Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Mia, Istri mudaku :sekuel kasih sayang seorang pembantu (versi saya.)

Apa teman-teman bersedia saya tuliskan repost dulu itu memperjelas cerita ? (di thread ini)

  • Ya

    Votes: 29 87,9%
  • Tidak

    Votes: 4 12,1%

  • Total voters
    33
  • Poll closed .
Enaknya beristri 2
 
Lanjutan



Malam itu, aku makan bersama kedua istriku. “Mia Ninda. Aku mau ngobrol tentang Wirdan. ternyata 2 bulan ini punya perasaan dalam ke Tamara. Tetapi ada masalah, dia masih takut kalau banyak nilai negatif.” ujarku menjelaskan. “Yah, mas aku mana tahu Wirdan punya masalah kaya gitu, sebetulnya gak ribet sih. Wirdan tinggal menikah dan minta Tamara mengundurkan diri dari perusahaan.” ungkap Ninda. Aku mencerna semua perkataan Ninda, memang benar untuk bicara solusi itu lebih mudah, “Bahkan Tamara tidak akan marah jika diminta mundur untuk perusahaan atau demi Wirdan sekalipun,” pikirku sambil menyendok makanan. Untung saja, Ayu dan Raya tidak mendengar pembicaraan kami, mereka asyik bermain dikamarnya.

“Mas, jangan-jangan suka sama Tamara atau sebaliknya. Awas kalo itu terjadi, pokok gak ada nikah tiga kali.” ujar Mia dengan pandangan menyudut. Aku menatapnya, kenapa istriku berpikir kesana. “Tenang, kamu itu malah pikirnya kesana. Tamara itu suka sama Wirdan kok Mia. Kamu malah pikirnya kesana, aku udah puas ada kalian berdua.” ungkapku jujur, meski aku mengakui Tamara merupakan gadis yang seksi. Ninda melihatnya tersenyum, “Rasain mas, emang enak punya istri yang menjaga matamu suka nakal.” ujarnya, sambil menyendik nasi dan lauk kemulutnya. Aku sudah cukup bahagia dengan kedua istriku, bahkan untuk menambahnya aku tidak berani.

Kami selesai makan, aku menonton tv dengan Ninda sementara Mia asyik dikamar anak untuk membacakan cerita. “Kamu bahagia dengan hidup kita sekarang Nind, kita sudah memiliki pekerjaan masing-masing dan tidak ada yang bertopang hidup.” ujarku sambil merangkul dan mendekatkan kepalaku dengan kepalanya. “Iya mas, aku bingung kenapa aku bisa menerima ini. Ya mungkin karena kita berdua mencintaimu mas, dan kamu mencintai kami.” ujar Ninda. Aku melihat Ninda, dan memengang kepalanya. Aku hadapkan wajahnya ke depanku. Kacamata dan bibir ditipis makin terlihat manis didepanku. Sedangkan rambutnya dikuncir rapih, aku melepaskan kacamata, dan menaruhnya di Sofa, lalu mematikan TV. Aku mendorong tubuh Ninda. Aku menciumnya,dan mendorongnya hingga tubuhnya merebah di Sofa.

Aku menindihnya, “ahhh.mas..” ucapnya dengan mendesah. Aku menciumnya kembali, ia membalasnya. Kami berciuman dengan cukup mersa, Ninda mencoba mendorongku. Aku melawan dan menekan hingga lidah sedikit kaku. aku melepaskan ciuman, dan menciumi bibir dan lehernya. “Ahh…oh…mas…oh…” ucapnya mendesah ketika ciuman ku menyasar leher dan pipinya. Aku bangkit, dan menarik tubuhnya. “Kita pindah kekamar.” akucapku, Ninda menggagguk menanggapinya. Begitu Ninda baru berdiri, aku memengang paha dan punggungnya dan mengedongnnya, aku mencium bibir Ninda dan berjalan kekamar. Sesampainya dikamar, aku merebahkan Ninda. Pintu terbuka, tiba-tiba Raya datang. “Mama, Raya boleh tidur sama Bunda ya.” suara Raya terdengar, aku berbalik badan kesebelah Ninda. Aku melihat Raya kebingunggan, “Kakak kok ada disini, Bunda kemana?” ujarku dengan wajah memerah. “Papa ngapain sih, Bunda lagi bujuk ade Ayu karena mau digendong kekamar Bunda.” ucapnya polos.

“Papa lagi becanda sama Mama sayang, ayo Mama gendong ade Ayu. Adikmu itu kalau malam timbul manjanya.” katanya sambil mengajak Raya pergi, dan meninggalkan kamar. Menjelang keluar Ninda memainkan matanya ke arahku dan memukul pintu dengan pelan dengan tangan kiri. “Sial tau gitu pintu kututup dulu, tapi untung juga. Kalo ayu maksa digendong, bakal ada masalah nih.” pikirku sambil menunggu Ninda menidurkan mereka, Ninda masuk kamar dan tersenyum. “Kok balik, udah pada tidur?” ujarku. “Gak aku cuma naruh mereka di kasur, selebihnya urusan Mia.jelasnya.


“Rada sulit, jika anak-anak masih kecil kaya gini. Mesti kunci pintu buat gak diganggu.” ucapku dengan sedikit ketus. Aku keluar untuk meminum segelas air, dan kembali kekamar Ninda. Ninda berdiri depanku, “Mas, kita mulai lagi gimana?” ucapnya dengan suara dengan sedikit mendesah. Aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya. Aku menutup pintu dan menguncinya, pintu kamar yang hanya perlu dua gerakan tangan memudahkan menutup pintu. Aku berjalan maju, semetara Ninda berjalan mundur. Kami masih saling merangkul, sambil mendekat dengan erat.

Aku memeluk Ninda, dan mendekati bagian bawah kaos. Aku melepaskannya. Ninda mengerakan badannya sedikit membungkuk. Hal itu memudahkan melepaskan Kaosnya, ketika sampai dipinggir kasur. Ketika kaos akan mencapai leher, aku melepaskan ciuman. Kemudian, aku mendorongnya hingga tidur dikasur, namun kakinya masih menyentuh lantai. Ninda mengangkat kakinya sambil mendorong tubuhnya ketengah dengan tangan dan badan. Gerakan itu membuat meminum air liurku, otot perut ninda cukup terlihat, dan membuat aku makin meningkatkan nafsu.

Aku melepaskan kaosku, lalu menaiki kasur, aku akan menyetubuhinya kali ini. Ninda mengambil posisi telentang, aku mencoba mengambil posisi didepannya. Aku menyentuh kedua bahunya, kedua tanganku mencoba membuka kain tali dibahu. Kain itu lepas dengan mudah, setelah itu. Aku menidurinya, “Ahhh.mas..” desahnya, aku menutup mulutnya dengan mencium bibirnya. Aku menaikan badan keatas, dan mencoba membuka kaitan bra pungggung. Dua gerakan tangan kanan kuberhasil melepaskan dan membuangnya. “Ninda, sekarang kamu oralin punya mas ya.” ucapku membujuk. Ninda mengagukkan kepala. Ia menurunkan badan, hingga ke bagian perutku. Ia membuka Celana pendek, Aku menaikan pantatku untuk membantunya. Aku sengaja tidak memakai celana dalam, Ninda langsung melihat Penisku. Penisku masih dalam keadaan belum ereksi.

Ninda berinisiatif memainkan penisku, ia membuka mulutnya lalu memasukan kedalam mulutnya. “ah….Nin…oh….” ucapku saat Ninda memulai oralnya dan tangan kanan memainkan batang penisku sambil sedikit memijatnya. “ohhh…Nin..oh…te…te…teru…terusin…”ucapku, mencoba menikmati permainan oral Ninda. Mendengar Ninda itu, birahi Ninda makin naik lalu mencoba mempercepat. Aku makin merancau, aku memegang kepalanya. Ninda semakin pintar namun aku merasa kurang puas. Aku memengang kepala Ninda dan mengarahkan untuk mempercepat oralan. “ohh..oh…oh..be…be….begi…begini..Nin…” ucapku dengan mendesah. Penis beraksi dan mulai berereksi, Ninda menganggukan kepalanya dan kembali melakukan oralannya sambil dibantu kedua tanganku.

1,5 setengah jam lamanya, Ninda melakuan permainan oral seks pada penisku. akhirnya aku klimaks. “Nin…aku…oh…ah…ah…ah…sa…sam…pai..” ucapku sambil membuang spermaku kedalam mulutnya. “crot..crot..crot.” cairan sperma masuk dalam mulut itri pertamaku. Ninda mencoba menelannya, “Oh..Nikmat Mas…” ucapnya dan pergi kekamar mandi untuk kumur-kumur. Aku memcoba bangun dan memainkan penisku, agar kembali ukuran maksimal Ninda menelannya, dan melepaskan penisku sisa sperma ada di kasur.

Ninda keluar sambil mengelap wajah dan badan yang basah, keringat bisa ada ditubuh kami padahal kami belum bersetubuh. Ninda duduk disebelahku, matanya tertuju pada Penisku. “Mas, kok masih ereksi, kurang ya.” ucap Ninda. Aku menganggukan kelapa. “Iyalah, kita belum main. Kok udahan.” ucapku sambil mencium lehernya. “Ich, dasar kamu maunya enaknya aja. Mas pokoknya hati-hati anak-anak bisa tau kita sering main jika gak ditutupin. Sekali kali puasa dong.” ungkap sambil menepuk pahaku. Aku tersenyum, dan bangun. “sekarang giliran aku bikin kamu puas.” ucapku.

Aku berbalik dan merangkul pingangnya. Aku siap menyetubuhinya, aku menarik betis Ninda hingga ketengah kasur. Aku membuka celana pendeknya, lalu terlihat celana dalamnya yang berwarna hitam itu. Aku mencium bibirnya, sementara kedua tanganku melepaskan celana dalamnya itu. Setelah lepas, aku menempatkan betisnya dikedua bahuku lalu mengarahkan penisku pada lubang Vaginanya. Aku siap menghentakan, “Jbles..” Penisku memasuki lubang Vaginanya dengan mudah, “Mmmmph….oh…oh…mas..” ucapnya mendesah saat Penisku memasuki lubang kewanitaanya itu. Aku memulai permainanku menikmati seks bersama istriku.

“jles…jles..jles…jles..,” kemaluanku mulai memompa kewanitaan Ninda. “oh…mas..en…enaknya.” ucapnya. Badanku maju sedikit menunduk, kedua tanganku kutumpangkan, aku mempercepat permainan, lututku gunakan sebagai tumpuan. “ahhh.ahhhh…ahhh..ah…oh…mmmmphh...,” ucap Ninda. Lama-lama, aku dapat menikmatinya juga,”Oh…Nin…oh….terus..” ucapku. Keringatku kembali keluar, dan permainan kami makin panas. Aku bosan dengan permainan ini, maka aku mulai memainkan payudara Ninda, “ah…mmh…o….oh…oh..mas…en..ak…ma…s,” ucap Ninda saat menikamati, genjotan dan permainan tanganku di payudaranya. Persetubuhan kami berjalan dua jam, Ninda sudah 3 kali klimaks.”Mas,….oh…enak…aku…oh…mphhh….ah…aha…tiga….klim….kli…maks…kamu…baru…oh…satu…kali….ka..lo…gak..pake…KB…bisa…ada…ohh…..ad…e…baru….oh,” ucapnya merancau kenikmatan. Aku sedang konsentrasi main, tidak memikirkan dengan serius.

Aku mengentakan kembali penisku memasuki bagian dalam di Rahimnya. “o…Nin….***…ba..ka…l…hamil…kok….oh….bentar…..la…oh….ah…kli…maks…,” ucapku sambil mendesah, 10 menit kemudian aku klimaks dan membuang didalam. “Mas, mulai besok kamu hati-hatinya. Baik di kamar Ninda atau aku, sebaiknya seminggu ini kalo main setelah anak tidur jangan kaya tadi.” ujar Ninda. Aku terdiam, dan meyetujuinya. Aku memang mudah terbawa suasana. Anehnya, aku hanya mudah melakukannya dengan Ninda atau Mia. Kejadian Raya membuatku sadar, untuk sedikit menjaga situasi. Aku mengangguk, dan pergi tidur bersamanya. Paginya, sebelum aku berangkat kantor bersama Ninda (kami biasa berangkat kantor bersama) membuat berapa kesepakataan. Lalu berangkat, sampai dikantor aku bertemu Wardan satu lift dengan Tamara. Kami satu lift, dan keluar bersama. “Iwan, dua hari lagi Ninda wisuda, kamu kalo ada tanda tangan laporan divisi, ke Alex dulu baru email ke Tamara atau Aku.” Ucapnya, “Lho kenapa dan?” tanyaku. “Ini, aku mau meeting, dia wisuda jadi Alex jaga 3 hari.” ujarnya. Aku memahaminya, memang berat bagi Wirdan mesti mengurus pekerjaan sendiri.

Maka muncul sebuah ideku lalu menelepon Ninda untuk merancang acara Dinner, “Wir, dan Tamara. Kira-kira kalian baru lowong sabtu tapi kerja seninkan?” ucapku aku sedikit basa-basi menjelaskan. “Aku pernah ditawarin tiket Fine-Dining, satu tiket buat dua orang. Kalian yang pake ya, aku gak mungkin karena kalian tahu.” ucapku menawarkan. Mereka berpandangan, lalu Wirdan berbicara, “Nanti gimana kalo orangnya beda. Kamu tau sendirikan, biasa restoran itu suka ribet.” ucapnya menaikan alis, ia mengetahui ini rencanaku. “Gak papa, untung gw pernah nanya. Kalo w bisa kasih tiket ke orang gak? Kata bisa tapi harus konfirmasi dulu.” kataku, padahal semuanya hanya rencana ku dengan membiayai itu dengan uang simpanan jual mobilku tersisa.

“okay kami setuju, gimana tiket.” kata Wirdan, Tamara dengan muka merah pergi. “Gila loe, tiket dapet dari mana?” ucapnya, “Rahasia bro. Nanti selesai makan malam itu. Paginya gw jelasin.” Kataku, “Makasih ya, ucapnya.”

Bersambung
 
Seiring waktu ... Makin keren Aja nih garap Dua ladang ... Perlu ladang ke tiga sepertinya ... Tamara mungkin .. hahaha
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gelar tiker.....
Nyeduh kopi.....
Sambil mandingan poto ninda dan mia...
:)
 
Asikkk dilanjut dimarih yaa
Beruntung ente masbro
Punya bini dua akur lagi
Ada petualangan lagi kah nanti?
Hehehehe
Tks masbro
 
Lanjutan

Wirdan menerimanya dengan baik, sedangkan Tamara tampak masih bingung dengan voucher pemberianku itu. Singkat cerita, hari itu pulang langsung menuju restorant yang ternyata Ninda sudah datang lebih dahulu untuk melakukan pemesanan. Kami berbicara tentang rencana kami untuk memberikan kejutan pada Wirdan dan Tamara yang akan membawa Voucher, kami langsung membayar semuannya, lalu pulang. “Mas, kalo nanti anak-anak liburan ke rumah orangtuaku. Bisa lho kita makan malam romantic bertiga, biar makin panas,” ujar Ninda sambil tersenyum kami pulang berpegangan tangan.

“Mas, Mbak. Kok pulangnya lama, dari tadi aku cemas nunggu kalian lho. Makanan udah mulai dingin juga,” kata Mia yang terlihat khawatir karena pulang terlambat. “Gak usah khawatir, Mia. Mas Iwan lagi buat kejutan sama temannya itu, jadi minta bantuan aku buat kasih saran,” jelas Ninda pada Mia. “Oh gitu ya mbak, oh iya mbak. Aku mau nanya tentang bisnis makanan siang kaya Cattering udah ada yang pesen tapi baru 20 paket. Diambil gak ya?” ujar Mia menanyakan. “Ambil aja, siapa tau rezeki bayi itu, jangan ditolak lumayan bantu buat tambahan,” ujar Ninda menganggapi pertanyaan Ninda. Aku memilih mandi dikamar Mia, karena ingin membiarkan Mia diajari Bisnis oleh Ninda.

Setelah Mandi, aku makan. Ninda sudah mandi juga namun membawa makanan diruang keluarga sekalian mengajari Mia. Mia memperhatikan penjelasan Ninda dengan penuh perhatian, lalu mulai merencanakan bisnisnya walaupun ia masih diberikan order dari pemilik Cattering yang merupakan kolega bisnis Ninda. Walaupun kehidupan diluarnegeri juga memberikan peluang keuangan keluarga mebaik, tapi juga mesti berpikir dalam memenuhi kebutuhan. Singapore memiliki biaya kebutuhan hidup sukup tinggi. Terutama kami masih pendatang mesti awas mengatur keuangan.

Aku mememang berencana mengajukan Permanent Resindent untuk mempermudah segala kebutuhan kami Wirdan juga melakukan. Ketika berkerja 6 bulan, ia mengajukan Permanent Resindent dan mengajukan pinjaman ke perusahaan. Bos Perusahaan menyetujuinya dengan syarat menjadi anak perusahaan. Aku awalnya akan mengambil itu 6 bulan, namun Wirdan menentang karena akan ada pemilu, ia menyarankan untuk mengajukan 3 bulan setelah berkerja. Maka aku menyetujuinya. Aku sudah mengambil fomulirnya dan mengajukan minggu depan setelah persyaratannya lengkap. Dua jam kemudian, waktu menujukan pukul 10 malam. Mia menarikku kekamarnya. “Kenapa kamu, bahaya lho kalau jalan cepat-cepat.” tegasku kepada Mia. “Mas, udah kangen. Masa gak kangen sama aku?” ujar Mia saat memasuki kamar. Sebetulnya aku kangen menyetubuhi Mia. Satu hari saja tidak memuaskan diriku kepada istri keduaku membuatku resah. “Okay, Mia mas juga nafsu kok liat badan kamu. Apalagi ada anak mas didalamnya,” ujarku memeluknya dari belakang sambil mengelus-eluskan perutnya yang sudah membuncit.

Mia yang memakai gaun dengan lengan pendek berwaena dominan hitam dengan bitnik-bintk putih. Dengan tambahan tali coklat, membuatnya makin serasi. Aku membelai leher belakangnya. Sebelah kiri, lalu menaruh rambut panjang disebelah kanan. “Mia sayang, oh..anak-anak udah tidur? Jangan-jangan kaya kemarin tiba-tiba Raya buka pintu” ucapku menanyakan anak-anak, sambil mencium bahu dan lehernya. “Gak papa mas, udah mbak Ninda yang dongengin. Aku udah izin mau layani mas. Jadi hari ini mbak Ninda yang jaga. Tapi katanya kalo pengen, ia ikutan kok.” ucap Ninda. Aku tersenyum tanganku membuka pakaian Mia, dengan reseleting dipunggung,setelah itu aku membukanya dengan pelan-pelan, Bra dan Celana dalam dengan selimut busa menjaga posisi perut khusus wanita hamil.

Aku membuka dengan perlahan selimut busa itu, perutnya makin terlihat membuncit dengan bulu tipis. Aku membuka celana dalamnya dengan sedikit berjongkok, Mia mengangkat kakinya satu-persatu untuk membantu. Setelah celana dalamnya ku lepaskan, aku berdiri. Aku membalikan badan kehadapanku. “Nakal kamu Mia, Suamimu kamu punggungin,” ujarku sambil menyubit hidungnya. “Ah…aduh. Mas sakit tau,” ucapnya. “Mas, aku oralin ya punyamu,” katanya. Mia menunduk dan jongkok. Kedua lututnya menjadi pijakan badannya. Kedua tangannya membuka celanaku. Penis keluar, ukuran masih belum ereksi. Mia menggegamnya dan memasukan kedalam mulut.

“Ohh..Mia…oh…nik..mat..” sensasi berbeda aku merasakan ketika Mia memasukan kemaluanku kedalam mulutku. Mia mulai rajin memakinkan mulutnya dan tangan kanannya. Sedangkan tangan kiri memegangi pantatku. “Ah…Mia..Ter..us…in..oh..oh…,” ucapku menikmati permainan Mia yang semakin lama semakin cepat. Mia memainkan mulut dan tangan semakin lihai, aku tidak dapat mengunggulkan salahsatu dari istriku lebih unggul masalah oral. Meski Mia lebih dahul, Mia lebih kaku dalam memainkan tangannya tetapi mulutnya sedikit sempit memberikan rasanya berbeda. Sedangkan Ninda perlahan namun terampil melakukan Oral, dengan dia aku merasakan kenikmatan oral meski dia mengaku sulit menikmati oralan sebelum aku mengoral Vaginannya. “oh…Mia..oh….” ucapku, permainan Mia membuat Penis mulai bereaski dan naik perlahan.””HMMmph…” suara terdengar dari mulutnya. Ia tersedak, ia membuka mulutnya dan ingin berdiri mengambil air.

“Mia, kamu gak apa-apa?”tanyaku sambil ikut berjongkok. Ia mengangguk, aku masih Khawatir, “Biar mas ambilin minum buat kamu,” ucapku sambil memakai celana keluar kamar. Aku mengambil gelas dirak, Mia memiliki kebiasaan untuk tidak membiarkan barang kotor masih terlihat sebelum tidur, sehingga aku tidak melihat gelas Mia. Aku memasukan air digelas dari teko kaca. Aku kembali, Mia masih diposisinya. Aku memberikan gelas itu, “glek..glek…” suara Mia meminum air putih. Setelah selesai meminum, aku mengambil gelas dan menaruh dimeja. “Mas..hah…” ucapnya memanggilku dan mengela nafas. “Main lagi yuk?” ajaknya. Aku mengaguk dan membuka celana dan berdiri dihadapannya.

Mia memainkan dahulu, penisku yang mulai ber-reaksi dengan tangan. Sementara kepala maju, dan mejilati buah zakar.”Ah…Mia…oh…..oh…ah…ah..ka…mu…belaj..ar..oh…dari…mana?” tanyaku sambil merancau. “Aku nonton mas, aku sama mbak. Jika libur suka nonton bokep kalau anak-anak dan mas tidur siang. Aku terkejut, Mia mengerakan tanganya keatas dan kebawah. Setelah ukuran maksimal. Ia memasukan kedalam mulut,” MMph…Jleb…jleb…jleb.” bunyi Penisku yang memasuki mulut Mia, “ah…Mia…oh…terusin…oh…” ucapku. Mia mulai memainkan penisku, dan keringat mulai datang kebadan kami. Mia makin lihat, aku memegang kepala Mia dan menarik kepala dan mendorongnya kearah penisku. aku makin kenikmatan. “ah…Mia…oh….terusin…oh…oh…” ucapku. Dua puluh menit kemudian, aku sampai pada puncaknya, aku minta mia membuka mulutnya.

“Mia…buka..mulutnya…oh…oh” ucapku, Mia membuka mulutnya. Aku menyemprotkan spremaku ketubuhnya dan mulutnya. Ia menelan spermaku dan mengosokan sperma ditubuhnya ke payudara dan perutnya. Aku beristirahat sejenak, dua menit kemudian. Aku membantu Mia berdiri dan menduduknya ke kasur. Aku membuka bra, dan menidurkannya, Mia langsung memundurkan badannya dan mengambil posisi ditengah kasur. Aku menaiki ranjang, siap meyetubuhi dirinya. Aku membuka kedua kakinya, dan menyiapkan Penisku. Secara perlahan, aku memasukan penisku kedalam mulut Vagina. “Jbles..” penisku masuk kedalam Vagina. Kini aku yang mengatur permainan. “aohh..mas..” ucapnya dengan desahan yang panjang, sambil kedua tangan mengengam sprei. “oh…Mia…enak?” tanyaku sambil mengejam mata sesaat lalu melihatnya. Ia membuka mulutnya dan mendesah sangat pelan, ia menganggukan kepalanya.

Aku kembali menekan, memastikan penisku masuk kedalam Vagina. “Ah…mas…oh…teru…sin..oh…ah..ah..”ujarnya menikmati permainanku. Aku memajukan penisku masuk dan keluar dalam penisnya. “Plok..Plok..Plok…Plok…”bunyi kulit kami bersentuhan, akibatnya kami kembali merasakan kenikmatan seks untuk kesekian kalinya.

“Mas... terusin…oh…makin..nik…ah…ahkmat..”ujarnya, kini Mia tidak bisa lepas dari aku. Aku ikut mendesah..Oh..Mia…oh….enak…oh…”ujarku menikmati persetubuhan ini. Aku merebah diriku didepan mia, kami berpelukan. Meski perutnya yang buncit itu membatasi kami. Aku memeluknya dengan erat, aku bersiap memberikan hentakan kejutan.“Jbles…Plok…plok..plok.” “Ah..mas…” ucapnya, lalu selebihnya kami kembali medesah. Namun Mia lebih pelan. 1,5 jam kemudian Mia klimaks, “Mas..aku..samm..oh…pai…”ucapnya, “Sabar, 10 menit lagi. Mas juga…” ucapku. 15 menit kemudian, “crot…crot..crot..” cairan kenikmatan kami keluar, aku melepaskan penisku dari Vagina Mia. Cairan kenikmatan kami menyatu disprei. “Mas, mau kekamar sebelah ya. hah…hah…hah.. Mas, mau nambah” ucapku ternyata Mia sudah tidur, aku selimuti dan melangkah pergi. Aku membuka pintu, Ninda sudah berdiri. “Lama banget sih, sambil merangkulku. Aku juga mau.” ujar Mia. Pelukannya, menyadari Ninda sudah melakukan masturbasi. Celana cukup basah, badan berkeringat dan nafasnya terengah-engah. Aku memeluknya dan membalikan badannya, “Sekarang kamu yang puasin, Mas.” ucapku merebahkan dikasur disebelah Mia.

Aku melepaskan bajuku, lalu membuka seluruh Pakaian Ninda, “Langsung masuk aja, mas. Gak usah macem-macem.” katanya. Aku menurutinya, Penisku masih dalam ukuran maksimal. “Jbles,” dengan melebarkan sedikit kaminya aku masuk kedalam lubang Vagina Mia. “Ah…mas…Summ..pah..enak.” ujar Ninda, aku kembali menjelajahi kemaluan istriku. “ah…nik…mat…oh…pun…ya…dua..istr.i.” kataku belum selesai,Ninda menciumi bibirku.Aku ikut menciumnya, sekaligus memompa Vaginanya, 10 menit kemudian. “Mas…ah…Ninda…sampai…ah..ah…ah..”ujar Ninda. “Cress…Cress..Cress,”cairan kewanitanya membasahi batang penisku yang masuk kedalam vaginanya.

Cairan ini membantu aku untuk mempercepat permainan. “oh…mas…cepetinya…”ujarku, Ninda berucap..”Oh…i..ya..” Aku mempercepat tempo ini, “Ah….ah…mas…terusin..oh..”ujar Ninda, aku membalikkan tubuhnya, dan penisku masih di Vaginanya. Kali ini mencoba permainan dari belakang, “ah…mas…enak…”ucapnya. “iya….oh…ben…ar…enak..:”ucapku.Meski Ninda sudah melahirkan dua anakk, tiba-tiba dengan seks posisi Doggystyle aku merasai Vagina mirip milik Mia yang baru akan melahirkan. “ah..kaya…belum….ada…oh….ray…a…enak…sempit…oh..ah….ah..” ungkapku, setengah jam kemudian aku dan Ninda klimaks bersamaan. Kami tertidur, kami bangun sperti biasa. Ninda dan Aku berangkat kerja. Ninda pergi siang hari untuk kursus dan senam hamil.

Berapa hari berlalu, Wirdan kembali dengan muka semuringah. Aku tersenyum. “Bagimana makan malamnya?” tanyaku pada Wirdan yang baru saja datang setelah rapat diluar kota. “Lancar Wan, Romantis banget. Tamara juga puas,” ujar Wirdan. “Kamu dapat darimna?” tanya Wirdan, “Itu sebenarnya aku revervasi buat kamu, tak bikin Voucher.” ucapku jujur. “Gila kamu, tapi terima kasih.” tanggap Wirdan. Tamara sudah berada dikantor, dia tersenyum dan membawa tas Wirdan, “Makasih pak, atas hadiahnya.” ucap Tamara sedikit parau, Aku bingung. Makan Siang, Tamara pamit untuk mengantar ibunya dan ayahnya pulang. Ibuny dan Ayahnya menginap dihotel, karena flat Tamara dinilai terasa sempit.

“Kok Tamara suara parau gitu, dan keliatan lemes?” tanyaku. “Sebetulnya, kami melakukanya. Tamara mabuk tapi dia minta ke aku untuk seks bareng. Ya aku cinta dia, Tamara juga. Jadi kami melakukannya.” ucap Wirdan. “Lah. Masalah Desainku hanya makan malam, malah jadi kesana. Tapi ya sudahlah. Tapi Tamara hebat?” tanyaku. “Hebat…ternyata dia perawan. Pas aku bangun, dia gak ada. Ternyata ada bekas darah dikasurku. Aku bangun dia lagi siapin makanan. Mukanya sembab, akhirnya kami bicara.” ucap Wirdan bangga. Aku terkejut, Tamara diperawani bosnya, tetapi ku pikir tidak apa-apa, kalo aku pernah melakukanya. Aku bisa menerima tindakan Wirdan terlebih yang terjadi pada dia sebelumnya.

Aku terdiam sejenak, “Lalu gimana Tamara, dia juga masih muda dan baik sama loe. Loe gak mainkan dia kan?” tanyaku. “Gaklah, satu sisi gw sayang sama dia. Gw bakal nikahi dia, lagian kita juga udah deket berapa bulan ini.” ujarnya aku lega, mendengar pernyataan dari Wirdan itu. Ia akan menikahi Tamara. Sejujurnya aku takut, Wirdan mendekati Tamara hanya karena untuk melupakan Cindy. Waktu makan siang, hampir usai. Kami sepakat untuk pergi ke kantin untuk makan.

Perlahan Tamara mengambil jarak dengan Wirdan, 3 hari kemudian dia meminta pengunduran diri, Wirdan menerimanya. Awalnya ia cukup optimis bakal menikahi Tamara, akhirnya Tamara memilih meninggalnya. Aku meminta maaf, Wirdan mengatakan ini bukan kesalahanku. “Bro, loe gak salah. Gw yang salah, harusnya gw ngerti harus jaga perasaan Tamara.”ujar Wirdan ia bertekat untuk mendapatkan Tamara bagimana pun caranya. Kami berusaha mencari Tamara,tetapi belum ada hasil. Setelah 1 bulan mencari, kami pun berhenti, karena pekerjaan kami.

Bersambung
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
lah kok Tamara jadi ngilang gitu.
katanya sudah saling suka, dan saling sayang. tp kenapa Tamara meninggalkan Wildan.

:ngupil: pasti karena pengaruh orng tua Tamara, bisa jadi Tamara di jodohkan sama orang tuanya.
:bingung:
Nanti dijelaskan di thread satu lagi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd