Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Nyi Kinarah

kini Dedy tlah:cool: menyatu kedalam Renggani... kekuatan murni telah bergabung. tinggal membuat perhitungan ke banci tua sekaligus membebaskan kota dari cengkraman mucikari jahat.
:haha:
 
Wah Pengorbanan Deni buat dirinya mati. Renggani udah melupakan Agus cowo pertama yg disukai dan yg ambil prewinya . Eh ternyata Renggani masih mencintai Ridwan yg pernah menolongnya. Seperti seru nih pembalasan Renggani dan Ridwan ke Ki Gondolangit,ki plerong dan orang2 yg merusak Jalan hidupnya.
 
mantap sekali kisanak updatenya..

jadi inget koleksi gw kopingho, wiro sableng dan pendekar rajawali sakti yang raib digondol orang

top markotop hu :beer:
 
RENGGUT

Sepasang kekasih itu memasuki kamar kos dengan hati-hati di malam hari. Ridwan mengunci pintu dengan berusaha agar tidak bersuara. Tirai tertutup rapat-rapat. Sementara, Emma tidak berkata-kata, ia terus duduk di ranjang. Menjatuhkan diri, telungkup. Membenamkan muka di bantal. Menangis sejadi-jadinya, sesenggukan, menahan muka dengan bantal agar tidak bersuara.

Tapi dalam keheningan itu, rintihan Emma terdengar sangat keras. Tangisan karena mengingat sahabat -- betapapun Ratih menjadi gila dan menyeretnya dalam kegilaan ini -- telah mati dengan mengerikan, kepala pecah, darah dan otak berhamburan. Tangisan karena perlahan-lahan semua yang terjadi teringat lagi. Jika dibilang bahwa kehormatan seorang perempuan adalah selaput daranya, bayangan bahwa kemarin baru saja menungging, mulut menjemput batang lelaki keras seperti es krim, semetara di belakang, sebatang lain memompa memek masuk keluar masuk keluar -- waktu itu memberi perasaan nikmat luar biasa. Mengeluh, merintih, memohon-mohon... Lebih keras! Ya! Lebih keras! Auuhh.... Aku sampeee.... Seperti dalam kegilaan, hilang kewarasan.

Ketika semua kewarasan itu kembali, kini di sisi lelaki yang selama ini setia mengasihi, mencintai, bukankah terasa bahwa kotornya diri tidak terampuni? Batang-batang kontol itu, entah punya siapa, sudah masuk memek, masuk mulut, juga masuk anus. Menyemburkan mani di sana sini. Emma tidak merasa berharga. Kini ia iri pada Ratih yang sudah tidak ada lagi, mengapa tidak ada peluru yang juga memecahkan kepalanya? Emma mau mati saja. Kalau bisa, ia ingin menangis sampai habis suaranya, sampai habis nafasnya, dan tidak usah berada lagi di dunia.

Ridwan mengelus kepala perempuan yang telah menjadi belahan jiwanya itu. Merasa perih, sedih, sangat berduka. Sekaligus, ia juga sangat mengkhawatirkan apa yang terjadi dengan Dedi dan Danan. Ia merasa tidak enak karena harusnya ialah yang memimpin, ialah yang di depan. Tapi, Ridwan memilih membawa Emma pulang, melalui lorong gelap dan jalan setapak, berputar agak jauh supaya tidak ketemu orang, hingga sampai di jalan raya. Kebetulan ada angkot kosong menuju ke kota, mereka terus naik, hingga sampai di sini. Ridwan merasa seperti prajurit yang desersi, meninggalkan medan pertempuran.

Jika ada apa-apa dengan Dedi atau Danan, mungkin Ridwan tidak bisa memaafkan dirinya. Tetapi perempuan ini, ia terlalu mencintainya. Memikirkan bagaimana obat dan entah sihir apa sudah membuat gadisnya menjadi bintang film porno yang binal -- kesedihannya luar biasa, melebihi rasa marahnya. Ia mengingat masa itu, ketika pertama kali bercumbu dengan Ratih. Mereka waktu itu sama-sama perawan dan perjaka. Emma sangat cantik. Ridwan sangat ganteng.

Di sini, di tempat kost ini, di siang hari saat ada rapat penting darurat dengan rektor, jadi seluruh perkuliahan ditiadakan. Berdua, di balik pintu terkunci dan tirai tertutup rapat, Ridwan dan Emma berciuman. Mulanya hanya ciuman ragu, karena tidak biasa, baru sekarang. Ciuman yang menyatakan cinta, dan keyakinan bahwa engkaulah milikku seorang. Aku mencintaimu. Aku menginginkanmu.

Dari hanya bibir yang beradu, kini lidah pun saling berpagut. Mata terpejam, tubuh menempel, tangan merangkul kuat. Tidak lagi bisa berdiri, mereka berdua duduk di ranjang. Jari jemari Emma memeluk leher dan kepala Ridwan, sementara pemuda ini memeluk pinggang, mengelus punggung. Meraba sebelah depan, mendapati bulatan payudara yang pas diukuran tangan. Nafas Emma semakin memburu ketika Ridwan meremas teteknya, ia mencium lebih ganas -- memberi pesan ingin lebih. Ayo lebih lagi.

Mereka berdua mengenakan T-Shirt longgar, jadi Ridwan terus menyelusupkan tangannya ke balik baju Emma, meraba kulit punggung yang halus dan berkeringat. Tangannya bergetar ketika meraba ke sebelah depan, mendapati bra sport dari katun menutupi teteknya, meraba puting yang menonjol di kain kaos itu. Emma mengerang lembut di mulut Ridwan dalam ciumannya ketika jari jempol Ridwan meraba ujung putingnya. Sangat sensitif, Emma kehilangan akalnya. Ia sangat ingin lebih lagi.

Jadi Emma terus melepas rangkulan di kepala Ridwan, untuk bisa cepat-cepat membuka baju kaosnya, membuka kancing BH nya, membiarkan semua jatuh ke lantai, lalu kembali mencium Ridwan. Pemuda itu kini bisa meraba tetek Emma yang bulat dengan puting besar keras, mengelusnya. Meremas. Emma merintih nikmat. Ridwan menjatuhkan bibirnya di leher Emma yang jenjang, sedikit menghisap, merasakan sari gadis itu keluar dari kulitnya. Emma merintih makin keras, leher, bahu, dan teteknya yang diserbu Ridwan memberi kenikmatan yang tidak pernah dirasakan.

Akhirnya ciuman Ridwan turun ke bawah, berhenti di dada atas, di kulit sebelah atas bulatan dadanya. Emma memandang ke dadanya, berharap. Ia sudah tahu, sudah lihat film bokep tentang lelaki mengemut dada perempuan. Dari jaman SMA diam-diam Emma sudah menonton bersama teman-teman gilanya. Tapi sementara temannya berani berbuat, ia tidak pernah menjumpai seorang pria yang cukup layak untuk menyentuh teteknya. Kini ia jatuh cinta dan bersedia memberikan apa saja. Semuanya.

Ridwan menghisap putingnya, teteknya yang sebelah kanan. Emma merintih, bergelinjang-gelinjang. Belum pernah ia tahu apa artinya orgasme, tapi mungkin saat kenikmatan begitu hebat mendatangi, apakah itu bukan orgasme? Dan itu tidak berakhir karena Ridwan tidak berhenti meremas dan mengenyot kedua susunya, bergantian. Emma merasa selangkangannya basah, ia baru selesai mens empat hari lalu. Tapi ini bukan basah oleh darah mens. Bukan basah oleh air pipis.

Selangkangannya basah oleh sesuatu yang lain, keluar dari vaginanya. Gatal sekali. Bau, atau wangi sekali. "Bang... Bentar sayang...." Emma tersenyum malu. Wajahnya memerah. Cantik sekali.

"Kenapa, sayang?" bisik Ridwan.
Emma tidak menjawab. Sebaliknya ia terus berdiri dari ranjang, terus melepaskan cd dan celana selututnya yang basah di selangkangan. Ia kini telanjang, tubuhnya mengkilap berkeringat. Dua tetek membulat indah dengan puting keras. Perut yang rata. Pinggang yang ramping. Selangkangannya membulat indah, dengan bulu-bulu halus membentuk segitiga. Emma terus berbaring terlentang di ranjang. Mengangkang.

"Bang...." bisiknya pelan. Emma memejamkan matanya. Ridwan terpana memandang, pertama kali dalam hidupnya, seorang gadis yang bertelanjang bulat. Ia buru-buru melepaskan juga seluruh baju dan celananya. Kini keduanya sama bugil, sama gemetar karena hasrat dan nafsu sudah sampai di ubun-ubun, sekaligus sama-sama takut. Ridwan terus berbaring di sisi Emma, tangannya mengelus gadis itu, dari kepala, ke leher, ke dada, ke perut. Ke selangkangan.

Refleks, Emma mengatupkan kakinya, menjepit tangan Ridwan. "Geli, Bang..." desahnya perlahan. Namun, Emma kemudian mengangkangkan pahanya lebar-lebar. Mempersilakan pemuda itu mengeksplorasi auratnya, yang tidak pernah disentuh lelaki manapun. Bahkan ayahnya pun tidak pernah, selain di waktu ia masih bayi dahulu. Setiap sentuhan jari jemari Ridwan terasa mengguncangkan seluruh syarafnya.

Jari-jari itu menemukan celah memeknya yang rapat. Menyibakkan bibirnya, seperti membuka kelopak bunga. Merah, basah, merekah. Ridwan mengelus bagian dalam vagina yang harum dan basah itu, menemukan sebentuk daging halus mengeras di ujung sebelah atas. Setiap kali ia menyentuhnya dengan lembut, Emma memejamkan matanya dan mengerang. Tangan Emma bergerak liar, membalas, meraba tubuh kekar Ridwan. Tangan yang mungil itu sampai juga di selangkangan Ridwan dan pertama kalinya memegang penis lelaki yang mengacung keras.

Emma tahu itu apa. Emma tahu, dari banyak film, apa yang harus dilakukan dengan batang keras itu, tapi tetap saja ia merasa luar biasa memegang kepalanya yang licin dan batang yang berurat. Besar, Emma tidak bisa mengatupkan jari telunjuk dan ibu jarinya mengelilingi kontol itu. Panjangnya kira-kira dua per tiga jengkal telapak tangan Emma, itu sekitar enam belas centi, diukur dari pangkal yang dipenuhi bulu. Ujungnya sudah banyak berlendir.

Seperti tersihir, Emma menggenggam kontol itu dengan tangannya, dengan kedua telapak tangannya, menarik kontol besar itu ke antara selangkangannya. Otomatis, Ridwan turut naik ke atas tubuh Emma, yang terus mengangkangkan kedua kakinya ke atas. Membuka lebar-lebar. Emma menarik kontol lelaki ini, ujungnya diselipkan di belahan bibir memeknya.

Emma menatap Ridwan. Memohon.
"Benarkah?" tanya Ridwan. Emma mengangguk.
Ridwan menurunkan pantatnya, mendorong perlahan. Kepala kontolnya melesak sedikit masuk, bertemu dengan selaput dara. Ridwan berhenti. Ia menarik kontolnya. Emma yang tadinya mengangkat kaki tinggi-tinggi ke atas, kini merangkul pantat dan tubuh Ridwan. Menariknya ke bawah.

Ridwan merasakan penisnya didorong masuk, seketika merobekkan selaput dara kekasihnya. Kenikmatan luar biasa menjalarinya, jauh lebih nikmati dibandingkan onani dengan tangan seperti yang ia lakukan. Ia terbiasa beronani membayangkan dirinya bersetubuh dengan Emma, tapi pengalaman sebenarnya ternyata jauh, jauh lebih enak. Emma menerima kontol besar itu dengan bahagia, ia bahkan tidak merintih karena sedikit rasa nyeri. Yang ada adalah rasa penuh di memeknya. Ridwan membenamkan seluruh kontolnya masuk ke dalam tubuh perempuan yang bukan gadis lagi, merasakan urutan pada penisnya -- memek itu berkedut-kedut, meremas. Sangat hangat, sangat kuat, sekaligus lembut. Ridwan hanya bertahan sebentar saja, tak sampai semenit ia terus ejakulasi dalam-dalam di memek Emma.

Kekasihnya berlinang air mata, mereka berciuman lama, menyatukan kasih. Berpelukan erat, merasakan diri pasangan di bagian yang paling intim pada tubuh manusia. Dan sejak yang pertama itu, Emma semakin binal, semakin tergila-gila dengan seks, dengan kontol besar Ridwan menerobos memeknya setiap hari -- kecuali saat sedang mens. Emma mulai minum pil KB secara teratur, memilih pil KB yang baik dan tidak membuat tubuh jadi gendut. Tetap saja, Emma berubah menjadi semakin montok, semakin sexy. Semakin suka seks.

Mengingat itu semua, Ridwan menghela nafas. Mungkin kalau hari ini terjadi begini, sedikit banyak karena ia dan Emma tidak menahan diri untuk berhubungan seks sebelum menikah. Memang ada kontrasepsi dan cara aman seks, dan mereka tidak pernah bermain dengan orang lain. Tapi kebebasan berhubungan seks membuat tidak ada lagi rasa ragu. Sekali sudah tahu menancapkan kontol di memek, tidak ada bedanya lagi kontol siapa yang menancap atau memek siapa yang ditancap. Tidak ada bekasnya, tidak ada catatannya. Hanya hati yang tahu.

Dan hati Emma sedang terluka, terluka parah. Ridwan bisa merasakannya. Ia terus memeluk pasangan hidupnya, memeluknya dengan segenap cinta.

"Emma... Emma sayang..."
"Jangan Bang... Jangan sayangi aku lagi. Sudah... Sudah tidak pantas. "
"Shhh.... Jangan bilang begitu. Aku cinta padamu.""Bang... Aku juga cinta Abang. Tapi... Tapi sekarang.... Sekarang aku sudah tidak ... Tidak bersih lagi. Aku... Sudah ternoda... Huhuhuhu"

"Tidak, sayang. Ternoda apanya? Tidak, Emma tetap kesayangan Abang!"
Ridwan memaksa membalikkan Emma. Perempuan itu menurut, ia berbaring terlentang. Ridwan berbaring di sebelahnya, menatap matanya. Jari Ridwan mengelus pipi yang cantik dan basah oleh air mata.

"Mereka jahat, jahat sekali, Emma. Abang sedih Emma jadi korban.
Tapi, semua itu bukan salah Emma. Itu salah mereka, kejahatan mereka.

Emma, lihat Abang.
Emma tidak bersalah. Tidak, Emma tidak buruk. Tidak kotor.

Emma, ingatkah Emma? Abang yang pertama kali mengambil perawan Emma.
Emma menjadi milik Abang. Tidak ada di dunia ini apapun yang bisa mengubah itu dengan paksa.

Kecuali, Emma tidak cinta lagi pada Abang?"

Emma membelalakkan matanya yang indah, basah berkaca-kaca.
"Emma cinta Bang Ridwan! Sangat... Sangat cinta!"

"Abang juga sangat cinta pada Emma.
Abang masih menginginkan Emma. Sekarang juga Abang masih menginginkan Emma."

"Meskipun... Emma... Emma sudah... Dengan banyak lelaki lain?"

"Itu karena Emma tidak sadar. Kena sirep. Emma jadi korban kejahatan.
Abang yang dahulu mengambil keperawanan Emma. Tidak ada yang bisa ubah itu.
Emma juga yang membuat Abang tidak perjaka lagi.

Kalau ada kontol sialan ikut masuk ke Emma, itu tidak bisa mengubah Emma. Bukankah lubang itu tetap sama?

Abang hanya berhenti kalau Emma tidak lagi cinta. Emma mau berhenti mencintai Abang?"

"Oh Tuhan, tidak Abang! Emma tidak mau berhenti...."

"Kalau begitu, Emma, Abang juga masih selalu menginginkan Emma. Sekarang juga masih," kata Ridwan seraya membuka bajunya. Membuka celananya. Kontolnya berdiri keras, menantikan pasangan hidupnya terbuka. Emma membantu Ridwan menelanjangi dirinya. Sebentar saja, keduanya kembali telanjang bulat. Sebentar saja, keduanya kembali bersatu. Kontol Ridwan menerobos masuk memek yang sangat dikenalnya, sangat dirindukannya. Tempatnya bersarang, masuk sedalamnya. Memuntahkan mani di sana, kali ini tanpa memikirkan proteksi atau apa pun juga.

Kalau kali ini Emma hamil, Ridwan dengan sukacita akan menerima ibu dari anaknya. Ia tidak lagi memikirkan kontol-kontol yang bergantian mengobok-obok memek Emma dan menyemprotkan mani di sana. Ridwan mencintai Emma, itu sudah lebih dari cukup. Mereka bercinta, lama hingga lelah, tak puas-puasnya kontol Ridwan masuk dan keluar memek yang rapat dan nikmat ini. Tak puas-puasnya saling mencium dan mengigit bibir, bahu, leher, tetek.

Sampai keduanya tertidur bertelanjang bulat. Ranjang itu penuh dengan lendir mereka berdua.

Keesokan paginya, kehebohan melanda kampus. Sesosok tubuh tergeletak di depan pintu masuk, dengan kepala terpisah dari badannya. Banyak yang heboh karena mengenali sosok tubuh itu, "Itu Dedi! Dedi, yang mahasiswa tingkat tiga kan? Aduh, kasihan ibunya yang jaga warung..."

Ridwan datang ke kampus agak siang, dengan kepala berat. Begitu mendengar berita tubuh sahabatnya dalam keadaan demikian, tak urung Ridwan menangis tanpa suara. Ia bergegas ke gerbang depan, tetapi tubuh itu sudah dibawa pergi ke rumah sakit, ke kamar mayat. Ridwan tidak berani menyusul ke sana, sadar bahwa semalam ia telah terlibat dalam pertempuran hebat.

Mungkin, sebentar lagi polisi akan mencarinya. Bukankah mereka sudah membuat sebuah gedung gudang terbakar hebat? Dan entah berapa banyak yang mati semalam. Dedi sendiri sudah membunuh beberapa orang.... Memikir begitu, Ridwan jadi sedih. Ia kembali ke tempat kos Emma, bersiap berkemas. Siapa tahu, mereka juga segera akan dicari.

Tapi, tidak ada polisi yang datang. Tidak ada kehebohan apapun di berita, di koran lokal, atau di radio. Tidak ada berita apapun soal kematian kapolres dan anak buahnya. Seperti tidak ada apapun yang terjadi semalam. Selain itu, juga tidak ada berita apapun tentang Danan. Ia tidak muncul lagi di kampus, absen dari kuliah. Padahal anak mahasiswa baru, mana boleh bolos? Tidak ada pertanyaan atau kehebohan apapun. Semua berjalan seperti biasa.

oo00OO00oo​

Danan menarik tangan Renggani setiap kali ia merasa ada orang yang memperhatikan, tetapi semua berlalu baik-baik saja. "Maaf," katanya agak malu. Renggani hanya mengangguk, wajahnya sedih. Ia teringat Kak Dedi yang menyerahkan nyawanya, bagi dirinya, dengan cara demikian. Ia tidak pernah jatuh cinta pada Dedi, karena sampai sekarang hanya Ridwan yang ada di hatinya. Pemuda ini pun, walaupun ia sangat tampan, menggetarkan hati... Tapi Renggani belum mengenalnya. Ia hanya tahu, Danan adalah pemuda yang baik dan melindunginya. Seperti Ridwan...

Renggani menunjukkan jalan ke tempat kosnya, dan Danan mengantarnya. Sampai di sana, Danan mempersilakan gadis itu untuk masuk dan bertukar pakaian. Ia sendiri terus duduk di depan teras. Danan teringat untuk memberitahu Mbah Kakungnya. Ia memandang ada warnet persis di depan tempat kos, di situ juga ada box telepon umum. Danan merogoh saku, masih ada uang beberapa ratus ribu. Ia terus melangkah dan menyewa satu box telepon, sambil matanya terus memperhatikan pintu kamar kos Renggani. Ia memutar nomor HP Mbahnya.

Siapa bilang orang tua di desa tidak kenal benda yang namanya smartphone?

"Mbah Kakung? Sungkem, Mbah, ini saya Danan."
"Ohh? Tole! Tole, bagus kamu telepon! Ini ada hal penting... Tapi, sebentar ceritakan dulu apa yang terjadi."
"Begini Mbah...."

Danan menceritakan pengalamannya dari menolong Emma, menolong Renggani, hingga akhirnya selamat bisa pergi dari situ. Ia menceritakan tentang Dedi, dan juga tentang Renggani yang kini sepertinya memiliki kesaktian serupa seperti Dedi, tapi dalam tingkat kekuatan yang jauh lebih besar.

"Danan, hebat pengalamanmu itu. Renggani adalah orang penting, kamu harus jaga dia, mengerti?

Sekarang dengarkan kata Mbah.

Ingat kemarin dulu itu ada tanda bulan darah? Kini pertanda lain muncul. Sudah datang kuasa gelap yang merusak, yang hadir dari bulan darah. Karena ada bulan darah, maka terbukalah pintu bagi kekuatan yang lebih besar dan jahat. Kekuatan yang Tole sendiri tidak mungkin bisa atasi.

Sekarang juga, Tole dan Renggani harus pergi. Pergi ke pulau seberang, ingat cerita Mbah Kakung dulu? Di sana ada Mbah Rojokerto. Dia kemarin sudah menelepon Mbah di sini, dia yang menemukan pertanda azab tiba. Di sana Tole harus dengarkan apa kata-katanya, dia mungkin punya penangkal bencana ini.

Harus ajak Renggani, Tole. Jangan berlama-lama, secepatnya saja.

Maaf Nak, kelihatannya kali ini engkau harus mengorbankan kuliah psikologimu. Ini untuk keselamatan umat manusia."

Danan mengernyitkan dahi, mengingat. Ia kini ingat tentang Mbah Rojokerto, yang ahli pengobatan, juga ahli syair kitab kuno. Kalau tidak salah, orang ini sangat tua sekali. Tetapi, kalau sampai Mbah nya menyuruh meninggalkan kuliah, pasti ada alasan yang sangat kuat.

"Inggih, Mbah... Saya laksanakan."

Danan segera kembali ke tempat kos Renggani. Mengetuk pintu, gadis cantik terus membukakan pintu. Ia sudah mandi, keramas, pipinya merah merona di pagi hari. Renggani menatap wajah Danan yang penuh keprihatinan.

"Kenapa Mas? Ada berita apakah?"

"Err... Ani, ini penting. Tapi mohon percaya pada saya. Kita harus segera pergi... Ada pertanda hebat akan segera terjadi. Kita harus meninggalkan tempat ini."

Renggani mengangguk. Dengan meninggalnya Dedi, urusan sangat serius. Ia juga tidak berkeinginan untuk tetap tinggal di kota ini. Renggani tidak tahu harus pergi ke mana, jadi setidaknya dengan bersama Danan ia ada teman. Bergegas, Renggani mengumpulkan semua hartanya yang tidak seberapa. Pakaian, keperluan pribadi, semua masuk dalam satu tas. Ia mengambil sebuah amplop lalu mengisinya dengan uang bayaran kos, terus diselipkan di laci meja. Nanti Ibu Kos kalau mencari-cari pasti menemukan amplop tersebut.

Kedua anak muda ini terus berangkat ke tempat tinggal Danan, yang juga hanya perlu sedikit berkemas. Danan agak sedih karena harus mengecewakan Nyonya yang baik hati membayarinya semua, tapi kali ini ada hal yang lebih penting, walau ia sendiri belum paham. Danan percaya penuh pada Mbah Kakungnya. Mereka terus pergi naik bis ke kota metropolitan, langsung ke lapangan terbang. Dari sana, mereka akan terbang ke pulau seberang.

oo00OO00oo​

Ridwan tidak pergi kuliah, ia hanya membeli makanan dan kembali ke tempat kos Emma. Baru saja mereka berdua duduk bersantap, Emma semakin cerah dan kembali manja, tiba-tiba saja seluruh kaca jendela pecah berhamburan ke sebelah dalam. Pintu terdorong lepas dari engselnya, langsung melayang ke tempat Ridwan dan Emma duduk berdua.

Refleks, Ridwan membalikkan meja dan berlindung di belakangnya. Sebuah ledakan yang sangat hebat terjadi di kampus, tekanan anginnya lebih dahulu memporakporandakan segala sesuatu, lalu terdengarlah suara keras, yang kemudian diikuti oleh pijaran api yang hebat. Pusatnya ada di tengah-tengah kampus, menghancurkan segala sesuatu, membunuh siapapun yang masih berada di sana.

Ridwan dan Emma berpelukan erat di tengah pijaran api, berlindung di balik meja yang terbalik. Udara begitu panas, seperti menghisap semua udara dari paru-paru. Menyesakkan. Terasa lama sekali, dunia seperti kiamat dalam api neraka. Lalu segalanya berakhir, kecuali tempat kos itu mulai terbakar hebat.

Ridwan terus menarik Emma keluar, keduanya hitam oleh banyaknya arang, asap memenuhi udara. Mereka berlari-lari keluar tempat kos itu, dan betul saja: begitu mereka menyentuh aspal jalan raya, rumah kos itu ambruk sambil terbakar api, bersamaan dengan ambruknya banyak rumah di kiri dan kanannya. Asap menyesakkan dada, tetapi pemandangan yang nampak lebih mengerikan lagi, orang-orang bergelimpangan dengan kulit tubuh terbakar hitam di jalanan. Gedung kampus yang sebelumnya berdiri megah, kini sudah tidak ada lagi.

Tidak ada yang memandang ke atas, ke langit yang gelap oleh asap. Seandainya saja mereka memandang, pastinya mereka akan melihat sesosok tubuh melayang-layang di udara. Tepatnya, ia nampak sedang berdiri di angkasa, dengan tangan terentang, wajah menatap bengis.

Itu adalah Ki Plerong. Kehancuran ini adalah balasan atas matinya puluhan anak buahnya, termasuk si Dewa Anyir, Wongso clurit kembar, Rijoku pemegang samurai, dan Tento si ahli tongkat. Tetapi, kehancuran ini juga penanda bahwa dirinya kini telah mencapai puncak ilmunya, ajian rahasia dari penuturan Purana Siwa. Ini adalah ajian Penghancur Dunia, yang bisa dipenuhi sepenuhnya setelah anak Ki Plerong menyerahkan botol terakhir dari sari Nyi Kinarah.

Ajian ini mendapatkan intisari kekuatan dari Sang Mahadewa Siwa sendiri, yang menguasai akhir segala sesuatu. Seharusnya, jika dunia ini aman tenteram, maka sifat welas asih yang hadir. Tapi, Dewa Siwa sudah lama murka pada dunia. Ia membiarkan sisi kehancuran muncul, mewujud pada Ki Plerong.

Tanpa Ki Plerong sadari, kekuatan aji yang dimilikinya justru berbalik menguasai dirinya. Ia dengan semena-mena menghancurkan kampus. Belum puas, tangannya melemparkan bola api yang kekuatan ledakannya seperti sebuah bom berkekuatan ratusan kilo TNT, menghajar tepat pusat perbelanjaan di tengah kota. Mayat-mayar bergelimpangan. Ribuan. Puluhan ribu, mungkin.

Kehebohan terjadi di seluruh negeri. Kiamat kah yang sudah datang?
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd