Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MIMPI DALAM LAUTAN AMBISI

Part 8



keesokan harinya di Pagi hari di sebuah kamar salah satu hotel berbintang, tak jauh dari bandara internasional.

"Aghhh, aghhhh.. Terus yang keras, mass, ugghhhh sakittt masss, sakittt, tapi terusinnn, jangan berhenti. Ini enak banget, massss." oceh Resti yang sedang keenakan digenjot Handoko dari atas.

"Ganti posisi dong, sayang. Aku pegel.” kata Handoko.

Ploppp…

Bunyi kontol ditarik keluar dari memek, dan Handoko segera berbaring di sebelah Resti.

"Yahh, lagi enak juga.” keluh Resti.

Dengan wajah cemberut, ia menaiki tubuh Handoko, kontol Handoko dengan segera dilahap masuk oleh memeknya.

"Ughhh.." lenguh Handoko. "Kenapa gak dijilat dulu sih kontolnya?" tanyanya.

"Ogah ah. Udah enak juga. Ni memek udah geli banget. Pingin terus digenjot." jawab Resti sambil langsung menaik turunkan pantatnya.

"Ogghhhh... Memekku legit banget sih sayaanggg.. Terus goyangin pantatnya.” ceracau Resti.

Pantat Handoko pun ikut bergerak naik-turun. Dengan gerakan seperti itu, membuat mereka semakin keenakan.

"Yang keras, sayang, yang kerasssss nyodoknyaaa.. Aghhh..." teriak Resti sambil merubah gaya goyangannya. Ia menekan pantatnya keras-keras ke bawah, sehingga kontol Handoko lebih semakin terbenam ke dalam memeknya.

Handoko mengangkat Resti dan menyuruhnya menungging.

Sleeebbbb... Kontol Handoko masuk lebih dalam.

"Ogghh my god!!!" teriak Resti keenakan. "Itu enaaakkk banget, sayang. Jangan pelan-pelan. Genjotnya yang kerasss, kerasss, lebih keraaassss dan cepaattttt, aku udah ga tahannn..."

"Aaghhh, sialll. Ini beneran enak. Memekmu terlalu enak!" genjotan Handoko makin kencang.

"Aghhh, aghhh, aduhhh mas.. masss... Aku, akuuu mau keluar masss. Keluarrr bentar lagi." desah Resti semakin menjadi-jadi.

Handoko semakin menggoyangkan pinggulnya dengan cepat. Dia pun merasakan spermanya sudah akan segera keluar.

“Bareng, sayang, barenggg... Aku mau keluar juga." rrangnya. "Siap sayanngg, siaaappp…?!!”

“Yaaa… saaayyyyy…"

“Aaaghhhhhhhh…!!!” teriak mereka berdua berbarengan seiring muncratnya sperma Handoko ke dalam memek Resti.

Tubuh handoko pun ambruk di samping Resti dengan nafas tersengal, ia menyadari bahwa meski nafsu birahinya masih mengebu-gebu tapi tidak sebanding dengan kemampuan fisiknya yang semakin tua.

“Yang kamu puas..?” ujar Resti pada Handoko.

“Tentu, sayang, aku puas.. Kamu sangat ahli memuaskan aku, dan sekarang kita istirahat dulu sebentar sebelum take off ke Kuala Lumpur.” jawab Handoko yang masih tersengal-sengal.

“Huuh….. Sayang, kapan kamu mau menikahi aku?” tanya Resti dengan kepalanya bersandar pada dada Handoko.

“Fuufff.. ntar yah.. aku menunggu saat yang tepat untuk berbicara dengan istriku, ditambah kamu tahu sendiri kalau perusahaanku sedang berada di ujung tanduk. Aku tidak mau kamu nanti sengsara. Makanya, entar kalau kerjasama ini sukses, aku akan berbicara dengan istriku, dan tak akan berlama-lama lagi, aku akan mempersunting kamu, Res.” jawab Handoko lembut dengan nafasnya yang masih tersengal-sengal.

“Aku mengerti, sayayang! Aku masih bisa menunggu kamu, tapi… euuu!!” Resti yang masih polos tanpa pakaian bangun dan duduk bersandar di samping Handoko. Lanjutnya sambil mengelus perutnya, “Janin dalam rahim ini gak bisa menunggu.. Aku gak mau semuanya terlambat.”

“AAPA… KAMU HAMIL..???” Handoko terkejut lalu bangkit. Ia memegang pundak Resti dengan sedikit meremasnya.

“Auuwww.. yaangg, sakiiitt!!” Resti sedikit mengerang kesakitan.

“KAMU INI GIMANA SIH, DULU KAMU BILANG…!!” sedikit memaki sambil menggoyang-goyang tubuh Resti dengan kasar.

“SSAAKIIIT, YAAAANG … LEPASIN AKU..!!! KAMU KOK SEKARANG JADI KASAR GINI SIH…?? IYA, MEMANG DULU AKU MASIH PASANG ALAT KONTRASEPSI, TAPI AKU GAK MAU KAMU MENINGGALKAN AKU SETELAH LAMA KITA BERHUBUNGAN. DARI DULU KAMU TERUS BERJANJI DAN BERJANJI AKAN SEGERA MENIKAHI AKU..!! TAPI MANA BUKTINYA..?? KAMU SELALU SAJA MENGELAK. AKHIRNYA AKU HARUS MELAKUKAN INI… AGAR KAMU MAU MENIKAHI AKU..!!” Resti balik memaki sambil meronta melepaskan genggaman tangan Handoko, lalu ia berdiri tanpa menutupi tubuhnya, hendak membersihkan diri.

“ITU GAK MUNGKIN TERJADI, RES. AKU GAK AKAN MENIKAHI KAMU..!!! AKU GAK SIAP UNTUK SAAT INI. ENTAR APA KATA ORANG??!!” Handoko bangkit dan mengejar dan menarik Resti, Resti menepiskan tangan Handoko.

“AKU GAK PEDULI APA KATA ORANG. POKOKNYA KAMU HARUS MENIKAHI AKU..!!! ATAU AKU SENDIRI YANG AKAN BILANG PADA ISTRI KAMU.” ancam Resti.

“KAAAAMMMUUUU…!!!” Handoko sedikit geram. Resti yang sebelumnya selalu tunduk pada dirinya, sekarang berbalik melawan dan mengancam.

“APPAAA..??? KAMU MAU MEMUKUL AKU??” maki Resti ketika melihat Handoko mengangkat tangannya.

“Arrrrggh..” merasa tertekan malah tangan handoko lalu memegang dada sebelah kirinya seperti menahan sakit.

Kriiiiiiiinnnggggggg…

Tiba-tiba handphone Handoko berbunyi, lalu Handoko berjalan sempoyongan menuju handphonenya yang diletakan di atas meja di samping ranjang. Resti pun berbalik lalu meninggalkan Handoko menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

“Hallo..?”

“Halo, saya bercakap dengan Mr. Handoko..??” suara seseorang di seberang sana.

“Iya betul, dengan saya sendiri.. dengan siapa saya berbicara?” tangannya terus meremas remas dadanya.

“Oh, Mr. Handoko, saya James Chan, salah seorang pemilik Syarikat yang akan bekerjasama dengan Mr. Handoko. Saya mohon maaf karena tangan kanan saya, Datuk Abdulah sebagai perantara antara kami, telah membuat kesilapan dalam perhitungan proyek kerjasama kita. Selain itu, pesaing Mr. Handoko telah memberikan tawaran lebih baik, yang lebih menguntungkan kami daripada yang diberikan Mr. Handoko. Jadi dengan ini, saya mohon maaf dan sangat menyesal bahwa saya memutuskan untuk membatalkan kerjasama kita.”

“Haaaa..!!”


Handoko sangat shock dan frustasi ketika mendengar kabar bahwa perusahaan yang akan ia kunjungi siang ini telah membatalkan rencana penekenan kontrak secara sepihak. Harapan Handoko untuk mempertahankan perusahaannya sirna seketika, tubuhnya bergetar diiringi erangan kesakitan pada dadanya. Seketika pandangan matanya menjadi gelap. Handoko jatuh pingsan.

Mendengar suara yang jatuh, Resti langsung keluar dari kamar mandi, dan ia sangat terkejut ketika melihat Handoko yang telah terkapar di atas lantai.

“Yaaaanngg…!!!” jerit Resti.




***





Flashback 23 tahun yang lalu


Terlihat dua orang lelaki yang sedang sibuk di dalam sebuah gudang di belakang pabrik. Salah satunya sedang menyeret tubuh Hermanto, dan yang lainnya sedang menumpahkan bensin ke setiap sudut ruangan gudang.

“Jo… gimana kamu udah kamu siram semua gudang?” ujar Paimin yang sedang menyeret tubuh Hermanto kepada rekannya.

“Beres….!!” jawab Bejo, lelaki lainnya sambil melempar jerigen kosong ke arah bahan baku pabrik.

“Cepetan bantuin, berat nih… nanti keburu ada orang datang!!” ujar Paimin yang masih menyeret Hermanto ke tengah bangunan.

“Iyoooo.” jawab Bejo sambil berlari membantu Paimin.


***


Beberapa menit kemudian…



“KEBAKARAN…. KEBAKARAN…. … KEBAKARAN….!!!” teriak orang-orang sambil berlarian menyelamatkan diri dari gudang pabrik.

Tak sedikit orang yang berusaha membantu memadamkan api dengan air yang ada. Dan tak lama kemudian..

Tooootttt…ttttoooott… uuuuing.. uiiiiing… Suara sirene mobil pemadam kebakaran berdatangan ke lokasi gudang pabrik milik keluarga Haryo.

Juwita menatap dari atas sebuah gedung yang berlokasi tidak jauh dari lokasi gudang yang sedang dilalap kobaran api, tatapan matanya kosong entah apa yang sedang dipikirkan olehnya.

“Bagus, Nduk, kamu bisa membawa si Hermanto ke dalam gudang itu. Mungkin sekarang dia sudah mati terbakar hahaha…!!” tiba-tiba Bambang muncul di samping Juwita bersama Handoko.

“Pih.. !!” cemas Juwita melihat ke arah siapa yang datang.

“Tak usah kamu pikirkan, semuanya baik-baik saja. Sekarang kamu persiapkan diri untuk menikah dengan Handoko…!!” jawab Bambang lalu berbalik kepada Handoko dan sedikit berbisik.

Sayup-sayup terdengar oleh juwita, “Apa semua jejak kamu hapus?”

“Tenang, pak, aku sudah membayar orang dan menyuruh mereka untuk langsung pergi meninggalkan kota ini.”

“Jika mereka kembali..?”
“Sesuai perjanjian, jika mereka kembali, maka aku akan menghabisi mereka hahaha!!”

“Bagus… bagus.. mari kita rayakan kemenangan ini hahaha!!” tawa Bambang sambil meninggalkan Juwita.


***

Beberapa jam kemudian setelah hampir seluruh bangunan hangus terbakar…

“Lapor, Ndan,..!!” ujar petugas pemadam kebakaran dengan muka lelah melapor kepada komandannya.

“Api telah berhasil dipadamkan, hampir seluruh bangunan habis dilalap. Dan setelah kami menelusuri seluruh bangunan, semua karyawan telah dievakuasi dan didata, jumlah korban yang tewas hanya satu orang, sekarang sudah dibawa ke rumah sakit untuk diidentifikasi.” lanjutnya.

“Baik, laporan diterima, kita serahkan ke pihak kepolisian untuk mengidentifikasi korban.” jawab Komandan.
“Baik, Ndan.” dan petugas pemadam kebakaran pun meninggalkan tempat kejadian.

Tak jauh dari komandan itu berdiri, dari balik mobil pemadam kebakaran, Juwita menguping petugas yang melapor, lalu pergi setelah mendengar semuanya.


***


Malamnya Juwita mengunjungi rumah sakit atas permintaan pihak kepolisian untuk diminta keterangan apakah ia mengenali korban atau tidak.

“Maaf, Bu Juwita, Anda kami panggil untuk mengidentifikasi korban kebakaran.” ujar salah satu petugas kepolisian, saat Juwita tiba di kamar mayat Rumah sakit. Tanpa banyak bicara Juwita pun mengangguk. Lalu ia pun menuju sebuah ruangan diantar polisi tersebut.

Saat tiba di dalam ruangan jenazah, polisi itu langsung mendekati blangkar yang ditutup kain putih, lalu membuka kain putih itu.

“Silahkan, Bu Juwita. Apakah anda mengenalinya??” tanya polisi itu sambil menunjukan mayat yang terbakar.

Tercium bau yang menyengat di hidung Juwita, yang bersumber dari mayat yang terbujur kaku di atas blangkar. Posisinya meringkuk dengan sekujur tubuhnya yang telah menghitam hangus terbakar, di samping mayat tersebut terdapat potongan-potongan barang yang dipakai korban.

Juwita hanya diam terpaku, tanpa disadarinya airmatanya meleleh, entah kenapa hatinya tiba-tiba bergelora melihat beberapa ciri pada mayat itu. Ia mengenalinya.

“Gimana, bu??” tanya polisi mengulangi pertanyaannya.

“Iiiyyyaa.. sssaaayyaaa mengenalinya… ddddiiiaa Hheeermanttoo.. kkekasih ssayaa..hiks…” akhirnya tangis pun tak tebendung. Ia sudah tak kuasa menahan perih di hatinya. Juwita pun langsung berlari keluar ruangan sambil menangis.

Berlari.. dan terus berlari hingga ke halaman parkir. Akhirnya Juwita terduduk di samping mobil dengan kepala tertunduk dan menangis, seiring dengan itu hujan pun turun membasahi bumi.

“Huuuu… huuu.. mass Herman… maafkan akuu.. huuu.” racau Juwita menangis menyesali semua yang terjadi di bawah guyuran hujan.


***


Beberapa minggu kemudian, suasana pabrik sudah kembali normal, sekarang kepemimpinan perusahan Hermawan telah diambil alih oleh Handoko. Berbeda pemimpin, pasti berbeda pula kebijakan yang dikeluarkan

Di tangan Handoko, seluruh karyawan dirombak besar-besaran. Semua pegawai yang loyal pada Hermanto dikeluarkan. Hal itu dimaksud agar mereka tak membuat masalah di kemudian hari.

Hingga akhirnya, hari pernikahan Juwita dan Handoko pun dilaksanakan.

Di dalam kamar pengantin, Juwita yang masih berias didatangi oleh ayahnya.

“Cantik nian kamu, nduk.” sapa Bambang.

“Papih…!!”

“Gimana, nduk, kamu bahagia..?” tanyanya.

“Hihi, makasih, yah pih, aku bahagia bisa menikah dengan Handoko.”

“Papih juga bahagia, akhirnya seluruh warisan keluarga besar kita bisa dimiliki oleh kamu dan Handoko, nduk. Papih sekarang merasa tenang!!”

“Iya, pih, Juwi juga bahagia… karena semua ini jadi milik Juwi..” Juwita memeluk ayahnya.

“Gimana sudah beres? Ayo… Handoko sudah menunggu di depan penghulu.” ajak Bambang, ia menggandeng Juwita keluar kamar pengantin menuju pelaminan.

Tak lama kemudian Juwita pun telah resmi menyandang nama Nyonya Handoko.


***



Dua tahun kemudian, ketika Handoko sedang melakukan perjalanan dinas ke Brazil selama beberapa bulan untuk mengelola cabang perusahaan yang baru didirikannya di sana, Juwita melahirkan Disti. Juwita hanya didampingi oleh ayahnya saat melahirkan putri pertamanya. Bukan hanya tidak dihadiri suaminya, Juwita pun harus dioperasi saat melahirkan karena saat itu penyakit darah tingginya juga kambuh.

Akhirnya Juwita pun melahirkan dengan selamat. Handoko mendengar kabar bahwa Juwita telah melahirkan putrinya dengan susah payah melalui telpon. Ia begitu gembira mendengarnya dan tak sabar ingin kembali pulang.


***


Empat tahun kemudian…

“Pihhh… papih.. kenapa.. hiiiks.” isak Juwita di samping Bambang yang sudah renta dan hanya berbaring di ranjang rumah sakit.

Tubuh Bambang mengejang menahan sakit di dadanya.. matanya melotot… giginya bergemerutuk dan nafasnya tampak tersengal-sengal.

Juwita yang saat itu mendengar ayahnya dilarikan ke rumah sakit karena mendapatkan serangan jantung saat lari pagi, langsung bergegas menuju rumah sakit. Dan kini ia menyaksikan papihnya sedang meregang nyawa dalam kesakitan yang amat sangat.

Terpukullah hati Juwita yang kehilangan sosok ayah yang menyayanginya.

Sejak Bambang meninggal, sifat dan kelakuan Handoko pun mulai berubah. Handoko sering meninggalkan Juwita seorang diri di rumah dan terdengar kabar bahwa Handoko sering bermain wanita dengan relasi bisnisnya di belakang Juwita.

Tapi Juwita tetap masih bertahan di sisi Handoko, walaupun semua itu penuh dengan sandiwara, sampai akhirnya ia bertemu dengan Dika dan pemuda itu mulai masuk ke dalam kehidupannya.









B e r s a m b u n g
 
Terima kasih update suhu

sehat selalu

Lancar RLnya :ngeteh:
 
Juwita selama inu menderita 😢
kok tega keanaknya sendiri...😖😢
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd