Cerita ini bermula pada akhir tahun 2015
Dimana diceritakan pada saat itu ada seorang pemuda, Yang kita panggil saja "Banyu". Bertubuh kurus dan tidak terlalu tinggi. Berkulit putih dan dengan ciri khas tatapan matanya yang sendu.
Dan sifat sibanyu ini sedikit banyak bicara, kurang dalam bertata krama, dan arogan.
Namun semua itu berubah drastis, setelah perjalanan ini dia lakukan. Seperti orang yang kehilangan dirinya, karakternya berbanding terbalik dengan dirinya yang sebelumnya. (Kata orang disekitar nya)
Itulah sedikit pengenalan karakter utama dari cerita yang bakalan saya tulis.
Dan anggap saja saya yang nulis sebagai banyu, supaya enak dalam penulisan alur ceritanya...
Yaudah, tanpa banyak bacod. Kita masuk kedalam cerita.
Selamat membaca, siapkan kopi dan rokok kalian.
____
Waktu itu dimana cuaca akhir tahun sangat dingin dinginnya, apalagi untuk daerah di dataran tinggi dimana tempat dia tinggal.
Bersamaan dengan derasnya hujan dan dentuman langit, aku meringkuk dan tenggelam dalam tangisan, rasa sakit, rasa kecewa akan takdir yang sedang terjadi. Mengingat apa yang sudah ku alami selama satu tahun terakhir ini. Dimana semua yang sudah aku raih dan kumiliki, seketika semuanya hilang.
Sudah sebulan lebih yang kulakukan hanyalah seperti mayat hidup. Keluar rumah cuma untuk beli makan. Itupun kulakukan bukan setiap hari, kadang 3 hari sekali dan bahkan pernah 1 minggu full aku gak makan. Untuk pergi beli makanpun tubuhku terasa malas. Cuma kopi, rokok, kopi, rokok gitu aja terus sampe tolol.
Sampailah suatu ketika, dimana aku kepikiran mau bunuh diri. "Capek" Cuma kata itu yang ada dibenakku.
"Kepengen mati sajalah, tapi gimana caranya ya. Biar bisa mati, tapi tanpa ketahuan, atau lebih simpelnya supaya nanti mayatku tidak ditemukan"
Itulah perkataan yang berputar putar dikepalaku.
Akhirnya aku mendapatkan ide
"Aku mati dihutan saja, kayaknya itu ide cemerlang hahahha" Sambil ketawa sendiri aku dibuatnya.
Setelah menentukan tujuanku, aku mulai menyiapkan semua yang diperlukan.
Sampai pada harinya tiba, aku sudah siap untuk melangkah menuju kematian.
Bersambung
Dimana diceritakan pada saat itu ada seorang pemuda, Yang kita panggil saja "Banyu". Bertubuh kurus dan tidak terlalu tinggi. Berkulit putih dan dengan ciri khas tatapan matanya yang sendu.
Dan sifat sibanyu ini sedikit banyak bicara, kurang dalam bertata krama, dan arogan.
Namun semua itu berubah drastis, setelah perjalanan ini dia lakukan. Seperti orang yang kehilangan dirinya, karakternya berbanding terbalik dengan dirinya yang sebelumnya. (Kata orang disekitar nya)
Itulah sedikit pengenalan karakter utama dari cerita yang bakalan saya tulis.
Dan anggap saja saya yang nulis sebagai banyu, supaya enak dalam penulisan alur ceritanya...
Yaudah, tanpa banyak bacod. Kita masuk kedalam cerita.
Selamat membaca, siapkan kopi dan rokok kalian.
____
Waktu itu dimana cuaca akhir tahun sangat dingin dinginnya, apalagi untuk daerah di dataran tinggi dimana tempat dia tinggal.
Bersamaan dengan derasnya hujan dan dentuman langit, aku meringkuk dan tenggelam dalam tangisan, rasa sakit, rasa kecewa akan takdir yang sedang terjadi. Mengingat apa yang sudah ku alami selama satu tahun terakhir ini. Dimana semua yang sudah aku raih dan kumiliki, seketika semuanya hilang.
Sudah sebulan lebih yang kulakukan hanyalah seperti mayat hidup. Keluar rumah cuma untuk beli makan. Itupun kulakukan bukan setiap hari, kadang 3 hari sekali dan bahkan pernah 1 minggu full aku gak makan. Untuk pergi beli makanpun tubuhku terasa malas. Cuma kopi, rokok, kopi, rokok gitu aja terus sampe tolol.
Sampailah suatu ketika, dimana aku kepikiran mau bunuh diri. "Capek" Cuma kata itu yang ada dibenakku.
"Kepengen mati sajalah, tapi gimana caranya ya. Biar bisa mati, tapi tanpa ketahuan, atau lebih simpelnya supaya nanti mayatku tidak ditemukan"
Itulah perkataan yang berputar putar dikepalaku.
Akhirnya aku mendapatkan ide
"Aku mati dihutan saja, kayaknya itu ide cemerlang hahahha" Sambil ketawa sendiri aku dibuatnya.
Setelah menentukan tujuanku, aku mulai menyiapkan semua yang diperlukan.
Sampai pada harinya tiba, aku sudah siap untuk melangkah menuju kematian.
Bersambung