Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mabataki ~ Kisah hidup di negara orang

Chapter 19

Taiikusai baru saja berakhir, rasa lelah dan sakit masih sangat terasa. Namun apa yang ada di hadapanku kini mampu membuatku melupakan rasa itu. Hana yang menggunakan celemek dan sedang memasak untukku, untuk kita berdua. Rasanya seperti seorang suami yang sedang menunggu istrinya memasak.

"Ternyata Hana jago masak juga ya", aku mencoba membuka pembicaraan agar suasananya tidak hening-hening banget.
"Nggak juga, biasa sih. Lagian kan ini skill penting buat bertahan hidup. Memangnya kamu selama ini beli terus?"
"Iya, hehe"
"Coba deh sekali sekali masak, bisa hemat banget lho"
"Kayaknya sih lebih enak kalau ada orang kaya kamu yang masakin tiap hari"
"Idih maunya ya"


Dilanjutkan dengan tertawa kecil kami berdua. Rasanya saat itu tidak ada hal lain selain kebahagiaan yang kurasakan (Plus sedikit rasa sakit di kakiku yang terkilir).

Tadi sebelum pulang, kami sempat mampir ke dokter untuk diperiksa, katanya sih tidak parah dan hanya perlu istirahat satu dua hari sudah bisa sembuh seperti sedia kala. Tentu saja aku dan Hana lega mendengarnya.

"Menu makan hari ini, nasi kare spesial Hana", kata Hana sambil meletakkan panci yang berisi kare di atas meja. "Ini kare Jepang isinya wortel, sayur-sayur sama daging sapi plus bumbu rahasia"

"Wah kayaknya enak nih. Apa itu bumbu rahasianya?"
, aku mencoba mencium baunya, aroma karenya sungguh sangat kuat membuat perutku makin keroncongan.

"Kasih sayang", katanya sambil menyodorkan sepiring nasi kare ke arahku. Aku hanya bisa tersipu malu dengan jawabannya tersebut. Apakah itu artinya dia suka padaku? "Lucu ya reaksimu, ga bisa dipungkiri emang kamu ini, dasar perjaka mesum", lanjutnya sambil menepuk kepalaku dengan lembut.

"A... Aku nggak mesum!", tapi nampaknya jawabanku itu hanya dianggap lalu oleh Hana yang tampak menikmati setiap detik reaksiku ini.

"Udah, cobain dulu. Enak nggak?"

"Oke, kucobain dulu ya. Itadakimasu!",
Ku ambil sesendok kare dari piringku, ku kunyah perlahan, Hana mengamati setiap gerakanku dengan matanya yang bak mutiara itu.

"Wah, enak!!", menurutku rasanya benar-benar enak, entah karena yang memasak atau karena ditemani oleh cewek semanis Hana, yang jelas rasa masakannya sangat cocok di mulutku. Aku pun langsung lanjut makan dengan lahap.

Kami pun makan berdua, seperti sepasang kekasih, menikmati senja itu, rasa pedas dari kare itu tak menghalangiku dari menikmatinya, apalagi ditambah 'bumbu rahasia' dari Hana. Aku dengan lahap memakan kare itu, berusaha mendapatkan kembali energi yang habis dari perlombaan hari ini.

"Kenyang! Gochisousamadeshita", kita berdua sama-sama mengucapkannya. "Biar aku yang cuci piringnya ya", aku mencoba menawarkan bantuan, tapi Hana dengan tegas menolaknya.

"Udah kamu diam aja, biar semua aku yang urus", kata Hana sambil membereskan piring dan panci yang isinya sudah disikat habis oleh kami berdua.

"Kamu mandi duluan aja, aku beres-beres dulu"

Aku pun hanya mengiyakannya. Sambil sedikit terpincang aku membawa tubuhku ke kamar mandi Hana. Masih hangat dalam ingatanku terakhir kali aku mandi di sini. Perlahan kubuka baju dan celanaku hingga aku telanjang bulat, kulihat pantulan diriku di dalam cermin. Kemudian aku duduk di kursi kecil yang ada di sana sambil membayangkan tubuh telanjang Hana yang setiap hari mandi di tempat ini, membayangkan tetesan air mengalir di atas tubuhnya yang mulus tanpa cacat itu. Tanganku mulai menggenggam penisku yang perlahan membesar...

"Hayo... Kamu ngapain?", tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka oleh Hana. Aku dengan refleks langsung mengangkat kedua tanganku sebelum tersadar dan langsung mencoba menutupi selangkanganku, walaupun sebenarnya agak percuma sih, toh Hana sudah pernah melihatnya, bahkan sudah pernah mempermainkannya.

"N... Nggak, nggak ngapa-ngapain kok. Kamu ngapain tiba-tiba masuk ke sini?", aku berusaha menenangkan diriku sendiri.
"Sini kugosokin badanmu"
"Ng... Nggak usah. Nggak enak"
"Siapa bilang kamu boleh nolak?"
, Kata Hana yang sudah berkacak pinggang.

Akhirnya aku hanya bisa pasrah menghadapi wanita satu ini, sifatnya sama sekali tidak bisa ditebak, di satu waktu bisa menjadi makhluk paling lembut di seantero jagat, di lain waktu bisa berlaku seolah succubus yang berusaha untuk 'menyerangku'.

Sesi mandi kali ini dimulai dengan Hana membilas tubuhku menggunakan air hangat dari shower sambil sesekali menggosok tubuhku dengan telapak tangannya yang halus itu. Aku bisa merasakan setiap gerakan jari-jarinya yang lentik itu.

Selanjutnya Ia kembali menggosok tubuhku, kali ini menggunakan sabun cair, ia menggosok setiap jengkal tubuhku. Hana nampak sangat bersemangat, apalagi saat menggosok bagian penisku, Ia memastikan tidak ada satu pori-pori pun yang luput dari gosokannya. Jujur saja, aku sangat menikmatinya. Hana tahu cara memuaskan pria sepertiku, apa jangan-jangan dia sudah sering melakukannya ya? Jujur saja pertanyaan itu beberapa kali muncul di dalam kepalaku, tapi aku berusaha menepisnya, aku pun takut untuk mendengar jawabannya. Entah kenapa rasanya hati ini sedikit ngilu membayangkan Hana berhubungan seks dengan orang lain. Mungkin memang ada beberapa hal yang lebih baik kalau tidak diketahui.

"Kamu ini ya, kok aktif terus", Hana tertawa kecil melihat kemaluanku yang sudah sangat tegang, padahal kan ini karena ulahnya juga.

Setelah puas menggosok, Ia kembali membilas tubuhku dengan air hangat. Kesegaran yang tiada tara, rasanya seolah ini pertama kalinya aku mandi dengan teknik yang benar seumur hidupku. Dimandikan oleh seseorang secantik Hana ini merupakan privilege yang tidak dimiliki oleh semua orang. Dalam lubuk hati terdalam ada rasa ingin pamer kepada dunia tentang hal ini, tapi jelas tidak mungkin karena Hana juga menyuruhku untuk tutup mulut mengenai hubungan kita saat ini.

"Sudah, kamu masuk ke dalam bathtub duluan sana"

Sebentar... duluan? Apa dia berniat ikut masuk ke bathtub bersamaku? Padahal bathtub ini ukurannya tidak terlalu besar, paling muat untuk satu orang, bahkan aku tidak bisa meluruskan kakiku di dalam sana. Tapi ya lagi-lagi aku hanya bisa menurut.

Aku membenamkan tubuhku ke dalam air hangat yang sudah disiapkan di dalam bathtub. Rasanya benar-benar segar, apalagi setelah seharian lari-lari dan bergelut dengan debu dan rasa sakit di kaki. Sedangkan Hana mulai menanggalkan pakaiannya dan membersihkan tubuhnya dengan shower.. Kausnya yang sejak tadi sudah basah menerawang dilemparkannya ke luar kamar mandi. Sekarang tubuh nan eksotis milik Hana sudah tidak terhalang apapun lagi, hanya sedikit uap-uap tipis yang memenuhi ruangan ini. Oh iya, orang Jepang memang biasanya begitu, mereka membersihkan diri dengan shower dulu sebelum berendam, baik ketika di kamar mandi sendiri maupun di pemandian umum atau onsen.

Sulit dipercaya apa yang kubayangkan tidak lebih dari lima menit yang lalu, kini benar-benar menjadi nyata di hadapanku. Mulutku hanya bisa terperangah, mungkin air liurku menetes menyaksikan pemandangan indah ini.

"Kamu menghadap ke sana. Aku nggak mau nyenggol kakimu yang sakit itu"

Aku pun menurut dan memutar tubuhku sehingga menghadap tembok, sedangkan Hana masuk dan duduk di belakangku. Tentu saja ada rasa ingin menengok ke belakang, ingin melihat tubuh Hana lebih dekat, tapi niat itu kuurungkan, aku tidak mau merusak suasana ini.

"Azumi... Terima kasih ya"
"Eh, ngapain terima kasih, aku kan nggak ngapa-ngapain"
"Udah, kamu diem aja. Nggak usah jawab"


Di tengah kebingungan itu, tiba-tiba tangan Hana merangkulku dari belakang, tubuhnya menempel ke punggungku, aku bisa merasakan putingnya yang sepertinya sudah mengacung itu menggesek punggungku. Dadanya yang empuk dan lembut itu juga semakin melengkapi kenikmatan malam itu. Degup jantungnya, nafasnya yang tepat di telingaku. Aku sama sekali tidak tau harus bereaksi seperti apa. Karena sepertinya ini adalah sisi Hana yang lembut.

"Ha... Hana?"
"Jangan gerak. Biarin aku begini sebentar lagi"
, pelukannya di tubuhku sedikit mengencang, membuatku semakin bingung menghadapi situasi seperti ini.

Hening, hanya sesekali suara gemericik air yang terdengar di dalam ruangan itu. Lagi-lagi aku tidak tahu harus berbuat apa, jangankan itu, apa yang terjadi pada Hana pun aku sama sekali tidak tahu.

Sepuluh menit... Lima belas menit berlalu. Air hangat plus pelukan dari Hana benar-benar membuat hatiku menjadi tenang, walaupun di sisi lain ada bagian dari tubuhku yang sama sekali tidak bisa tenang. Selama itu pula Hana hanya diam memeluk tubuhku dari belakang tanpa berkata apapun. Aku bisa merasakan kepalanya bersandar ke punggungku. Sebentar, sepertinya aku juga samar-samar mendengar suara isak tangis, apa jangan-jangan dia menangis? Atau hanya perasaanku saja? Aku sama sekali tidak berani untuk berkata-kata. Tapi dengan segenap keberanianku, kugenggam tangannya. Kuharap dia tahu, kalau aku akan selalu ada di sini untuk mensupport dirinya jika dibutuhkan.

Setelah sekitar 20 menit keheningan itu, Hana keluar dari kamar mandi terlebih dahulu dan menyuruhku menunggu lima menit sebelum keluar juga.

"Azumii, ini handuk sama baju di sini ya. Pakai aja dulu", teriaknya dari luar kamar mandi. Kebaikan-kebaikan kecil seperti ini benar-benar membuatku semakin jatuh hati pada Hana. Lagipula memang ada ya orang yang tidak baper setelah diperlakukan sebaik itu.

Setelah selesai mandi, Hana kini sudah memakai piyamanya yang sedikit menerawang itu, sedangkan aku memakai kaos tipis oversize milik Hana, karena ukuran kami tidak terlalu jauh berbeda maka aku masih bisa menggunakannya juga.

"Kamu tidur aja di kasur situ. Gapapa", Kata Hana mempersilahkan. Tiba-tiba muncul flashback di dalam kepalaku, teringat bahwa aku pernah bermastrubasi di atas kasur itu, aku yang waktu itu tanpa rasa malu melakukannya di depan Hana.

"Eh, terus kamu nanti tidur di mana?"

"Udah, tenang aja, aku ada futon cadangan kok"


Walaupun aku sedikit merasa nggak enak, akhirnya aku mengiyakan dan merebahkan tubuhku di atas kasur berwarna pink itu.

"Oh iya, aku mau ke konbini dulu ya sebentar. Kalau sudah ngantuk kamu tidur duluan juga nggak apa-apa", Hana pun keluar menuju ke konbini, mungkin untuk beli sesuatu, entahlah. Lagipula dia berani juga ya jalan ke konbini dengan baju tipis seperti itu, langsung terbayang betapa beruntungnya si penjaga kasirnya bisa melihat keindahan tubuh Hana.

Mataku rasanya semakin berat, walaupun aku berusaha menahan diri untuk tidak tidur setidaknya sampai Hana pulang namun rasa lelah dan kantuk lebih kuat sehingga tanpa kuinginkan aku perlahan terlempar ke dunia mimpi.


  1. Itadakimasu dan Gochisosamadeshita: Adalah ucapan yang diucapkan orang Jepang sebelum dan sesudah makan.
  2. Onsen(温泉)adalah pemandian air panas yang airnya dari sumber alami jadi kandungan mineral airnya 'katanya' lebih menyehatkan, sedikit berbeda dengan Sento (銭湯) atau pemandian umum, yang biasanya buatan manusia dan memang dibuat untuk mandi/berendam oleh penduduk sekitar.

full
ME67C3Q_t.jpg

Hana​
 
Terakhir diubah:
Terima kasih kepada suhu-suhu yang masih setia menantikan petualangan Kang Azmi di Jepang ini.
Sebentar lagi ceritanya bakal memasuki babak baru, silahkan dinantikan :pandajahat:


dan selamat malam mingguan bagi yang merayakan :pandaketawa:

Kereen sebulan sama hana bisa bunting tuh


:beer:
Ini timelinenya udah sebulan lebih dikit sejak ketemu kok :pandaketawa:

Wah seperti biasa, munculnya cepat sekali hu.. :pandatakut:
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd