Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Love Is Blind

Status
Please reply by conversation.
BIOSKOP PERTIKAIAN SEGERA DIBUKA.....
MOHON SIAPKAN DIRI ANDA MASING-MASING...


6163.gif
 
PART XVI



POV Cintia




Surabaya, 3 Oktober 2009

Aku merasakan sakit di sekujur tubuhku. Rasanya kepalaku begitu berat. Pening yang hebat melanda kepalaku. Putih itu yang pertama kali kulihat.

Alhamdulillah, kamu sudah sadar sayang.”

Terdengar suara yang begitu familiar di telingaku, seketika membuatku mengalihkan pandanganku ke arah asal suara itu.

Ya, itu adalah suara mamaku. Tampak Mama begitu bahagia melihatku membuka mata. Dan kulihat, ia menekan tombol merah di samping ranjangku.

Entah apa yang terjadi padaku? Sampai aku harus tergolek lemah di rumah sakit.

Kudengar langkah kaki mendekat ke arahku. Seorang Dokter yang di dampingi oleh Suster memeriksa keadaanku.

Kulihat sang Suster mencatat hasil pemeriksaanku. Setelah selesai memeriksa dan memberi obat, Dokter dan Suster pergi meninggalkan kami.

“Istirahatlah kembali, Cin. Jangan terlalu banyak bergerak!” nasehat Mama padaku saat aku ingin bangun.

Lemas itu yang kurasakan. Tak ada pilihan lain selain menuruti nasehat Mama. Kucoba memejamkan mataku kembali untuk mengusir pening yang melandaku.

Ceklek!! Kudengar suara pintu yang dibuka dari luar.

Aku melihat Alvin sedikit tergesa-gesa mendekat ke arahku. Kulihat bulir air mata keluar dari pulupuk mata Alvin.

Aku tak tahu separah apa sakitku? Hingga membuat Alvin sampai sesedih itu.

Aku hanya mampu menyunggingkan senyum tipis untuknya. Dielusnya kepalaku dengan lembut penuh sayang dan tak lupa mengucap syukur.

“Nak Alvin, Tante ke luar dulu ya. Mau nebus obat buat Cintia,” kata mamaku memberitahukan keperluannya. “Titip Cintia ya, Nak Alvin.”

“Iya, Tante.” sahut Alvin sambil tersenyum pada mamaku.

“Vin, kamu tau, aku sangat bahagia bisa melihatmu. Rasanya seperti mimpi.” ucapku lirih nyaris tak terdengar.

“Maafkan aku, karena aku memberimu cinta yang membuatmu menderita karenanya. Maafkan aku, Cintia.”

Kulihat air mata menetes di sudut mata Alvin.

“Maaf karena aku sudah membuatmu sakit dan terluka, bukan maksudku melakukan semua itu. Aku hanya....” Alvin menggantung ucapannya. “Tak ingin membuatmu semakin terluka karena semua ini.”

“Cin, semuanya sudah gak sama seperti dulu. Aku dan kamu, sudah menjadi masa lalu. Sekarang sudah ada wanita lain di kehidupanku.”

Aku benar-benar tak bisa membalas ucapannya, bibirku kelu dan aku merasakan sesak yang teramat sesak di hatiku.

Tanpa kusadari air mataku menetes.

“Mungkin kau mencintaiku, lebih dari yang aku tahu. Mungkin kau menyayangiku lebih dari yang aku mengerti. Mungkin kau mengasihiku lebih dari yang pernah aku bayangkan. Tapi harus kau sadari, hatiku tak pernah untukmu. Cintaku tak pernah tertuju pada dirimu. Kasihku tak pernah ada untukmu. Perhatianku tak pernah terpaut kepadamu.”

“Bukan aku ingin menyakiti hatimu. Bukan aku ingin lukai perasaanmu. Bukan aku tidak menghargai setiap perhatianmu. Bukan aku tak menganggap semua kasih sayangmu. Namun diriku hanya tak bisa. Diriku hanya tak mampu dan tak kuasa.”

“Tak mampu hatiku mengingkari, bahwa cinta ini bukanlah untuk dirimu. Sayang ini bukan milikmu dan rindu ini juga bukan untukmu. Tak sanggup aku untuk menutupi, setiap kata cinta, sayang dan rindu ini bukan tertuju untukmu.”

“Bukan maksudku untuk membuatmu kecewa. Bukan inginku membuatmu terluka dan tersakiti. Aku hanya tak mau berdusta. Aku hanya tak ingin berbohong. Aku hanya tak mau membuatmu semakin sakit. Aku hanya tak tega membuatmu semakin terluka.”

“Sakit karena cinta. Cinta yang tak dapat kubalas. Sayang yang tak mampu aku berikan. Janji yang tak mampu aku ikrarkan.”

Mendengar perkataannya hatiku terasa seperti tersayat sembilu, sangat perih.

“Tidak ada laki-laki lain yang bisa menggantikan dirimu di hatiku, tidak akan ada!” tangisku.

Seketika itu juga Alvin mengusap wajahku dan menghapus air mataku dengan kedua tangannya.

“Lekas sembuh, Cintia. Aku pamit pulang dulu.” ucapnya sambil tersenyum.

Lebih tepatnya senyuman yang dipaksakan. Butir air mata yang menetes dari balik kelopak matanya tak dapat berbohong kalau ia sedang menyimpan kesedihan.

Aku hanya bisa terdiam menatapnya pergi, tak bergeming bagaikan batu.

Hey, you
I'm just now leaving
Can I come around later on this evening?
Or do you need time?
Yes, of course, that's fine


Hey, you
Goodmorning
I'm sure you're busy now, why else would you ignore me?
Or do you need space?
You can't help it if your mind has changed


So go ahead and break my heart again
Leave me wonderin' why the hell I ever let you in
Are you the definition of insanity?
Or am I?
Oh, it must be nice
To love someone who lets you break them twice


You're so blue
Are you still breathing?
Won't you tell me if you found that deeper meaning
Do you think I've gone blind?
I know it's not the truth when you say, "I'm fine"


So go ahead and break my heart again
Leave me wonderin' why the hell I ever let you in
Are you the definition of insanity?
Or am I?
Oh, it must be nice
To love someone who lets you break them twice


Don't pretend that I'm the instigator
You were the one, but you were born to say goodbye
Kissed me, half a decade later
That same perfume, those same sad eyes


Go ahead and break my heart again
Leave me wonderin' why the hell I ever let you in
Are you the definition of insanity?
Or am I?
Or am I?
It must be nice
To love someone who lets you break them twice




●°●°●°●°●°●°●°●

POV Ocha

Arak-arakan awan mendung sudah terlihat sejak sore tadi...
Tak ada senja tak ada jingga...
Yang kulihat hanya awan yang sedang berduka...
Tak lama kemudian langit mulai menangis...
Siapakah yang setega ini melukai langit?
Jika hujan adalah air mata langit mungkin angin adalah emosinya...
Berhembus kencang kesana kemari menyapu seluruh permukaan bumi...

Waktu berjalan dengan sangat cepat. Kini aku bisa melihat saat malam sudah akan menampakkan dirinya. Menyamarkan arak-arakan awan kesedihannya lewat gelap yang diselimutkan ke seluruh permukaan langit.

Setetes air mata mulai turun dari sudut mataku kala aku teringat semalam.

Semalam aku terbangun karena mendengar HP-nya berdering. Kulihat Alvin terbangun dan ia segera bangkit untuk mengambil HP-nya yang berbunyi.

Aku mendengar semua percakapannya di telpon, namun saat aku menanyakan padanya siapa yang menelpon? Kebohongan yang keluar dari mulutnya. Dan pagi tadi dia kembali berbohong kepadaku.

Aku tak pernah mengerti, alasan apa yang ada di logikamu, sehingga kamu bisa berucap menyayangiku dengan tulus, tapi disisi lain mengucap dusta padaku. Kalau memang benar-benar cinta, apakah mungkin kamu tega melukai perasaanku dengan berbohong?

“Sayang untuk apa kamu tega membohongiku?”

Pertanyaan itu yang ingin kulontarkan padamu. Kalau kamu benar menyayangiku, tidakkah kamu sadar perasaan seperti apa yang kudapatkan saat dibohongi?

Aku lebih siap tersakiti karena kamu jujur daripada sebentar merasa bahagia karena dibohongi.

Apakah aku terlalu kecil untuk dikelabui? Sayang, aku sudah berusaha untuk selalu mencintaimu. Namun, kalau ternyata cintaku tak seindah yang kau dapat darinya, mengapa tak jujur padaku?

Menyakitkan kalau tahu, aku yang menjadi pasanganmu justru bukanlah hal yang kau ingini. Tapi akan lebih menyakitkan kalau kau mengambil kebahagiaan lain di luar sana lalu menutupinya dariku.

Jika memang kamu lebih bahagia dengannya, mengapa tak kamu sudahi saja semua ini? Bukankah ini justru membuat sakit kita berdua?

Sayang, jika cerita cinta kita ini seperti dipenuhi kepalsuan, salahkah aku jika akhirnya juga merasa tak bahagia? Tak enak rasanya berdampingan dengan orang yang pura-pura mencintaiku.

Aku tak pernah melarangmu untuk mengejarnya. Karena untuk apa kularang, jika pada kenyataannya bukan namaku yang mengisi relung hatimu.

Ketahuilah sayang, cerita cinta kita bukanlah drama yang perlu dibungkus banyak kebohongan. Jika memang cinta sejatimu tak kau temukan di diriku, aku rela membiarkanmu pergi bersama kejujuran.



Special update untuk sobat-sobat semua penghuni LIB.

Penulis ucapkan, Terima kasih banyak kepada semua sobat-sobat penghuni LIB, untuk suportnya selama ini.

Penulis ucapkan, Terima kasih banyak kepada Om @rad76 yang sudah membantu penulis menyelesaikan PART XVI dan juga membantu editing. Tanpa beliau penulis tidak akan mungkin bisa menulis sebagus ini.

Penulis ucapkan, Terima kasih banyak kepada 6SAHABAT @rad76 , @RSP27 , @Cinthunks , @merah_delima , @gadissoyu yang selalu mensuport penulis.

NOTE :

Wajib putar Musik Video agar mengerti perasaan yang dirasakan oleh Tokoh dalam cerita.

Sampai berjumpa bulan depan setelah lebaran...
 
Terakhir diubah:
“Tak mampu hatiku mengingkari, bahwa cinta ini bukanlah untuk dirimu. Sayang ini bukan milikmu dan rindu ini juga bukan untukmu. Tak sanggup aku untuk menutupi, setiap kata cinta, sayang dan rindu ini bukan tertuju untukmu.”
Jadi.... dari awal jadian, Alvin ini emang g punya perasaan ke cintia ya beee??

Atau..

Maksudnya kalimat2 diatas itu, keadaan setelah Alvin balik dari jakarta...gitu?
 
Waduh dilematis banget posisimu Alvin.

Kalo ane di posisi Alvin, pusing juga. Namun, sikap tegas udah disampaikan oleh Alvin walau nantinya akan menyakiti perasaan Cintia.

Namun di sisi lain, ada masalah baru antara Alvin dan Ocha.

Kejujuran merupakan tolak ukur dari sebuah hubungan.
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd