Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mabataki ~ Kisah hidup di negara orang

Chapter 3 (?)

Oke, sebelum lanjut menuju ke cerita utamanya, kukenalkan dulu kota dan kampus yang akan kutempatin ini ya. Mungkin perkenalannya singkat aja, biar sama-sama bisa membayangkan garis besarnya, untuk detailnya mungkin nanti akan dijelaskan dalam cerita atau mungkin bisa buka sesi tanya jawab wkwk

Pertama, kota yang kutempatin ini sebut saja namanya Kota Kieda (ga usah dicari, ga ada wkwk), letaknya di Prefektur Nagano, kira-kira naik Shinkansen satu setengah jam dari Tokyo, jadi ya dibilang pedesaan banget juga enggak, dibilang kota juga enggak. Kota ini juga jadi salah satu tujuan wisata regional di Jepang lho. Kotanya sendiri ga terlalu ramai, apalagi sebenernya ini kota ada di antara gunung gunung gitu. Kotanya sebenarnya luaaaas banget, tapi karena penduduknya jarang jadi ya makin keliatan sepi.

Kalau kamu bayangin kota kaya Tokyo, jelas bedaaa banget. Misalnya, kereta api di sini ga kaya Tokyo yang misalnya kelewatan satu stasiun bisa turun terus balik lagi. Di sini kelewatan satu stasiun nunggunya lumayan lama karena jarak antar stasiun cukup jauh lah ya. Bahkan ada beberapa stasiun yang ga ada penjaganya. Jadi ya misalkan mau turun di situ ya taruh aja tiketnya gitu. Selain itu juga ada sebuah kastil yang dikelilingi taman di tengah kota, ada juga onsen yang cukup terkenal. Pokoknya idaman banget deh pemandangannya, dan pemandangannya juga berubah setiap musim berganti, itulah salah satu daya tarik dari tempat ini.

Oke, lanjut kita ngobrolin kampusnya, nama kampusnya Nagano International College (Ini juga ga ada, ga usah dicari wkwk). Ini sebenernya bukan kampus yang besar sih, Kampusnya sendiri cuma ada satu gedung, tapi ada 6 lantai, posisinya pun menurutku cukup strategis sih ya. Jalan kaki sekitar 20an menit dari stasiun terdekat, dari taman pun kira-kira jaraknya sama, ke balai kota kira kira cuma 10an menit. Bener-bener ada di pusat kota. NIC ini lumayan banyak nerima mahasiswa asing, pastinya prosesnya pun ga seketat kalau kita mau masuk ke universitas di Tokyo misalnya. Kira-kira perbandingannya 50:50 antara mahasiswa Jepang dan mahasiswa Asingnya.

NIC ini sebutannya itu Senmon Gakko, kalau di Indonesia kira-kira setingkat D3 lah ya. Dan di sini ada 3 jurusan utama, Global Business, Tourism dan International Communication, dan di gedung yang bersebelahan ada Sekolah Bahasa Jepang yang diurus satu organisasi yang sama. Jadi bisa dianggap satu kampus sih, karena bagian administrasinya pun jadi satu. Aku sendiri masuknya ke jurusan Global Business.

Di lantai satu itu ada kafe, tempat duduk (tapi cuma dikit), ruang guru juga ada di sini, ada meja resepsionis juga, jadi kalau misalkan kita mau cari guru siapa gitu, kita nanti pencet bel di situ dan bilang deh, pokoknya kalau ada urusan apapun berkaitan sama guru dan sekolah pasti lah ke sini, makanya sekitaran jam siang tempat ini jadi rame banget. Selain itu juga ada ruang konsultasi, kalau mau konsultasi sama guru yang lebih privat ada 2 ruangan yang bisa dipakai. Selanjutnya lantai 3 sampai lantai 4 itu ruangan kelas yang kecil, muat sekitar 20-30 orang, di lantai 5 ada ruangan kelas yang besar, bisa muat sekitar 50-60 orang. di lantai 6 ada 2 ruangan, yaitu perpustakaan (dengan akses internet dewanya) dan kafetaria, lebih besar daripada yang di lantai satu, dan juga ada makanannya, nongkrong pun lebih bebas di sini.

Jadi kira-kira begitu lah keadaan latar setting cerita kali ini. Mungkin akan ada dibahas lagi nantinya.
Makasih updetannya mas bro
 
Chapter 4

Murid yang tinggal di asrama ini kira-kira ada sekitar 80 orang, ada 10 kamar di setiap lantai. Di tiap lantai ada 5 kamar untuk single room, 3 kamar double room dan 3 kamar triple room. Jadi kira kira ada tepat 20 orang tiap lantai.

Sebenarnya hari ini ada acara perkenalan yang diadakan oleh penghuni asrama sekitar jam 6 sore, tapi karena telat bangun, aku kelewatan acara itu. Aku bangun sekitar jam 10 malam dan langsung turun ke bawah buat cuci muka. Ternyata emang rasanya nggak enak kalo harus turun cuma buat cuci muka atau ke kamar mandi.

Kemudian aku rencana mau makan malam dulu, sebungkus indomi sudah ada di genggaman dan aku pun langsung menuju ke dapur yang ada di lantai satu. Dapur di sini cukup lengkap, ada beberapa kompor yang bebas pakai, ada pemanas air bahkan ada rice cooker juga. Di lorong masuk dapur juga ada kotak-kotak dengan nomor kamar yang bisa dipakai untuk menyimpan piring ataupun alat makan lainnya.

Tapi, ada satu masalah utama yang baru kusadari ketika aku sudah sampai di dapur, aku lupa beli peralatan makan!

"Azumi-san!", sebuah suara tiba-tiba mengagetkanku, ternyata itu Takada-sensei. "Kamu tadi ke mana? Ga datang ke acara penyambutan?"

"Maaf, tadi saya ketiduran"

"Oh... gapapa. Mungkin nanti ada acara lagi kok, tenang aja"
, kemudian Ia melihatku membawa bungkusan Indomi dan lanjut berbicara, "Kamu baru mau makan malam?"

"I... Iya. Oh iya, pak. Saya lupa belum beli peralatan makan, kira-kira jam segini bisa beli di mana ya?"

"Ah! Ya, sudah malam ini, saya kasih pinjam saja. Nanti dicuci dan kembalikan ke kotak sana ya. Besok saja beli di Daiso, ga jauh kok dari sini"


Begitulah ceritanya, aku jadi dipinjamkan mangkok plus sumpit plastik. Pak Takada pun langsung pamit balik ke ruangannya. Proses masak indomi ga perlu diceritain lah yaa, pasti dah pada tau.

Di sebelah dapur itu ada ruang makannya, jadi satu sama ruang santai, yang ada tv nya, waktu itu sudah jam setengah sebelas, jadi hampir semuanya sudah pada kembali ke kamar masing-masing. Cuma ada 2 orang Vietnam, cowo-cewe yang masih ada di sana. Karena nggak mau gangguin kan ya jadi aku duduk di meja lain.

"Itu... apa?", tiba-tiba cewe itu sudah ada di dekat mejaku. Dia ngomong pakai bahasa Jepang, tapi aksen vietnamnya itu kental banget. Sedangkan yang cowo langsung balik ke kamarnya.

"I... Ini Indomi. Makanan dari Indonesia", Aku jawab, agak gugup sih. Gimana ya, dia pakai jaket bulu warna pink yang dibuka, sedangkan di dalamnya cuma pakai tanktop putih plus celana pendek, yang pendek banget gitu, jadi bikin kurang fokus. Rambutnya yang lurus panjang pun nampak indah. Aku langsung teringat kata salah seorang temanku, cewek vietnam itu cantik-cantik, tapi kadang terlalu cerewet.

"Enak?"

Aku pun mengangguk-angguk.

Kemudian dia duduk di kursi yang ada di seberangku. "Minta", katanya sambil nunjuk ke arah indominya dan kemudian nunjuk ke arah dirinya. Mungkin dia mau minta indominya, ya gapapa lah ya, toh masih bawa, nanti lah bisa kukasih sebungkus.

"Boleh", jawabku dengan semangat untuk menyebarkan agama Indomie ke seluruh dunia.

Tapi kemudian apa yang dilakukannya itu di luar semua ekspektasiku. Dia buka mulutnya lebar-lebar, "Aaaaaaa", gitu suaranya. Jelaslah aku langsung grogi. Gimana nggak, ada cewe yang kenalan juga belum, tiba-tiba minta disuapin begini, becanda kan dia?? Aku pun lihat ke kanan kiri, jangan-jangan ini prank. Sampai dia bilang lagi, "Minta!", sambil nunjuk ke arah mulutnya. Mukanya pun ga keliatan bercanda.

Akhirnya aku menyerah dan mengarahkan sesumpit indomi ke arahnya, walaupun tanganku agak gemetaran. Susah banget untuk mengalihkan perhatian dari mulutnya yang terbuka lebar, bibir tipisnya begitu menggoda, seandainya yang kumasukin ke situ bukan indomi tapi... ah, sudahlah. Pokoknya begitu indominya udah di depan mulutnya dia langsung melahapnya.

"Enak!", katanya sambil mengacungkan jempolnya.

"Nama saya Ho", katanya sambil menunjuk dirinya sendiri. "Kalau Anda?", lanjutnya sambil menunjuk ke arahku. Bahasa Jepangnya masih terasa kaku banget.

"Aku Azumi"

Setelah perkenalan singkat itu, dia pamit untuk kembali ke kamarnya sambil dadah dadah. Ngimpi apa coba nyuapin makan ke cewe lucu kaya gitu. Akhirnya setelah selesai beres-beres dan matiin lampu dan penghangat (karena sudah tidak ada orang lagi malam itu, jadi yang terakhir harus matiin), aku pun balik ke kamar.

sesampainya di kamar aku langsung mengecek handphone yang sedang dicharge dan aku menemukan sebuah pemandangan yang mengerikan, unread message dari Sakura.

"OI! Oi! Kamu masih hidup? Ceritain lebih banyak tentang yang kamu bilang tadi!"

dan sebuah pesan yang paling baru, setengah jam yang lalu.

"Dah lah, terserah!!"

Dengan agak panik aku langsung membalas pesannya.

"Sakuraaa! Maaf! Tadi aku ketiduran, ini baru bangun!"

tidak ada balasan. Mungkin sudah tidur.

"Besok kujelasin, maaf ya!"

dan aku pun lanjut balik tidur lagi biar ga kesiangan.




1. Daiso adalah salah satu merek toko 100 yen Jepang, yang terkenal menawarkan berbagai macam produk yang hampir semuanya bisa dibeli hanya dengan 100 yen, hanya beberapa barang yang dijual dengan pengecualian. Kalau baru pindah ke Jepang, biasanya daiso jadi salah satu tujuan utama untuk beli perlengkapan sehari-hari.


Wajah baru Chapter ini
ME59OKE_o.jpg

Ho​

 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd