Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mabataki ~ Kisah hidup di negara orang

Jejak dulu setelah lama g mampir
 
Chapter 18

Hari ini adalah hari yang cerah dan lumayan sejuk walaupun matahari bersinar terang, riuh tepuk tangan terdengar meriah di lapangan kota. Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu, NIC Taiikusai atau festival olahraga NIC kalau diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Semua murid sudah berbaris dan menggunakan ikat kepala sesuai dengan jurusan masing-masing. Aku dan teman-teman jurusan global business menggunakan ikat kepala warna merah.

Sang MC membuka acara, hampir semua murid hadir di lapangan hari ini karena memang diwajibkan untuk hadir mewakili jurusan. Sama seperti acara-acara serupa di Jepang, acara diawali dengan sambutan dari Rektor, kemudian ada juga namanya "Senshuu sensei", semacam deklarasi kalau akan bermain secara fair. Setelah itu ada pemanasan dengan *Rajio taisho*, sebelum akhirnya kita duduk di bangku penonton sambil menunggu giliran pertandingan masing-masing.

Cuaca hari itu cukup terik tapi melihat cewek-cewek cantik berkeringat kembali menyegarkan hati ini. Kapan lagi kan bisa melihat cewek-cewek tanpa dimarahin, apalagi hari itu banyak yang pakai celana pendek dan kaus tipis yang biasa dipakai untuk olahraga itu terlebih lagi air keringat membuatnya sedikit menerawang.

"Hey, Azumi. Kamu masih inget kan taruhan kita?", Hana berbisik ke arahku.
"Iya, jelas dong. Kamu sudah siap kalah kan?", jawabku setengah bercanda.
"Lihat saja nanti!", Hana menggembungkan pipinya, rasanya jadi ingin mencubit pipinya yang lucu itu tapi aku menahan diri, nggak enak dilihat sama orang lain.
"Ngomongin apa kalian?", tiba-tiba Toru muncul dari samping.
"Nggak, gapapa kok", Hana menjawab sambil tertawa kecil.
"Wah, jangan-jangan kalian...", belum selesai Toru berbicara, Mei menendang Toru dari belakang hingga ia jatuh terjembab ke tanah.
"Heh, Udah, sana pergi, lombamu udah mau mulai tuh!", kata Mei dengan muka judesnya seperti biasa.
"Dih, tuan putri ini jahat banget sih! Iya, ini juga baru mau ke sana", Toru kembali berdiri sambil membersihkan celananya yang sedikit kotor. Toru ikut dalam lomba tarik tambang mewakili jurusan kami.
"Aku juga pergi dulu ya. Kualifikasi lomba sprint sudah mau mulai tuh", kataku berpamitan dengan dua wanita cantik yang sedang berangkulan di sebelahku.
"Iya, semangat ya", Hana dan Mei menyemangatiku.

Lomba sprint kali ini terdiri dari 2 bagian, yaitu kualifikasi dan final. Tiga peserta yang menang dari 2 lomba kualifikasi akan lolos ke babak final dan baru dipertandingkan untuk juara 1, 2 dan 3. Tentu saja targetku di sini adalah untuk mendapatkan juara satu. Tapi ya kenyataan ga semudah itu, aku berhasil lolos babak kualifikasi tapi hanya di urutan kedua karena ternyata lawanku dari jurusan lain itu memang atlet semi-pro gitu lah. Tapi tetap saja, selama masih lolos masih ada kesempatan untuk menjadi juara.

Jujur aja hari itu rasanya waktu cepat berlalu, kami berempat terus bersama sepanjang hari menikmati event hari itu, sedangkan Elvi ditunjuk sebagai fotografer oleh guru, makanya dia cuma sesekali datang ke tempat kami duduk. Jujur aja, semenjak kejadian dengan Hana tempo hari itu, aku jadi jarang ngobrol sama Elvi lagi, karena selain dianya memang sibuk dengan kegiatan dan teman-temannya yang lain, ada perasaan seperti kalah bersaing setiap berada dengannya.

Melelahkan adalah satu kata yang menggambarkan hari ini, karena selain lolos di lomba sprint aku juga harus ikut lomba relay, makanya aku masih harus berlari dua kali lagi. Sedangkan Toru kalah di lomba tarik tambang dan juara tiga di lomba rebutan bambu. Mei hanya ikut di typhoon race dan berhasil merebut juara kedua. Hana sendiri hanya ikut di lomba lari khusus yang diadakan paling akhir jadi dia masih nampak paling bugar di antara kita.

Akhirnya final lomba sprint 100 meter akan segera dimulai, aku segera ke salah satu garis start yang disediakan. Pembawa acara mulai memperkenalkan nama masing-masing pelari. Benar-benar dag-dig-dug rasanya saat itu apalagi aku satu-satunya wakil jurusanku yang bertanding di final. Tentu saja Hana dan yang lain melihat dan menyemangatiku dari bangku penonton.

Ready... Dor!!

Begitu suara pistol lomba terdengar, aku langsung berlari sekuat tenaga ke arah garis finis, sama sekali tidak kepikiran melihat kanan kiri, namun seperti yang sudah kuduga, ada yang lebih cepat karena samar-samar aku melihat bayangan orang di sampingku, yang artinya jarak kita sangat berdekatan. Sesaat sebelum garis finish aku sedikit memajukan badanku, namun karena terlalu jauh aku kehilangan keseimbangan dan hasilnya aku terjatuh tepat setelah garis finish. Kakiku sedikit terluka, tapi untung saja tidak terlalu parah, karena aku masih harus mengikuti lomba relay jadi aku tidak boleh tumbang di sini.

"Juara pertama... Azmi Ramadhan dari jurusan Global Business!"

Suara sorak sorai penonton terdengar lantang, aku pun tidak bisa menyembunyikan senyumku. Rasa bangga langsung memenuhi diri ini. Mengabaikan rasa sakit di kakiku, aku langsung berlari ke arah teman-temanku yang menyambutku. "Selamat... Selamattt", banyak juga mahasiswa lain yang mengucapkan selamat kepadaku. Tapi mataku langsung tertuju pada satu sosok, yaitu Hana, ia tersenyum sambil bertepuk tangan membuat hatiku lagi-lagi luluh.

"Ayo, siap-siap lagi, final lomba relay sudah mau mulai tuh", Elvi mengembalikanku ke kenyataan. Aku masih belum boleh berpuas diri karena aku masih punya tanggung jawab untuk menyelesaikan lomba relay.

Dan di sini lah aku, lagi-lagi berdiri di lintasan lari yang sama untuk keempat kalinya hari ini, Aku menjadi pelari ketiga dari timku, sedangkan Elvi di posisi pelari nomor empat. Lomba pun dimulai, aku tidak bisa melihat pelari pertama dengan terlalu jelas soalnya posisi startku ada di sisi lain lapangan. Namun ketika akhirnya pelari nomor 2 datang, tim kami berada di posisi paling belakang dari 4 tim, bukan cuma itu, jarak antara posisi tiga dan tim kami juga cukup jauh. Tapi, Begitu baton itu ada di tanganku aku langsung berlari sekuat tenaga. Dengan sisa-sisa tenagaku aku bahkan berhasil melewati 2 tim sebelum menyerahkan batonnya ke Elvi yang ternyata larinya cukup kencang juga.

Tapi akibat terlalu semangat itu tadi, aku merasakan sedikit nyut-nyutan di kakiku, mungkin keseleo tapi karena tidak terlalu terasa aku mengabaikannya dan rebahan di pinggir lintasan. Nafasku benar-benar sudah tidak teratur dan keringat juga mengucur deras. Tapi habis ini udah ga ada lomba lagi buatku, jadi bisa istirahat dudukan aja di bangku penonton. Hasil dari lomba relay pun, tim kami cuma berada di posisi kedua dengan selisih yang sangat tipis. Ya lumayanlah bisa mengejar dari posisi empat. Elvi menghampiriku yang masih rebahan sebelum dua orang pelari lainnya datang juga, mereka minta maaf karena mereka larinya lambat. Setelah ngobrol sebentar, kami pun kembali ke bangku penonton.

"Gila kamu, hebat juga ternyata ya", kata Toru menyambut kami kembali.
"Selamat ya", ujar Hana dan Mei hampir bersamaan.
"Sekarang giliran Hana kan? Semangat ya", kata Elvi memberikan semangat kepada Hana.
"Iya, semangat Hana, kamu pasti bisa", aku juga memberikan kata semangat, diikuti dengan yang lain. Sebenarnya sih ingin nyemangatin sambil cium kening gitu, tapi ya akhirnya cuma di imajinasiku sendiri aja. Pertandingan terakhir ini memiliki poin yang lebih besar daripada pertandingan lain dan merupakan puncak dari festival olahraga hari ini.

Lomba terakhir ini adalah lomba lari dengan tambahan tantangan, Lomba lari ini dibagi menjadi 4 bagian, lari mundur, lari sambil bawa kelereng kemudian dilanjutkan dengan balap karung dan terakhir adalah Karihito kyouso.

Pertandingan dimulai, walaupun ada peserta lain mataku tidak bisa lepas dari Hana. Ia sedikit tertinggal di awal, aku juga bisa merasakan orang-orang di sekitarku banyak yang fokus ke Hana, lebih tepatnya ke dadanya yang terlihat naik turun ketika sedang berlari. Di rintangan pertama, Hana berada di peringkat 4 dari 5 peserta. Selanjutnya di lari sambil bawa kelereng, Hana menunjukkan betapa hebatnya konsentrasi dan keseimbangannya, dia berhasil maju ke peringkat kedua.

Kemudian memasuki bagian ketiga yaitu lomba balap karung, para lelaki di bangku penonton semakin berteriak riuh, apalagi kalau bukan menyaksikan dada Hana (dan peserta lainnya) yang naik turun, jangan-jangan dia gapakai sports bra hari ini jadi dadanya bisa seleluasa itu naik turun. Ada sedikit rasa marah ketika orang-orang di sekitarku menyoraki Hana, tapi ga munafik juga sih kalau aku menikmatinya juga, sampai-sampai aku lupa rasa sakit di kakiku. Rasa ingin memiliki Hana untuk diriku sendiri tentunya semakin besar.

Akhirnya sampai ke bagian terakhir lomba. Jadi di lintasan akan ada kotak undian dan peserta akan mengambil satu kartu dari dalam sana. Di kartunya akan tertulis sesuatu seperti, "Orang yang memakai topi" atau "Orang berbaju hitam" atau apa, tergantung kerandoman panitia, kemudian peserta akan mencari orang yang memenuhi syarat tersebut dari bangku penonton. Setelah ditemukan, mereka berdua akan diikat kakinya dan lari bersama sampai ke garis finish.

Setelah mengambil kartunya, Hana langsung berjalan ke arah kami dan mengulurkan tangannya padaku, tanpa memberitahukan apa kartunya. Dengan paksa Ia menarikku ke arah panitia yang bertugas mengikatkan kaki. Sang panitia sedikit tersenyum sebelum mengikat kaki kami berdua.

"Eh, kenapa aku? Emang kartunya apa?", aku mencoba bertanya pada Hana.
"Udah diem! Ikut aja!"

Aku yang hanya bisa diam dan mengikut perintahnya akhirnya hanya bisa berlari sambil berusaha mengimbangi langkah Hana, sesuatu yang lebih sulit daripada dugaanku, apalagi rasa nyeri di kakiku semakin terasa.

Hanya tinggal beberapa langkah. Ayo bisa!, aku mencoba menyemangati diriku melawan rasa sakit yang semakin parah.

Namun sekuat apapun berusaha, menahan rasa sakit sambil berkonsentrasi itu sangat sulit. Rasa nyeri yang tiba-tiba menyerang membuatku kehilangan konsentrasi dan salah mengambil langkah dan ...

Bruk!

Aku, atau lebih tepatnya kami, terjatuh ke tanah beberapa meter sebelum garis finish. Aku memegangi kakiku yang rasanya sangat perih sekali.

"Eh, Azumi! Kamu gapapa??", Hana tampak khawatir.

Begitulah perlombaan berakhir, kami tidak berhasil mencapai garis finish dan harus puas di urutan terakhir. Aku dibawa ke tenda medis untuk dicek karena kaki terkilir, Hana menemaniku di tenda medis.

"Untungnya ga terlalu parah ini. Ini dikasih kompres es dulu ya. Untuk sementara kamu di sini dulu", kata Satomi-sensei yang hari itu bertugas sebagai tenaga kesehatan. Setelah sensei kembali ke lapangan, hanya aku dan Hana yang berada di dalam tenda medis.
"Hana, maaf ya. Kamu jadi kalah gara-gara aku"
"Ngomong apa kamu?? Gara-gara aku kamu jadi begini. Aku yang harusnya minta maaf"


Hana terlihat menunduk, matanya sedikit berkaca-kaca/ Sungguh membuat hatiku sakit melihatnya menangis seperti ini. Kuraih kepalanya dan kubelai lembut.

"Udah, bukan salahmu juga kok. Lagian cuma terkilir biasa aja ini. Istirahat aja juga besok sudah sembuh"
"Tapi..."
"Udah, ga ada tapi-tapian"

Kini aku bisa melihat wajahnya dengan jelas, matanya yang berlinang air mata, wajah cantik itu yang bisa membuat semua orang yang melihatnya terpesona.
"Aku bakal rawat kamu sampai sembuh"
"Eh? Maksudnya?"
"Kamu bakalan susah naik turun tangga di asrama kan? Kamu tinggal di apartemenku dulu sampai kamu sembuh"
"Tapi..."
"Ga ada tapi-tapian!"


Ada rasa khawatir dan bahagia mendengarnya, tapi apa bener gapapa? Dengan setengah hati aku hanya bisa mengikuti permintaannya. Di sisi lain karena takut, di sisi lain karena gamau liat dia terus-terusan sedih dan merasa bersalah.

"Mau ke lapangan lagi? Upacara penutupannya udah mau mulai tuh", tanyaku mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
"Boleh. Kamu uda bisa jalan?"
"Yaa.. bisa lah"


Tapi baru beberapa langkah aku sudah hampir jatuh, dengan sigap Hana menahan badanku sebelum jatuh. Akhirnya Hana memapahku berjalan. Sambil berjalan pincang, tanganku merangkulnya. Untung saja badanku tidak terlalu besar dan berat jadi dia masih bisa menahanku.
"Sambil pegangan boleh kok", Hana memandu tanganku yang merangkulnya tepat ke arah buah dadanya. Sensasi empuk itu benar-benar sulit untuk dilupakan.
"Eh, Hana!"
Ia hanya tersenyum penuh kemenangan. Lagi-lagi aku diingatkan dengan sisi Hana yang satu ini. Sisi yang menyeramkan dalam berbagai arti.
Begitulah festival olahraga hari itu berakhir. Jurusan kami harus puas di urutan kedua. Tapi yang lebih penting rasanya jarak antara aku dan Hana semakin dekat, bukan hanya sekedar sebagai 'mainan' saja.




  1. 選手宣誓 (Senshu sensei) / Sumpah atlet : Biasanya dilakukan sebelum pertandingan atau turnamen oleh perwakilan pemain atau kapten tim.
  2. ラジオ体操 (Rajio taisho) adalah senam "wajib" di Jepang yang biasanya disiarkan di radio tiap pagi.
  3. Typhoon race adalah lomba lari kelompok sambil membawa sebilah bambu.
  4. 借り人競争(karihito kyouso) Scavenger hunt tapi cari orang bukan barang.


Mulustrasi

Hana​
 
Setuju sama org nepal itu, lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali
Ilmu bijak orang nepal :pandajahat:

花があずみに恋をすることを願っています。 ヤクザ風の無謀な愛
Hana-san ga Azumi-san ni koi o suru koto o negatte imasu. Yakuza-fū no mubōna ai......


wkwkwkwkw gue saingin ni sensei MacChoos ..... gue japanese juga dah
ini apa hu? :pandatakut:
namanya Hana kanjinya 「初夏」, ga wajar dia namanya :pandaketawa:
kalo nama asing tulisnya pake katakana, アズミ
pake google translate ya? :pandaketawa:
semangat hu

cepet bener munculnya hu? :pandatakut:


Video CONTOH lombanya, siapa tau ada yang penasaran. Cuma contoh ya, bukan kejadian sebenarnya :pandaketawa:
Sprint : Udah tau lah ya.
Relay : Ini juga udah pada tau kan?
Tarik tambang : Apalagi ini!
Typhoon race:
Lomba rebutan bambu
Lomba lari rintangan (agak beda, tapi semacam ini)
plus ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd