Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Petualangan Maryanah, Sang Istri Sholehah

Chapter 37

Waktu berjalan begitu lambat dirasa oleh Pak Muslim, dirinya masih dalam perjalanan menjemput Laras istri tercintanya, namun jalanan begitu panjang tak putus-putus terus sambung menyambung membuat Pak Muslim merasa lelah. Namun ketika dirinya membayangkan tubuh molek istri muda belianya, ditambah rasa jepitan memek mungilnya membuat darah Pak Muslim mendidih bergejolak diterpa badai birahi. Tubuh Bagian bawahnya menegang, si jago sodok tiba-tiba tak bisa dikompromi langsung tegak menjulang enggan untuk di lemaskan. Dengan perasaan yang gundah dan gelisah Pak Muslim berusaha untuk meredam segala gejolak di dirinya.

Sesaat matanya menatap nanar tugu perbatasan kota tempat istrinya didepan mata, semangat Pak Muslim kembali menggebu karena sesaat lagi dia bisa melampiaskan segala rindu dan dendam yang selama ini disimpan dalam tubuhnya. Tak lama berselang Pak Muslim mulai memasuki kawasan desa dimana Laras dan kedua orang tuanya tinggal. Suasananya begitu senyap padahal matahari belum juga jauh menampakkan wajahnya yang cerah berseri-seri merona hangat membakar kulit, udara segar memasuki paru-paru Pak Muslim aroma rerumputan begitu syahdu seiring semilir angin pagi.

Mata Pak Muslim bertanya-tanya, rumah mertuanya nampak di kejauhan tetap asri namun begitu ramai di kunjungi tetangga yang datang silih berganti, jantungnya berdegup kencang. Ada keria-an apa gerangan?? Hatinya terus bertanya-tanya hingga matanya menatap sepasang bendera kuning tertancap di pelataran rumah dan berkibar dengan anggunnya namun menyiratkan aroma mencekam. Pak Muslim setengah berlari bergegas memasuki pekarangan rumah sementara tatapan iba para tetangga tak di hiraukan nya, dirinya ingin tahu segera apa sebenarnya yang sedang terjadi.

Jantungnya nyaris copot ketika di ruangan tengah terbujur kaku bertutup selembar kain batik tulis prada kesayangan Laras hadiah perkawinan yang diberikan oleh Pak Muslim. Nampak disamping tubuh itu Ibu Laras masih tersedu-sedu berurai airmata, sementara tak jauh di pojokan ruangan Ayah Laras meringkuk dengan tatapan kosong tanpa nyawa. Bergetar tangan Pak Muslim meraih kain itu dan membuka tabir penutup wajah, Jedaaarrrrr, Jlebbbb….dunia Pak Muslim seakan runtuh. Tubuh kaku itu Laras, wajah memucat pasi dan memancarkan kesakitan yang luar biasa, raungan tangis Pak Muslim tak bisa di bending lagi, lelaki gagah meski sudah lanjut usia itu ambruk disamping jasad istri tercintanya menjerit menembus langit.

Beberapa warga berusaha menenangkan Pak Muslim dan memberikan hiburan, namun lelaki itu tetap pada posisinya dan ratapan nya semakin menyayat hati. Hingga akhirnya setelah semuanya reda proses pemakaman Laras dilaksanakan di iringi tangisan keluarga termasuk Pak Muslim yang masih tak percaya diri nya harus kehilangan orang-orang tercintanya dalam waktu yang berdekatan. Rasa kehilangan itu membekas meninggalkan trauma dalam dada lelaki paruh baya itu. Pak Muslim masih bersimpuh disamping pusara sang istri tercinta, sementara satu persatu tetangga dan sanak saudara sudah beranjak menjauhi pusara.

Tanpa sepatah katapun keluar dari bibir tuanya, dirinya hanya menangis meluapkan perasaan pedih hatinya, hingga kemudian perlahan-lahan dirinya bangkit dan beranjak pergi. Suasana rumah mertuanya begitu hening, Ayah Laras masih meringkuk tak bergerak dengan tatapan kosong, sementara Ibu Laras sudah mulai memberesi ruang tengah dan dapur meski masih terdengar isakan tangisnya di sela-sela dia merapihkan piring dan gelas yang berserakan. Setelah suasana mulai kondusif Pak Muslim mencoba mengajak bicara Ibu Mertuanya. Dari penjelasan terbata-bata dari wanita tua itu dan hasil pemeriksaan pihak rumah sakit bahwa Laras meninggal akibat pendarahan dan gugurnya kandungan.

Bayi Laras sudah meninggal beberapa hari sebelum Laras mengalami pendarahan hebat, disimpulkan bahwa rahim Laras lemah, kondisinya akan selalu begitu jika dikemudian hari Laras hamil kembali. Dokter sudah berusaha menyelamatkan Laras dengan segera mengambil prosedur operasi mengeluarkan janin dalam kandungan Laras, namun Allah berkehendak lain, proses operasi belum juga usai Laras menghembuskan nafas terakhirnya. Pak Muslim memejamkan mata, perih dan pedih membayangkan Laras mengalami kesakitan yang luar biasa dan seharusnya dirinya ada disisi istrinya saat itu. Pak Muslim mengutuki dirinya sendiri yang tak bisa menemani istri tercintanya disaat-saat terakhir dalam hidupnya.

Pak Muslim menguatkan hati, beberapa sanak saudara juga ikut menguatkan Pak Muslim hingga prosesi tahlilan 7 hari almarhumah Laras selesai dilaksanakan dan saatnya Pak Muslim melanjutkan kehidupan. Dengan berat hati dirinya berpamitan kepada kedua mertuanya dan menyampaikan bahwa dirinya tetap menantu mereka maka jika mereka butuh bantuannya Pak Muslim pasti akan membantu mereka. Ibu Laras mengucapkan banyak terima kasih dan meminta maaf atas kesalahan-kesalahan Laras baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Sedangkan Ayah Laras tidak bisa di ajak komunikasi dengan baik, dirinya kadang nyambung kadang error, Pak Muslim memaklumi kondisi Ayah Mertuanya yang merasa kehilangan anak perempuannya.

Tak pernah ada yang tahu apa penyebab pendarahan Laras kala itu, laporan dari pihak rumah sakit cukup sudah membuat seluruh pihak keluarga menerima takdir suratan Tuhan untuk mereka. Pak Muslim pun akhirnya pergi meninggalkan desa itu, meninggalkan tubuh kaku istrinya yang terpendam di tanah kelahirannya. Sepekan berlalu sejatinya Pak Muslim ingin berlama-lama di desa itu karena begitu banyak kenangan manis bersama Laras disana. Gadis belia yang manja dan ceria namun nasibnya sungguh tragis luar biasa, Pak Muslim kehilangan hangatnya tubuh mungil dan desahan manjanya kala di setubuhi dengan ganas oleh dirinya. Ahhhhhh……semuanya tinggal kenangan yang harus ditinggalkan karena semakin di ingat semakin menyayat hati.

Pak Muslim sudah kembali kerumahnya disambut oleh Yanah menantunya, Pak Muslim menjelaskan apa yang terjadi dan Yanah menangis mendengarnya. Dirinya turut berduka atas kepergian Laras, Yanah mengenal Laras sosok gadis kecil yang polos, baik dan cekatan urusan kerumah tanggaan. Sejenak suasana hening, Pak Muslim beristirahat di dalam kamarnya, Yanah sibuk mengurusi anaknya, dan Pak Ali masih setia menemani anaknya. Kehidupan mulai berjalan seperti biasa meski tak seperti biasanya dulu, namun mereka berusaha melupakan segala luka dan duka lara. Bi Inah dan Bi Yati kini bekerja sama mengurusi urusan rumah Pak Muslim setelah rumah Abas dan Yanah terjual.

Yanah memang tidak ada niat memecat Bi Yati yang sudah begitu setia bersamanya, Pak Muslim pun sepakat. Maka kini Bi Inah di bantu Bi Yati mereka berdua bahu membahu bekerja sama. Empat puluh hari berlalu sejak kelahiran purti cantiknya Yanah tanpa ada cerita yang istimewa, semuanya terasa hambar dan datar, Pak Ali berencana kembali ke kediaman nya yang sudah lama dia ditinggalkan. Malam itu mereka semua berkumpul di meja makan menikmati makan malam yang selama ini hampir tidak pernah bisa berkumpul meski satu rumah. Pak Muslim masih sibuk menata luka hati ditinggal istri keduanya. Yanah sibuk merawat bayinya sedangkan Pak Ali sering dilanda bosan karena taka da aktifitas yang bisa dia kerjakan selama ini.

“Ayah berencana kembali ke rumah Ndukkk” Pak Ali memulai pembicaraan, Pak Muslim meneguk air putih menatap besannya, “Apa gak sebaiknya Pak Ali masih disini menemani cucunya…??”Yanah mengangguk tanda setuju pendapat Pak Muslim. “Sebetulnya memang berat meninggalkan cucu yang cantik dan menggemaskan, namun rumah sudah lama ditinggalkan, khawatir kondisinya tak terurus” Pak Ali memberikan alasan. “Hmmmm satu lagi, Ndukkk sebaiknya kamu ikut Ayah juga, betul bahwa mertua itu tidak ada bekasnya namun menghindari gunjingan tetangga, sebaiknya kamu tinggal bersama Ayah Nduk…”Pak Ali berterus terang soal kegelisahan hatinya selama ini.

Pak Muslim terbatuk mendengar penuturan besan nya, diteguknya air putih sebanyak yang dia mampu, wajahnya memerah karena tersedak. Yanah berusaha menenangkan Pak Muslim, “Hmmmmm Pak Ali, tolong kasihani saya, saya sudah kehilangan anak lelaki saya, setelah itu tak lama istri saya pun meninggalkan saya, kalau saat ini Yanah dan Sabrina harus pergi juga dari hidup saya….bagaimana nasib saya..” bergetar suara Pak Muslim memohon pengertian Pak Ali. Yanah hanya terpaku menatap kedua lelaki tua itu. “Saya mengerti tapi kita juga harus menjaga omongan para tetangga Pak.***k baik rasanya kalau Yanah harus tinggal seorang diri bersama mertuanya disini…”Pak Ali tegas mengatakan ketakutannya.

Pak Muslim begitu erat menggenggam gelas yang ada disisinya, trauma akan kehilangan orang-orang yang dicintainya menghinggapi relung hatinya. “Saya akan menikahi Yanah…” Pak Muslim mantap mengutarakan isi hatinya. Pak Ali dan Yanah terperanjat mendengar kenekatan Pak Muslim. Yanah menunduk tak bersuara sementara Pak Ali menatap tegang besan nya. “Tidak mungkin, secara syariat tidak bisa, itu melanggar aturan hukum…” Yanah mulai terisak, dirinya sebenarnya ingin sekali menjadi istri Ayah mertuanya, namun dirinya tahu itu hal yang tidak mungkin terjadi karena secara aturan agama memang di haramkan. Tapi Yanah sudah terlanjur mencintai mertuanya bahkan kini diantara keduanya telah hadir Sabrina putri cantik mereka.

Pak Muslim sudah nekat meski harus melanggar aturan hukum yang berlaku dirinya akan tetap menikahi Yanah menantunya, terlebih Sabrina buah hati mereka butuh kehadiran sosok Ayah yang akan mendidik dan menjaganya. Pak Ali melihat kenekatan besannya hanya bisa geleng-geleng kepala dan merasa cemas, bagaimana menghadapi gunjingan tetangga dan warga soal pernikahan mertua dan menantu ini. Pasti akan menjadi skandal paling panas di negeri ini.

Malam itu disaat semua orang terlelap dalam mimpinya, disebuah kamar pada sebuah rumah megah, kedua insan berlainan jenis kelamin sedang bersetubuh memadu kasih dan menuntaskan segala rasa rindu yang terpendam. “Ahhhhh…shhhhh…Abiii….pelan-pelan….sakiittttt ahhhh…sshhhhh” sang wanita hanya bisa merintih dan menggelepar menerima serangan bertubi-tubi dari sang lelaki yang sudah memasuki usia senja. “Memek kamu masih jepit aja Nduuuukkkk aahhhhh…..ouuuuwww..nikmat sekali sayaaaanggg shhh..” sang lelaki juga tak kalah hebohnya meracau tak karuan menikmati jepitan memek sang wanita.

Ya, Yanah dan Pak Muslim diam-diam malam itu melampiaskan hawa nafsunya, sebelum keduanya berpisah dan mungkin sulit untuk berjumpa lagi. Keduanya asyik mengayuh bahtera menapaki puncak kenikmatan dalam hubungan seksual. Setelah perdebatan dalam meja makan itu, Yanah memutuskan kembali ke kamarnya demikian juga Pak Ali, masing-masing sibuk dengan perasaannya sendiri. Sedangkan Pak Muslim menunggu situasi dan kondisi aman kemudian perlahan mengendap menuju kamar Yanah yang tak pernah di kunci itu. Keduanya terlibat pembicaraan serius soal pernikahan mereka, bahwa Yanah bersedia dan gak peduli dengan segala hukum yang berlaku, asalkan bisa hidup bersama dengan Pak Muslim lelaki yang kini di cintainya.

Hingga kemudian keduanya terlibat ciuman yang begitu mesra dan dalam, saling meraba dan menggigit, saling mendesah dan berlajut kepada bersetubuhan yang memang sudah lama mereka idam-idam kan. Pak Muslim begitu gagah nya menggenjot tubuh Yanah dengan posisi missionaris, beberapa saat kemudian Pak Muslim merubah gaya doggie style. “Balik badan Ndukk….Abi ingin menyetubuhi mu dari belakang…ahhh” Yanah hanya mendesah dan membalikan badan, sedikit menunggingkan pantat indahnya. “Ouuwww ahhh..Abiiii enaaakkk ahhh….Jleebbbb…sleeebbbb ceplooookkk plokk..plookkk..plookk” suara benturan pinggul mereka bersahutan menghiasi malam.

Tanpa disadari keduanya ada sepasang mata yang sedang mengintip aktifitas mereka saat ini. Sepasang matu tua itu sayu menyaksikan adegan mesum didepan matanya, dirinya menarik nafas berat. Seberat beban hidupnya saat ini menyaksikan putrinya di setubuhi mertuanya sendiri dan terlihat bahwa putrinya menikmati kegiatan seksual bersama mertuanya. Dan sepertinya keduanya sulit dipisahkan lagi, dan kenekatan Pak Muslim untuk menikahi Yanah pasti akan terjadi mengingat malam ini mereka begitu ganas bersetubuh menuntaskan segala rasa penat dan birahi yang membara.

Pak Ali merasakan ketegangan pada kelaminnya, tontonan syur antara Yanah dan Pak Muslim tentu saja membangkitkan gairah kelelakiannya yang selama ini memang sudah terpendam tanpa pelampiasan. Pak Ali masih mengintip aksi putrinya dan Pak Muslim, tangan mengocok kontolnya sendiri yang sejak awal sudah tegang butuh di tenangkan. Pak Ali melotot menyaksikan tubuh Yanah yang menegang Orgasme bahkan berkali-kali dirinya menangkap tubuh Yanah menegang akibat ulah Pak Muslim malam itu. Yanah dan Pak Muslim sudah terkapar setelah mengeluarkan orgasme keduanya, Mertua dan Menantu itu berpelukan mesra kemudian terlihat terlelap. Pak Ali pun kemudian menegang dan sperma nya muncrat membasahi lantai tempat dirinya mengintip dari celah pintu kamar yang tidka tertutup rapat.

Lelaki tua itu kemudian gontai berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu kembali ke peraduan dan melanjutkan mimpinya yang tadi sempat tertunda akibat tak kuasa menahan pipisnya. Namun disaat hendak ke kamar mandi dan melewati kamar Yanah anaknya, telinga nya menangkap bunyi-bunyi yang meresahkan. Perlahan di dekatinya celah pintu dan berusaha melihat apa yang terjadi didalam kamar anaknya, terkejut sekaligus terangsang begitu matanya menangkap sosok Putrinya sedang di entot oleh Mertuanya sendiri.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd