Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Perpisahan Dua Sahabat

peveral

Semprot Kecil
Daftar
18 May 2016
Post
51
Like diterima
686
Bimabet
“Selamat ya besok”
Aku kemudian menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhku. Tak pernah ku berpikir pertemuan ini akan menjadi yang terakhir untuk kita berdua. Walaupun sebenarnya aku bersyukur bahwa pertemuan ini benar-benar bisa terjadi. Sebelumnya aku cukup pesimis kami bisa bertemu lagi. Meski berat rasanya berpisah, tak ada tangis yang mengucur di antara kami berdua. Malah sebuah canggung yang entah akan kemana ujungnya. Aku sendiri ragu kemana aku akan pergi setelah ini, bagaimana aku menjalankan hari-hariku untuk kedepannya.

“Makasih ya,” Bagas tersenyum kemudian mengecup pundakku. Ia lalu berbaring di sampingku dan menyelimuti tubuhnya. Aku tak bisa terpejam, masih terasa kedutan di bagian intimku sisa-sisa percintaan kami. Bagas mungkin sudah terlelap, aku enggan menengok ke arahnya. Malam mungkin masih panjang, tetapi tak ada tenaga yang tersisa. Mungkin besok pagi, aku tak tahu.

***
6 Bulan yang lalu
***

“Tahun depan aku akan menikah Med,” ujar Bagas lirih. Saat itu kami tengah bersantai di halaman belakangku. Kami sedang menikmati sore dengan secangkir teh tentunya tanpa busana. Sepanjang hari kami sudah bercinta, dan ia sekarang tengah menaruh kepalanya di pangkuanku. Aku sama sekali tak terkejut dengan perkataanya. Bagas sudah lama berpacaran dan tahun lalu ia telah melamar sarah pacarnya. Aku hanya tak menyangka ini akan secepat ini. Atau memang aku yang belum siap ditinggal.

“Ahhhh akhirnya, gitu doonggg,” balasku pura-pura ikut bahagia. Bagas tersenyum tersipu setelah mendengar responku. Seolah ia mendapat restu dari diriku. Aku mengusap wajahnya yang memerah. Kami tertawa, bagas kemudian bangkit dari tidurannya dan mencium bibirku dengan nafsu. Aku sempat menghindar

“Baru kali ini ada yang ngumumin mau nikah, tetapi habis itu nyosor cewek lain,” godaku ke Bagas. Bagas tertawa dan tak melanjutkan perkataanku. Ia berdiri menarikku berdiri, kami berpelukan. di sana kami tersadar bahwa waktu kami tak akan panjang. Hanya tersisa 6 bulan, setelah itu semua sejarah kami berdua harus terhapus dan kami kembali menjadi teman biasa.

“Habis ini kamu sama siapa?” Tanya Bagas di kupingku. Aku terdiam tak membalas. Aku bingung menjawabnya. Atau mungkin memang seharusnya aku tak memerlukan partners seks lagi dan mencari kekasih sebenarnya?

Semenjak kematian suamiku, Bagaslah yang ada di sisiku. kedekatan orang tua kami membuat ibu dari Bagas iba kepadaku dan meminta anaknya untuk terus mendampingiku selama aku dalam masa berduka. Bagas pula yang kemudian memperkenalkan ku dengan beberapa teman prianya agar aku segera bangkit dari keterpurukan. Tetapi harapan Bagas kandas, setiap ku memulai sebuah hubungan, akhirnya kandas karena ku masih teringat dengan almarhum suamiku.

Bagas tak pernah menyerah, aku pun tak pernah menolak terus dijodohkan. Aku tak ingin mengkhianati usaha Bagas. Sampai suatu saat aku menemukan kenikmatan dengan pria-pria baru yang dikenalkan Bagas. Tak ada yang sampai berpacaran kali ini. Untuk pertama kalinya aku terjebak di percintaan singkat dengan mereka. Rasanya sungguh berbeda, untuk pertama kalinya aku melakukan hubungan badan dengan pria selain mantan suamiku dan untuk pertama kalinya aku having sex tanpa status. Awalnya aku takut, lama-lama aku senang. Aku tak perlu lelah memikirkan beratnya menjalin hubungan, toh hanya hubungan singkat.

Bagas tau akan perilakuku. Ia mengaku menyesal dan terpukul dengan apa yang kulakukan. Ia merasa mengkhianati suamiku dan orang tua kami. Ia telah berjanji untuk melindungiku tetapi malah menjerumuskanku ke kehidupan yang sangat jahat di matanya. Aku membutuhkan waktu berbulan-bulan ke Bagas bahwa ia tak salah sedikitpun. Aku memintanya untuk tidak pernah menyesal. Aku menjelaskan kepada Bagas bahwa aku masih enggan mencari pasangan dan memulai komitmen baru. Tetapi di lain sisi aku juga membutuhkan sex. Bagas mulai

“Nggak nyangka ya, dulu kamu marah banget sama aku pas tau aku cuman one night stand sama beberapa temen kamu,” senyumku sambil menyenderkan kepala di dadanya. Sore itu begitu romantis bagi kami, langit berwarna orange, tak mau terburu-buru menjadi gelap. Mengiringi kami yang masih terus berpelukkan.

“Ya dulu kan kamu godain aku. Sebagai perjaka ting-ting ya runtuh juga digoda sama yang pengalamannya lebih tinggi,” balas Bagas membela dirinya. Betul, aku memang menggodanya waktu itu. Awalnya agar Bagas tak merasa bersalah, namun lama-lama aku menikmatinya. Terutama pada tahap awal ketika ku harus mengajarinya.

Aku dan Bagas sebenarnya seumuran, namun aku menikah begitu lulus kuliah. Aku saat itu cukup mapan dengan bisnisku sehingga tak perlu memikirkan mencari kerja, sehingga menikah muda bukanlah suatu hal yang sulit untuk dilakukan.

“Kamu bakal kangen nggak sama aku?” tanyaku lagi, menatap matanya mengharap ia menjawab akan kangen dengan diriku.

“Ya pasti kangen lah,” jawabnya sambil tersenyum.

“Jagoan mana aku sama Sara?” cerocosku.

“Sekarang sih jagoan kamu. Tapiii pelan-pelan dia aku latih biar lebih jago dari kamu,” balas Bagas sambil mencium bibirku. Kami berpagutan dengan mesra, aku menggiringnya untuk kembali duduk ke atas sofa di halaman belakang. Tempat kami pertama kali bercinta dahulu.
Setelah Bagas duduk, aku kemudian bersimpuh di lantai. Tersenyum manja sesaat, kemudian ku condongkan tubuhku ke bagian pahanya. Ku genggam penisnya yang sudah mengeras semenjak kami berpelukan. Ku ludahi penis itu dan kukocok dengan tanganku.

“Di dalem aja yuk,” ujar Bagas mencoba menghentikanku dan kemudian merapikan rambutku. Aku menggeleng sambil menatap matanya. Aku bahkan berusaha untuk memasukkan penisnya kedalam mulutku. Bagas hanya terdiam, ia kembali menyenderkan tubuhnya ke badan sofa. Ia hanya bisa menatap ke langit-langit sambil sesekali melirik aksiku.

“Hhhh hmmmm mainin isep yang kenceng Med,” perintah Bagas. Ia sudah tak peduli lagi di mana kami berada. Aku pun langsung menghisap dengan kencang penis Bagas yang kencang. Aku tahu betul jika pria paling suka dihisap, tak sekedar dikulum. Pipiku Pun kempot saat menghisap dengan kuat penis Bagas. Tubuhnya mundur, merasa ngilu yang terdalam gara-gara sedotanku. Tapi Bagas tak menghentikan ku. Ia sadar betul ini adalah kenikmatan yang tak boleh dihindari.

Mata Bagas terpejam menikmati hisapanku di penisnya. Aku kemudian bangkit, Bagas kembali membuka matanya. Ia raih payudaraku, aku beranjak duduk di pangkuannya. Ku biarkan Bagas menciumi payudaraku. Payudaraku yang tak besar ia basahi dengan liurnya. Ujung lidahnya menjelajah dari puting hingga bagian bawah dan samping payudaraku. Sibuk membasahi payudara kiriku, tangannya juga aktif meremas payudara kananku. Tak pernah ia lepaskan. Jarinya memilin putingku dan membuatku menggelinjang. desir merinding mengalir dari ujung putingku kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Secara reflek ku mendesah.. Ahhhh aku menggigit bibirku sendiri untuk mencegah berteriak. Kubenamkan kepala bagas di dadaku. Ku tekan, aku yakin ia tak bisa bernapas. Aku rasa Bagas tak keberatan kehabisan nafas di tengah dekapan payudaraku.

Bagas kemudian mengangkat tubuhku sedikit. Ia arahkan pinggulku tepat ke atas kemaluannya. Ketika dirasa tepat, tanpa panduan dari Bagas, aku langsung inisiatif menurunkan tubuhku. Penis Bagas masuk secara perlahan. Bagas mengeluh nikmat, aku mengeluh menahan perih. Belum lama kami selesai bercinta, kini sudah ada babak selanjutnya. Untuk sesaat kami saling menatap bak sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta. Aku secara perlahan memaju-mundurkan pinggulku. Gerakan yang cukup sederhana namun membuat bagas melenguh.

“Hmmm… kamu pinter banget deh,” puji Bagas sambil menatapku. Tangan kirinya masih memegang pinggulku, sementara tangan kananya berusaha untuk meremas payudara kiriku. Tanganku melingkar di lehernya. Mengajaknya untuk saling berpagut. Kami sibuk dengan kegiatan kami masing-masing. Keringat kami mengocor kembali meski baru beberapa menit penetrasi terjadi.

“Gas, aku rekam yah. Buat kenang-kenangan kalau kangen sama kamu,” mintaku di tengah-tengah gerakan kami. Fajar mengangguk. Aku berdiri mengambil kamera ponselku dan tripod kamera yang ku punya. Ku setting tepat lurus di hadapan kami. Bagas tersenyum, aku menekan tombol rekam. Meninggalkan kamera lalu menghampiri Bagas dengan senyum menggoda.

“Kamu bener-bener binal!” ujar Bagas yang kemudian menarikku. Meminta ku untuk kembali menaikinya. Aku menurut. Tapi kali ini aku memutuskan untuk menghadap kamera. Membelakangi Bagas.

“Kalau gini, kontol kamu bisa keliatan nusuk-nusuk vaginaku,” senyum ku. Aku mengambil ancang-ancang, ku naikan tubuhku di atas Bagas dan kemudian kuarahkan penisnya kembali masuk ke vaginaku. Jika tadi aku hanya memaju-mundurkan pinggul, kini aku sedikit liar. Dengan adanya kamera di depan, entah mengapa semangatku menjadi menggebu-gebu. Ku naik-turunkan tubuhku dengan kencang. Bagas pun kewalahan, ia merasa ngilu. Tapi tentu masih merasa nikmat dengan gerakkan ku.

“Gas pegang dadaku,” perintahku. Bagas menuruti permintaanku dengan segera. Ia meremas payudaraku, memilin kedua putingku. Aku terhentak merasakan ransangan yang diberikan Bagas. Tak beberapa lama, Bagas juga mendadak menjadi lebih semangat. Ia kemudian menyodokan penisnya di vagina ku. Meski terlihat kesusahan, tapi Bagas terus berusaha. seolah ia tak ingin kalah semangat di depan kamera.

Benturan antara pahanya dan pahaku terdengar keras. Aku yakin tetanggaku bisa mendengar jika mereka berada di halaman belakang. Mulutku sudah kusumpal dengan tanganku sendiri.

Bagas mendadak mengajakku berdiri. penisnya masih berada di dalam vaginaku. Ia memaksa tubuhku menunduk seakan ingin doggy. Tetapi tak ada pegangan untuk ku di depan. Hanya kamera yang tak cukup kuat untuk dijadikan tumpuan. Bagas kemudian menarik kedua tanganku ke kebelakang. Ia pegang kedua pergelangan tanganku dengan tangan kirinya. Sementara payudara kananku ia pegang sekaligus menjaga keseimbangan diriku.

Ia terus menghantam vaginaku dengan keras. Kini suaranya mengeluh. “Med, enak enggak?”

“Enak banget Gas! Kamu paling hebat di antara temen-temen kamu!” Puji ku. Ku tahu Bagas sangat suka dipuji. Goyangan Bagas semakin kencang. Kini keringat terus mengucur dari tubuh kami. Tak ada bagian tubuh kami yang tak berkeringat.

“Di mana?” ujar Bagas singkat.

“Di dalem aja. Bareng-bareng” aku menjawab singkat. Bagas langsung meningkatkan kecepatannya. Aku pun mengatur tempo agar bisa klimaks berbarengan dengan Bagas. Suara benturan makin keras. Aku mengeluh, gigiku tak bisa menyumbat suara yang keluar. Penis bagas terus menusuk vaginaku.

“Sebentar lagi,” ujar Bagas. Aku langsung meliarkan gerakan agar cepat mendapat orgasme. Aku sedikit mengerang agar Bagas bisa mencapai orgasme dengan maksimal.

“Arghhhhhhhhhhhhh” kami mengeluh bersamaan. Kali ini tak ada suara yang tertahan. Badan Bagas bergetar beberapa kali diikuti semprotan deras air mani yang masuk ke vaginaku. Aku lemas. Bagas memelukku dari belakang. Ia menidurkanku di sofa. lalu mengambil kamera di depan kami dan mematikannya.

***
Kembali ke masa sekarang
***

AKu terbangun pukul 5. baik Bagas maupun aku sekarang masih dalam keadaan telanjang. Ini mungkin pertemuan terakhir sebagai teman spesial. Aku mengecup kening Bagas. Ternyata ia terbangun. Ia tersenyum.

Besok Bagas akan menikah. Sara adalah sosok sahabatku yang ku kenalkan kepada Bagas sebagai balasan atas jasanya mengenalkan saya ke beberapa temannya. Hanya saja, hubungan Bagas dan Sara berjalan dengan baik. Saya ikut senang. Tetapi di lain sisi saya sadar akan kehilangan partner sex terbaik.

Bagas kemudian menarik tubuh saya ke atasnya, kami berpelukan. Saling menatap. Aku meneteskan air mata. Sesuatu yang tak terpikir akan keluar.

“Rekaman waktu itu masih ada?” tanya Bagas. Aku menggeleng. Aku memang menghapusnya untuk menghormati Bagas dan pilihan hidpunya dengan Sara.

“Hari ini kita bikin lagi yah, buat kenang-kenangan kamu.”

Aku tersenyum. Kami berpagutan. Kamera On.

The End.
 
“Gas, aku rekam yah. Buat kenang-kenangan kalau kangen sama kamu,” mintaku di tengah-tengah gerakan kami. Fajar mengangguk. Aku berdiri mengambil kamera ponselku dan tripod kamera yang ku punya. Ku setting tepat lurus di hadapan kami. Bagas tersenyum, aku menekan tombol rekam. Meninggalkan kamera lalu menghampiri Bagas dengan senyum menggoda.

Bagas atau Fajar sih ???
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
kayaknya bakal menarik, layak dipantau
 
Bimabet
Shit! Sedih lho.. bikin ngaceng tapi bikin lemes juga. Dapet banget feel perpisahannya 🥺
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd