Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Nyi Kinarah

Duh Ki plerong udah kadung tambah sakti....
 
ANGKARA

Danan dan Renggani turun dari bis yang membawa mereka ke lapangan terbang internasional. Mereka hanya membawa sebuah tas backpack berisi beberapa baju dan keperluan pribadi, serta sedikit uang. Renggani masih punya beberapa juta, uang yang diperolehnya dari orang-orang dusunnya. Mereka berjalan di depan counter tiket, melihat harga.

Mahal. Beli dua tiket itu saja menghabiskan lebih dari separuh uang yang ada. Belum lagi untuk beli makan. Untuk sewa penginapan. Danan menghela nafas. Menggelengkan kepala. "Ani, yuk kita duduk di sana," ajak Danan. Renggani mengangguk. Mereka tidak banyak berbicara sepanjang perjalanan, tapi nampaknya ini adalah ujung yang bisa dilakukan. Mau apa lagi?

Mungkin, uang yang ada cukup untuk menyewa satu tempat, dan mencari pekerjaan. Mungkin, setelah itu, bisa terkumpul cukup uang untuk pergi terbang. Sebulan lagi, mungkin? Danan membagikan isi pikirannya pada Renggani Gadis itu turut berpikir, dan menyajikan kemungkinan lain. Ada hal-hal yang bisa dikerjakan. Danan menemukan bahwa ternyata Renggani cerdas, enak diajak berbicara, dan penuh perhatian. Di balik wajah cantik dan tubuh indah sempurna, juga ada kecerdasan yang tinggi, wawasan yang luas, rendah hati, dan sangat peduli. Renggani juga menyukai berbicara dengan pemuda sopan yang serius, perhatian, dan apa adanya. Danan adalah pemuda yang tidak memandangnya dengan nafsu, bahkan saat Renggani membiarkan dirinya terhanyut dalam aura pemuda itu, yang sebenarnya membuatnya bergairah dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluarkan wangi yang biasanya membuat lelaki tergila-gila. Tapi, Danan nyatanya tidak tergila-gila.

Tentu Renggani tidak tahu, Danan telah menguasai ilmu asmaragama. Ilmu itu membuat Danan kebal dari pengaruhnya, juga dari kekuatan hisap sukmanya. Sebaliknya, selama berada di dekat Renggani, justru kekuatan asmaragama Danan meningkat, yang memberi kekuatan kepada banyak ajian lainnya. Yang membuat Danan nyaman berada di sebelah Ani, merasa kuat untuk melakukan apapun. Yang membuat Renggani nyaman berada di sebelah Danan, merasa aman untuk menjadi seperti apapun.

Sore itu, di pelataran lapangan terbang, untuk pertama kalinya kedua anak muda ini menemukan jangkar untuk bertaut, untuk hidup bersama, saling memiliki. Renggani menemukan pengganti untuk lubang yang hilang di dalam hatinya.

Mata Danan yang tajam menemukan acara televisi di atas counter tiket. "Ani," katanya pelan. Ia terus menggandeng tangan Ani mendekat ke televisi. Di sana diperlihatkan bagaimana keadaan kota yang baru mereka tinggalnya: kehancuran ada di mana-mana. Kampus mereka tidak ada lagi. Tempat perbelanjaan yang ramai, runtuh. Balai kota, terbakar. Kengerian melanda, dan laporan dari Panglima Tentara untuk segera menguasai kembali kota dari tangan teroris.

"Itu... Mereka menghancurkan...?"

"Kita tidak tahu, Ani. Entah bagaimana dan kenapa bisa begini."

"Permisi... Dengan Danan dan Renggani?" tanya seseorang di belakang kedua orang yang masih terbenam memandang berita televisi. Mereka menoleh, memandang mata bulat besar, hidung mancung, tulang pipi tinggi, kulit kecoklatan khas gadis India yang cantik. Di belakang gadis itu ada seorang perempuan bule tinggi besar, juga cantik, dan dua orang pria bule kembar yang tidak begitu tinggi.

"Ya, saya Danan dan Renggani. Ada apakah?" jawab Danan singkat, waspada. Ia melangkah untuk berdiri di depan Renggani, bersiap menghadapi apa pun. Gadis India itu menjadi sedikit salah tingkat merasakan kecurigaan Danan.

"Eh... Maaf, bukan maksud saya mengagetkan," dengan aksen bahasa Indonesia yang sempurna, "nama saya Anindya, dan ini Jill, serta itu Richard dan Rorty."


"Roti?" tanya Renggani. Baru didengarnya ada nama seaneh ini.

"Bukan, bukan Roti. Rorty. Rorrr... ty, dengan errrr...." sahut salah seorang pria itu.

"Maaf, maaf...." kata Renggani lagi, malu.

"Kami datang dari Dayananda mission," kata Anindya cepat-cepat, menghilangkan rasa tidak enak ini. "Tapi selama ini kami datang kepada Mbah Rojokerto. Beliau meminta kami untuk menjemput Anda berdua di sini, untuk diantar ke tempat Beliau."

"Dayananda?" kata Danan lagi. Ia merasa seperti pernah dengar nama itu. "Dayananda.... Arsa Widya?" tanya Danan.

Anindya tampak senang. "Ya, betul! Tuan Danan sudah pernah dengar? Leluhur Guru kami, Swarmi Dayananda Saraswati, mendirikan pengajaran Arsa Widya Gurukulam, yang berakar pada Wedanta. Kini ajaran Dayananda telah disebarkan ke seluruh dunia, dan kami terus belajar... Kami sudah dua tahun ini belajar pada Mbah Rojokerto," katanya menjelaskan. Danan mengangguk, ia menurunkan ajian perisainya. Saat ini ia dan Renggani ada bersama teman.

Keempat temannya fasih berbahasa Indonesia, walau dalam banyak kesempatan Jill, Richard dan Rorty bercakap-cakap dengan bahasa Inggris -- Jill 25 tahun umurnya dari Australia, sedangkan si kembar Richard dan Rorty 23 tahun dari Pennsylvania, Amerika. Mereka anak-anak muda yang mencari pencerahan dari Gerakan Zaman Baru, tapi akhirnya terus tertarik pada ajaran Hindu, akhirnya terus belajar sampai ke Indonesia. "Saya dua tahun lalu datang dari Coimbatore, Tamil Nadu di India. Sedangkan Jill, Richard, dan Rorty baru delapan bulan lalu datang dari kota Saylorsburg, Pennsylvania, di Amerika. Maaf kalau masih belum fasih bahasa Indonesia," tutur Anindya.

Mereka membelikan Danan dan Renggani tiket, terus menghabiskan waktu di ruang tunggu. Danan dan Renggani lebih nyaman bercakap-cakap berdua, membicarakan Anindya yang anggun cantik, Jill yang sungguh sexy dengan kaus tanktop dan hot pants yang benar-benar hot, serta si kembar yang selalu memperhatikan apa saja, tapi kini terutama memperhatikan Renggani. Mereka itu kembar, tapi Richard terlihat lebih rapi, lebih tampan, seperti foto model pria. Rorty lebih urakan, tapi lebih hidup, nampak lebih cerdas.

Obrolan mereka terhenti oleh berita yang disiarkan televisi terpasang di ruang tunggu. Banyak orang dari berbagai penjuru justru datang untuk menemui Ki Plerong, yang sekarang disebut Sang Nabi. Mereka memujanya karena kesaktian yang diperlihatkannya, ketika sekelompok orang pembela agama yang menentang dengan mudah dibinasakan. Dahulu para fanatik itu dengan keroyokan menghancurkan tempat ibadah dari ajaran yang disebut sesat. Kini mereka seperti segerombolan laron menerjang api, bergelimpangan mati.

Kini orang-orang yang semula fanatik membela agama, kini berbalik jadi fanatik mengikuti Ki Plerong, menginginkan kekuatan yang dahsyat itu. Memang benar, seorang reporter televisi merekam bagaimana anak buah Ki Plerong ditembak timah panas dari jarak tiga meter tepat ke badan, tapi peluru terpental semua. Sebaliknya tentara yang malang disembelih dengan mudah oleh parang yang dilemparkan. Negara dinyatakan dalam keadaan darurat, seluruh prajurit disiagakan dan dimobilisasikan.

Tetap saja, seluruh kota kini jatuh dalam tangan Ki Plerong, Sang Nabi. Ia mengaku menerima wahyu dari Allah, karena jaman sudah sesat, sudah tidak cocok lagi. Semua juga tahu betapa munafiknya para pemuka agama, yang tanpa malu berchat sex dengan perempuan yang bukan muhrimnya. Pengikutnya yang menyebut diri pembela agama, sama saja perilakunya.

Lebih baik Sang Nabi yang membebaskan pengikutnya untuk ngentot siapa saja yang dikehendaki. Tidak ada lagi omong kosong jaga kesucian. Berita itu disebar luaskan lewat media sosial, dan anak-anak muda berdarah panas dengan gembira mengikutinya. Melihat itu semua, Renggani menjadi sangat muram. Ia mengingat kembali apa yang telah diambil oleh Ki Plerong dari dirinya. Apanya yang bisa disebut Nabi? Tapi sekarang, kesaktian Ki Plerong telah menjadi seperti itu. Renggani berpikir keras... Dedi telah menyerahkan sukma, kini kekuatannya menyatu dengan dirinya. Ia harus melakukan sesuatu...

Danan dan rombongannya dipanggil untuk boarding pesawat. Mereka tidak tahu apa yang ada di depan mereka.


oo0OO0oo​


Ridwan dan Emma berusaha melalui jalan-jalan kecil dan kotor tanpa terlihat. Saat siang hari mereka masuk ke rumah orang yang terbuka, penghuninya menggigil ketakutan, tapi kemudian mau menolong sepasang pemuda pemudi ini. Waktu hari menjadi gelap, barulah mereka berjalan menuju ke luar kota. Sepanjang jalan, orang-orang bergabung dengan Ridwan. Di siang hari Ridwan dan Emma menceritakan tentang kejahatan Ki Plerong. Di malam hari, mereka mengatur gerilya

Tidak mungkin kan, seorang Nabi berbuat sejahat itu? Sama sekali tidak nampak sebagai penerima wahyu dari Allah. Lebih tepat mengatakan dia adalah sosok reinkarnasi setan iblis, dan demit menjadi kaki tangannya!

Kegembiraan dan pelepasan ketegangan Ridwan dan Emma hanyalah saat mandi bersama di pagi hari, hanya kalau ada air dan listrik menyala di rumah orang yang mereka singgahi. Saat mereka berdua, dalam ketelanjangan, Emma mendesah bahagia merasakan kontol Ridwan memasuki tubuhnya dari belakang. Mereka tidak punya banyak waktu di rumah orang, jadi biasanya Emma menungging. Sesekali, Emma dipangku Ridwan yang berdiri, kontol tertanam dalam memek, kaki Emma melingkari pinggang Ridwan, dan mereka bergerak liar di kamar mandi, bersandar pada dinding.

Kalau sudah begitu, Ridwan mengeluarkan semua pejunya di dalam Emma. Merasa inilah daging dari dagingnya, tulang dari tulangnya. Emma masih meminum pil KB nya, masih ada persediaan di tasnya. Kalau itu nanti habis... ya lihat nanti sajalah. Dalam waktu satu minggu, mereka setiap malam berpindah terus menuju ke selatan, setiap kali ada saja anak muda yang mau ikut pergi meninggalkan kota. Kalau orang tua, mereka lebih suka tetap tinggal di rumah sendiri saja.

Sebagian besar orang-orang menjadikan Ridwan yang gagah tampan dan jago berkelahi menjadi pemimpin mereka. Dari dua orang, kelompoknya berkembang menjadi dua ratusan orang, ketika akhirnya mereka menempati sebuah resort jauh di selatan kota, yang telah ditinggalkan penjaganya. Ini nampaknya tempat retreat orang kristen atau katolik, karena di setiap ruangan tergantung salib. Tersedia ruang kamar tidur yang terisi empat ranjang, di gedung berlantai tiga dengan 70 kamar tidur seperti itu, bisa muat 280 orang.

Bagusnya, tempat retreat ini terletak di atas bukit yang tersembunyi, cukup jauh masuknya dari jalan besar. Tersedia berbagai macam hal di sana, seperti satu unit generator listrik yang besar dan satu tangki bahan bakar terisi penuh di sebelahnya. Air tersedia dari air artesis dan toren air besar yang dipasang pada menara tinggi. Jadi, resort itu dapat berjalan sendiri tanpa bantuan dari luar.

Ridwan, Emma, dan banyak anak muda yang mengikutinya membuat base camp di sana. Mereka mengumpulkan televisi, komputer, dan radio CB 2 meteran. Mereka mengumpulkan banyak CCTV dari satu toko yang dibiarkan terbuka ditinggalkan begitu saja, lalu mulai memasang kamera-kamera di sekitar bukit sampai ke bawah, ke tepi jalan raya. Anak-anak muda itu bersorak sorai di ruang kontrol, itu kantor tempat pengelola resort yang terletak paling dekat dengan generator, ketika melihat hasil pekerjaan mereka semingguan itu selesai.

Kini adalah saatnya mulai membangun perlawanan. Mereka mulai mengatur tugas, dan mengirimkan anak-anak muda ke berbagai dusun di sekitar kota, juga menyelundupkan kembali para pemuda yang berani untuk masuk kembali ke kota. Berbekal radio 2 meteran, mereka berhubungan setiap hari, membangun jaringan dengan penduduk yang selamat dan kini menderita di rumah-rumah sendiri. Informasi-informasi yang diterima terus dikumpulkan, lalu diberkas rapi dan diserahkan kepada panglima komando tentara.

Bagaimanapun, memang di saat terjadi penjajahan, rakyat dan tentara harus kembali bekerja sama.


oo0OO0oo​


Emma berusaha menutup mata dan mengatupkan tangan, berdoa. Berdoa seperti masa kecilnya dahulu. Berdoa kepada Tuhan yang tidak pernah lagi disapanya sejak ia remaja, karena memutuskan bahwa semua kisah tentang Tuhan itu pasti bohong semua. Ia marah merasakan ketidakadilan oleh guru-gurunya, muak dengan kemunafikan penginjil yang tergila-gila pada kecantikan dirinya.

Saat baru masuk SMA kelas X, Emma merasa menjadi orang beriman adalah omong kosong besar. Di mana ada Tuhan, tatkala orang yang seharusnya mentaati Firman Tuhan, justru berniat cabul terhadap dirinya?

Tapi, setelah memandang kematian Ratih, kematian banyak orang, saat nyawa seperti tidak ada harganya, Emma menemukan yang tersisa hanya Tuhan yang terasa jauh. Bukankah kini dirinya telah bergelimang dosa? Namun di ruang doa kecil ini, ruang khusus berdoa yang terletak di sisi atas kompleks -- harus naik 150 anak tangga -- Emma menemukan salib dan gambar Tuhan Yesus yang mati tersalib. Tuhan mati untuk menebus dosa, sebesar apapun... Entah mengapa, Emma jadi menangis. Akhirnya bukannya berdoa, ia menangis sesenggukan di sana. Menangis membuat lega.

Sejam kemudian, saat matahari tinggi di atas langit, Emma merasa lebih tenteram berdamai dengan Tuhan. "Oh Tuhan, tolonglah aku dan suamiku. Tolonglah kami semua," bisiknya. Ia duduk bersimpuh di lantai kayu beralas karpet, duduk di depan lemari yang berisi buku-buku dan pajangan. Sebuah figurin domba yang terletak di ambalan kanan bawah menarik perhatiannya. Figurin itu mengkilap, seperti dibuat dari perak. Kenapa di taruh di sisi bawah begini?

Emma meraih figurin itu. Bukannya tertarik, figurin itu hanya bergeser dengan suara CEKLEK! dan lemari itu bergeser ke samping. Emma terus berdiri, menggeser lemari yang berat sedikit demi sedikit, hingga terbukalah lubang di belakangnya. Gelap. Emma terus mengambil HP nya yang sudah lama tidak dipakai, tidak ada sinyal -- tapi lumayan masih bisa dipakai kameranya. Kali ini, Emma terus menyalakan flashlightnya, menjadi senter memasuki lubang itu. Lorong alami dari batu keras, terus menuju ke bawah hingga sampai satu pelataran agak lebar. Gua dalam bukit!

Emma mengeksplorasi gua itu, menemukan ada satu lorong lagi yang besar, dengan anak-anak tangga dipahat dari batu. Ia menuruni tangga batu itu, banyak jumlahnya, hingga sampai di dasar ke dalam sebuah gua yang besar dan dingin dan kering. Ia mendapati ada papan-papan kayu terpasang membentuk kamar-kamar, beberapa terisi ranjang dari besi beralas papan. Sudah ada yang pernah menempati tempat ini, mungkin dari jaman penjajahan dulu...

Ia bergegas naik kembali. Ridwan dan teman-temannya pasti sangat senang dengan penemuan ini.


oo0OO0oo​


Ki Plerong menyeringai. Ia menyalakan dupanya, membaca mantra. Sekelompok besar anak muda, laki-laki dan perempuan, bersorak-sorak dan menyebut-nyebut "Sang Nabi! Sang Nabi!" seperti memuja seorang bintang rock. Ruangan ballroom di hotel besar mewah yang kini dikuasainya terasa dingin -- semua AC dinyalakan penuh. Asap dupa menyebar dengan cepat, harumnya tercium hingga di pojok-pojok ruangan.

Acep, bawahan Ki Plerong, terus membawa ukupan dupa itu ke tengah ruangan. Asap semakin banyak memenuhi ruang ballroom yang tinggi besar itu. Akibatnya, seluruh anak muda itu terangsang hebat. Setiap sentuhan menimbulkan gejolak birahi, entah itu laki-laki atau perempuan. Satu demi satu, mereka melucuti semua pakaian di badan. Beberapa sudah mendapat orgasmenya hanya karena tersentuh punggung dan dada, dengan kalap mereka membuka semuanya. Menginginkan semuanya.

Banyak anak-anak muda itu masih di SMP, juga SMA. Kebanyakan masih perawan dan perjaka, tapi mereka semua larut dalam birahi yang membuat para bocah itu merintih-rintih merasakan orgasme hebat melanda. Perempuan yang sudah telanjang, terus baring terlentang di lantai karpet, mengangkang. Yang laki-laki terus menyerbu, kontol didesak masuk dalam memek, darah menetes di mana-mana. Siapa yang masih peduli soal keperawanan?

Jeritan demi jeritan terdengar di sana sini. "Auhhh.... Aduh... Sakit! Tapi enak! Ayo ayoooo AYOOO!!!" suara gadis yang kini tidak perawan lagi itu disambut sorakan dan jeritan lain di sana sini. Anak-anak lelaki untuk pertama kalinya merasakan ngentot, baru saja masuk mereka sudah terus ejakulasi. Tapi ini tidak cukup sekali, kontol mereka terus berdiri lagi, mencari memek lain lagi untuk dimasuki.

Bagi yang sudah lebih 'pengalaman', mereka membuat perempuannya menungging dan menyodok dari belakang. Atau yang lelaki dengan kontol besar keras tidur terlentang, dan para perempuan bergantian naik ke atasnya, menikmati kontol besar mengubek-ubek memek hingga mereka orgasme, berguling, terus digantikan perempuan lain.

"Sang Nabi! Sang Nabi! Ooohhh! Enak! Ikut Sang Nabi! Sang Nabi!" beberapa anak muda terus melantunkan kata-kata itu sepanjang mereka tidak mendesah-desah karena ngentot. Ki Plerong sangat senang, ia terus membangun pasukannya yang menjadi setia karena jiwa mereka diikat oleh seks, diberi upah kenikmatan liar yang tidak tertahankan, menjadi pecandu-pecandu seks yang mutlak patuh padanya.

Pesta seks itu berlangsung tiap malam, dan setiap anak muda yang sudah merasakan nikmatnya ngentot terus mengajak anak muda lain, bahkan juga pasangan suami istri muda yang mau coba, untuk turut larut dalam kegilaan kebersamaan ini. Yang melawan, di bunuh. Yang mau ikut, boleh merasakan nikmat dunia. Satu memek tidak cukup jika hanya dimasuki satu kontol dalam semalam. Minimum tiga, kalau bisa lima sampai sepuluh, terengah-engah. Puas sebentar, tak lama kemudian menjadi haus lagi.

Pengikut Sang Nabi menjadi semakin banyak, termasuk orang-orang yang tadinya setia pada Pemerintah, bahkan juga para tentara. Sudah ada dua kompi tentara turut larut dalam pesta seks ini, tubuh yang kekar bertelanjang dan keras menegang, menancapkan kontol mereka ke memek muda yang bertaburan di seluruh ruangan pesta. Gadis berkulit putih, kuning, coklat, dan tembaga, mereka semua nampak ranum dan indah di bawah lampu-lampu crystal, mengangkang. Para tentara itu menyerbu medan pertempuran dan memenangkannya, para gadis merintih-rintih karena orgasme cepat yang mereka nikmati. Kurang? Mau lagi!

Kini, tentara pun menjadi milik Ki Plerong. Kalau bisa begini terus, mungkin satu dua bulan lagi, ia cukup kuat untuk mengambil alih ibukota. Untuk mengambil negara ini, ngentot di bawah kakinya.
 
Entah kenapa klimaks disini mirip dengan kondisi sekarang dimana ada yg mau bela si DPO (dah tahu siapa yg saya maksud)
 
Bimabet
Wondering endingnya bakal gimana, skala ceritanya udah besar, apakah akan diakhiri dengan EPIC WAR ato EPIC SEX SCENE...??
;)
Hajar terus suhu, tensinya makin dikencengin!!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd