Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Mungkinkah MDT 2 tayang lagi om? Q ketinggalan,,,,:aduh:
 
setia menanti update sambil minum kopi dan sebatang rokok avolution.. ✌✌
 
:mindik::mindik: ternyata nunggu ganti halaman

Skalian aja deh ngantri biar dapat kursi paling depan :woi:
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 11
(my mom's first love)

------------------------------

maxres15.jpg

“Tanabe! Aduh… Maaf pasti kamu sudah lama menunggu……” Kyoko dengan tergesa-gesa berjalan di depan gerbang stasiun Shibuya, tepatnya di area patung Hachiko. Dia dan Hiroshi sudah janjian untuk bertemu di sana, sebelum jalan bareng ke Shibuya Public Hall untuk menonton idola mereka berdua, Tatsuro Yamashita, raja pop Jepang.

“Tidak kok, kamu tepat waktu, aku saja yang datang terlalu cepat” senyum Hiroshi sambil melihat ke jam tangannya. Ya, Hiroshi datang terlalu cepat, mungkin dia tidak ingin terlihat telat di mata Kyoko.

“Ah, baiklah…. Soalnya tadi begitu ramai orang di stasiun, dan aku lupa memakai jam tangan, jadi aku khawatir kalau telat…”

“Haha, tidak apa-apa… Ayo, kita jalan, mau naik bus atau jalan kaki saja?” tanya Hiroshi.
“Jalan kaki sepertinya tak apa-apa, ini kan masih sore, konser mulai jam 7 malam kan?”
“Iya, benar… Tapi… Ah sudahlah, mari jalan kaki… Cuaca cerah seperti ini enaknya dinikmati”
“Baik, ayo!”

Kyoko tampak ceria sore itu, kontras dengan tadi malam. Semalam, dia sulit sekali tidur. Wajar memang, diajak nonton Tatsuro Yamashita. Tatsuro Yamashita adalah produk terbaik pop jepang untuk dunia. Lahir tahun 1953, dan aktif di dunia musik dari tahun 70-an, Tatsuro Yamashita adalah musisi pop Jepang yang paling dikenal oleh dunia. Karya-karyanya menghiasi radio-radio di seluruh dunia, baik yang berbahasa Jepang maupun yang berbahasa Inggris.

Di usianya yang sudah separuh baya ini, kharismanya masih tetap terjaga dan dia masih rajin melakukan live show, tur keliling Jepang.

“Terima kasih ya, Tanabe” senyum Kyoko, yang terlihat begitu manis dengan atasan tanpa lengannya dan celana jeans. Dandanan yang sesuai dengan musim panas. Dan proses berdandan seperti itu siang tadi begitu lama. Dia, seperti biasa bingung mau pakai baju apa, sampai bikin pusing ibu dan kakaknya. Itu semua karena Tanabe. Entah kenapa dia ingin terlihat istimewa di depan Hiroshi Tanabe.

“Aku yang terima kasih, Kaede. Terima kasih karena kamu mau diajak…. Hahaha”
“Yang mengajak kamu, yang beli tiketnya kamu, terus kamu yang bilang terima kasih…… Buatku itu cukup aneh” senyum Kyoko.

“Untung ada uang dari part-time ya”
“Jangan-jangan malah kamu sengaja part-time, karena tahu musim panas ini ada konsernya Tatsuro Yamashita…. Dan kamu ingin sekali menonton, iya tidak?”

“Wah, ketahuan”
“Nanti akan aku balas ya, ini benar-benar mimpi jadi nyata, aku tidak pernah menonton live show seperti ini soalnya, paling-paling aku hanya menonton band teman-temanku ketika festival sekolah” lanjut Kyoko.

“Padahal di Tokyo banyak konser bagus dan kakakmu musisi……”
“Iya, kenapa ya, aku jadi menyesal, harusnya dari dulu-dulu aku juga menabung dan nonton konser-konser seperti ini…. Mungkin karena dulu tidak ada teman yang bisa diajak atau mengajak… Lagipula, kakakku kan musisi Jazz… Musiknya sulit didengarkan”

“Yah, butuh minat khusus untuk mendengar musik seperti itu” balas Hiroshi.
“Memang, dan aku sulit bisa menyukainya, hahaha……” tawa Kyoko sambil menutup mulutnya.

Angin di sore yang cerah itu seperti membawa mereka berjalan dengan langkah ringan ke Shibuya Public Hall. Sekarang gedung itu sudah tidak ada. Pada tahun 2015 gedungnya ditutup permanen. Gedung tersebut adalah saksi bisu dari banyak musisi dalam dan luar negeri yang manggung di Jepang.

Dan malam ini, gedung itu akan jadi saksi bisu indahnya musik yang akan dilantunkan oleh Tatsuro Yamashita.

------------------------------

cc-lem10.jpg

“Gila” bisik Hiroshi ke telinga Kyoko dari dekat.
“Iya, tak kusangka akan mengantri sebegini panjang” bingung Kyoko.

Tua, muda, segala usia, mengantre mengular di depan Shibuya Public Hall. Sejam lagi pintu masuk akan dibuka. Dan walaupun tempat mereka duduk dan berdiri di dalam nanti sudah ditentukan oleh nomor tiket, tetap saja, mereka mengantre dengan tertib dan tenang. Mengantre dengan tertib dan tenang memang sudah budaya mereka. Tidak ada yang tidak sabaran dan tidak ada yang grasak grusuk.

Bahkan tidak ada yang antre sambil makan, paling hanya beberapa yang sedikit-sedikit minum dan mengobrol dengan teman atau gandengan mereka.

“Dari tempat kita nonton nanti, jelas tidak ya kelihatan ke panggung?” tanya Kyoko.
“Entah, aku tidak pernah menonton konser yang seperti ini, kalau summer festival dulu pernah, sama teman-teman SMA, tapi karena outdoor jadi lebih enak untuk bergerak ke sana ke mari”
“Mungkin kapan-kapan aku ingin menonton festival-festival musim panas”
“Boleh juga, tahun depan?”
“Janji lagi? Setelah janji sebelumnya melihat festival kembang api di Sungai Sumida?” senyum Kyoko sambil dengan sabar menunggu pintu masuk dibuka.

“Entahlah… Aku tidak bisa berpikir jernih sebenarnya, mengingat di dalam sana, pasti idola kita berdua sedang bersiap-siap” jawab Hiroshi dengan muka datar. Sepertinya dia gugup.
“Haha… Aku juga sepertinya agak tidak siap dengan kenyataan, sebentar lagi kita akan menonton Tatsuro Yamashita langsung… Ini seperti mimpi”.

“Iya, ini seperti mimpi” balas Hiroshi sambil menatap senyum Kyoko, dan dia tersenyum dalam hati. Karena, di musim panas ini, semua hal terlihat indah dan baik. Ini tahun yang menggembirakan untuk Hiroshi. Pindah ke Tokyo, menuntut ilmu, bertemu teman-teman yang menarik, walau mayoritas adalah perempuan, dan bertemu dengan Kyoko Kaede.

Anak bungsu keluarga Kaede. Anak perempuan yang seumur hidupnya dihabiskan dengan mimpi meracik kopi, dan melayani orang dari balik counter café.

Dan sebentar lagi, dalam hitungan jam, anak seorang chef dan anak seorang barista akan menonton Tatsuro Yamashita.

------------------------------

20100810.jpg

Kyoko dan Hiroshi berdiri berdampingan, di tengah kerumunan ribuan orang lainnya di dalam Shibuya Public Hall. Dalam hitungan menit, acara akan dimulai. Mereka berdua tampak gugup dan tampak tidak fokus dalam mencerna kondisi di sekeliling mereka.

“Ini betulan kan, Tanabe” bisik Kyoko dengan tidak percaya diri.
“Entahlah, aku takut”
“Takut apa?” tanya Kyoko.
“Aku takut pingsan kalau Tatsuro Yamashita muncul di panggung”

Sementara di dalam Shibuya Public Hall, pemberitahuan keselamatan bergema dari mulut speaker ke seluruh ruangan. Lokasi pintu-pintu darurat, jalur evakuasi dan pemberitahuan agar tidak panik jika terjadi situasi emergency diperdengarkan kepada para penonton yang antusias, menunggu legenda musik mereka muncul di atas panggung.

“Tanabe…” Kyoko memeluk tangannya sendiri, melihat ke arah panggung yang gelap. Tidak ada lampu sama sekali dari dan ke arah panggung. Tampaknya sengaja dibuat agar gelap, sehingga ketika para musisi pengiring masuk, para penonton tidak dapat melihatnya dengan jelas.

Pemberitahuan keselamatan sudah selesai diputar. Tanabe Hiroshi dan Kaede Kyoko ada di tengah ribuan orang lainnya. Mereka berdiri dengan rapi sesuai dengan barisan yang tertera di tiket mereka. Mereka, bersama semua orang di sana, sedang menunggu hasil jerih payah mereka membeli tiket dan mengantre mengular tadi.

Dalam beberapa menit, legenda hidup musik pop Jepang itu akan muncul di panggung.

“Minna San. Kangei Shite Kudasai….. Yamashita Tatsuro-San!!”
“Aaaaa….”
“Yamashita-San!!”

“Tanabe!!” Kyoko tanpa sadar mengenggam lengan T-shirt Hiroshi dan mereka berdua lantas terdiam, ketika lampu penerangan di dalam arena mati. Suara penonton riuh rendah dan histeris menunggu nada-nada indah dilantunkan.

Mendadak, ada suara indah. Sebuah potongan lagu hits Tatsuro Yamashita, terdengar dengan manis dari atas panggung. Dibawakan secara acapella olehnya dan para backing vocal.


Todoke ni ikou moeru kokoro ima koso (akan kuberikan hatiku yang membara untukmu, sekarang)

Ride On Time kokoro ni hi wo tsukete (Ride On Time - Jagalah hatimu)
Tobidatsu tamashii ni okuru yo Ride On Time (Dan kirimlah hatiku kepada jiwamu yang membumbung tinggi - Ride On Time)


“WAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!” Penonton makin histeris dan bertepuk tangan dengan keras, menyambut kemunculan idola mereka. Lampu panggung mendadak menjadi terang, dan tampak sosok yang mereka nantikan.

20120910.jpg

Seorang lelaki paruh baya yang gondrong, mengenakan kupluk untuk menutupi kebotakan di kepalanya. Dia berpakaian rapi dan menenteng sebuah gitar elektrik.

“Minna San!! Konbanwa!!” teriaknya dengan lembut, suaranya menggema di seisi Shibuya Public Hall. Dan tanpa membuang banyak waktu, dia langsung menghentak.


Tobichiru koi no tsubu te wa (Perasaan jatuh hati yang tercerai berai)
kimi ni mo sugu ni todoku hazu (Kamu pun akan mencapainya)

o o hii te hashirisaro u (Tariklah ekor komet dan berlarilah)
kono machi yozora to hitotsu ni naru made (Sampai menjadi satu dengan langit kota ini)

kawara nu hoshi no mabataki (Kerlip bitang yang abadi)
subete no ai o kazaro u (Mari hiasi semua cinta)

tsukan dara hanare nai yo (Aku tidak akan membiarkanmu pergi)
bokura wa uchū e kake te yuko u (Mari pergi ke luar angkasa)

o o hii te hashirisaro u (Tariklah ekor komet dan berlarilah)
bokura wa uchū e kake te yukeru (Kita dapat pergi ke luar angkasa)


Tatsuro Yamashita melantunkan salah satu hitsnya, Love Space, dengan riang gembira. Para penonton yang hafal, mulai bernyanyi bersama dirinya. Kyoko dan Hiroshi mematung, melihat dewa musik pop berdiri dan bermain musik di hadapan mereka dengan hidup.

Senyumnya membuat Hiroshi dan Kyoko terpana. Mereka sampai lupa sekeliling mereka, dan Kyoko tidak dapat melepas genggamannya dari T-shirt Hiroshi. Mereka menikmati setiap kata dan nada yang dilantunkan oleh pria paruh baya yang kharismatik itu.

Rasanya seperti mimpi, lagu-lagu yang selama ini mereka dengar melalui kaset, cd, dan mini disc berhamburan, sibuk untuk masuk ke dalam telinga mereka, membius perasaan mereka yang sudah dimabukkan oleh kemunculan Tatsuro Yamashita di atas panggung.

“Minna-san!! Senang bisa ada di sini!” teriaknya setelah lagu Love Space selesai ia nyanyikan. Sebagian besar penonton masih terbius oleh nada-nada indah yang baru saja mereka dengarkan tadi. “Malam ini kita akan bersenang-senang” lanjutnya. Dia tersenyum ke ribuan orang yang menggemarinya, dengan aura positif yang membuat hangat musim panas yang indah ini.

“Jya, Tsugi wa….. Merry Go Round!!!”

“Tanabe!!! Merry Go Round!!”
“Aku tahu!! Lagu yang kamu bilang itu lagu kesukaan kamu waktu kita pertama berkenalan kan???”
“IYA!!!” teriak Kyoko ke telinga Hiroshi.

Mereka lantas terdiam, terbius oleh intro lagu yang sangat funky dan menenangkan hati ini.


Mayonaka no yuenchi ni kimi to (Tengah malam ini di taman ria)
Futari de sotto shinobikonde itta (Kita berdua menyelinap)
Sabitsuita kanaami o norikoe (Melewati kawat yang berkarat)
Kakedasu to itsumo tsuki ga nobotte kita (Bulan selalu ada bersama kita)


Kokoro wa konagona ni kudaka re (Hati ini hancur berkeping-keping)
Nakushite shimatta (Aku kehilangan)
Maboroshi no Merī gō raundo (Bayangan Merry Go Round)
Ai sae (Bahkan cinta pun..)


Ama-iro no Tsuki Akari no shita de (Dibawah cahaya bulan yang menyilaukan)
Bokutachi wa warainagara aishiatta (Kita saling mencintai dalam tawa)
Iroaseta mizutama no benchi wa (Kursi taman yang motif polka dot nya pudar)
Horobi yuku toki no nioi shimitsui teta (Aku terjebak dalam bau kehancuran)


Kitto umarekawaru imanara (Jika ia dapat terlahir kembali)
Mōichido dake (Sekali lagi)
Ugokidase Merī Gō Raundo- (Berputarlah Merry Go Round)
Me o samase (Bangunlah)


Yunikōn! (Unicorn)

Kyoko dan Hiroshi tenggelam dalam lirik tentang sepasang kekasih yang menyelinap ke taman ria yang sudah ditinggalkan, pada malam hari, hanya untuk naik Merry Go Round. Ini bukti bahwa cinta akan memberi kebahagiaan di manapun, bahkan di sebuah taman ria usang yang sudah tidak didatangi orang lagi.

Tanabe Hiroshi dan Kaede Kyoko, larut dalam senandung indah yang mengisi seluruh telinga mereka. Mata mereka tidak bisa lepas dari Tatsuro Yamashita. Ini gila. Pertama kali nonton konser, langsung nonton konsernya Tats Yamashita, artis solo terpopuler di Jepang dan putra terbaik Jepang yang menggebrak musik pop dunia pada tahun 80-an.

Dan untuk beberapa waktu ke depan, seisi Shibuya Public Hall akan digempur oleh lagu-lagu nostalgia dan irama-irama funky yang akan membuat mereka hilang untuk sesaat, larut dalam putaran Merry Go Round yang dirancang oleh sang maestro, Tatsuro Yamashita.

------------------------------


Nanatsunomi kara atsumatte kuru (Mereka datang dari tujuh lautan)
Megami-tachi no doresu ni fureta totan ni (Begitu kau menyentuh gaun sang dewi)
Hirogaru sekai wa fushigina kagayaki o (Cahaya dunia yang misterius telah menyebar)
Hanachinagara kokoro e to shinobikomu (Menyelinap masuk ke dalam hatiku saat mereka melepasnya)

Takakute todokanu ai no yukue mo (Cinta yang tinggi dan tak terjangkau)
O ninau yayami ori hajimetara (Saat senja mulai turun)
Sutekina zawameki kokoro ni nagekakete (Lemparkanlah dalam gemuruh di hati)
Tada natsukashi omoide ni surikaeru (Ingatlah kenangan yang tak terlupakan)

Sparkle in my heart
Wonder in your world


Kyoko dan Hiroshi masih ada di dalam Shibuya Public Hall. Mereka lelah, lelah dalam kegembiraan. Lagu terakhir, sudah dilantunkan.

Sparkle. Lagu paling populer dari Tatsuro Yamashita sedang dilantunkan, sebagai penutup konser malam itu. Kyoko tak bisa mempercayai matanya. Dia telah puas melihat Tatsuro Yamashita bernyanyi di hadapannya. Malam ini akan menjadi momen yang tak akan terlupakan untuk Kyoko seumur hidupnya.

Lagu-lagu yang selama ini didengarnya, sekarang dia lihat langsung, penyanyinya melantunkannya di depan matanya. Jika dia ingin menangis, maka dia harus menangis, karena rasanya mimpi menjadi nyata.

Dan mereka berdua, tidak ingin malam ini segera berakhir.

------------------------------

shibuy12.jpg

Kyoko dan Hiroshi ada di depan vending machine. Kyoko masih terpaku, nyawanya masih ada di awang-awang.

“Kaede”
“Eh?”
“Ini”

Hiroshi memberikannya kaleng minuman ringan dingin. Kyoko masih terpaku dan dia menerima kaleng tersebut dengan gerakan yang kaku. Tak lama kemudian mereka menyingkir, agar tidak menghalangi orang berikutnya yang ingin bertransaksi di vending machine.

“Kaede”
“Eh?”
“Kamu seperti melamun….”

“Siapa yang tidak melamun setelah melihat Tatsuro Yamashita di depan dirinya, hidup, menyanyi, ini gila!” teriak Kyoko pelan. Mukanya memerah, berbinar-binar. Seluruh energinya habis di dalam Shibuya Public Hall, dan rasanya, dia belum ingin pulang. Suasana di luar Shibuya Public Hall penuh oleh para penonton konser tadi yang masih lalu lalang, larut dalam kegembiraan.

“Terima kasih ya sudah mau datang dan menemaniku” bisik Hiroshi sambil bersandar di dinding. Kyoko tersenyum, mengangguk dan dia menunduk dalam di hadapan Hiroshi.

“Aku yang harusnya berterima kasih…”
“Eh, bangun Kaede, tidak enak dilihat orang” Hiroshi tampak panik karena Kyoko menundukkan badannya di depan Hiroshi.

“Bagaimana sih, aku ditraktir, diajak, dan diajaknya menonton Tatsuro Yamashita, kurang beruntung apa aku…..”

“Haha, ya… Aku juga merasa beruntung, sudah bisa melihat dia langsung….” senyum Hiroshi.

“Dan aku lapar, tapi tak ingin makan, capek, tapi tak ingin pulang, rasanya kayak mimpi”

“Sama, rasanya benar-benar seperti mimpi”

“Musim panas ini gila, Tanabe…..” Kyoko ikut-ikutan bersandar di dinding, memperhatikan orang yang lalu lalang bersama Tanabe Hiroshi.

“Iya, gila… dan aku tidak menyesal sudah pindah ke Tokyo…”

“Pasti tidak… Kau terlihat begitu bersemangat dari hari pertama kuliah, Tanabe, dan sekarang, rasanya semangat itu belum habis” senyum Kyoko.
“Kita masih muda bukan? 18 tahun. Masih banyak waktu kita…. Tentu saja aku semangat…. Masa depan kita rasanya seperti cerah begini sehabis menonton konser tadi, hahaha” balas sang lelaki.

“Masih terasa seperti mimpi ya…. Dan serius, aku ingin sekali cepat sampai rumah, tapi malas jalannya. Ingin rasanya menyombongkan ke Nii-san dan Okasan” balas sang perempuan.
“Masih ada jalan kaki, bus, dan kereta ya, sampai Mitaka”
“Iya, rasanya ingin terbang saja, aku takut soalnya, di jalan karena banyak melihat-lihat lagi, memoriku soal konser tadi hilang” canda Kyoko.
“Mana bisa begitu… Hahaha”

“Kan aku bercanda” Kyoko menjulurkan lidahnya dan dia menatap muka Tanabe Hiroshi yang tampak begitu bahagia, bisa melihat sang idola manggung tadi.

“Masih banyak sebenarnya yang ingin kulihat, tidak cuma Tatsuro Yamashita saja, itu pembukaan” tawa Hiroshi.

“Eh?”
“Iya”
“Maksudnya?”

“Aku ingin menonton lebih banyak lagi…. Mariya Takeuchi, Toshiki Kadomatsu, Junko Ohashi, dan jangan lupa….. Momoko Kikuchi”
“Haha, masih banyak rupanya konser yang ingin kamu tonton ya?”
“Iya, dan itu berarti aku harus lebih giat lagi part time”
“Semangat, Tanabe….”

“Tapi, aku ingin satu hal”
“Apa?”
“Aku ingin kamu menemaniku nonton itu semua, Kaede” lanjut Hiroshi. Dia berdiri, dan dia menghadap ke arah Kyoko. Keramaian di belakang punggungnya seakan-akan menghilang. Shibuya Public Hall tampak menaungi punggung Hiroshi.

“Boleh saja. Tapi jangan ditraktir lagi…. Aku beli sendiri nanti, sepertinya aku harus part time juga kalau kamu mau ditemani ke konser” balas Kyoko dengan senyum manisnya yang membius Hiroshi.
“Kamu tahu?” jantung Hiroshi rasanya seperti mau copot mendadak.
“Apa?”

“Kalau aku benar-benar ingin ditemani oleh kamu saja di semua konser itu”
“Eh?” Kyoko menatap mata Hiroshi dengan dalam dan dia merasakan koneksi yang aneh. Dunia seakan berhenti berputar dan dia merasakan perasaan yang aneh. Seperti ada kupu-kupu di dalam perutnya, berputar-putar terbang dengan manisnya, dan aliran darahnya tampaknya terasa semakin kencang.

“Bagaimana mengatakannya ya…..” Hiroshi menarik napas panjang, dan dia tampak sulit mengucapkan hal yang ingin dia ucapkan.
“….” Kyoko mengulum bibirnya dan dia menebak-nebak apa yang sebenarnya ingin Tanabe Hiroshi katakan.

“Aku suka kamu, Kaede….” Hiroshi tersenyum. “Aku benar-benar suka kamu”

Kyoko melongo. Dia tidak menyangka, sehabis menonton Tatsuro Yamashita, seorang lelaki yang dia kenal baik dan dia sangat nyaman berada di dekatnya, menyatakan cintanya pada dirinya.

“Kaede… Watashi to tsukiatte moraemasen ka?”

Lovestruck. Kyoko tidak tahu harus berbuat apa. Dia ingin menjawab, tapi mulutnya kaku dan badannya seperti terpaku ke dinding.

“Tanabe… ano…” Kyoko masih bingung. Dia meremas tangannya dan menatap Hiroshi dengan wajah yang tidak bisa dikontrol.
“Kaede… Kalau kamu tidak jawab sekarang, tidak apa-apa, masih banyak waktu” senyum Hiroshi Tanabe.
“Tidak-tidak…. Ano…. Aku senang mendengarnya….”
“?”

“Ya, Tanabe…. Watashi mo suki…..” Kyoko tersenyum lebar ke arah Hiroshi dan Hiroshi menyambut senyumnya.

“Senang mendengarnya”

Mereka terdiam, masih di dalam lovestruck yang membuat mereka berdua tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain tersenyum dan menatap satu sama lain. Di satu sisi mereka lega, karena mereka officially dating, tapi mereka merasakan ketegangan yang luar biasa, karena mereka bingung, apa yang harus mereka lakukan setelah ini.

Setidaknya, hari ini hampir ditutup dengan sempurna.

“Kalau begitu, biarkan aku mengantarmu pulang….”
“Baiklah”

“Tunggu"
“Kenapa?”
“Kita lupa makan malam” tawa Hiroshi.
“Ahaha, benar…. Mari kita cari makan malam dulu………” sambut Kyoko.

“Ayo”

Mereka berdua, lantas berjalan dengan pelan, menyusuri jalanan Shibuya malam itu, menjauh dari Shibuya Public Hall. Mereka saling melirik dan menahan senyum. Secara otomatis mereka saling membuang muka, tapi seakan-akan ada rasa penasaran yang menahan pandangan mereka untuk selalu bertaut.

Mereka berjalan beriringan, menuju jalan yang pernah mereka lewati, tetapi ini pertama kali mereka melewatinya sebagai pasangan. Dan tanpa sadar, tangan mereka bersentuhan. Secara refleks, tangan mereka langsung menghindar. Tak lama kemudian, mereka tersenyum dalam hati dan saling melirik.

Secara otomatis, tangan mereka saling menggengam, bergandengan menyusuri jalan itu.

Ya, Tanabe dan Kaede kini sepasang kekasih.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 11

Kyoko's Timeline:

- Kyoko Kaede (18)
- Hiroshi Tanabe (18)

Glossary :

Minna-San
: Semuanya
Kangei Shite Kudasai : Mari kita sambut
Konbanwa : Selamat malam
Tsugi wa : Selanjutnya
Watashi to tsukiatte moraemasen ka? : Maukah berpacaran denganku ? (secara harfiah, artinya : maukah ngedate denganku?)
Watashi mo suki : Aku juga suka kamu
Onisan / Nii-San : Kakak laki-laki
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd