Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Meicy

-bahagian 8-
Dia tega, tapi aku horny 2

"Jal.."
"Jal, udah wei.. "
Rizal melepas cipokannya, meninggalkan bekas liurnya di sekitar bibirku.
"Sory Mar gue kebawa nafsu.. Cici STW ini hot banget sih.. " Rizal mundur, memperbaiki celananya yang hampir saja dipelorotkannya tadi.

"Mario lu gila ya? " Dengan nada sendu aku menumpahkan kekecewaanku.
"Mana Christina? Kakak lu? "
"Huh.. Kakak gue katanya jal.. "
Rizal hanya tersenyum menyambung rokoknya yang terputus saat grepe-grepe tadi.
"Dia ga pernah baik sama nyokap gue, tau? " Mario berjongkok di dekatku.
"Gua sejak semula udah tau kebiasaan aneh 'kakak' gue" Mario membuat kode tanda kutip di samping kepalanya.
"Dan gua juga ga minat sama dia, tapi pemulung en penjahat pasti pada minat lah, asal ada memek yang bebas pulsa pasti pada ga nolak. "
Aku masih berada antara rasa marah, takut, dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Nih liat sendiri. "
Dibaliknya HP nya dan diputarnya sebuah video.
"Oookh.... Huff.. Udah... "
POK POK POK POK
"Gua... Ohhh.., capek... Ooof cukuph... "
POK POK POK POK POK
Aku tak berkedip melihatnya
Antara ingin berpaling tapi juga ingin tetap melihat
Christina sedang di dal sebuah gubuk sempit, dengan cahaya dari jendela di sampingnya.
Tangannya terikat di belakang, seperti kau saat ini.
Bertumpu pada wajah dan kedua lututnya, nampak seorang berwajah kotor, telanjang bulat, sedang men doggy Christina tanpa memperdulikan ocehannya ynag memohon ampun.
"Dah ya.. Atau lu mau nonton semua? Masih ada 2 orang lagi yg lagi ngentotin kakak gue.. "
Aku memalingkan wajahku, tak menatapnya.
"Semua ini demi konten ci.. Konten"
"Lu gila Mar, mestinya lu ga usah lahir" Celetukku sambil tertunduk.
"Ya gue emang gila, tapi elu ci.. Lu calon konten terbaik gua.. " Mario tersenyum puas.
"Judulnya aja udah bikin ngaceng.. Lu bayangin, judulnya nih, STW panlok dipake rame-rame di kampung pemulung, wohohoho.. Gua aja nyebutnya aja udah ngaceng dikit nih. "
"Mar udah lah lu jangan mancing-mancing gua lagi, mang knapa sih gua ga boleh pake si cici dulu? " Tanya Rizal.
"Ya jangan, si cici mesti prima, ini aja mau gua dandanin dulu buat persiapan ntar malem. "
"Yah elu Mar pake dandan2 segala.. Gini aja juga udah napsuin banget nih si cici. " Keluh Rizal.
"Udah yang penting nanti kita bakal nikmatin bareng hasil konten jal, lu bisa ke Jakarta ntar, cari amoy-amoy high class. "
"Trus siapa yang dandanin? Elu? "
"Ya nggak lah, ada kenalan gue waria, namanya Ayu, bentar lagi juga dateng. "

Sore, 17:00

"Samlekooom"
BAK BAK BAK

"Yoo yoo sabar" Balas Rizal.
Dibukanya rolling door dan masuklah makhluk dua dunia yang diceritakan Mario tadi.
"Yu, gua keluar dulu ya beli makanan, lu langsung kerjain aja . "
"Siaplahhh bos gantengg. "
"Jal, ikut gak lu? "
"Gak lah gua disini aja, ntar diapa-apain lagi si enci sama dia. "
"Oalahh asbun lu.. Gini-gini isepan ane lebih yahoy daripada cewe. " Ayu menjawab sambil menyentil selangkangan Rizal.

Aku benar-benar kehilangan semangat, pasrah dan tak punya niat melawan, takut kemana lagi kegilaan Mario membawaku kalau aku justru melawan.

"Eh, yu.. " Rizal mencoleknya.
"Nih gua kasi selembar, lu keluar dulu, 10 meniit aja.. Abis itu baru lu masuk dandanin nih cici.. "Diselipkannya selembar 100ribuan ke celana jeans Ayu.
Diperiksanya lembaran 100ribuan itu, diendusnya, lalu balik kanan, menutup kembali rolling door.
" Lu jangan macem-macem kalau ga mau gua buat susah ya ci.. Buruan isep kontol gua! " Bisiknya.
Dengan gesit dilucutinya celana dan kolornya sekaligus, sampai selutut.
Pentungannya setengah mengacung, digosok-gosokkannya di pipiku, sesekali ditampar-tamparkan.
"Kalo lagi nyepong mata lo buka ye, ci, sekarang mangap!"
Sesaat kemudian aroma pesing dan aroma khas senjata lelakipun sudah mengalun keluar masuk seenak hatinya di rongga mulutku.
Terakhir beberapa tahun lalu, terakhir kali aku mengulum kontol pacarku, sembunyi-sembunyi di lantai 1 rumahku saat dia datang ngapel.
Sambil mengulum kontol Rizal yang menjijikkan itu, kubayangkan kembali kontol Reza, yang juga pribumi, namun tidak direstui mama.
Itu pertama dan terakhir aku mengulum kontol, walau tidak sampai klimaks karena takut ketahuan.
Waktu itu kami lanjutkan dengan sex chat dan saling berkirim foto-foto hot.
"Ahh.. Ahhh.. Enak banget serasa diisep sama pramugari.. " Rizal ngomong tambah asal, sudah dimabuk kenikmatan hisapanku.
Tak lama..
CROTT CROTT
"Ahhhhkkk.. " Rizal menekan dalam-dalam sampai kontolnya memenuhi rongga mulut dan sampai pangkal leherku.
"Uhhhukkk.. Uh.. Hoekkkkk.. Uwekkkkk.. "
Aku walau terbatuk-batuk dan megap-megap tetap ditekannya kepalaku dengan tak berperasaan.
"Uh huekkk.. Mmm.. Mmm.. Mmm!!! " Akhirnya Rizal mundur dan melepaskan kepalaku.
Kumuntahkan santan kental Rizal ke lantai di depanku, sebagian mengenai pahaku sendiri dan berjatuhan di celana gemesku.
"Aduuh... Sial. "
Buru-buru Rizal melap sisa-sisa santannya di celanaku dan di lantai.
 
-bahagian 9-
Dia tega, tapi aku horny 3

Jalanan yang memang sudah sepi, bertambah sepi.
Sayup-sayup terdengar lantunan Adzan.
Satu-satunya yang bikin kuatir saat ini, hanya Mama di rumah.
Mungkin, saat ini HP ku sudah berbunyi berkali-kali, atau pesan sudah menumpuk.
Tepat di bawah satu-satunya lampu di ruangan ini, yang terangnya cukup menyilaukan, aku dirias.
Aku gak duduk di lantai berdebu lagi, sudah di sebuah sofa, meski tanganku yang sudah kesemutan masih terikat di punggung.
Si banci, Ayu melakukan bagiannya dengan profesional, gak banyak omong, gak seenaknya kayak si bangsat Rizal.
Si bangsat itu masih disana, di pojokan sibuk ngeliat HP.
Aku tidak lagi takut, entah ya, mungkin karena shock therapy si bangsat tadi, men deepthroatku sedemikian rupa.
Itu kali pertama buatku.
Dan aku gak suka.
Kupikir-pikir lagi, mungkin aku sendiri penyebabnya.
Seandainya kuikuti dengan patuh tanpa ada unsur perlawanan, mungkin si bangsat bisa lebih lembut, dan aku, bisa lebih menikmatinya.
Bukannya ini yang kuinginkan? Sejak tumpahan pejuh bapak tua itu di samping rumahku?
Dan kali ini, malah ada yang memfasilitasinya.
Masih waraskah caraku berpikir ini? Atau ini yang namanya adaptasi untuk survive?
"Done! " Ayu si banci tersenyum puas.
Diambilnya HP nya, dijadikan cermin untuk diperlihatkan padaku.
Gosh, seandainya aku bisa merias sebaik dia.
"Lepasin aja ikatannya yu! " Perintah Rizal.
"Gakpapa ya honey, sorry sini aku lepasin" Bujuk Ayu lembut.
Bersamaan, Mario juga tiba.
"Pada makan dulu yuk. "
"Ci, lu juga makan. " Disodorkannya sekotak nasi Hokben.
Si bangsat dan si banci makan di pojokan sana, dan Mario duduk di sampingku, di sofa.
"Sorry ci tadi, gue kasar. "
Aku terhenti sejenak, lalu kembali membuka nasi kotakku, tanpa memberi jawaban.
"Tadinya, gue mau tanya baik-baik ci sama elu, tentang rencana kami. "
Mario mulai makan, sambil melanjutkan ceritanya.
"Nggak kok.. Nggak seperti yang ci pikirkan. "
"Lagian, bukannya ci juga punya fetish utk eksib? Kayak sama pemulung di sebelah rumahnya pagi itu? "
"Hah, lu tau darimana? " Mendadak aku berbicara.
"Menurut lu? "
"Jack."
"Yep.. "
"Gua udah pelajari semuanya ci.. Bahkan bapak pemulung tua itu juga gua udah tau"
"Ya ci, jadi semuanya udah kami atur, jangan ngebayangin kalo enci bakal kami tinggalin disini biar digangbang rame-rame.. Gak seperti itu lah, hahaha.. "
Damn, apa-apaan ini, semua menjadi tambah absurd dan membingungkan.
"Intinya ci, lu ikuti aja permainannya, gua yang jamin keamanan lu ci. "
Makanku ternyata cepat sekali, saat ini tinggal sisa-sisa nasi kotak yang kukeruk habis.
"Masih mau nambah ci? Masih ada koq. "
"Ng.. Nggak, dah kenyang.. HP gua mana Mar? Gua pasti dah dicariin sama orang rumah. "
"Nih.. "
Segera kubuka whatsappku, dan ternyata, 'aku' sudah minta ijin sama mama nginap semalam di luar kota, mendadak diajak Christina.
Dan ada foto Christina juga sedang menyetir.
"Ya ci.. Christina gak apa-apa, malah dia enjoy banget bagiannya dia tadi sore. "
"See? Ingat gak tadi di video? Mukanya gue blur. "

Lampu-lampu jalan kami lewati dengan cepat, diterpa angin malam.
Aku masih berpakaian seperti tadi siang, kemeja linen putih membungkus bra hitam berenda, dan celana gemes sepangkal paha berbahan blue jeans.
"Kemana kita? " Tanyaku pada Mario.
"jalan R" Sahutnya setengah menoleh ke belakang.
Jalan R? Jalan sepanjang rel kereta tua yang sudah gak aktif itu? Itu kan tempat mangkal Ayu dan teman-temannya.

-pukul 21.30, jalan R-

Aku sendiri gak pernah ke jalan ini, apalagi malam.
Yang kutahu, ini tempat mangkalnya banci-banci, dan here i am now.

"Santai aja honey, mereka semua baik koq, kenal aku juga. " Kata Ayu dari jok belakang motor Rizal.
"Tanya Rizal tuh, dia sering main kemari. " Mario menambahkan.
"Yoi.. Lu sih Mar, ga pernah mau gua ajakin. Bakal ketagihan lu dijepit bool, lebih ngegrip! "
Memang bahasa si bangsat kampungan dan ga ada tata kramanya.
Kami melewati sekitar 3 peri-peri transeksual, yang berdiri berdekatan.
"Disini aja. " Kata Mario menepi.
"Gua mau kalian tinggal disini?"
"Just wait and see..sana di dekat pagar itu ci.. Biar gak keliatan dari jalan, yu kelu temenin enci kesana yah. "
Aku bersama Ayu si banci di bagian yang gelap, terhalang papan petunjuk jalan tua, di belakang kami pagar beton yang berbatasan dengan pagar teralis yang di baliknya adalah jalur KA yang sudah tak terpakai.

-22.15-

Mario dan Rizal tampak sedang bercakap-cakap dengan seorang pengendara motor, berjaket parasut dengan celana bahan dan sandal selop.
Mario menunjukkan sesuatu di HP nya kepada pengendara tersebut, sambil sesekali melirik sekeliling, jelas seperti transaksi ilegal, tepatnya transaksi lendir ilegal. Emangnya ada, transaksi lendir yang legal?
 
jangan" lokasinya karawang bekasi patok besi eretan sukamandi....sorry nebak aja bos
Boleh-boleh hu.. Asline fiktif aja lokasinya campur-campur , tapi mestinya di pulau jawa karena punya alun-alun & jalur KA 👍
 
-bahagian 10-
Aku sebungkus minyak goreng?

Mario mengkode Ayu.
Pemotor berjaket parasut tadi membuka helmnya dan menggeser motornya ke bagian yang agak tersembunyi.
Nampak kilatan ubannya diterangi lampu jalan.
Dengan sedikit terseok-seok bapak berjaket mendekati Ayu dan aku, di bagian yang lebih gelap.
"Disitu", tunjuk Ayu.
" Ayo Mes, kamu kesana duluan, cuma kocokin aja sampe keluar anunya si bapak. " Bisiknya lagi.
Ada bangku bambu, di balik dinding beton yang posisinya pas terkena cahaya lampu jalan dari luar, tapi posisinya tersembunyi, tak terlihat oleh pengguna jalan.
Lampu jalan tak mampu menyembunyikan mulusnya pahaku yang terbungkus celana gemes dan belahan dadaku yang sengaja kubiarkan terbuka sampai 3 kancing.
Aku duduk dengan setia menunggu bapak berjaket mendekat.
Bapak tadi terpana saat sudah berdiri di depanku, ia seperti mau bilang sesuatu tapi tertahan di ujung mulutnya.
Kuraih gespernya kutarik mendekat.
Dengan telaten dan perlahan kubuka celana bahannya yang sedikit kelonggaran.
Kutafsir bapak ini sudah berumur 50an, badannya kurus dan tangannya terasa dingin dan keriput, saat ia dengan ragu mencoba meraih tetekku.
Diremasnya ragu, seolah masih menunggu persetujuanku.
Kubuka semua kancing kemeja linenku, sebagai tanda persetujuan.
Melihat itu, kedua tangannya pun maju segera.
Setelah kupelorotkan celana dalamnya, terpampanglah pentungan setengah berdiri milik bapak berjaket.
Tidak sekeras dan se'gemuk' punya bapak pemulung.
Kukocok lembut, pandanganku tidak berani ke atas, hanya melihat kontol bapak berjaket saja.
Kaaihan si bapak, pentungannya sudah tak bisa menandingi nafsu sesaatnya.
Bapak masih berdiri, dengan jaketnya masih terpakai, sedangkan celana bahan kelonggarannya sudah turun di mata kakinya dan celana dalam selutut.
Aku duduk tepat di depannya, menerima remasan-demi remasan ke tetekku di balik bra hitamku.
"Kayak tete asli. " Bisik bapak berjaket sedikit serak. Ternyata mereka menjualku sebagai banci.
Kukocok pelan saja pentungannya yang hanya seapruh ereksi, agar bapak berjaket menikmatinya, tanpa cepat-cepat klimaks.
Beberapa saat berlalu, bapak berjaket tampak mengejang, tangannya mencoba menahan kocokanku, namun..
Dengan sigap, aku berdiri, mengocok dengan cepat burung besi si bapak berjaket dari sampingnya, dan menumpahkannya di kerikil-kerikil tajam pinggiran rel.
"Ooouhhh... Huff.. "
CROT.. CROTT.. Sedikit saja maninya yang tersembur atau lebih mirip menetes.
Bapak berjaket meremas dengan kasar tetekku, saat klimaksnya tiba.
Kuperas sisa-sisa semburan santannya, dan kugosokkan di bagian belakang kemejaku.
"Enak pak?"
"I.. Iya, tetenya kayak asli. "
"Boleh dong dilepasin sekarang pak? "
Bapak berjaket sampai lupa melepaskan tangannya dari 'tete asli' yang diremas-remasnya sedari tadi.
Aku kembali duduk, mengamati bapak berjaket kembali menaikkan kolor dan mengenakan celananya.
Dikeluarkannya selembar lima puluh ribuan terlipat, lalu diselipkannya di antara tetekku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd