Izin menyampaikan pendapat yaa
@papaweekend .
Karena ini kasusnya sama dgn saya dlu saya bisa kasih sedikit pendapat.
Jika, sang suami dr awal menikah saja tidak menafkahi si istri dan anak utk apa dilanjutkan. Si istri pun mau mengajukan cerai, yaa tidak apa. Berarti si istri sudah tau konsekuensinya.
Soal harta setelah menikah, saya setuju dgn pendapatnya kak
@Yomatumi .
Cuma kalo disini si istri yg mengajukan cerai, ya harus dikasih tau bahwa konsekuensi setelah cerai ya putus nafkahnya. Jgn pernah berharap akan nafkah dr si suami, lah pas jd istri aja ga dikasih apalagi dah cerai.
Jalan terbaik ya istri cari nafkah sendiri utk anak.
Soal hak asuh pasti jatuh ditangan sang istri.
Soal anak, anaknya di asuh di keluarga istri gpp asal keluarga si istri ridho yaa. Seperti yg terjadi sama saya. Dan si Istri bisa cari rezeki di Jakarta.
Soal perceraian, memang baiknya pake pengacara. Ini lebih baik dan efisien waktu menurut saya.
Pengalaman saya, saya dlu bayar 2.5jt ke pengacara dgn metode sidangnya dlu : cerai ghoib (yg keberadaan suami tdk diketahui) pdhl mah kita tau dia dimana.
Ini saya mengajukan, setelah bayar sekitar 4 bulan baru keluar jadwal sidang (Juni mengajukan, Okt sidang) sidang hanya 1x dan lgsg keluar putusan hakim. 2 bulan berikutnya keluar akte cerai resmi dr pengadilan, dikirimkan oleh si pengacara saya tadi kerumah saya.
Tiap pengacara di daerah beda² harganya, tergantung dari si istri berada di kota mana, KTP dan lokasi menikahnya dimana. Jd boleh saja hubungi pengacara utk lebih lengkapnya.
Sekali lagi, terima konsekuensinya dlu apa yg akan terjadi setelah cerai. Klo sudah, mending si istri yg mengajukan. Ngarepin si suami yg akan ngajuin itu "mustahil".
Semoga membantu yaa