Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG MIMPI DALAM LAUTAN AMBISI

maaf update kali ini bener bener sedikit

hahahaha

mudah mudahan untuk selanjutnya dech​
Aq maafkan kang,mau pendek mau panjang ini juga udah apdate q ucapkan banyak trimakasih,apalagi ini karya cerita yang sangat bagus,..soalnya susah membuat cerita yg sngt bagus ini,diperlukan imajinasi dan kreatifitas yg bagus,aq sendiri belum tentu bisa bikin sebuah cerita,..
Smoga kang D 850 KI,sing sembuh tina panyawatna nyaeta panas,intinamah sing sellu diberi kasehatan ku allah swt...amin
 
Lanjutkan suhu @D805KI, ditunggu kisah juwita sama dita satu merebut satu mempertahankan seorang Dika, apa hebatnya dika sih
apaan yak, hahaha...

ane juga kurang ngerti...

urusan hati itu misteri om

Hari masih pagi Om.. masih ada kesempatan utk up date sore ;)
hihi siap om lagi geber om, tp pikirannya terbagi 3 jadi tetep aja lambat

hahaha

Ceritanya membuat "gelombang baper" layak untuk dilanjutkan sampai selesai :semangat::semangat::semangat:

harus om.. harus tamat

Jangan lupa bahagia .. tetep semangat om:semangat::beer:
pasti meskipun baper tetep bahagia

hahaha

Di tunggu perseteruan antara anak dan ibu om
teeenggg ronde 6
 
Part 6



POV Juwita


Pagi ini aku sedang duduk di meja makan sambil mempersiapkan roti untuk sarapan.

“Mih, baju ganti papih udah mamih siapin belum?” ujar Mas Handoko yang muncul dengan pakaian kerjanya yang sudah rapi.

“Sudah, pih, udah mamih siapkan dari semalam. Tadi udah Marni masukan ke dalam mobil.” jawabku tanpa mempedulikan kedatangan suamiku.

“Kok mamih cemberut gitu? Mamih marah ke papih? Kan papih udah bilang, sekarang papih musti pergi ke Malaysia untuk memastikan proyek itu.” ujar Mas Handoko, lalu ia mencium pipiku dan duduk di sampingku.

“Mih, ini satu-satunya cara untuk papih agar bisa mempertahankan perusahaan kita. Papah musti mendapatkan proyek ini, sebab kalau tidak, papih akan kehilangan segalanya. Mamih gak mau kan kalau keluarga kita jatuh miskin?” sambil mengusap rambutku.

“Mas Handoko.. mas handoko, kalau kamu bodoh, itu malahan yang aku mau. Aku senang jika kamu hancur, aku mau kamu kehilangan segalanya seperti mas Her dulu.” dalam hati.

“Iya pih, mamih ngerti dan pasti dukung usaha papih.” dengan bibir senyum yang dipaksakan.

“Marni.. mana minum untuk tuan?” lanjutku sedikit berteriak, lalu menyodorkan roti di hadapan mas Handoko.

“Iyah, nyah.” Marni tergopoh membawa beberapa gelas di atas nampan.

“Silahkan, tuan.” lalu Marni pun kembali ke belakang.

Sambil menikmati sarapan pagi…

“Mih, kok mamih semalam diajak main ama papih gak mau sih? Kan papih pengen, udah 3 bulan ini mamih kok gak mau layanin papih?” ujar mas Handoko sambil memeluku lalu menarik kepalaku agar bersandar pada pundaknya. Aku hanya diam mengikuti keinginannya.

”Nggak pih, mamih akhir-akhir ini merasa gak mood aja, mungkin faktor umur aja. Papih tahu sendiri, wanita kalau udah masuk umur 40an suka kayak gitu.” aku mencoba bermanja di pundaknya.

Mulai saat ini aku tidak akan mengizinkan kamu menjamah aku, mas. Sekarang arti suami dalam hidupku hanyalah status bualan saja, hanya untuk mencapai ambisiku, karena hanya Dika yang akan aku izinkan untuk menabur benihnya di dalam rahimku. Kamu puas-puasin aja dengan Resti selagi kamu masih hidup!!” dalam hati menertawakan mas Handoko.

“Ciiiee.. pagi-pagi yang udah bermesraan aja. Pagi mih.. pagi pih..?” tiba-tiba Disti datang sambil mengapit lengan Dika. Wajahnya terlihat cerah dan bahagia. Muak aku melihatnya, lalu aku merubah dudukku dan mengoleskan mentega pada roti tanpa membalas sapaan Disti.

“Mih, Disti hari ini mau keluar kota, ada proyek yang musti Disti cek, mungkin untuk sehari atau dua hari..!!” Disti lalu duduk di hadapanku bersama Dika.

“Terserah kamu, Dis.” sambil terus mengoles mentega, lalu kuhidangkan di hadapan Dika sambil memberinya senyuman.

“Kok Disti gak dibuatin mih, cuma Dika aja?” Disti dengan cemberut, memang aku sengaja hanya membuatkan roti untuk calon suamiku.

“Bikin sendiri aja sana, kamu bukan anak kecil lagi.” ketusku dengan menampakkan wajah tak suka ku padanya.

“Ya udah..” Disti seakan tak mempedulikan perubahan sikapku.

“Oh iya, Dik, katanya kamu gak mengantar Disti? Kalau gitu, papih pergi bareng Disti aja ke bandara. Kamu bisa pergi ke kantor bareng mamih.” ujar mas Handoko.

Hatiku kegirangan mendengar bahwa Dika beberapa hari ke depan akan bersama aku, tentu saja tanpa memperlihatkan wajah gembiraku pada suamiku dan Disti

“Eh gak .. tttuuaann.. nnoon Ddisti menyuruh aku menggantikan dia di kantor, makanya dia akan pergi sendiri.” ujar Dika sedikit gugup menjawab pertaanyan mas Handoko, membuat aku sedikit tersenyum dalam hati. Aku seperti melihat sosok mas Hermanto di dalam dirinya.

“Kok Mphiu manggil papih tuan soh…? Papih itu sudah jadi mertua kamu, jadi kamu harus manggil papih aja.” protes Disti sambil melahap rotinya.

“Iya.. kamu tuh sekarang panggil papih aja!!” timpal mas Handoko.

“Iiyya tuu.. ehh piiih… akan Dika coba rubah, ssoalnya belum terbiasa.” sambil menundukan wajahnya.

“Hahaha.. liat tuh suamimu, Dis, kayak tersangka yang bersalah di pengadilan saja sampai menunduk begitu.” tawa mas Handoko.

“Hihi iya pih.. kamu itu malu-maluin aja sih mphiu..hihi..” timpal Disti menertawakan sikap Dika.

Disti … mas Handoko.. berani-beraninya kalian menertawakan Dika!! Awas aja, kalian akan kubalas..!!” hatiku sangat panas melihat mereka berdua menertawakan kekasih hatiku ini.

Bruuuukk..

Aku sedikit memukul meja lalu berdiri meninggalkan mereka bertiga. Aku menuju kamar untuk mempersiapkan diri untuk pergi ke kantor.

Kriiing, handphoneku berbunyi dan terlihat sebuah nama pada layarnya.


“Halo. Gimana, Gus.. udah siap semua?”

“Siap, kami menunggu perintah dan aba-aba dari ibu.”

“Ok. Tunggu kabar dari saya beberapa jam lagi, usahakan proses ini selesai selagi suamiku dalam perjalanan.”

“Baik, bu.”

Klik



Lalu aku mengeluarkan sebuah map dari dalam lemari yang terselip di antara tumpukan pakaianku. Kubuka kukeluarkan foto-foto yang ada di dalamnya. Kupandangi satu persatu foto itu lalu kedekap di dadaku.

“Sebentar lagi kamu pasti akan bersamaku, sayang. Mas Her, doakan aku agar bisa bersamanya..!!!!” gumamku.

“Mih.. papih ama Disti pergi duluan.” teriak suamiku.

Blugg bruuummm…

Terdengar suara mobil meninggalkan pekarangan rumahku.

Tok.. tok..

“Nyonya, apa kita pergi sekarang?” suara Dika terdengar di balik pintu kamar.

Duh Dika.. aku pengen sekali kamu memanggil aku dengan kata sayang.” dalam hati sambil mendenguskan nafas.

“Iya Dik, kamu tunggu di mobil, aku menyusul.” jawabku sambil merapihkan pakaianku.

Lalu aku menyusul Dika, dan aku duduk di sampingnya. Dika terdiam dan menatapku dengan heran, karena memang baru kali ini aku duduk di depan, di sampingnya. Selama ia menjadi sopirku dan mengendarai mobil, aku selalu duduk di belakang.











B e r s a m b u n g
 
alamak juwita juwita, gimana sih... Seru seru ini ibarat Milf perang melawan Seorang gadis dah, hhehhehe
Urusan Milf pasti dah Mamang @RSP27 juaranya ki lurah @Ancukerr no dua wkwkwkw


:ngacir::ngacir::ngacir::ngacir::ngacir::ngacir: kabooorrrr makasih suhu @D805KI updatenya, sayang cuma 1 kurang panjang hehhehhe
:ngacir::ngacir:
hihihihi....
 
alamak juwita juwita, gimana sih... Seru seru ini ibarat Milf perang melawan Seorang gadis dah, hhehhehe
Urusan Milf pasti dah Mamang @RSP27 juaranya ki lurah @Ancukerr no dua wkwkwkw


:ngacir::ngacir::ngacir::ngacir::ngacir::ngacir: kabooorrrr makasih suhu @D805KI updatenya, sayang cuma 1 kurang panjang hehhehhe
:ngacir::ngacir:
Disamperin disebelah malah disini lurah @areke.....
Wedhussss malah kabur.....

Makasih up'y om @D 805 KI ,moga ttp sehat,lancar RL'y tambah ganteng biar jadi idaman binor sekompleks 😀😀😀😀😀
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd