Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mabataki ~ Kisah hidup di negara orang

Suhu @MaximumChooser, kalau di Jepang itu yg dipakai Kanji semua ya Hu?
belajarnya gimana tuh biar gampang?secara kalau kita belajar Bhs Jepang di Indo,diawali Hiragana dulu,pas geser ke Kanji udah males deh...
 
Selesai sudah baca full ampe chapter 20 ini... Thanks suhu, udh menyuguhkan cerita yg menarik ajib-ajib karena penuh dengan kekentangan buat Azumi. Kapan nich Azumi jadi kuda liar yang dominan...??
terima kasih sudah membaca, ditunggu aja kelanjutannya :pandaketawa:
Wah ini, makin penasaran kan sama chapter selanjutnya
Tenang hu, kekentangan ini masih berlanjut :pandapeace:

Duuuuh azmi koq nurut bgt ya :tegang:
Soalnya yang nyuruh nyuruh cantik :pandajahat:

Suhu @MaximumChooser, kalau di Jepang itu yg dipakai Kanji semua ya Hu?
belajarnya gimana tuh biar gampang?secara kalau kita belajar Bhs Jepang di Indo,diawali Hiragana dulu,pas geser ke Kanji udah males deh...
Kalau di Jepang itu pakenya campuran Kanji sama Hiragana, beda sama cina yang full Hanzi.
Tambah katakana buat kata serapan asing.
Cara belajar yang gampang sih ga ada wkwk
Kalau mau bisa nulis harus sering nulisnya, Kalau mau bisa baca ya harus sering baca
Yang sedikit membantu sih, inget Bushu atau bagian dari kanjinya, soalnya kanji yang rumit itu biasanya bisa dipecah dan tinggal ngapalin per bagiannya deh..
:pandapeace:
 
ikut nunggu
selain dapet ilmu tentang jepang , dapet ngaceng juga
wkwkwkwkwkwwk
 
Chapter 21

**Apartemen Hana**

Matahari sudah mulai semakin naik, aku hanya tidur-tiduran di ruang utama Hana karena ya memang sudah tidak tahu harus melakukan apa lagi selain menunggu Hana pulang. Kubalik lembar demi lembar dari komik yang ada di tanganku, hanya benda ini lah yang bisa mengalihkan perhatianku dari pikiran kotorku tentang Hana yang sedang bermasturbasi menggunakan alat-alat yang ada di bawah kasurnya itu.

Ahhh... Aku kenapa sih. Padahal seingatku diriku tidak semudah itu berpikiran mesum seperti ini. Rasanya seperti ada sesuatu yang perlahan berubah dalam diriku ini semenjak disentuh oleh Hana. Aku pun merasakan mulai ada bibit-bibit cinta yang tumbuh di dalam hatiku. Lagipula siapa sih yang tidak mau punya pacar secantik dan seperfect Hana? Pintar, Cantik, baik, pintar masak dan ganas di ranjang, apalagi yang kamu butuhkan dari seorang wanita.

*Klik*, samar-samar terdengar suara kunci pintu depan dibuka.
"Tadaima"
"Okaeri, Hana"
, aku langsung beranjak ke genkan untuk menyambutnya, itu memang Hana, tapi entah kenapa wajahnya terlihat sedang menahan amarah. Apa dia masih marah sejak tadi pagi?
"Hana, ma... Maaf ya soal tadi pagi"
"Sudah. Ini bukan masalah yang tadi pagi. Cuma sedikit emosi karena ada sesuatu di baito tadi"
, jawabnya sambil berjalan masuk ke dalam kamarnya. Ia langsung melepas bajunya begitu saja di sana tanpa menutup pintu. Lagi-lagi mataku menyantap pemandangan tubuh Hana yang lezat itu lagi. walaupun masih terbalut pakaian dalamnya, lekuk tubuhnya benar-benar membuat imajinasiku terbang melayang entah ke mana, aku jadi takut kalau-kalau hal seperti ini akan membuatku ketagihan.

"H... Hana...", suaraku sedikit bergetar ketika memanggil namanya.
"Hm?"
"Apa ada yang bisa kulakukan untuk menghiburmu? Sebagai ucapan terima kasih dan sekalian minta maaf"


Hana menatapku dengan tatapan bingung, sebelum kemudian menghela nafas. "Aku yang seharusnya minta maaf tadi pagi sudah marah-marah nggak jelas begitu. Aku baru ingat kalau kamu ini baru pertama kali melakukan hal-hal seperti itu kan"
"Ng... Nggak, memang aku yang sa..."
"Udah. Sekarang bantuin aku buka ini"
, katanya sambil menghadapkan punggungnya ke arahku dan menunjuk kaitan bra yang ada di situ. "Kalau kamu bisa buka, aku kasih hadiah. Tapi kalau sampai rusak, siap-siap aja dihukum", aku bisa melihat senyum tipis Hana, sepertinya Ia sudah mulai menikmati permainan ini lagi.
"B... Baiklah"

Aku mendekat, kini kulit mulus Hana ada di hadapanku, semakin dekat semakin nampak kesempurnaan kulitnya, Ia pasti merawatnya dengan sangat baik. Tubuhnya dari belakang nampak sangat ramping dan kini kucoba fokuskan diriku ke arah kaitan branya. Aku belum pernah memperhatikan detail Bra sampai sejauh ini, jadi aku pun ga terlalu tahu caranya untuk membuka.

Aku coba mengingat-ingat adegan orang membuka bra dalam video-video dewasa yang pernah kulihat. Sebagian besar sepertinya membuka dengan kasar atau diangkat dan tidak pernah ada yang pernah memperlihatkan secara detail cara membukanya.

Jariku sedikit gemetar ketika menyentuh kulitnya yang halus itu, kutekan dua sisi bra di dekat kaitannya dan menariknya, tapi gagal.

"Azumi, ingat ya, dunia nyata itu nggak seperti film-film porno. Ketika buka dalaman wanita harus pelan-pelan dan hati-hati. Asal kamu tahu, pakaian dalam wanita itu harganya lebih mahal daripada keliatannya lho"

Aku mendengarkannya, tapi aku juga mencoba untuk fokus membuka kaitannya. Aku bisa merasakan bra nya ini sangat ketat sehingga sedikit sulit juga untuk membukanya. Aku bisa merasakan darahku berdesir, jantungku berdegup semakin cepat, ada rasa takut.

*Klik*, sebuah suara yang menandakan kaitan bra nya lepas, begitu kulepaskan jariku dari sana, tali bra di bagian belakang itu langsung lepas seolah akhirnya bisa bebas lagi. Branya pun langsung meluncur melalui tangannya dan langsung jatuh ke lantai.

"Heeee... Boleh juga kamu", ujar Hana sambil tersenyum. Kini Ia memembalikkan badannya dengan kedua tangannya menutupi bagian buah dadanya yang ranum itu.

Aku menelan ludahku ketika Hana menurunkan tangannya perlahan. Pesonanya tidak akan pernah pudar walau diliat berapa ribu kali pun, wajahnya yang cantik dan buah dada yang sempurna dengan puting pink.

"B... Boleh pegang?", kata itu terlontar dari mulutku, walaupun suaraku sedikit bergetar tapi paling tidak aku berhasil mengumpulkan keberanianku dan mengucapkannya.

"Oh, sekarang kamu minta izin ya? Bagus-bagus. Harus gitu ya. Kalau kamu mau apa-apa kamu harus izin dulu. Dan sebagai hadiahnya, silahkan", Hana membusungkan dadanya membuat dada sekalnya itu semakin menarik.

Tanpa basa-basi aku meraih bongkahan daging yang menjadi salah satu obsesi umat manusia itu. Rasa empuk dan kenyal ditambahnya hangatnya kulit Hana membuatku semakin terangsang. Kupegang erat dan kuremas-remas dada itu dengan pelan, Hana sendiri hanya tersenyum melihatku. Sekarang fokusku berpindah dari meremas menjadi menyentuh bagian puting Hana, aku baru tahu kalau ternyata puting pun bisa menjadi sekeras ini ketika terangsang. Jemariku mulai menari di bagian sekitar puting Hana, aku bisa melihat wajah Hana mulai sedikit bereaksi terhadap sentuhan-sentuhan lembut itu.

Kudekatkan wajahku, Hana sama sekali tidak menghentikanku jadi akhirnya kulumat puting yang ada di hadapanku. Kujilat-jilat sebelum dengan ganas kuhisap putingnya. Aku merasa seperti bayi yang sedang menyusu kepada ibunya. Kuhisap dalam-dalam puting itu sambil tangan kananku memilin-milin putingnya yang lain.

Aku tahu sekuat apapun aku berusaha menyedot tidak akan ada susu yang keluar dari sana, tapi tetap saja kusedot kuat-kuat, bergantian kanan dan kiri. Aku sama sekali tidak tahu "ilmu" tentang sedot menyedot, tapi entah kenapa rasanya seperti natural saja untuk melakukan hal-hal seperti ini. Ku lihat wajah Hana mulai memerah disertai dengan desahan-desahan kecil.

Kemudian Hana menahan daguku dan menariknya sebelum mencium bibirku dengan lembut. Jujur saja ini adalah ciuman pertamaku, sebelumnya dengan Anggi paling jauh hanya ciuman di pipi dan dahi saja.

Wajah Hana begitu dekat, aku bahkan bisa melihat pantulan diriku di matanya yang bersinar itu. Sekarang giliranku yang mencium bibirnya, hanya sepersekian detik tapi bibir kami saling bersentuhan. Tatapan matanya pun juga membuatku semakin terbakar nafsu.

"Keluarin lidahmu!", perintah Hana.

Aku mengikutinya, kujulurkan lidahku. Tanpa peringatan Hana langsung melahap lidahku dan menghisapnya, dilanjutkan dengan ciuman yang semakin intens. Aku tahu hubungan kita tidak biasa, karena Hana jauh lebih dulu mencium penisku sebelum mencium bibirku ini. Tapi aku tidak peduli lagi dengan urutan remeh seperti itu, yang pasti wanita setengah telanjang di hadapanku ini sekarang sedang menciumku dengan ganas.

Karena merasa tidak ingin kalah, aku mencoba untuk mengambil alih permainan bibir itu, lidah kami saling serang, saling masuk ke mulut satu sama lain. Suara ciuman seolah menjadi musik latar permainan kami malam itu. Kupeluk erat-erat tubuhnya, kehangatan itu sungguh membuat hatiku tenang, tapi sebaliknya Azmi junior sama sekali tidak tenang, Ia semakin tegang menunggu gilirannya untuk beraksi.

"Heee... Sepertinya kamu punya bakat ya. Dasar anak nakal", senyuman nakal Hana membuatku semakin ingin melumat bibirnya.

Tapi ia menahan wajahku dan mendorongku mundur.

"Saatnya lanjut ke tahap selanjutnya", Hana mulai melepaskan celana dalamnya dan membuka pahanya lebar-lebar.

Sebuah bukit surgawi terpampang di sana, lubang kenikmatan Hana yang masih terlihat sempit itu ditambah bulu-bulu halus yang menghiasi bagian atasnya.

"Kamu baru pertama kali lihat langsung ya?"

Aku mengangguk, rasanya mataku tidak bisa lepas dari vaginanya yang nampak indah menggoda itu. Namun ternyata itu belum semuanya. Ia membuka vaginanya lebar-lebar dengan kedua jarinya.

"Ini namanya vagina", katanya menjelaskan. "Coba kamu jilat di bagian sini. Ini namanya klitoris", katanya sambil menunjuk ke arah klitorisnya. Dia benar-benar melakukannya seolah seperti guru yang sedang mengajarkan hal baru kepada muridnya.

Dengan sedikit keraguan aku menjulurkan lidahku ke arah klitorisnya, hanya dengan sedikit sapuan halus di klitorisnya, Hana langsung mengejang sambil menutup mulutnya sendiri, walaupun begitu, suara desahan itu masih cukup jelas terdengar.

Melihat reaksi Hana yang menurutku sangat imut itu, aku semakin bersemangat, kujilat-jilat bagian klitorisnya dengan lebih intens, bahkan sesekali kucoba menyedotnya. Hanya butuh beberapa menit sebelum benteng pertahanan Hana jebol, Ia memuncratkan air kenikmatan ke wajahku, sama seperti ketika Ia melakukannya ke wajah Elvi.

Hana kemudian mengambil sesuatu dari dalam lacinya, sebuah bungkusan kecil dan melemparkannya ke arahku.

"Pakai itu. Buruan", katanya sambil terengah-engah, bulir peluh mulai mengalir di dahinya.

Benda yang diberikan Hana tidak lain dan tidak bukan adalah sebuah kondom. Kusobek bungkusannya dan ... gimana ya cara pakainya?

Karena sedikit malu juga kalau tanya ke Hana jadi langsung aja coba kumasukan ke dalam penisku yang sudah tegak mengacung itu. Tapi... huh...

Kok tidak bisa? Bukannya masuk tapi kondom itu malah sobek karena terkena kuku jariku yang sedikit panjang.

"Hah! Bukan gitu cara pakainya! Kebalik itu. Sudah lah kemarikan!", Ia merebut kembali kondomnya dari tanganku sebelum melemparnya ke tempat sampah. "Sudah, ga usah. Sudah ga kuat!"

Hana mendorongku dan segera menduduki pahaku. Digenggamnya penisku dengan erat dan diarahkan ke mulut vaginanya. Tubuhnya mulai turun perlahan bersamaan dengan masuknya kepala penisku ke dalam vaginanya.

Ia tersenyum dengan penuh kemenangan sebelum dengan cepat menurunkan badannya sehingga penisku sepenuhnya masuk ke dalam lubang vaginanya.

"Ahhhhh...", kami sama-sama mendesah. Aku bisa merasakan kehangatan menyelimuti tubuhku. Keperjakaanku akhirnya hilang diambil oleh Hana. Ia hanya diam di atasku untuk beberapa saat sebelum mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur.

Semakin lama gerakannya ini semakin cepat, desahan demi desahan segera keluar dari mulut kami, entah siapa yang desahannya lebih nyaring, tapi yang jelas aku menikmatinya, sepertinya begitu juga dengan Hana.

Tangan kami saling menggenggam, jemari saling berkaitan satu sama lain. Aku bisa merasakan vaginanya memijat-mijat batang penisku, rasanya begitu sempit dan penuh kenikmatan. Masih sambil bergerak maju mundur, Ia mulai mencium bibirku, merasa tertantang aku pun melayani permainan bibirnya. Aku merasakan pikiranku menjadi blank, hanya dikendalikan oleh hawa nafsu saja.

Dengan sebuah dorongan kuat aku mengambil alih permainan, sekarang posisi Hana yang berbaring, kuperhatikan wajahnya yang nampak rentan itu, ada terbesit sedikit rasa kasihan, namun dia yang memulai ini semua, kubuang rasa kasihan itu dan segera kugerakkan pinggulku maju mundur. Kuhujamkan penisku ke dalam lubang vaginanya.

Pada posisi ini aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, begitu pun juga dengan bongkahan payudaranya yang naik turun seirama dengan genjotanku. Wajahnya sepertinya sudah memerah penuh dengan nafsu. Kutarik kedua tangannya ke atas dan kucium bibirnya, Ia sama sekali tidak melawan bahkan Ia juga ikut menyerahkan lidahnya.

Untuk pertama kalinya, aku berada di posisi mendominasi Hana, aku tidak bisa menghentikan gerakan pinggulku lagi, rasanya penisku sudah mengambil alih tubuhku dan terus lanjut menggenjot tubuh Hana yang entah sudah berapa kali orgasme hari itu.

Untung saja aku sering olahraga sehingga staminaku lebih daripada orang biasa, jadi aku bisa bertahan lebih lama daripada Hana yang sudah semakin lemas.

"Hana... Aku mau keluar", kataku ketika merasakan penisku sendiri mulai berkedut. Walaupun belum pernah melakukan ini, tapi aku tahu kalau keluar di dalam itu berbahaya karena bisa mengakibatkan kehamilan. Dan tentu saja aku belum siap untuk memiliki anak. Belum apa yang nanti akan dikatakan orangtuaku jika sampai hal tersebut terjadi.

Tapi diluar dugaanku, ketika aku akan menarik penisku keluar Hana melingkarkan kakinya ke belakang pinggulku, menahannya dengan sangat kuat.

dan...

Crot!!

Air maniku tumpah ke dalam vagina Hana.

Begitu ia melepaskan kakinya aku langsung menarik diriku mundur. Rasa kaget sekaligus tidak percaya ditambah rasa takut, ketika melihat lelehan cairan putih mengalir keluar dari lubang vaginanya.

"H... Hana..."
"Hehe... Kamu sudah siap bertanggungjawab kan?"
, Ia tersenyum licik.

Jantungku rasanya seperti ingin lepas. Ada keheningan di antara kita, bahkan aku bisa mendengarkan suara keringat yang mengalir di dahiku saking heningnya.

Sampai keheningan itu dipecahkan oleh tawa Hana. "Hahahaha, Tenang aja. Aku rajin minum pil kok, jadi ga akan hamil", ujarnya sambil menepuk-nepuk kepalaku.

"Jadi kamu ga akan hamil kan?", aku bertanya memastikan.

Ia hanya mengangguk dan mendekatkan wajahnya, bibir kami kembali bersentuhan dengan lembut. Senyumannya membuat hatiku kembali tenang.

Aku sekarang yakin bahwa aku ada perasaan untuk perempuan di hadapanku ini. Aku mau dia menjadi milikku, aku mau dia jadi pasanganku, menemaniku menjalani hidup. Kukumpulkan semua keberanian yang kumiliki, ku tarik nafas dalam-dalam. Walaupun mungkin keputusan ini juga terpengaruh oleh hawa nafsu, aku yakin aku tidak akan menyesal, mungkin sebaliknya aku akan menyesal jika tidak menyatakan perasaanku sekarang.

"Hana... Aku suka...", belum selesai aku berkata-kata Hana mencium bibirku dengan agresif, bunyi kecupan demi kecupan kembali menggema di dalam kamar itu. Terbawa oleh permainannya, aku ikut membalas ciumannya dengan agresif, sepertinya aku mulai memahami cara untuk berciuman yang baik dan benar.

Mata kami saling memandang, aku mencoba untuk mengucapkan kalimat yang tadi sempat terputus.

"Hana... Kamu mau nggak jadi pac...", lagi-lagi Hana menghentikan kalimatnya dengan sebuah ciuman. Tangannya menahan kepalaku, aku bisa merasakan nafasnya di wajahku. Rasanya kepalaku kembali blank.
"Hana...", aku mencoba berbicara lagi.
"Azumi... Jangan...", Hana akhirnya membuka mulutnya, ia meletakkan jari telunjuknya di bibirku, tapi ya hanya itu. Hanya Jangan. Jangan??? Apa maksudnya?? Bukannya menjawab pertanyaan, lagi-lagi malah seribu pertanyaan yang muncul di kepalaku. Tidak ada kelanjutan dari kata jangan itu. Setiap aku akan bertanya, Hana kembali mencium bibirku seolah menghalangiku untuk mengucapkan kata pacar ataupun suka.

Sampai akhirnya aku menyerah.

Aku hanya pasrah dan merebahkan diriku di atas kasur dengan Hana yang sama-sama telanjang berbaring di sampingku, kepalanya bersandar di atas pundakku. Tangannya mengusap-ngusap bagian dadaku.

"Gimana fudeoroshi sama aku?", tanya Hana.
"Fudeoroshi?"
"Umm... Itu, pengalaman pertama"
"Ah... Um..."
, aku sedikit kesulitan memberikan jawaban pada pertanyaan yang tiba-tiba ini. Bukan karena tidak bagus tapi malah karena terlalu sempurna jadi sangat sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata.

"Kamu mau nggak begini setiap dua minggu sekali?", kata Hana sambil sedikit melirik wajahku.
"Jelas, siapa sih yang gamau? Bahkan kalo bisa sih tiap hari"
Jawabanku segera disambut dengan tawa Hana. "Nggak boleh tiap hari. Kasian itu kalo disuruh kerja setiap hari", ujarnya sambil menyentuh penisku dengan lembut.

"Udah, yuk mandi"

Hana pun bangkit dari kasur dan menarikku menuju kamar mandi dengan paksa. Malam itu kami kembali mandi bersama, bahkan saling menggosok tubuh satu sama lain, jelas lah sambil saling meraba bagian tubuh satu sama lain.

Tubuh kami yang sebelumnya penuh dengan aroma keringat segera tergantikan oleh wangi buah persik dari sabun mandi milik Hana.

Tidak ada lagi penyerangan yang agresif malam itu, setelah selesai mandi kami berdua tiduran di atas kasur, masih dalam keadaan telanjang bulat.

"Oyasumi", bisiknya ke telingaku sebelum Ia terlelap dalam tidurnya. Sedangkan aku hanya bisa menahan diri, karena bagaimanapun tidur di samping seseorang yang cantik, terlebih dalam keadaan telanjang bulat, bukanlah sebuah perkara yang mudah.

Butuh waktu beberapa lama, sebelum akhirnya aku ikut terbawa ke dalam alam mimpi.


  1. Fudeoroshi (筆下ろし) adalah ketika pena pertama kali digunakan. Tapi bisa juga digunakan ketika laki-laki kehilangan keperjakaannya.

Mulustrasi
ME5FFUP_t.jpg

Hana​
 
Terakhir diubah:
Terima kasih yang ngeup threadnya... semoga makin banyak yang baca, biar makin semangat nulisnya :pandaketawa:

ikut nunggu
selain dapet ilmu tentang jepang , dapet ngaceng juga
wkwkwkwkwkwwk
Nggak kebalik hu? Selain ngaceng, dapet ilmu tentang Jepang :pandaketawa:

Belajar budaya lain dari pov lain
pov mana nih hu? wkwk
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd