desiran hatinya bergerumut cepat, seolah meremas syaraf birahinya menjadi tegang.

pak Rosin begitu histeris menyapu setiap jengkal tubuh mulus Henni dengan lidahnya, payudara montok Henni terlihat basah oleh jejak liur pak Rosin, jilatannya trus turun kebawah ke perut ke panggul, sang jelita mulai gelisah merespon, hingga akhirnya lidah pak Robin tiba di belahan memeknya.

Henni sedikit membuka matanya yang terpejam, harus diakuinya kekasaran pria tua ini membuat gairahnya terus meletup letup, ucapan noraknya juga seperti katalisator yang membuat gairahnya mendidih, ahhhh tak pernah Henni membayangkan bersetubuh dengan lelaki tua jelek seperti itu, sudah banyak lelaki yang menikmati tubuhnya, namun semua berasal dari kalangan atas, karena tarifnya lumayah tinggi sehingga tak semua orang bisa menjangkaunya, namun kali ini seorang pria tua berwajah pasaran dengan kulit legam dan perawakan kurus begitu beruntung bisa melahap semua keindahan ragawi sang jelita.

Henni melenguh keras, jilatan lidah pejantan tuanya begitu telak menyapu titik sensitif memeknya, entah kebetulan atau memang lelaki itu sangat paham, namun Henni tak bisa menyembunyikan kegelisahan tubuhnya yang tengah didera kenikmatan, tangannya meremas seprei ranjang yang di ditidurinya, Henni berusaha menutup mulutnya agar tak berteriak, namun jilatan itu terasa membawanya ke awang-awang, sebagai seorang profesional Henni berusaha untuk tidak larut dalam gairah, tugasnya di ranjang adalah pemberi kenikmatan, doktrin yang melekat dalam sanubarinya selama ini, dia tak perlu merasakan kenikmatan saat bersetubuh dengan kliennya, tugasnya adalah memuaskan kliennya, dia bisa pura-pura merasa nikmat dan memang terbiasa seperti itu, namun kali ini Henni merasa berbeda, sejak pertama lidah itu mendarat di tubuh mulusnya hingga saat ini, lidah itu begitu sukses membuat pertahanannya porak poranda.

Andai partnernya adalah seorang yang tampan rupawan, ingin rasanya Henni ikut mengimbangi, namun keinginan itu seakan terhalang karena kondisi partnernya yang tua dan lusuh, sugesti dalam pikirannya kalau aroma tubuh partnernya gak enak membuatnya menjadi pasif dalam gairahnya yang meronta.

Henni akhirnya tak tahan lagi untuk mendesah sejadi-jadinya, matanya mulai membuka lebar, tatapannya terlihat menghiba, suara desahannya terdengar parau membungkus gairah, Henni sedikit mengangkat tubuhnya untuk melihat apa yang dilakukan lelaki tua itu pada memeknya, “ahhhhh ssss ohhhh ahhhhh terus pak…ahhhhhhh terus plisssss…” Henni menyerah, dia melepaskan semua belenggu kegelisahannya, pertahanannya jebol oleh gairah yang dipancing brutal oleh Pak Rosin.

Jari-jari lentik sang jelita mengusap lembut rambut tipis pak Rosin, mulutnya mendesis hebat, Henni sudah tak peduli lagi kalau dia adalah seorang profesional, kenikmatan ini sangat menagih, Henni ingin terus dan terus…Henni menggigit bibirnya membayangkan kontol besar itu akan segera memompa memeknya, ahhhhhh membayangkan itu malah membuat kenikmatan yang dirasakan semakin dahsyat menyerang akal sehatnya, Henni mulai merasakan getaran orgasmenya akan tiba, kedua tangannya terlihat mengunci kepala pak Rosin yang terbenam di memeknya, “aaaaa…pakkkkk…aaaaaaaaaaaaa aghhhhhhhhhhhhhhhssss…..” tubuh indah berkulit putih mulus itu menggelinjang hebat, pinggul indahnya terangkat, dan semburan urin melesak menerjang wajah Pak Rosin, Henni belingsatan sambil berteriak histeris, seprei dibawahnya sudah acak-acakan, tubuhnya kembali terjerembab di atas kasur, sepasang kaki jenjangnya meringkuk dan sesekali mengejang, dadanya naik turun seiring napasnya yang memburu.

Pak Rosin juga terlihat terkejut saat tiba-tiba tersemprot oleh kencing si jelita, belum pernah dia melihat seorang perempuan menyemburkan kencing seperti itu di ranjang, Pak Rosin mengusap bibirnya dengan punggung tangannya, anehnya dia tak merasa jijik dengan itu semua, mungkin karena kencing itu keluar dari memek seorang perempuan cantik, pak Rosin melihat kearahku dengan pandangan bingung, aku hanya mengangkat bahu sambil mengibaskan tangan, sebagai kode untuk meneruskan permainan.

Aku sedikit menggeser kursi, mataku melotot takjub, kulihat memek Henni seperti bunga yang merekah, bibir memeknya terlihat tebal berkeriput, memek itu merekah basah pertanda siap untuk dibuahi, “Wow……permainan ini akan semakin dahsyat kayaknya.” Aku menyeringai puas.


*****​
Bersambung




 
selamat menikmati sampai jumpa esok untuk episode berikutnya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd