-bahagian 9-
Dia tega, tapi aku horny 3
Jalanan yang memang sudah sepi, bertambah sepi.
Sayup-sayup terdengar lantunan Adzan.
Satu-satunya yang bikin kuatir saat ini, hanya Mama di rumah.
Mungkin, saat ini HP ku sudah berbunyi berkali-kali, atau pesan sudah menumpuk.
Tepat di bawah satu-satunya lampu di ruangan ini, yang terangnya cukup menyilaukan, aku dirias.
Aku gak duduk di lantai berdebu lagi, sudah di sebuah sofa, meski tanganku yang sudah kesemutan masih terikat di punggung.
Si banci, Ayu melakukan bagiannya dengan profesional, gak banyak omong, gak seenaknya kayak si bangsat Rizal.
Si bangsat itu masih disana, di pojokan sibuk ngeliat HP.
Aku tidak lagi takut, entah ya, mungkin karena shock therapy si bangsat tadi, men deepthroatku sedemikian rupa.
Itu kali pertama buatku.
Dan aku gak suka.
Kupikir-pikir lagi, mungkin aku sendiri penyebabnya.
Seandainya kuikuti dengan patuh tanpa ada unsur perlawanan, mungkin si bangsat bisa lebih lembut, dan aku, bisa lebih menikmatinya.
Bukannya ini yang kuinginkan? Sejak tumpahan pejuh bapak tua itu di samping rumahku?
Dan kali ini, malah ada yang memfasilitasinya.
Masih waraskah caraku berpikir ini? Atau ini yang namanya adaptasi untuk survive?
"Done! " Ayu si banci tersenyum puas.
Diambilnya HP nya, dijadikan cermin untuk diperlihatkan padaku.
Gosh, seandainya aku bisa merias sebaik dia.
"Lepasin aja ikatannya yu! " Perintah Rizal.
"Gakpapa ya honey, sorry sini aku lepasin" Bujuk Ayu lembut.
Bersamaan, Mario juga tiba.
"Pada makan dulu yuk. "
"Ci, lu juga makan. " Disodorkannya sekotak nasi Hokben.
Si bangsat dan si banci makan di pojokan sana, dan Mario duduk di sampingku, di sofa.
"Sorry ci tadi, gue kasar. "
Aku terhenti sejenak, lalu kembali membuka nasi kotakku, tanpa memberi jawaban.
"Tadinya, gue mau tanya baik-baik ci sama elu, tentang rencana kami. "
Mario mulai makan, sambil melanjutkan ceritanya.
"Nggak kok.. Nggak seperti yang ci pikirkan. "
"Lagian, bukannya ci juga punya fetish utk eksib? Kayak sama pemulung di sebelah rumahnya pagi itu? "
"Hah, lu tau darimana? " Mendadak aku berbicara.
"Menurut lu? "
"Jack."
"Yep.. "
"Gua udah pelajari semuanya ci.. Bahkan bapak pemulung tua itu juga gua udah tau"
"Ya ci, jadi semuanya udah kami atur, jangan ngebayangin kalo enci bakal kami tinggalin disini biar digangbang rame-rame.. Gak seperti itu lah, hahaha.. "
Damn, apa-apaan ini, semua menjadi tambah absurd dan membingungkan.
"Intinya ci, lu ikuti aja permainannya, gua yang jamin keamanan lu ci. "
Makanku ternyata cepat sekali, saat ini tinggal sisa-sisa nasi kotak yang kukeruk habis.
"Masih mau nambah ci? Masih ada koq. "
"Ng.. Nggak, dah kenyang.. HP gua mana Mar? Gua pasti dah dicariin sama orang rumah. "
"Nih.. "
Segera kubuka whatsappku, dan ternyata, 'aku' sudah minta ijin sama mama nginap semalam di luar kota, mendadak diajak Christina.
Dan ada foto Christina juga sedang menyetir.
"Ya ci.. Christina gak apa-apa, malah dia enjoy banget bagiannya dia tadi sore. "
"See? Ingat gak tadi di video? Mukanya gue blur. "
Lampu-lampu jalan kami lewati dengan cepat, diterpa angin malam.
Aku masih berpakaian seperti tadi siang, kemeja linen putih membungkus bra hitam berenda, dan celana gemes sepangkal paha berbahan blue jeans.
"Kemana kita? " Tanyaku pada Mario.
"jalan R" Sahutnya setengah menoleh ke belakang.
Jalan R? Jalan sepanjang rel kereta tua yang sudah gak aktif itu? Itu kan tempat mangkal Ayu dan teman-temannya.
-pukul 21.30, jalan R-
Aku sendiri gak pernah ke jalan ini, apalagi malam.
Yang kutahu, ini tempat mangkalnya banci-banci, dan here i am now.
"Santai aja honey, mereka semua baik koq, kenal aku juga. " Kata Ayu dari jok belakang motor Rizal.
"Tanya Rizal tuh, dia sering main kemari. " Mario menambahkan.
"Yoi.. Lu sih Mar, ga pernah mau gua ajakin. Bakal ketagihan lu dijepit bool, lebih ngegrip! "
Memang bahasa si bangsat kampungan dan ga ada tata kramanya.
Kami melewati sekitar 3 peri-peri transeksual, yang berdiri berdekatan.
"Disini aja. " Kata Mario menepi.
"Gua mau kalian tinggal disini?"
"Just wait and see..sana di dekat pagar itu ci.. Biar gak keliatan dari jalan, yu kelu temenin enci kesana yah. "
Aku bersama Ayu si banci di bagian yang gelap, terhalang papan petunjuk jalan tua, di belakang kami pagar beton yang berbatasan dengan pagar teralis yang di baliknya adalah jalur KA yang sudah tak terpakai.
-22.15-
Mario dan Rizal tampak sedang bercakap-cakap dengan seorang pengendara motor, berjaket parasut dengan celana bahan dan sandal selop.
Mario menunjukkan sesuatu di HP nya kepada pengendara tersebut, sambil sesekali melirik sekeliling, jelas seperti transaksi ilegal, tepatnya transaksi lendir ilegal. Emangnya ada, transaksi lendir yang legal?